BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan suatu kegiatan
perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencairan dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Manajemen
keuangan
juga
mengkaitkan
perolehan
(acquitition),
pembiayaan /pembelanjaan (financing) dan manajemen aktiva dengan tujuan secara menyeluruh dari suatu perusahaan. (Manajemen terhadap fungsi keuangan).
Semua
kegiatan / aktivitas perusahaan
yang
bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin. Menurut pendekatan teori system, suatu perusahaan secara teknis operasional dapat terdiri dari lima subsistem pula, yakni: a. Subsistem produksi b. Subsistem personalia c. Subsistem pemasaran d. Subsistem administrasi dan umum e. Subsistem keuangan Sejak perusahaan itu melakukan riset pemasaran (untuk menetapkan produk apa yang akan dihasilkan, berapa jumlahnya, siapa dan dimana
6
konsumennya, berapa harganya, dan kapan memproduksi produk itu), sampai
kepada
kegiatan
produksi
(mendirikan
pabrik,
membeli
peralatannya, membeli dan mendatangkan bahan baku, mempekerjakan tenaga kerja dalam proses produksi), dan kegiatan para karyawan pada berbagai bagian, semuanya memerlukan dana. Secara teoritis, tak satu pun di antara kegiatan-kegiatan itu dapat terlaksana tanpa biaya. Jadi, yang memikirkan dana bagi pembiayaan berbagai kegiatan itulah yang menjadi salah satu fungsi manajemen keuangan. Dengan demikian, manajemen keuangan adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam bidang keuangan, yakni meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan keuangan. Drs Agus Sartono MBA (2005) menyebutkan bahwa Manajemen Keuangan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Peranan Manajemen Keuangan dalam perusahaan adalah sebagai berikut : •
Bertanggung jawab terhadap tiga keputusan pokok manajemen keuangan (pemerolehan (acquitition), pembiayaan /pembelanjaan (financing) dan manajemen aktiva secara efisien)
•
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.
7
•
Menghadapi tantangan dalam mengelola aktiva secara efisien dalam perubahan yang terjadi di lingkungan : -
persaingan antar perusahaan,
-
perekonomian dunia yang tidak menentu,
-
perubahan teknologi
-
tingkat inflasi dan bunga yang berfluktuasi 2.1.1 Fungsi Manajemen Keuangan
1. Fungsi penggunaan dana (Allocation of fund) o Keputusan investasi/Capital budgeting/Investment decition o Pembelanjaan aktif o Bagaimana menggunakan dana secara efisien o Alokasi ke AL & AT (aktiva riil) 2. Fungsi mendapatkan dana (raising decision) / Obtion of funds o Keputusan pembelanjaan /Financing decision o Pembelanjaan pasif o Bagaimana memperoleh dana yang paling efisien (murah) o Tercermin di neraca sisi pasiva 2.1.2 Keputusan dalam Manajemen Keuangan o Keputusan investasi (Investment decision) o Keputusan ini meliputi penentuan aktiva riil yang dibutuhkan untuk dimiliki perusahaan, o Keputusan pembelanjaan (Financing decision)
8
o Keputusan yang berkaitan dengan bagaimana mendapatkan dana yang akan digunakan untuk memperoleh aktiva riil yang diperlukan. o Kebijakan deviden (deviden policy) o Keputusan Manajemen Aktiva o Keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan/penggunaan aktiva
dengan
efisien
(biasanya
lebih
memperhatikan
manajemen aktiva lancar (kas, piutang dan sediaan).
2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan Tujuan suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan itu. Dengan nilai perusahaan yang tinggi, akan menaikkan jumlah kekayaaan para pemilik modal sendiri. Itulah sebabnya maka dalam teori manajemen keuangan modern disebutkan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan para pemegang saham. Drs Agus Sartono MBA (2005) menyebutkan bahwa tujuan dari manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimasi nilai perusahaan. Istilah memaksimumkan profit pada dasarnya hanya merupakan tujuan jangka pendek, sebab hanya meliputi satu periode, atau untuk periode tertentu. Dalam analisis multi periode, profit itu merupakan konsep arus, dimana para pengusaha ingin memaksimumkan arus profitnya pada seluruh periode yang bersifat independen
dan
homogen.
Dalam
9
keadaaan
demikian,
tujuan
memaksimumkan profit jangka pendek mengarah kepada maksimum profit jangka panjang. Artinya jika profit itu selalu meningkat pada setiap tahun maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Akan tetapi apabila perolehan profit itu tidak menentu dimana pada beberapa tahun profit itu naik tapi pada tahun-tahun yang lainnya profit itu malah menurun, maka kedua tujuan itu tidak ekuivalen. Dengan demikian maka jelaslah bahwa tujuan memaksimumkan kekayaan pemegang saham dianggap lebih baik daripada memaksimumkan profit, karena telah mempertimbangkan beberapa hal seperti: a. Kekayaan jangka panjang b. Resiko dan ketidak pastian c. Waktu memperoleh keuntungan d. Keuntungan pemegang saham
2.2 Investasi Investasi modal kerja pada perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah investasi yang berumur kurang dari satu tahun sedangkan investasi jangka panjang berumur lebih dari satu tahun. Namun, ada pula yang membagi investasi jangka panjang menjadi dua, investasi jangka menegah yaitu antara satu sampai lima tahun dan investasi jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun.
