BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Landasan Teori Untuk membahas kehandalan kinerja fasilitas pembangkit listrik
tidak terlepas dari teori pemeliharaan peralatan secara teknis maupun manajemen serta evaluasi terhadap kegiatan pemeliharaan yang telah dilaksanakan. 2.1.1 Visual 2.1.1.1 Parameter Penilaian Evaluasi Elektrikal Tabel 2.1 Parameter penilaian audit elektrikal Permata Bank Sumber : Laporan Audit Electrical PT. COMETINDO
NO
ITEM
NORMAL A
1
Ruang Genset
KATEGORI TEMUAN OBSERVAMINOR TION B C
MAYOR
SUMBER DATA
D Sempit Sekali Kotor Sekali
Foto
Longgar
Agak Sempit
Sempit
Bersih
Agak kotor
Kotor
Bangunan Permanen
Bangunan permanen Lampu kurang terang Ventilasi alami
Semi permanen
Terbuka
Foto
Tidak ada lampu
NA
Foto
Ventilasi kurang
Tidak ada ventilasi
Foto
Diatas 70 dB
Tidak ada peredam
NA
Foto
Lampu Terang Ventilasi cukup (fan) Ada peredam ruangan ( max.70 dB ) diukur 3 meter dari dinding
12
Foto
13
KATEGORI TEMUAN NO
ITEM NORMAL A Knalpot dibuang keluar
Unit Genset
PANEL MDB
MAYOR
C
D Tidak ada sambungan knalpot
Knalpot di dalam
Foto
-
Tidak ada fleksibel
NA
Foto
Bahan bakar cukup dan aman
Tangki terpisah tetapi solar kurang
Tangki menyatu solar kurang
Tangki menyatu solar habis
Foto
Mesin terawat
Kurang terawat
Tidak terawat (kotor) Sebagian rusak
Mesin rusak
Foto
Tidak ada indikator
Foto
Tidak ada petunjuk
NA
NA
Foto
Pengabelan rapi
Kurang rapi
Kabel sangat tidak rapi
NA
Foto
Ada grounding(netral dan body)
Ada grounding(h anya body) Ukuran kabel sesuai beban namun warna tidak sesuai
tidak ada grounding
NA
Foto
Ukuran kabel sesuai beban
3
MINOR
SUMBER DATA
Radiator diberi fleksibel keluar
Indikator Genset berfungsi baik Petunjuk operasi genset ada
2
OBSERVATION B Knalpot kurang panjang
Tidak akurat
Kondisi kabel baik
kabel kusam
Dilengkapi Panel Ganset
dilengkapi panel tetapi posisi terpisah
Star up normal ( V,T,f)
NA
Suhu Breker <330C
Suhu 33-400 C
NA kabel rusak sebagian dilengkapi panel genset tetapi sebagian indikator rusak
Ukuran kabel tidak sesuai beban Kabel rusak
Foto
Foto
Tidak dilengkapi panel genset
Foto
NA
tidak normal
Pengukuran
Suhu 41490C
suhu melebihi >500 C
Thermografik
14
KATEGORI TEMUAN NO
ITEM
NORMAL A Kondisi Fisik Breaker
OBSERVATION B Kusam
MINOR
MAYOR
C Merek tidak standar beban mendekati batas limit breaker
D Kondisi rusak beban lebih besar dari ukuran breaker kabel rusak dan tidak rapi suhu melebihi >500 C sempit sekali dekat dengan sumber api atau air sangat tidak rapi
SUMBER DATA
Foto
Ukuran breaker sesuai amper pengukuran
beban terlalu kecil
`Kondisi Kabel panel baik Suhu Kabel <330C
kondisi baik namun tidak rapi Suhu 33-400 C
Suhu 41490C
Ukuran panel longgar
agak sempit
sempit
Penempatan panel baik
terhalang
sulit dijangkau
Wiring kabel rapi
kurang rapi
tidak rapi
Terminasi baik(connector)
Agak Kendor
Kendor
Lepas
Foto & Thermogra fik
Ada up deck ( Cover dalam ) acrelyck
Dari metal
tidak ada
NA
Foto
tidak komplit
tidak mengguna kan box
Foto
Tidak ada
NA
Foto
NA
NA
Foto
NA
NA
Foto
NA
NA
Foto
kabel terlalu kecil
tidak ada grounding
Foto
Kondisi box panel bagus Indikator dan metering normal Label panel dan breaker komplit Grouping benar Diagram panel ada dan sesuai Grounding panel ada
kusam Ada tapi mati sebagian tidak ada label tidak ada grouping tidak sesuai atau tidak ada diagram
Pengukuran
Foto & Thermografik Foto
Foto
Foto
15
NO
ITEM
NORMAL A Warna kabel standar sesuai fase RST
NA tidak ada arester pemakain di luar 3 besar
NA
Merk 3 besar (MG, Siemens, ABB)
NA
Sistem distribusi listrik baik
tidak menggunakan busbar
NA
NA
NA
kurang baik
tidak baik
kurang rapi
tidak rapi
Agak Kendor
Kendor
Kondisi COS baik Instalasi kabel rapi Terminasi baik
COS Utama
warna kabel tidak standar
Arester ada
Kapasitas COS sesuai arus beban
4
KATEGORI TEMUAN OBSERVAMINOR MAYOR TION B C D
Penempatan terjangkau
Grounding COS ada Diagram COS ada dan sesuai Warna kabel standrat sesuai fase RST
terhalang
sulit dijangkau
Suhu 33-400 C
Suhu 41490C
ada tetapi ukuran telalu kecil tidak ada diagram COS warna kabel tidak standar
SUMBER DATA
NA
Foto
NA
Foto
NA
Foto
tidak menggun Drawing akan cos kapasitas COS Pengukuran terlalu kecil sangat Foto tidak baik Foto Lepas dekat dengan sumber api atau air suhu melebihi >500 C
Cek terminal
Foto
Thermograf ik
tidak ada
NA
Foto
NA
NA
Drawing
NA
NA
Foto
16
NO
ITEM
NORMAL A
5
CABLE POWER/ FEEDER
KATEGORI TEMUAN OBSERVAMINOR MAYOR TION B C D
SUMBER DATA
Kondisi baik
kurang baik
tidak baik
rusak
Foto
Aman dari gangguan mekanis
NA
tidak ada proteksi
NA
Foto
Tidak ada sambungan
pemasangan junction box sulit dijangkau
junction box tidak menggunak an terminal
ada sambung an kabel tanpa junction box
Foto
Instalasi rapi
kurang rapi
tidak rapi
NA
Foto
Ukuran diatas kapasitas breaker
ukuran kabel terlalu besar (sehingga tidak bisa masuk terminal)
kapasitas kabel sama dengan arus beban
