BAB II LANDASAN TEORI
A. SIKAP 1. Definisi Sikap Sikap menurut Thurstone, Likert dan Osgood (dalam Azwar, 2005) adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. LaPierre (1934 dalam Azwar, 2005) mengatakan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa sikap adalah suatu respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Azwar (2005) mendefinisikan sikap merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif. Hal ini senada dengan tiga komponen sikap yang diungkapkan oleh Mann (Azwar, 2005), yaitu: komponen kognitif merupakan persepsi kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki oleh individu mengenai sesuatu, komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi serta komponen konatif berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak dan beraksi terhadap sesuatu dengan cara yang tertentu. Sikap seseorang terhadap suatu objek atau perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Berkowitz, 1972 dalam Azwar 2005). Kedua, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu apabila
11 Universitas Sumatera Utara
12
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya respons. Ketiga, sikap merupakan suatu skema triadik (triadic scheme). Menurut pemikiran ini sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap sesuatu objek. Berdasarkan penjelasan mengenai beberapa definisi sikap tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap merupakan perasaaan yang mendukung ataupun tidak mendukung pada situasi, kesiapan untuk merespon suatu situasi terhadap suatu objek dengan cara tertentu sesuai dengan komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku pada suatu objek.
2. Komponen Sikap Mann (1969, dalam Azwar 2005) menjelaskan sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang, yaitu: a. Komponen Kognitif Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Seringkali komponen sikap ini disamakan dengan pandangan atau stereotype tertentu terhadap suatu hal ataupun isu dan masalah-masalah yang dianggap kontroversial. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat ataupun telah kita ketahui. Berdasarkan dari apa yang dilihat kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan itu terbentuk, maka ia
Universitas Sumatera Utara
13
akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu. b. Komponen Afektif Komponen afektif merupakan perasaan individu terkait masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini dapat disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud. c. Komponen Konatif Komponen konatif atau perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Individu berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu yang banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap suatu stimulus. Berdasarkan penjelasan dari komponen sikap tersebut bahwa ketiga komponen tersebut selaras dan konsisten, hal ini dikarenakan karena apabila dihadapkan pada suatu objek sikap yang sama, maka ketiga komponen itu harus harus mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila ketiga komponen tersebut
Universitas Sumatera Utara
14
tidak konsisten satu sama lain maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebakan timbulnya mekanisme perubahan sikap.
3. Faktor yang mempengaruhi sikap Azwar (2005) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu : a. Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Individu bereaksi terhadap pengalaman saat ini biasanya jarang terlepas dari pengalamannya dimasa lalu. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others) akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap seseuatu. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tesebut.
Universitas Sumatera Utara
15
c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita terbiasa hidup dalam budaya yang memiliki norma longgar maka sangat mungkin sikap yang kita miliki akan cenderung sama dalam budaya tersebut. d. Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi memiliki pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa sedikit banyaknya berarti dalam pembentukan sikap. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. f. Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap dinyatakan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Terkadang suatu bentuk sikap didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme dari pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
Universitas Sumatera Utara
16
4. Karakteristik Sikap Sax (1980, dalam Azwar 2005) menunjukkan beberapa karakteristik (dimensi) sikap, yaitu sebagai berikut : a.
Sikap mempunyai arah Sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif, sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai yang memiliki sikap negatif.
b.
Sikap memiliki intensitas Kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sestuatu belum sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Bisa saja orang pertama tidak setuju, tetapi orang kedua sangat tidak setuju.
c.
Sikap memiliki keluasan Kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap. Misalnya, seseorang memiliki sikap favorabel terhadap program keluarga berencana sedangkan oranglain mungkin mempunyai sikap positif yang lebih terbatas dengan
Universitas Sumatera Utara
17
hanya setuju pada aspek-aspek tertentu saja pada kegiatan program keluarga berencana tersebut. d.
Sikap memiliki konsistensi Kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap yang dimaksud. Kosnsitensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, yang labil, tidak dapat bertahan lama dikatakan sebagai sikap yang inkonsisten.
e.