10
Investasi jangka panjang ini dalam manajemen keuangan sering dikaitkan dengan penganggaran modal atau capital budgeting. Pengertian modal atau capital mengacu kepada aktiva tetap yang dipergunakan dalam proses produksi sedangkan pengertian budget adalah suatu rencana atau proyeksi aliran kas dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian penganggaran modal tidak lain adalah proses merupakan proses analisa meyeluruh tentang suatu proyek. Proses ini sangat penting bagi keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Perusahaan memutuskan untuk melakukan investasi saat ini dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang cukup dimasa datang. Sebagai contoh investasi pada perlengkapan system distribusi, bangunan, sarana produksi yang lebih baik, penelitian dan pengembangan produk baru yang kesemuanya itu sangat menentukan dan mempengaruhi keberhasilan dimasa mendatang. Perlu diingat kembali bahwa tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, demikian pula tujuan yang harus dicapai dalam investasi jangka panjang ini adalah memaksimumkan nilai perusahaan atau kemakmuran pemegang saham. Jika perusahaan melakukan investasi yang memberikan nilai sekarang yang lebih besar dari investasi, maka nilai perusahaan akan meningkat. Peningkatan nilai perusahaan dari investasi ini akan tercermin pada meningkatnya harga saham. Dengan kata lain, keputusan investasi harus dinilai dalam hubungannya dengan kemampuan untuk menghasilkan
11
keuntungan yang sama atau lebih besar dari yang diisyaratkan oleh pemilik modal. Dalam penganggaran modal beberapa informasi sangat diperlukan diantaranya adalah : alternatif kesempatan investasi, estimasi aliran kas, pemilihan investasi atas dasar kriteria yang ada dan penilaian kembali setelah ditentukannya suatu investasi. Konsep penganggaran modal ini dapat diterapkan pada berbagai alternative investasi jangka panjang, baik itu berupa investasi baru, eksplorasi sumber alam dan investasi jangka panjang lainnya. Informasi tentang aliran kas untuk masing-masing alternative investasi dapat diperoleh dari sumber yang berbeda. Sebagai contoh investasi produk baru sangat memerlukan informasi yang berasal dari bidang pemasaran, sedangkan investasi penggantian aktiva lebih banyak diperoleh dari bidang produksi. Tugas yang paling penting didalam penanggaran modal atau capital budgeting adalah estimasi aliran kas dimasa mendatang yang mencakup aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Proyeksi aliran kas melibatkan berbagai variable, individu dan berbagai departemen atau bidang dalam bperusahaan. Secara umum investasi jangka panjang dapat dikelompokkan menjadi empat macam : 1. Investasi penggantian asset karena sudah using atau karena adanya teknologi yang baru. 2. Investasi ekspansi berupa penambahan kapasitas produksi karena adanya kesempatan usaha yang lebih baik
12
3. Investasi penambahan produk baru atau diversifikasi produk 4. Investasi lain yang tidak termasuk kedalam ketiga kategori tersebut, Investasi lain ini meliputi investasi peralatan pengendalian polusi dan investasi peningkatan keselamatan kerja. Sementara itu jika dilihat dari segi keterkaitan antar investasi, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu investasi yang bersifat meniadakan atau mutually exclusive dan investasi yang independen. Investasi yang saling meniadakan artinya kita tidak mungkin untuk melakukan keduanya sebagai contoh perusahaan tidak dapt menggunakan conveyor dan forklift untuk material handling dalam proses produksinya. Sedangkan investasi yang independen adalah investasi dimana keputusan penolakan dan penerimanya tidak berpengaruh apapun terhadap investasi lain. Misalnya keputusan untuk membeli perlengkapan untuk material handling dan mesin pengepakan dalam perusahaan rokok. Perlu diingat bahwa keputusan investasi tidak mencakup hanya investasi pada asset rril seperti tanah, bangunan, alat kantor, kendaraan dan asset riil lainnya melainkan juga investasi pada asset finansiil seperti investasi pada saham dan obligasi. Investasi pada asset riil juga meliputi asset berujud atau tangible asset dan asset tak berujud atau intangible asset seperti merek, kontrak manajemen, dan hak patent. Konsep penilaian investasi ini akan menjawab pertanyaan berapa besarnya tambahan nilai riil dari suatu investasi. Keputusan investasi jangka panjang ini mempunyai
arti
sangat
penting
13
karena
ketidaktepatan
dalam