kapasitas kabel lebih kecil dari arus beban
tabel& pengukuran
Tipe kabel sesuai (NYY/NYFGbY) kondisi pemasangan
NA
menggunak an kabel NYM
NA
Foto
Kode warna sesuai
kode warna tidak sesuai
NA
NA
Foto
NA
kabel diluar 4 merk (supreme, metal, kabelindo, tranka)
NA
Foto
Merk 4 besar (Supreme, Metal, Kabelindo, Tranka)
17
NO
ITEM
KATEGORI TEMUAN OBSERVANORMAL MINOR TION A B C Kondisi baik kurang baik tidak baik Aman dari gangguan tidak ada NA mekanis / diberi proteksi conduit Tidak ada sambungan terbuka Instalasi rapi
6
7
KABEL PENERANGAN DAN STOP KONTAK
Ukuran sesuai arus beban ( Minimum 1,5 mm2 )
pemasangan junction box sulit dijangkau
junction box tidak menggunak an terminal
kurang rapi ukuran kabel terlalu besar (sehingga tidak bisa masuk terminal)
tidak rapi
Tipe kabel NYM/ NYY/NYFGBY
NA
Kode warna sesuai
kode warna tidak sesuai
kapasitas kabel sama dengan arus beban menggunak an kabel NYA tanpa conduit NA
MAYOR
SUMBER DATA
D rusak
Foto
NA
Foto
ada sambung an kabel tanpa junction box
Foto
Foto kapasitas kabel lebih kecil dari arus beban
Pengukuran
NA
Foto
NA
Foto
NA
Foto
Merk 4 besar ( Supreme, Metal, Kabelindo, Tranka )
NA
kabel diluar 4 merk (supreme, metal, kabelindo, tranka)
Kondisi baik
kurang baik
tidak baik
rusak
Foto
Pemasangan tidak miring
Pemasangan miring
NA
NA
Foto
Stop kontak extention
Kapasitas beban melebihi kapasitas stop kontak
Foto
STOP KONTAK Kapasitas sesuai dengan penggunaan beban
NA
18
NO
ITEM
NORMAL A Ukuran Kabel Warna kabel kuning belang atau BC Terminasi baik Ada bak kontrol grounding
8
GROUNDING Nilai tahanan pentanahan dibawah 2 Ohm
Grounding elektronik dipisah
9
KWH METER
KATEGORI TEMUAN OBSERVAMINOR MAYOR TION B C D Ukuran kabel NA NA terlalu kecil MenggunaNA NA kan kabel warna lain Agak Kendor Kendor Lepas Tidak ada NA NA bak kontrol Nilai tahanan tidak bisa NA pentanah di test an di atas 5 Ohm Grounding elektronik di gabung NA -NA dengan grounding listrik
sambungan daya sesuai kebutuhan
-NA
Sanbungan daya terlalu besar
Suhu Breker <330C
Suhu 33-400 C
Suhu 41490C
Box KWH & MCB ada
Box rusak
Penemptan KWH aman
NA
tidak ada box Penempata n di luar ruangan
Sambung an daya terlalu kecil suhu melebihi >500C NA
SUMBER DATA
Foto
Foto Cek Foto
Tes
Foto
Cek
Thermogra fik Foto
NA
Foto
Cek
Foto
Kabel sesuai arus beban
NA
NA
Ukuran kabel terlalu kecil
Instalasi rapi
tidak rapi
NA
NA
19
KATEGORI TEMUAN NO
ITEM
NORMAL A
10
11
OBSERVATION B
Jumlah Splitzen cukup
NA
Ukuran kabel cukup
NA
Ketinggian splitzen cukup
NA
Ukuran kabel turun cukup
NA
PENANGKAL PETIR
INSTALASI AC
MINOR
MAYOR
C Jumlah splitzen kurang Ukuran kabel terlalu kecil Ketinggian splitzen terlalu rendah/ting gi Ukuran kabel terlalu kecil <35 mm2
D
Grounding di bawah 5 ohm
NA
NA
Bak kontrol ada
NA
Tidak ada bak kontrol
Instalasi rapi
kurang rapi
tidak rapi
Unit indoor baik
Ada kondensasi
Kurang terawat Kurang terawat
Unit outdoor baik Kabel kontrol baik Pipa refrigrient baik Isolasi baik
Kusam/kotor
SUMBER DATA
tidak ada splitzen
Foto
NA
Cek
NA
Foto
NA
Foto
Groundin -g di atas 5 ohm NA
Foto
NA
Foto
rusak
Foto
rusak
Foto
Tes
kurang baik
tidak baik
rusak
Foto
kurang baik
tidak baik
rusak
Foto
kurang baik
tidak baik
rusak
Foto
20
2.1.1.2 Panel Hubung Bagi (PHB) PHB adalah perlengkapan hubung bagi yang pada tempat pelayanannya berbentuk suatu panel atau kombinasi panel-panel, terbuat dari bahan konduktif atau tidak konduktif yang dipasang pada suatu rangka yang dilengkapi dengan perlengkapan listrik seperti sakelar, kabel dan rel. Perlengkapan hubung bagi yang dibatasi dan dibagi-bagi dengan baik menjadi petak-petak yang tersusun mendatar dan tegak dianggap sebagai satu panel hubung bagi.1 2.1.1.3 Jenis Kabel Instalasi Listrik Berdasarkan penggunaannya dapat dibedakan menjadi: a.
Kabel Instalasi Tegangan Rendah. Digunakan untuk instalasi dalam gedung untuk beban – beban yang
bertegangan rendah, seperti lampu, peralatan elektronik, dan lain – lain. Jenis – jenis kabel tegangan rendah:2 1. NYA
Gambar 2.1 Kabel NYA Sumber : (http://3.bp.blogspot.com/2u1EpRH72i4/T0Rm1UZ_EZI/AAAAAAAACYU/817P YQlZRhs/s1600/kabel%2BNYA.jpg) 1 2
PUIL 2000, h. 11 ibid, h. 276
21
2. NYAF
Gambar 2.2 Kabel NYAF Sumber : (http://www.kitani.co.id/cable/NYAF3.jpg) 3. NYM
Gambar 2.3 Kabel NYM Sumber: (http://3.bp.blogspot.com/UUPIZ81rH4Q/T0RnR9vNgDI/AAAAAAAACYg/xI0ZeA3ESBc/s1600/ Kabel%2BNYM.jpg)
b. Kabel kontrol Digunakan untuk instalasi dalam gedung, switching station, industrial plan, dimana resiko kecelakaan mekanisnya kecil. Jenis – jenis kabel kontrol antara lain3:
3
Ibid, h. 282
22
1. NYFLY
Gambar 2.4 Kabel NYFLY Sumber : http://www.alepcable.com/en/index.php?page=Product&op=viewdet&Product ID=18
2. NYY-HY
Gambar 2.5 Kabel NYY-HY Sumber : http://202.67.224.132/pdimage/79/3952779_nyyhy-4x6-et-2.jpg
3. NYM-HY
Gambar 2.6 Kabel NYM-HY Sumber : http://www.kitani.co.id/cable/NYMHY2.jpg
23
c.