Spontanitas Spontanitas sikap menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan
atau
desakan
terlebih
dahulu
agar
individu
mengemukakannya.
5. Pengukuran Sikap Salah satu yang menjadi aspek penting dalam memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement). Dalam defenisi sikap terdahulu telah dikatakan bahwa sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Hal ini berarti bahwa dalam sikap terkandung adanya prefensi atau rasa suka dan tidak suka terhadap sesuatu sebagai objek sikap.
Universitas Sumatera Utara
18
Sikap dapat dipahami lebih dari sekedar seberapa favorable dan unfavorable perasaan seseorang, lebih daripada sekedar seberapa positif atau negatif pandangan seseorang. Sikap dapat diungkapkan dan dipahami dalam dimensi yang lain. Azwar (2005) menguraikan beberapa metode pengungkapan sikap, antara lain : a.
Observasi Perilaku Untuk dapat mengetahui sikap seseorang, kita dapat melakukan observasi terhadap perilakunya karena perilakunya merupakan indikator sikap dari individu tersebut.
b.
Penanyaan langsung Untuk dapat melihat bagaimana sikap seseorang kita dapat menanyakan langsung (direct questioning) pada yang bersangkutan. Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung dalam pengungkapan sikap adalah bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakan oleh dirinya.
c.
Pengungkapan langsung Metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal maupun dengan menggunakan aitem ganda (Ajzen, 1988). Prosedur pengungkapan langsung dilakukan dengan cara meminta responden menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda
Universitas Sumatera Utara
19
setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian respons dilakukan secara tertulis yang memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara lebih jujur. d.
Skala sikap Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self report yang hingga kini dianggap sebagai yang paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap. Skala sikap (attitudes scale) berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respons subjek pada setiap pernyataan dapat kita simpulkan arah dan intensitas sikap seseorang. Brannon (1976, dalam Azwar 2005) meringkaskan faktor yang dapat
menghambat pencurahan sikap melalui skala sikap yang berisi pernyataanpernyataan, yaitu : a.
Setiap jawaban yang memiliki alternatif tertentu dan terbatas akan membatasi pula keleluasaan individu dalam mengkomunikasikan sikapnya. Respons sebenarnya yang ingin dikemukakan mungkin tidak terdapat diantara alternatif jawaban sehingga individu cenderung memilih satu yang termirip diantaranya.
b.
Bahasa standar yang dapat diterima umum yang digunakan dalam skala sikap mungkin tidak mampu mengungkapkan reaksi asli dan tipikal. Terdapat beberapa istilah formal yang seringkali tidak mudah dicerna dan diasosiasikan oleh responden.
Universitas Sumatera Utara
20
c.
Pertanyaan standar dan formal tidak mampu mengungkapkan kompleksitas, nuansa-nuansa ataupun yang sesungguhnya dari sikap individu yang sebenarnya. Setiap individu merasakan bahwa sikapnya memiliki tingkat kompleksitas , intensitas dan indvidualitas yang tidak sama yang tidak dapat dicerminkan oleh isi pertanyaan dan pernyataan standar yang umumnya terdapat dalam skala sikap.
d.
Terdapat kumpulan respons yang mengalami kekeliruan ataupun error. Pada pernyataan sikap, error dapat terjadi berupa kekeliruan respondens dalam membaca, memahami ataupun menafsirkan pernyataan yang disajikan. Kekeliruan juga mungkin dilakukan oleh pihak yang mencatat, memproses ataupun menganalisis jawaban dari respondens.
e.
Jawaban respondens dipengaruhi oleh hasrat dan keinginan mereka sendiri akan penerimaan sosial, persetujuan sosial (social approval) dan keinginan untuk tidak keluar dari norma yang dapat diterima oleh masyarakat.
f.