Power cable Digunakan untuk instalasi dalam gedung maupun dalam tanah
(underground power cable). Jenis – jenis kabel power antara lain4: 1. NYY
Gambar 2.7 Kabel NYY Sumber: http://1.bp.blogspot.com/YtESxSRLj6M/TbLJUy6xGEI/AAAAAAAAAD0/ED56r9Jo9wk/s1600/ NYY+kitani+%25281%2529.jpg
2. NYFGBY
Gambar 2.8 Kabel NYFGBY Sumber: http://anekakabel.com/wpcontent/uploads/products_img/nygby4.png
4
Ibid, h. 285
24
3. NYM-T
Gambar 2.9 Kabel NYM-T Sumber: http://www.fkn.com.mk/pictures/Instalacioni/NYMT.jpg Perhitungan kabel penyulang genset dapat kita lihat pada PUIL 2000 pasal 5.6.1.3 yang berisi: “penghantar dari terminal generator ke proteksi pertama harus mempunyai kemampuan arus tidak kurang dari 115% dari arus pengenal yang tertera pada pelat nama generator.” Dengan rumus5: KHA = 115% x Itotal Keterangan:
5
KHA
= Kapasitas Hantar Arus
Itotal
= Arus total beban (A)
http://haprilawati.files.wordpress.com/2008/11/jurnalpa1.pdf, h. 7
25
2.1.1.4 Kategori Data Visual Tabel 2.2 Kategori Data Visual
No 1 2 3 4
Kategori Normal (A) Observasi (B) Minor (C) Mayor (D)
Prioritas
Keterangan
None
Kondisi sesuai dengan standar PUIL dan HSE
Low Medium High
Temuan yang tidak mempengaruhi fungsi tetapi mengurangi kesempurnaan sistem Temuan yang dalam jangka panjang akan mempengaruhi sistem dan merugikan Temuan yang berpotensi menggagalkan sistem dan atau membahayakan manusia dan gedung
Pada kategori normal, pemeriksaan kembali sesuai standart 2 tahun untuk panel, dan 5 tahun untuk kabel. Pada kategori observasi, perbaikan dilakukan paling lama 6 bulan. Pada kategori minor perbaikan paling lama 3 bulan. Pada kategori mayor, perbaikan harus segera dilakukan karena berpotensi menggagalkan sistem dan membahayakan manusia dan gedung. 2.1.2 Engineering 2.1.2.1 Manajemen Pemeliharaan Peralatan Pedoman pemeliharaan fasilitas pembangkit listrik yang menjadi dasar penulisan skripsi ini adalah Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor SKEP/157/IX/03 tahun 2003. Didalam lampiran surat keputusan ini terdapat cara untuk mengevaluasi peralatan fasilitas elektronika dan listrik penerbangan, dimana cara yang sama juga terdapat pada ANNEX 10, Didalam SKEP/157/IX/03 Pasal 1
26
disebutkan bahwa setiap penyelenggara bandar udara wajib memelihara fasilitas elektronika dan listrik penerbangan6. Namun jenis kebijakan pemeliharaan peralatan yang dipilih oleh bandara yang dikelola oleh pemerintah, Badan usaha milik negara (BUMN), atau swasta berbedabeda tergantung organisasi tersebut. Jenis kebijakan pemeliharaan peralatan apapun yang diambil oleh sebuah penyelenggara bandara, untuk mencapai tujuan pemeliharaan fasilitas elektronika dan listrik penerbangan, perlu dukungan unsur– unsur manajemen sebagai berikut : sumber daya manusia sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang memadai; dana pemeliharaan peralatan; alat-alat kerja, alat-alat ukur, alat pengetesan, suku cadang (modul dan perlengkapan habis pakai) dan dokumen teknik; pedoman pemeliharaan. 2.1.3
Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan (maintenance)7 adalah segala tindakan terhadap
sesuatu
benda
sebagai
mengembalikannya ke
obyek
untuk
mempertahankan
atau
keadaan, dimana benda tersebut
dapat
menjalankan fungsi semestinya. Tindakan-tindakan tersebut termasuk kombinasi
teknis
dan
administratif,
manajerial
dan
kegiatan
pengawasan.