Sikap pada saat interview sebelum pengukuran, situasi sewaktu penyajian skala, karakteristik pertanyaan sebelumnya, harapan subjek mengenai tujuan pengukuran itudan banyak lagi aspek yang ada dalam situasi pengungkapan sikap yang dapat mempengaruhi respons yang diberikan oleh indvidu. Berdasarkan hal tersebut, pengukuran sikap bukanlah suatu hal yang
sederhana. Penggunaan skala sikap yang diakui sebagai metode pengungkapan sikap yang lebih unggul.
Universitas Sumatera Utara
21
B. E-learning 1. Definisi E-learning Terminologi e-learning cukup banyak dikemukakan dalam berbagai sudut pandang, namun pada dasarnya mengarah pada pengertian yang sama. Huruf “e” pada e-learning berarti elektronik yang kerap disepadankan dengan kata virtual (maya) atau distance (jarak). Dari hal ini kemudian muncul istilah virtual learning (pembelajaran di dunia maya). Sedangkan kata learning sering diartikan dengan belajar pendidikan (education) atau pelatihan (training). Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer ataupun kombinasi dari ketiganya. E-learning juga berarti proses transformasi pembelajaran dari “instructor Centric” ke “Learner Centric” (Effendi, 2006 dalam Munir 2008). E-learning
merupakan
bentuk
pembelajaran
konvensional
yang
dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet (Isjoni dan Firdaus, 2007). E-learning sering dikatakan sebagai penggunaan jaringan teknologi informasi didalam proses belajar dan mengajar. e-learning juga dapat digambarkan sebagai cara belajar secara online termasuk didalamnya virtual, jaringan dan pembelajaran berbasis web. Pada dasarnya e-learning mengarah pada proses belajar dan mengajar yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi ansynchronous dalam proses belajar dan mengajar. Istilah e-learning dapat diartikan lebih dari sekedar pembelajaran online, proses belajar virtual dan jaringan serta pembelajaran berbasis web. E-learning
Universitas Sumatera Utara
22
menggabungkan semua kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok yang dilakukan secara online maupun offline serta individu maupun kelompok secara synchronous ataupun ansynchronous melalui jaringan ataupun komputer standalone dan perangkat elektonik lainnya. Berbagai model kegiatan pembelajaran e-learning (Romizowski, 2004) dapat dilihat pada gambar:
Gambar. 1 Model E-learning Individualized self paced e-learning online
Individualized self paced e-learning offline
Group based e-learning shyncronously
Group based e-learning ansynchronously
Sumber : Naidu, Som. (2006). E-learning. A Guidebooks of Principles, Procedures and Practices. (hal.1)
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa (1) individual self-paced e-learning online, yaitu proses belajar e-learning mengarah pada situasi dimana individu mengakses sumber belajar secara online melalui internet dan intranet. (2) individual self-paced e-learning offline, yaitu proses belajar e-learning secara offline dimana individu mengarah pada situasi sumber belajar tidak terhubung melalui internet dan intranet (3) group based e-learning synchronously; dimana sekelompok siswa secara bersama-sama belajar melalui internet dan intranet di waktu yang bersamaan (4) group based e-learning ansynchronously dimana
Universitas Sumatera Utara
23
proses belajar mengacu pada situasi dimana kelompok belajar melalui intranet atau internet yang mana terjadi proses pertukaran pada waktu yang tertunda. Berdasarkan dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa e-learning pada hakikatnya adalah proses belajar yang memanfaatkan teknologi, jaringan, virtual dan pembelajaran berbasis web. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru kepada siswa dilakukan secara online. Namun, proses belajar e-learning tidak hanya dikategorikan sebagai proses belajar secara online, Romizowski (2004) membagi model pembelajaran e- leaning kedalam 4 (empat) model. Selain pembelajaran secara online, pembelajaran e-learning juga dapat dilakukan secara offline dan secara synchronously dan ansynchronously.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa e-learning merupakan proses belajar yang memanfaatkan jaringan dalam proses belajar mengajar, namun proses belajar e-learning dapat juga dilakukan secara offline. Pembelajaran e-learning memiliki pengembangan model pembelajaran dengan memadukan proses belajar konvensional dan proses belajar secara online. hal ini dikenal dengan konsep blended learning yang mana proses belajar dilakukan secara online dengan tidak meninggalkan pola bimbingan dari guru.