6
SKEP/157/IX/2003. Pedoman Pemeliharaan Dan Pelaporan Peralatan Fasilitas Elektronika Dan Listrik Penerbangan. 2003, h. 2 7 Repair and maintenance..www.wikipedia.com
27
2.1.4 Kebijaksanaan Pemeliharaan Peralatan Ada beberapa kebijakan pemeliharaan peralatan, antara lain:8 kebijakan rawat buang, kebijakan rawat pakai atau rawat sendiri, kebijakan rawat kontrak, kebijakan unit cadangan, kebijakan teknik reparasi rakitan, dan kebijakan kombinasi dari kebijakan-kebijakan di atas. 2.1.5 Tujuan Pemeliharaan Tujuan pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut : 9 a) Untuk memperpanjang usia kegunaan asset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan dan isinya). b) Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (atau jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment) maksimum yang mungkin. c) Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan,
unit
pemadam
kebakaran
dan
penyelamat,
dan
sebagainya. d) Untuk menjamin keselamatan yang menggunakan sarana tersebut. 2.2
Jenis Pemeliharaan Peralatan Fasilitas yang baru selesai dibangun, peralatannya masih baru dan
biasanya operasi fasilitas dapat berjalan dengan lancar untuk tahun pertama. Agar suatu fasilitas tetap dapat berjalan dengan lancar, maka
8 9
Richardus Eko Indrajit, Manajemen Persediaan, (Jakarta: Grasindo, 2003), hal.15 Antony Corder, Teknik Manajemen Pemeliharaan, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal.3
28
selama digunakan harus dilakukan perawatan dan pemeliharaan secara terus-menerus. Pemeliharaan tersebut dapat bermacam-macam, yang biasanya dibedakan sebagai berikut:10 2.2.1 Pemeliharaan Rutin (Routine Maintenance) Pemeliharaan jenis ini bersifat rutin dan terus-menerus dilakukan yang bertujuan agar peralatan tetap berjalan dengan lancar dan mulus. Dalam jenis pemeliharaan ini biasanya tidak diperlukan penggantian suku cadang. Sering juga disebut sebagai perawatan atau service, yang meliputi pekerjaan seperti membersihkan dan memberikan minyak pelumas dan gemuk pelumas secara berkala sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat. 2.2.2 Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance) Pemeliharaan jenis ini dilakukan untuk mencegah agar peralatan tersebut jangan sampai rusak dan tidak dapat digunakan sementara tengah diperlukan. Dilakukan secara terencana dan terjadwal sejak semula. Pada pemeliharaan jenis ini, penggantian suku cadang dilakukan sebelum betul-betul rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Pemeliharaan jenis ini dilakukan sewaktu peralatan masih dalam keadaan baik. 2.2.3 Pemeliharaan Besar (Major Maintenance) Pemeliharaan besar dilakukan setiap periode tertentu. Periode ini dapat ditentukan berdasarkan waktu tetap atau berdasarkan masa penggunaan. Tujuannya adalah untuk mengembalikan peralatan ke
10
Richardus Eko Indrajit, Manajemen Persediaan, (Jakarta: Grasindo, 2003), hal.28
29
kapasitas semula. Misalnya, setelah berjalan beberapa waktu lamanya, kapasitas peralatan tinggal 70%, dan dengan pemeliharaan besar ini kapasitas dipulihkan lagi menjadi, misalnya, 95%. Persiapan untuk jenis pemeliharaan ini biasanya dapat dilakukan jauh sebelumnya, mislnya 1 tahun, 2 tahun, atau bahkan lebih. Sering disebut juga overhaul, atau turn around, atau plant stop, atau “turun mesin”. 2.2.4 Pemeliharaan karena rusak (Breakdown Maintenance) Pemeliharaan jenis ini dilakukan secara terpaksa karena peralatan rusak secara mendadak. Biasanya tidak diantisipasi terlebih dahulu, dan terjadi karena berbagai sebab seperti pemeliharaan besar yang dilakukan sangat terlambat, kurang atau tidak dilakukan pemeliharaan rutin atau pencegahan, salah operasi, peralatan dibebani secara berlebihan, dan sebagainya. 2.2.5 Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenace) Ini hampir sama dengan pemeliharaan karena rusak, hanya saja jenis pemeliharaan ini terpaksa dilakukan karena alasan yang tidak dapat diduga sebelumnya, misalnya terjadi keadaan kahar (force majeur) seperti kebakaran, banjir, dan sejenisnya. Persamaan antara pemeliharaan karena rusak dan pemeliharaan darurat ialah bahwa keduanya tidak dapat diramalkan dan tidak diperkirakan sebelumnya. Sedangkan perbedaannya ialah bahwa pemeliharaan karena rusak terjadi karena kesalahan sendiri, dan pemeliharaan darurat terjadi karena faktor diluar kekuasaan perusahaan.
30
2.3
Generator Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis
menjadi tenaga listrik melalui proses induksi elektromagnet.11 Generator memperoleh energi mekanis dari prime mover. Sedangkan Genset (Generator set) adalah bagian dari generator. Genset merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Generator terpasang satu poros dengan motor diesel, yang biasanya menggunakan generator sinkron (alternator) pada pembangkitan. Konstruksi generator AC adalah sebagai berikut12: a. Rangka Stator, terbuat dari besi tuang, merupakan rumah dari bagian-bagian generator yang lain. b. Stator, memiliki alur-alur sebagai tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator berfungsi sebagai tempat GGL induksi. c. Rotor, adalah bagian yang berputar dimana terdapat kutub-kutub magnet dengan lilitan nya yang dialiri arus searah, melewati cincin geser dan sikat-sikat. d. Cincin geser, terbuat dari bahan kuningan atau tembaga yang dipasang pada poros dengan memakai bahan isolasi. Slip ring ini berputar bersama-sama dengan poros dan rotor. e. Generator penguat, merupakan generator arus searah yang dipakai sebagai sumber arus. 11 12
http://mibmart.blogspot.com/2012/10/genset-generator-set.html http://tielearningnow.blogspot.com/2012/02/amfautomatic-main-failure-berbasis-plc.html
31
Gambar 2.10 genset Sumber: http://static.mascus.com/image/product/large/c42d28c5/deutz-91220-kva,c42d28c5-6.jpg 2.3.1 Cara Kerja Generator Prinsip kerja dari generator sesuai dengan hukum Lens, yaitu arus listrik yang diberikan pada stator akan menimbulkan momen elektromagnetik yang bersifat melawan putaran rotor sehingga menimbulkan eletromotive force (EMF) atau GGL pada kumparan rotor. Tegangan EMF ini akan menghasilkan suatu arus jangkar. Jadi diesel sebagai prime mover akan memutar rotor generator, kemudian rotor diberi eksitasi agar menimbulkan medan magnet
yang
berpotongan dengan konduktor pada stator dan menghasilkan tegangan pada stator. Karena ada dua kutub yang berbeda, utara dan selatan, maka tegangan yang dihasilkan pada stator adalah tegangan bolakbalik.13
13
Ibid
32
2.3.2 Menentukan Frekuensi Genset Kecepatan dan jumlah kutub derajat ac menentukan frekuensi tegangan yang dibangkitkan. Jika generator mempunyai dua kutub ( utara dan selatan ) dan kumparan berputar pada kecepatan satu putaran perdetik, maka frekuensi akan berubah manjadi siklus per detik. Rumus untuk mementukan frekuensi generator adalah14 :
f
pn 120
Dimana : f = Frekuensi tegangan yang diinduksikan ( Hz ) p = jumlah kutub pada rotor n = kecepatan rotor per menit ( r / menit ) 2.4
Menghitung Tegangan Genset Berputarnya rotor pada generator sepanjang dua poolstek (jarak
antara pertengahan kutub magnit dengan pertengahan kutub magnit berikutnya yaitu diukur pada keliling besi stator), maka akan membangkitkan tegangan induksi di dalam lilitan yang besarnya dapat ditulis dengan persamaan15 : E = 4. F. Fv. Fw. Φ.W.10-8 Volt
Dimana :
E
14 15
=
Tegangan GGL generator (V)
http://superthowi.wordpress.com/2012/09/13/generator-2/ http://threshold21.wordpress.com/2010/11/27/menghitung-tegangan-generator/
33
f
=
frekuensi generator (Hz)
fv
=
faktor efektif = 1,111
fw
=
faktor lilitan (untuk generator fasa tunggal adalah 0,8 dan untuk generator fasa tiga adalah 0,96).