2. Blended Learning Secara etimologi istilah blended learning terdiri dari dua kata yaitu blended dan learning. Kata blend berarti “campuran” atau penyelarasan kombinasi ataupun perpaduan, sedangkan learning memiliki makna umum yakni
Universitas Sumatera Utara
24
belajar, dengan demikian blended learning mengandung makna pencampuran antara satu pola dengan pola yang lainnya. Blended learning merupakan proses pengembangan dalam pembelajaran yang mengintegrasikan kemajuan teknologi dari pembelajaran online dan pembelajaran tradisional secara tatap muka (Thorne, 2003). Blended learning merupakan gabungan dari multimedia teknologi, CD Room video streaming, kelas virtual, email dan voicemail. Bhonk dan Graham (2006 dalam Cepi 2012) menjelaskan bahwa blended learning adalah gabungan dari dua sejarah model perpisahan belajar dan mengajar yang mana sistem pembelajaran tradisional dan sistem penyebaran pembelajaran yang menekankan peran dari teknologi berbasis komputer dalam blended learning. Menurut Mosa (2006, dalam Cepi 2012) menjelaskan bahwa pola yang dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (classroom lessons) dengan online learning.
Gambar 2. Unsur dari Blended Learning
Classrooms lessons
Online learning
Sumber : Riyana, Cepi, dkk. (2012). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Mengembangkan Profesionalitas Guru. (Hal 242).
Universitas Sumatera Utara
25
Classroom lessons merupakan proses belajar yang terjadi antara guru dan siswa yang dilakukan melalui tatap muka. Dalam hal ini proses belajar dilakukan didalam kelas, melakukan diskusi dan tanya jawab antara guru dan siswa. Pada pembelajaran blended learning, classroom lessons bisa dicontohkan sebagai pembelajaran didalam kelas (tatap muka) dengan menggunakan media elektronik untuk membantu proses pembelajaran. Sementara itu, Online learning yaitu proses belajar yang terjadi antara guru dan siswa dilakuan secara online dengan memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran. Jadi, pendekatan blended learning dapat dikatakan sebagai pembelajaran tatap muka dimana siswa di kelas tetapi kegiatan belajar yang dilakukan terjadi selama waktu kelas dapat dilalukan secara online. Proses belajar tersebut dilakukan antara siswa dan guru melalui chatroom, e-mail dan website sekolah (Pennstate, 2009).
2.1.Karakteristik Blended Learning Menurut Sharpen et.al (2006, dalam Cepi 2012) karakteristik blended learning adalah: a. Ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis tradisional sebagian besar, melalui institusional pendukung lingkungan belajar virtual. b. Transformatif tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran sampai mendalam. c. Pandangan menyeluruh tentang teknologi untuk mendukung pembelajaran.
Universitas Sumatera Utara
26
Berdasarkan karakteristik tersebut blended learning adalah sumber suplemen dengan pendekatan tradisional yang mendukung lingkungan belajar virtual melalui suatu lembaga, rancangan pembelajaran yang mendalam pada saat perubahan tingkatan praktek pembelajaran dan pandangan tentang teknologi yang digunakan untuk mendukung pembelajaran.
2.2. Komponen Blended Learning Blended learning merupakan model pembelajaran campuran yang mana proses pembelajaran secara tatap muka dipadukan dengan proses pembelajaran berbasis komputer dengan pembelajaran online. Dalam pembelajaran online terdapat pembelajaran berbasis internet yang didalamnya terdapat pembelajaran berbasis web. Hal tersebut menjelaskan bahwa dalam pembelajaran blended learning proses belajar tatap muka beririsan dengan blended e-learning beserta komponen yang berbasis komputer dan pembelajaran online berbasis web untuk pembelajaran.