Φ
=
fluks (garis gaya = 108 maxwell)
W
=
lilitan
untuk batas minimal dan maksimal tegangan yang diperbolehkan agar peralatan bekerja dengan baik adalah ± 5% dari tegangan normal atau sekitar 209 volt – 231volt.16
2.5
Menghitung Daya Genset17
2.5.1 Daya Nyata (P)
Daya nyata merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan menggerakkan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya.
Line to netral / 1 fasa P = V x I x Cos Ø
Line to line/ 3 fasa P = √3 x V x I x Cos Ø
16 17
PUIL 2000, h. 388 Rumus-rumus dasar elektrikal (Daya)_duniatehnikku.htm
34
Ket :
P
= Daya Nyata (Watt)
V
= Tegangan (Volt)
I
= Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)
Cos Ø = Faktor Daya
2.5.2 Daya Semu (S)
Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi atau distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus yang melalui penghantar.
Line to netral/ 1 fasa S=VxI
Line to line/ 3 fasa S = √3 x V x I
Ket :
S = Daya semu (VA)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)
35
2.6
Menentukan Kapasitas Genset18
KapasitasDaya
S total Faktor ker ja genset
Keterangan: Stotal
= Beban Total Terpasang (KVA)
Faktor kerja genset = 0,8
Pembebanan maksimum 80% dari kapasitasnya untuk menjaga agar tidak terjadi over load saat ada beban kejut ringan.
2.7
Tangki Bahan Bakar Tangki bahan bakar harus disediakan dalam ruang pembangkit
masing-masing untuk setiap unit penggerak utama, dengan kapasitas beban penuh selama 8 jam. Tempat pengisian bahan bakar harus ditempatkan cukup jauh dari baterai dan perlengkapan lainnya. Untuk setiap tangki bahan bakar harus tersedia alat duga bahan bakar yang mudah terlihat. Untuk isi 2/3 bagian harus diberi tanda yang mengingatkan
perlunya
pengisian
kembali.
Alat
duga
dibuat
sedemikian rupa sehingga kalau rusak, minyak tidak akan bocor. Pemipaan bahan bakar harus disusun sedemikian rupa sehingga tercegah masuknya lumpur dan endapan kotoran minyak dan udara yang dapat mengakibatkan tersumbatnya pipa. Semua keran harus
18
http://haprilawati.files.wordpress.com/2008/11/jurnalpa1.pdf, h. 6
36
diberi tanda keadaan tertutup atau terbuka. Pipa bahan bakar harus dilindungi terhadap panas yang berlebihan dan terhadap kerusakan mekanik.19 2.8
Sistem Penangkal Petir Sistem ini menggunakan ujung metal yang runcing sebagai
pengumpul muatan dan diletakkan pada tempat yang tinggi sehingga petir diharapkan menyambar ujung metal tersebut terlebih dahulu. Sistem ini memiliki kelemahan dimana apabila sistem penyaluran arus petir ketanah tidak berfungsi dengan baik maka ada kemungkinan timbul kerusakan pada elektronik yang sangat peka terhadap medan transien.20 2.9
Sistem Pentanahan Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah
sistem
pengamanan
terhadap
perangkat-perangkat
yang
mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari tegangan sentuh, gangguan, lonjakan listrik, petir dan lainnya. Tujuan utama dari adanya pentanahan adalah menciptakan jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient voltage.
19
PUIL 2000, h. 388 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jtptunimus-gdl-suyonoc2b2-6424-3-bab2.pdf, h. 41
20
37
Elektrode bumi21 ialah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak langsung dengan bumi. Penghantar bumi yang tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian dari elektrode bumi. Jenis elektrode bumi 1.
Elektrode pita ialah elektrode yang dibuat dari penghantar berbentuk pita atau berpenampang bulat, atau penghantar pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Elektrode ini dapat ditanam sebagai pita lurus, radial, melingkar, jala-jala atau kombinasi dari bentuk tersebut seperti pada Gambar 2.11, yang ditanam sejajar permukaan tanah dengan dalam antara 0,5 – 1.0 m.
Gambar. 2.11 Cara pemasangan elektrode pita Sumber: (PUIL 2000, h. 80) 2.
Elektrode batang ialah elektrode dari pipa besi, baja profil, atau batang logam lainnya yang dipancangkan ke dalam tanah.
3.
Elektrode pelat ialah elektrode dari bahan logam utuh atau berlubang. Pada umumnya elektrode pelat ditanam secara dalam.
21
Ibid, h. 80
38
4.
Bila persyaratannya dipenuhi, jaringan pipa air minum dari logam dan selubung logam kabel yang tidak diisolasi yang langsung ditanam dalam tanah, besi tulang beton atau konstruksi baja bawah tanah lainnya boleh dipakai sebagai elektrode bumi. Kualitas dari sistem pentanahan dapat diketahui dari nilai resistansi
jenis tanah dan nilai resistansi pentanahan. Nilai resistansi jenis tanah berbeda-beda tergantung dari jenis tanahnya. Nilai resistansi elektroda pentanahan tergantung pada jenis tanah dan keadaan tanah serta susunan dari elektroda pentanahan tersebut. Besarnya resistansi jenis tanah dan resistansi elektroda pentanahan diperlihatkan pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 Resistansi Jenis Tanah Sumber: (PUIL 2000 h. 80)
2.10 Exhaust Fan Fan adalah mesin sederhana yang menyediakan udara dengan syarat ada energi yang menggerakkan fan tersebut22. Fan ini digunakan
22
Higgins, Lindley R. P.E., dkk, Maintenance Engineering Handbook, Sixth Edition, McGraw-Hill, h. 4.107
39
untuk sirkulasi udara dari dalam ke luar ruangan sehingga udara menjadi tidak lembab dan panas. Kapasitas Exhaust Fan dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut23
1. Ukur Ruangan, Ubah Ukuran meter ke feet ( 1 Meter = 3,28 Feet) 2. Hitung Luas Ruangan dan kalikan tinggi. Maka akan didapat volume ruangan (Cubic Feet) 3. Tentukan berapa kali sirkulasi udara yang dinginkan per jam. 4. Kalikan Volume ruangan dengan Jumlah sirkulasi. maka diperoleh (Cubic Feet / Hours ) 5. Kemudian dibagi 60 untuk memperoleh CFM ( Cubic Feet per Minutes)
Gambar 2.12 Exhaust Fan Sumber : (http://w31.indonetwork.co.id/pdimage/51/2137751_industrialexhaust-fan-panasonic-f-40afu.jpg)
23
http://endi-prehanto19.blogspot.com/2011/05/menentukan-kapasitas-exhaust-fan.html
40
Dalam memilih exhaust fan, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah luas ruangan. Kemudian ketahui juga fungsi ruangan. Misalnya, ruangan genset sebagai pusat pembangkit energi listrik. Setelah itu baru memilih exhaust fan dengan spesifikasi yang sesuai luas dan fungsi ruangan. Luas dan fungsi ruangan menentukan seberapa besar air change rate atau tingkat keperluan pertukaran udara yang ditulis dalam satuan ACH (Air Changes Per Hour). Tabel 2.3 Air Change Rate sumber: (Panasonic.co.th) Tabel Air Change Rate Jenis Bangunan
Hotel
Rumah sakit
Publik Rumah Studio foto Sekolah
Jenis Ruangan Restoran, ruang dansa Dapur Lorong dan WC Toilet Ruang cuci Ruang cuci dry cleaning Lobi Klinik, ruang diagnosa pasien Toilet Kantor Kantin, restoran Dapur Ruang ronsen Toilet, ruang mesin genset Ruang cuci dry cleaning Kamar pasien Toilet umum Dapur Ruang keluarga Ruang Gelap Ruang proses kimia Kantin Ruang rapat
ACH 8 15 5 10 20 15 10 6 5 6 8 15 5 10 15 10 20 15 6 10 20 15 6
41
Bioskop
Pabrik
Restoran
Perkantoran
Ruang olahraga Toilet Perpustakaan, Laboratorium Ruang kelas Ruang ketemuan, lorong Ruang merokok Toilet Ruang proyektor Kantor Ruang kendali komunikasi Ruang Pengecatan Ruang genset Ruang penguapan Kantor Ruang makan Dapur Kantor Lobi Ruang rapat Ruang pameran Toilet
8 12 6 6 6 12 10 20 6 6 20 20 15 6 6 20 6 10 12 10 10
2.11 KWH Meter KWH meter adalah24 untuk mengukur daya pemakaian listrik. Arus listrik yang mengalir pada alat ini di proteksi dan di batasi oleh MCB yang besarnya di sesuiakan dengan sambungan daya PLN. Kedua peralatan tersebut adalah milik PLN dan keberadaannya disegel dan tidak boleh di buka kecuali oleh pihak PLN. Listrik sebelum masuk ke gedung harus melewati pembatas arus MCB dan KWH meter milik PLN.
24
PT. Skemanusa. Audit Elektrikal Permata Bank, h. 22
42
Gambar 2.13 KWH Meter Sumber: (http://4.bp.blogspot.com/_dxXD1z6xBE8/TIxLNyQSrAI/AAAAAAAAAA/QOq0Mtq-nQ0/s1600/meter1.jpg)
2.12 MCB (Mini Circuit Breaker) MCB merupakan25 pengaman otomatis untuk memutuskan sirkit secara otomatis apabila arus nya melebihi setting dari MCB tersebut. Pengaman otomatis dapat langsung dioperasikan kembali setelah mengalami pemutusan (trip) akibat adanya gangguan arus hubung singkat da beban lebih.
Gambar 2.14 MCB Sumber: (http://3.bp.blogspot.com/LgReMOluNMY/UFV0fe5mY1I/AAAAAAAAAsY/lyO99ulypK8/s1600/ mcb.jpg) 25
http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012/05/L2F007046_MKP.pdf, h. 3
43
2.13 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) MCCB atau Moulded Case Circuit Breaker26 adalah alat pengaman yang berfungsi sebagai pengaman terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih. MCCB memiliki rating arus yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan, konstruksi MCCB dapat dilihat pada gambar.
Gambar 2.15 MCCB Sumber: (http://202.67.224.135/pdimage/78/2203878_nsx100f.jpg) Berikut adalah rumus perhitungan kapasitas pemutus untuk pengaman output genset: IMCCB = 120% x Itotal Keterangan :
26
Itotal
= Rating kinerja daya genset (A)
IMCCB
= Rating pengaman genset (A)
Ibid, h. 4
44
2.14 TOLR (Thermal Overload Relay) TOLR27 adalah suatu pengaman beban lebih menurut PUIL 2000 bagian 5.5.4.1 yaitu proteksi beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi motor dan perlengkapan kendali motor, terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat beban lebih atau sebagai akibat motor tak dapat di asut. Biasanya tiap-tiap TOLR batas ratingnya dapat diatur, untuk lebih jelasnya lihat gambar konstruksi TOLR.
Gambar 2.16 TOLR Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-1VL0QFU3dk/ThFiP7ogU4I/AAAAAAAAACM/ExcJ5pr-rVM/s320/4606-lrthermal-overload-relay-1.jpg 2.15 Kontaktor Kontaktor28 adalah gawai elektromagnetik yang dapat berfungsi sebagai penyambung dan pemutus rangkaian, yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Rating kerja kontaktor dapat ditentukan dengan rumus berikut29:
I
27
I total 80%
http://jonielektro.blogspot.com/2011/02/thermal-overload-relay-tolr.html http://haprilawati.files.wordpress.com/2008/11/jurnalpa1.pdf, h. 4 29 Ibid, h. 7 28
45
Keterangan: I
= Rating arus kerja kontaktor (A)
Itotal
= Arus beban total (A)
Gambar 2.17 Kontaktor Sumber: (http://1.bp.blogspot.com/_xcrDl20DPEI/TU00rDgFliI/AAAAAAAAADk/ v-OeTmEgBd0/s1600/kontaktor.jpg)
2.16 Pengertian ATS Dan AMF
ATS adalah singkatan dari Automatic Transfer Switch, yaitu proses pemindahan penyulang dari penyulang/sumber listrik yang satu ke sumber
listrik
yang
lain
secara
bergantian
sesuai
perintah
pemrograman, ATS adalah pengembangan dari COS atau yang biasa disebut secara jelas sebagai Change Over Switch, beda keduanya adalah terletak pada sistim kerjanya, untuk ATS kendali kerja dilakukan secara otomatis, sedangkan COS dikendalikan atau dioperasikan secara manual.30 Alat ini berfungsi untuk memindahkan koneksi antara sumber tegangan listrik satu dengan sumber tegangan listrik lainnya secara
30
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29678/4/Chapter%20II.pdf, h. 16
46
automatis. Karena fungsi tersebut ATS sering juga disebut dengan Automatic COS (Change Over Switch).