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar. 3 Komponen Blended Learning
Blended Learning
Face to face learning
Internet based learning Web based learning
Online learning
Computer based learning
E-learning
Sumber: (Hadjerrouit, 2007 dalam Cepi dkk, 2012) Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Mengembangkan Profesionalitas Guru. (Hal 246)
Berdasarkan gambar tersebut nampak bahwa blended learning beririsan dengan pembelajaran face to face dan pembelajaran berbasis komputer yang didalamnya menjelaskan bahwa proses belajar blended learning mencakup proses pembelajaran online berbasis web dan internet yang berpadu dengan proses pembelajaran tatap muka.
2.3. Model pengembangan blended learning Menurut Haughey (1998, dalam cepi 2012) tentang pengembangan blended e-learning bahwa terdapat tiga kemungkinan dalam pengembangan sistwm pembelajaran berbasis internet, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
28
1. Web course, yaitu penggunaan internet sebagai kepeluan pendidikan yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar,diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui
internet.
Model
pembelajaran
ini
menggunakan
sistem
pembelajaran jarak jauh. Bagi guru model pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan
“knowledege
dan
skill”
yang
dapat
memperkuat
pengetahuan tentang materi pembelajaran dan dapat memperkuat pemahaman siswa melalui metodologi pembelajaran yang disajikan melalui internet misalnya video streaming, video call dan lainnya. 2. Web centric course yaitu penggunaan internet yang memadukan antar belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet dan sebagian lagi melalui tatap muka. Dalam model ini guru dapat memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran melalui web. Dalam tatap muka, guru dan siswa lebih banyak berdiskusi mengenai temuan materi yang telah mereka pelajari melalui internet tersebut. 3. Web enhanced course, yaitu pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan dikelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik, anggota kelompok dan peserta didik dengan narasumber lain sehingga guru dituntut untuk dapat menguasai teknik mencari informasi di internet,
Universitas Sumatera Utara
29
membimbing dan menemukan situs-situs yang relevan yang menunjang materi pembelajaran siswa.
2.4. Metode blended learning dalam pembelajaran berbasis web Blended learning merupakan proses mempersatukan beragam metode belajar yang dapat dicapai dengan menggabungkan sumber virtual dan
fisik.
Driscoll
mendefinisikan
blended
learning
sebagai
pengintegrasian atau penggabungan program belajar yang berbeda dalam mencapai tujuan umum. Blended learning merupakan sebuah kombinasi dengan berbagai pendekatan didalam pembelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa blended learning merupakan metode belajar yang menggabungkan dua atau lebih metode pendekatan didalam pembelajaran. Blended learning dimulai dengan penyampaian materi secara prerequisite secara ansynchronous yang kemudian penyampaian materi dilakukan dilakukan didalam kelas virtual.
C. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Pendidikan kejuruan merupakan sarana strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang siap pakai. Salah satu yang termasuk dari pendidikan kejuruan adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pendidikan Kejuruan menurut Rupert Evans (1978, dalam Sudirtha 2006) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistim pendidikan yang mempersiapkan
Universitas Sumatera Utara
30
seseorang agar lebih mampu berkerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang bidang perkerjaan lainnya. Sumeks (dalam Indriani, 2009) menyatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan pada jenjang menengah yang lebih menekankan lulusan memiliki bekal keterampilan dan dipersiapkan dalam memasuki dunia kerja. Sekolah menengah kejuruan memiliki peluang yang sangat jelas ketika sudah lulus. Selain itu siswa sekolah menengah kejuruan yang ingin memperdalam ilmu dan keterampilannya bisa melanjutkan studinya ke perguruan tinggi sesuai dengan jurusan dan keahliannya, sehingga keterampilan yang mereka miliki akan semakin meningkat. SMK juga diharapkan mampu mengarahkan para siswanya untuk berwirausaha sesuai dengan minat mereka. Dengan demikian pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap pembangunan terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Sirojuzilam, 2008). Pada pendidikan kejuruan SMK memiliki tujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya serta memiliki kemampuan mengembangkan diri (Sanjaya,2008). Banyaknya program kejuruan yang bervariasi pada Sekolah Menengah Kejuruan salah satu diantaranya adalah kejuruan pada bidang Teknologi Informasi (TI). Sebagai salah satu sekolah
Universitas Sumatera Utara
31
kejuruan yang mengkhususkan pada bidang TI tentunya pembelajaran siswa merujuk pada pemanfaatan dan pengoptimalan dalam bidang TI.