Gambar 2.18 Panel ATS (ACOS) Sumber: (http://www.kiosgenset.com/wpcontent/uploads/2011/10/panel-ats30kva.jpg) AMF31 adalah singkatan dalam istilah kelistrikan dari Automatic Main Failure yang maksudnya menjelaskan cara kerja otomatisasi terhadap sistem terhadap sistem kelistrikan cadangan apabila terjadi gangguan pada sumber/penyulang listrik utama (Main), istilah ini secara umum sering dijabarkan sebagai sistim kendali start dan stop genset, baik itu diesel generator, genset gas maupun turbin.32 Alat ini berfungsi untuk menyalakan mesin genset jika beban yang di layani kehilangan sumber energi listrik utama/PLN.
31 32
http://rodausahamandiri.blogspot.com/2011/09/panel-listrik.html Ibid, h. 16
47
Gambar 2.19 Panel AMF Sumber: (http://www.best-engine.com/images/amf-controlpanel/amf-control-panel.jpg) Sistim kerja panel ATS dan AMF yang sering kita temukan adalah kombinasi untuk pertukaran sumber baik dari genset ke pln maupun sebaliknya, bilamana suatu saat sumber listrik dari PLN tiba-tiba padam, maka AMF bertugas untuk menjalankan diesel genset sekaligus memberikan proteksi terhadap sistim genset, baik proteksi terhadap unit mesin/engine yang berupa pengamanan terhadap gangguan rendahnya tekanan minyak pelumas (Low Oil Pressure) maupun kondisi temperatur mesin serta media pendinginannya, dan juga memberikan perlindungan terhadap unit Generatornya. baik berupa pengamanan terhadap beban pemakaian yang berlebih maupun perlindungan terhadap karakterlistrik lain seperti tegangan maupun frequensi genset, apabila parameter yang diamankan melebihi batasannormal/setting maka tugas ATS adalah melepas hubungan arus listrik ke beban sedangkan AMF bertugas untuk memberhentikan kerja mesin.
Apabila generator yang dijalankan beroperasi dengan baik, berikutnya ATS bertugas memindahkan sambungan dari sebelumnya
48
yang tersambung dengan PLN dipindahkan secara otomatis ke sisi generator sehingga aliran listrik bisa tersambung ke sisi pengguna.
Apabila kemudian pln kembali normal, selanjutnya ATS bertugas untuk mengembalikan jalurnya dengan memindahkan switch kembali ke sisi utama dan untuk kemudian disusul dengan tugas AMF untuk memberhentikan kerja mesin diesel tersebut, demikian seterusnya semua sistim kontrol dikendalikan secara otomatis berjalan dengan sendirinya.
Gambar 2.20 Blok diagram cara kerja AMF dan ATS Sumber: (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29678/4/Chapter%20II.pdf)
Ats-Amf panel tersusun atas beberapa bagian utama antara lain :
ChangeOver system yang berfungsi sebagai media tukar sumber, jenis dari media changeover ini bisa MCCB yang dilengkapi dengan motorized, bisa menggunakan Magnetic Contactor, bisa juga menggunakan Change Over Switch yang dilengkapi dengan sistim motorized atau solenoid.
49
Metering yang berfungsi sebagai media indikator kondisi kelistrikan. Battery Charger yang berfungsi sebagai charging battery genset.
Modul Controller yang berfungsi sebagai media start-stop genset dan changeover.
2.17 Battery dan Batterry Charger Baterai ini terdiri atas elektroda dan elektrolit. Elektroda berbentuk pelat (lapisan, sedangkan elektrolit berbentuk larutan). Ketika elektroda dihubungkan dengan suatu konduktor akan terjadi pergerakan arus dalam elektrolit tersebut. Elektroda ini ada dua macam yaitu katoda dan anoda. Katoda adalah elektroda negatif yang berfungsi sebagai pemberi elektron dan elektrolit. Anoda adalah elektroda positif yang berfungsi sebagai penerima elektron33.
Gambar 2.21 Baterai Sumber: (http://www.akimurah.com/image-product/img9.jpg) Battery charger biasanya digunakan sebagai charger yaitu alat ini mendapat suplai listrik dari sumber PLN atau dari generator itu sendiri. Battery charger untuk mengisi energi listrik ke accu. Accu ini 33
http://haprilawati.files.wordpress.com/2008/11/jurnalpa1.pdf, h. 3
50
biasanya berkapasitas 12 Vdc atau 24 Vdc, maka battery charger ini harus dapat mengisi accu sampai kapasitas tersebut. Accu ini digunakan untuk men-start motor dc yang akan menggerakkan generator. Battery charger ini akan mengisi accu atau battery sebesar 12 Vdc atau 24 Vdc .34
Gambar 2.22 Baterai Charger Sumber: (http://202.67.224.131/pdimage/71/s_3599371_leader220start.jpg) 2.18 Automatic Voltage Regulator (AVR)35 AVR adalah alat yang mengatur arus penguatan (excitacy) pada exciter. Sistem pengoperasian unit AVR (Automatic Voltage Regulator) berfungsi untuk menjaga agar tegangan generator tetap konstan dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan tegangan yang selalu stabil tidak terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah, dikarenakan beban sangat mempengaruhi tegangan output generator.
34
http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012/05/L2F007046_MKP.pdf, h. 3 35 http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/06/avr-automatic-voltage-regulator.html
51
Gambar 2.23 AVR Sumber: (http://img577.imageshack.us/img577/6038/img00963201201140657.jpg) Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan (excitacy) pada exciter. Apabila tegangan output generator dibawah tegangan nominal tegangan generator, maka AVR akan memperbesar arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dan juga sebaliknya apabila tegangan output generator melebihi tegangan nominal generator maka AVR akan mengurangi arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tegangan output generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis dikarenakan dilengkapi dengan peralatan seperti alat yang digunakan untuk pembatasan penguat minimum atapun maksimum yang bekerja secara otomatis. 2.19 Ohm Saklar Ohm Saklar berfungsi untuk mengatur 2 sumber listrik kedalam Instalasi Listrik. Sumber tersebut adalah PLN dan GENSET.36
36
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130227072015AA2lOZ5
52
Gambar 2.24 Ohm saklar Sumber: (http://allsupplier.files.wordpress.com/2010/11/cam-starter.jpg) 2.20 Standart Sambungan PLN Diantara standar yang dianjurkan tersebut adalah37 Pada saluran utama menggunakan penghantar dengan
1.
penampang 4 mm 2.
Pada instalasi sirkit akhir gunakan penghantar dengan penampang :
3.