Salah satu
aplikasi yang potensial dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran di sekolah kejuruan TI adalah dengan pembelajaran e-learning (Kudwadi, dkk. 2007) Blended learning merupakan proses pengembangan dalam pembelajaran yang mengintegrasikan kemajuan teknologi dari pembelajaran online dan pembelajaran tradisional secara tatap muka (Thorne, 2003). Sebagian materi pembelajaran disampaikan secara online dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini, guru bisa memberikan petunjuk kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, siswa dan guru lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Salah satu sekolah yang mengembangkan metode pembelajaran e-learning dengan blended learning adalah SMK Tritech Informatika Medan. Sekolah ini dalam proses pembelajaran sehari-hari memadukan model belajar secara online dan tatap muka (konvensional). Guru memberikan materi, penugasan, diskusi dan pembelajaran melalui media elektronik seperti laptop dan televisi. Siswa dalam proses belajar sehari-hari menggunakan media elektronik yaitu laptop. Guru menerangkan
materi
pembelajaran
kepada
siswa
melalui
laptop
yang
terhubungkan ke televisi. Setiap siswa belajar menggunakan laptop. Namun,
Universitas Sumatera Utara
32
pelaksanaan ujian, penugasan dan beberapa diskusi masih menggunakan pembelajaran melalui tatap muka (konvensional). Pembelajaran online yang dilakukan di SMK Tritech Informatika salah satunya dilakukan dengan cara mengunduh materi pembelajaran melalui website sekolah. Situs alamat dari web sekolah di SMK Tritech Informatika Medan yaitu www.tritech.sch.id. Siswa SMK Tritech Informatika mendapatkan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru melalui website e-learning dari sekolah. Materi pembelajaran yang didapatkan siswa dari website tersebut akan dibahas saat berada dalam ruangan kelas dan dilakukan secara tatap muka antara guru dengan siswa. Proses pembelajaran seperti ini menurut Thorne (2003) sebagai proses pembelajaran dengan model blended learning. Dengan memanfaatkan website ini seluruh siswa dapat mengunduh materi pembelajaran mereka dari guru sebelum proses belajar dikelas dimulai. Siswa juga dapat memanfaatkan website sekolah ini untuk menuangkan pemikiran mereka mengenai sekolah dan pembelajaran lainnya dalam bentuk penulisan artikel. Siswa juga dapat melakukan interaksi kepada guru secara online dalam memanfaatkan penggunaan website sekolah tersebut.