3 x 2.5 mm untuk instalasi kotak kontak (stop kontak)
2 x 1.5 mm untuk instalasi penerangan
Gunakan penghantar dengan warna yang standard menurut puil 2000 (Fase = Merah , Netral = Biru , PE = Loreng/Hijau Kuning)
4. Sistem pembumian harus ada dan menggunakan elektroda min. 1 stick (Nilai pengukuran resistansi pembumian lebih kecil dari 50 Ohm) 5. Sistem pembumian menggunakan penghantar BC dengan penampang 4 mm 37
http://sapriwaldi.blogspot.com/2012/10/prosedur-pemasangan-sambungan-baru.html
53
6. Penyambungan sistem pembumian dengan PE dilakukan pada terminal didalam PHB 7. Menggunakan material yang standar dengan indikasi SNI,LMK,SPLN. (Untuk kabel,MCB dan stop kontak). Tabel 2.4 Standar Daya PLN Sumber : http://mekanikalelektrikal.blogspot.com/2009/09/seluk-belukpasang-baru-tambah-daya_29.html
2.21 Pengujian 2.22 Teknik Pengujian Genset38 Inspeksi dan Pengujian Instalasi Genset merupakan bagian atau tahapan proses instruksi yang bertujuan : 38
PT. Skemanusa Consultama Teknik. Procedure STP Dan WTP Technical Central Park Jakarta, h. 13
54
Membuktikan bahwa suatu tahapan instalasi sudah selesai
Menunjukkan bahwa instalasi dikerjakan sesuai shop drawing dan spesifikasi
Meminta pengesahan instalasi dari wakil konsultan
Sebagai bukti kemajuan pekerjaan
2.22.1 Pengujian Genset 1. Test Tahanan Grounding Test tahanan grounding adalah pengetesan dengan cara : - Grounding Test - Mengukur tahanan terhadap pentanahan. Dengan metode test mengukur tahanan dengan Ohm meter dan criteria lolos / diterima dengan tahanan lebih kecil sama dengan 3 Ohm.39 2. Test Isolasi Tahanan Kabel Adalah pengetesan dengan cara : -
Merger kabel
-
Mengukur tahanan kabel antar fasa dengan fasa, fasa dengan netral dan fasa dengan grounding. Dengan metode test mengukur tahanan dengan Ohm meter
(mega ohm) dan criteria lolos / diterima dengan tidak terjadi kebocoran pada isolasi kabel dan hasil tergantung dari ukuran dan panjang kabel.
39
PUIL 2000, h. 81
55
Tabel 2.5 Nilai Resistans Isolasi Minimum Sumber: PUIL 2000, h. 85
3. Noise Genset Adalah dengan cara : -
Test noise
-
Mengukur dB diluar ruang genset pada jarak 1 meter dari intake dan discharge / silencer. Dengan metode test menggunakan alat ukur dB meter dan criteria
lolos / diterima dengan Noise 70 dB jarak 1 meter sesuai dengan KEPMEN LH NO.KEP.48/MENLH/11/1996. 4. Tangki Harian dan Tangki Bulanan Tangki Harian dan Tangki Bulanan adalah penyimpanan bahan bakar. Adapun cara pengetesannya, yaitu : -
Check visual dari tangki (dimensi ketebalan plat, hasil pengelasan kelengkapan – kelengkapan accessories dll.).
-
Test Hidrostatis, yaitu dengan mengisi tangki dengan air sampai penuh. Dengan metode test diukur dilihat dan diraba dan criteria lolos /
diterima dengan sesuai shop drawing.
56
-
Pressure
test
menggunakan
media
angin,
ditekan
dengan
kompresor, -
Maksimum \ tekanan 2 bar. Kemudian pada pengelasan diberi air sabun.
-
Dengan metode test pressure test dengan media angin dan criteria lolos / diterima jika pada pengelasan tidak terjadi kebocoran untuk instalasi fuel system.
5. Panel Control Genset Sistem panel control genset ada beberapa pengetesan, yaitu : - Test simulasi
Pengetesan synchron secara manual
Pengetesan synchron secara otomatis
Dengan metode test dengan memberikan beban simulasi pada panel dan criteria lolos / diterima jika synchron dapat berfungsi dengan baik. 6. Voltage injection Untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran pada busbar dan ACB. 2.22.2 SISTEM GENSET40 Genset adalah sebagai power cadangan/Back up dari PLN. Oleh karena itu pada instalasi genset secara sistem harus pada posisi stand by auto dan dalam keadaan siap pakai, maka sebelum kita melakukan testing pada genset, terlebih dahulu kita lakukan cek sistem dan cek kebersihan lokasi meliputi :
40
Ibid, h. 14
57
- Kebersihan areal ruangan genset. - Periksa instalasi pipa solar dan di flushing, kabel dsb. - Level dari pelumasan. - Air pendingin. - Battery. - Valve-valve & accessories. - Panel dsb. a) Pengetesan Genset Setelah pengecekan dilakukan, baru dilaksanakan test running genset, lalu kita periksa dan setting frekwensi, voltage dsb. Kemudian kita laksanakan pengetesan Safety Device meliputi : - High temperature - Emergency stop - Low pressure - Start failure - Over speed b) Pengetesan Panel - Test start genset dari panel - Test paralel secara manual - Test simulasi power failure *
Start secara automatis
58
*
Stop secara automatis
- Test simulasi paralel secara automatis c) Test Sinkron dengan PLN Lakukan pengetesan memutus PLN secara keseluruhan dengan beban secukupnya. d) Test Beban Aktual Test beban actual dilakukan pengetesan dengan beban yang ada pada gedung tersebut. Jadi test tersebut bisa dilaksanakan apabila sistem instalasi listrik pada gedung tersebut sudah siap pakai.
Agar masa pakai genset lebih panjang, perlu diperhatikan hal-hal berikut 41:
1. Waktu pemanasan awal. Biarkan mesin hidup ± 5-10 menit pertama setelah start, hal ini diperlukan agar putaran stabil. 2. Pembebanan. Sebaiknya gunakan pembebanan maksimum 80% dari kapasitasnya untuk menjaga agar tidak terjadi over load saat ada beban kejut ringan. 3. Pelumasan. Ganti pelumas setelah 20 jam pertama dan setiap 100 jam berikutnya. 4. Pemanasan untuk perawatan. Jalankan genset minimal sekali seminggu selama ± 5-20 menit untuk menjaga kondisi accu dan pelumasan di dalam unit mesin.
41
http://www.kawanlama.com/id/tip/151-agar-genset-anda-selalu-prima
59
5. Sirkulasi udara. Letakkan unit pada tempat dengan sirkulasi udara yang baik atau tambahkan exhaust fan agar tidak terjadi over heating pada genset.