D. GAMBARAN
SIKAP
SISWA
TERHADAP
PEMBELAJARAN
E-LEARNING DI SMK TRITECH INFORMATIKA Blended learning adalah proses pengembangan dalam pembelajaran yang mengintegrasikan kemajuan teknologi dari pembelajaran online dan pembelajaran
Universitas Sumatera Utara
33
tradisional secara tatap muka (Thorne, 2003). Blended learning merupakan gabungan dari multimedia teknologi, CD Room video streaming, kelas virtual, email dan voicemail. Bhonk dan Graham (2006 dalam Cepi 2012) menjelaskan bahwa blended learning adalah gabungan dari dua sejarah model perpisahan belajar dan mengajar yang mana sistem pembelajaran tradisional dan sistem penyebaran pembelajaran yang menekankan peran dari teknologi berbasis komputer dalam blended learning. Mosa (2006, dalam Cepi 2012) memperkuat penjelasan diatas dengan memaparkan dua unsur utama dalam blended learning yang telah diterapkan di SMK Tritech Informatika Medan. Adapaun unsur tersebut adalah pembelajaran didalam kelas (classrooms lessons) dengan online learning. kedua unsur blended learning tersebut dimaksudkan bahwa dalam proses belajar mengajar guru tetap berada didalam kelas, hanya saja siswa mendapatkan materi pembelajaran mereka melalui proses belajar online learning yang mana siswa mengunduh sendiri materi pembelajaran mereka melalui website sekolah. Proses belajar siswa di SMK Tritech Informatika Medan juga dilakukan sehari-hari dilakukan dengan menggunakan laptop, siswa juga dapat memanfaatkan jaringan Wireless Fidelity (Wi-Fi) sebagai penghubung siswa ke jaringan internet. Dalam proses belajar mengajar didalam kelas guru juga memberikan arahan kepada siswa untuk mencari materi tambahan melalui internet. Pemberian tugas oleh guru dilakukan dengan memanfaatkan e-mail sebagai akses siswa untuk mengumpulkan tugas. Berdasarkan hal tersebut nampak bahwa proses belajar mengajar yang ada di SMK Tritech Informatika Medan sudah menerapkan model pembelajaran blended
Universitas Sumatera Utara
34
learning, hanya saja beberapa dari siswa nampaknya belum memahami proses belajar tersebut. Hal ini membuktikan bahwa siswa memiliki sikap yang berbeda terhadap proses belajar blended learning tersebut. Menurut Thurstone, Likert dan Osgood (dalam Azwar, 2005) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan baik yang mendukung (favorable) maupun perasaan yang tidak mendukung (unfavorable) pada objek tertentu. Sikap merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif serta nilai (value) dan opini (opinion) atau pendapat yang sangat erat berkaitan dengan sikap (Azwar, 2005). Pertama komponen kognitif yang merupakan persepsi, kepercayaan dan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen kedua adalah komponen afektif yang merupakan perasaan individu terhadap suatu objek sikap dan menyangkut masalah emosi dan komponen yang terakhir adalah komponen konatif dimana merupakan tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau beraksi terhadap sesuatu dengan cara tertentu (Mann, dalam Azwar, 2005). Untuk dapat menilai sikap tersebut dapat dijelaskan melalui komponen sikap. Berdasarkan komponen kognitif sikap merupakan
persepsi atau
kepercayaannya siswa terhadap pembelajaran e-learning di SMK Tritech Informatika dengan model blended learning, misalnya sejauh mana siswa SMK Tritech Informatika dapat menjelaskan model pembelajarn e-learning dengan menjawab pertanyaan mengenai apa yang dipahami dan diyakini oleh siswa mengenai model pembelajaran e-learning. Komponen afektif merupakan sikap siswa yang muncul berdasarkan apa yang dirasakannya terhadap penerapan model
Universitas Sumatera Utara
35
pembelajaran e-learning yang ada di SMK Tritech Informatika. Komponen ini menjawab pertanyaan mengenai apa yang dirasakan oleh siswa. Misalnya perasaan senang atau tidak senang yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran e-learning di sekolah yang terkait dengan emosional siswa terhadap objek. Komponen ketiga dalam sikap yaitu komponen konatif yang merupakan kecenderungan untuk bertindak sebagai reaksi terhadap penerapan model pemebelajaran e-learning. Pada komponen ini akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan siswa SMK Tritech Informatika untuk bertindak terhadap penerapan dan pelaksanaan model pembelajaran e-learning. Kemungkinan siswa untuk bersikap positif terhadap pembelajaran e-learning mungkin dikarenakan adanya pengalaman individu terhadap model pembelajaran e-learning yang mereka alami sebelumnya, sedangkan sikap negatif siswa terhadap model pembelajaran e-learning mungkin muncul dikarenakan belum adanya pengetahuan ataupun pengalaman pribadi individu mengenai model pembelajaran e-learning. Selain itu pengaruh dari orang lain juga penting dalam penetuan sikap yang positif maupun negatif.
Universitas Sumatera Utara