memproyeksikan kebutuhan investasi akan mengakibatkan terjadinya over atau underinvestment. Ada dua komponen utama aliran kas, yakni initial cash flow yang merupakan pengeluaran investasi. Pengeluaran ini mencakup pengeluaran yang diperlukan mulai saat timbul idea tau gagasan untuk beroperasi. Kita perlu mengindentifikasi dengan teliti setiap pengeluaran ini karena dapat saja pengeluaran ini terjadi berkali-kali selama usia proyek. Yang kedua adalah operasional cash flow, yang berkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan selama operasi perusahaan. Operasional cash flow ini biasanya akan mempunyai selisih neto yang positif, dan dari sini pengembalian investasi itu dilakukan. Cara semacam itu cukup tepat apabila tidak ada perbedaan antara pengakuan penerimaan dan biaya akuntansi dan terjadinya penerimaam dan pengeluaraan kas. menjadi ma operasi bisnis. Dalam membuat suatu program atau proyek didalam suatu perusahaan hendaklah dibuat suatu perhitungan investasi yang tepat dan terukur. Jika program tersebut dapat dijalankan dengan keuntungan yang maksimal, maka program tersebut akan dilaksankan. Pertumbuhan perusahaan dan bahkan kemampuannya untuk tetap mampu berkompetisi maupun bertahan bergantung pada aliran pemikiran yang konstan untuk membuat suatu program baru, cara-cara untuk membuat suatu program yang ada menjadi lebih baik dan cara-cara untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah. Akibatnya perusahaan yang dikelola dengan baik akan berusaha
sekuat
tenaga
untuk
14
mengembangkan
usulan-usulan
penganggaran modal yang baik. Hal ini sesuai dengan rencana bisnis strategis suatu perusahaan seperti yang diungkapakan Brigham and Huston (2006) menyatakan rencana bisinis yaitu rencana jangka panjang yang memberikan garis besar strategi jangka panjang perusahaan untuk jangka waktu lima hingga sepuluh tahun mendatang. Jika Perusahaan memiliki kemampuan dan eksekutif serta karyawan yang imajinatif, dan jika sistem insentifnya bekerja dengan benar, maka akan banyak pemikiran investasi anggaran yang muncul kepermukaan. Beberapa pemikiran mungkin adalah suatu pemikiran. Menganalisa berbagai usulan pengeluaran modal bukanlah suatu operasi yang tanpa biaya, memang akan ada keuntungan yang diraih, tetapi analisis tetap membutuhkan biaya. Untuk beberapa jenis program tertentu mungkin dibutuhkan analisis yang relaitf detail tetapi untuk beberapa program lain mungkin sebaiknya digunakan prosedur yang lebih sederhana. Terdapat lima metode yang digunakan untuk menilai peringkat program dan untuk memutuskan apakah program tersebut sebaiknya diterima atau ditolak dalam anggaran modal. Yaitu (1) pembayaran kembali, (2) pembayaran kembali yang didiskontokan, (3) nilai sekarang bersih (net present valueNPV), (4) tingkat pengembalian internal (internal rate of return-IRR), dan (5) tingkat pengembalian yang dimodifikasikan (modified internal rate of return-MIRR).
15
2.3
Tekhnik Analisis Data
2.3.1 Avarage Rate Of Return atau Return On Investment (ROI) Avarage Rate Of Return atau Return on Investment merupakan ratio antara laba setelah pajak terhadap investasi. Drs Lukman Syamsudin MA (2004) mengemukakan bahwa perhitungan Avarage Rate Of Return didasarkan atas jumlah keuntungan bersih sesudah pajak (EAT) yang tampak dalam laporan rugi laba, dengan perhitungan sebagai berikut : Avarager Rate Of Return = Avarage Earning After Taxes Avarage Investment Avarage earning after taxes (rata-rata bersih sesudah pajak) atau rata-rata keuntungan bersih sesudah pajak dihitung dengan jalan menambha keseluruhan keuntungan bersih sesudah pajak umur proyek, kemudian dibagi dengan umur ekonomis proyek tersebut. Avarage EAT =
EAT n
Keterangan : Avarage EAT = Rata-rata keuntungan bersih sesudah pajak EAT n
= Total keuntungan bersih sesudah pajak
= Umur ekonomis proyek/aktiva (jangka waktu proyek
menghasilkan)
Avarage Investment (Rata-rata Investasi) dihitung dengan jalan membagi dua jumlah ivestasi. Rata-rata ini mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan metode depresiasi garis lurus dan tidak ada nilai
16
residu atau salvage pada akhir umur ekonomis proyek. Dengan demikian nilai buku aktiva akan menurun pada tingkat yang konsta, mulai dari nilai investasi yang semula sampai dengan Rp.0 pada akhir umur ekonomis proyek. Hal ini berarti bahwa rata-rata nilai proyek adalah separuh dari jumlah investasi yang semula. Metode ini hanya didasarkan atas laba dari data laporan keuangan, dengan demikian kelemahan yang utama yaitu apabila metode depresiasi yang dipergunakan berbeda maka akan memberikan hasil yang berbeda karena metode depresiasi suatu aktiva akan mempengaruhi besar kecilnya suatu keuntungan. Sebagai contoh penggantian mesin lama yang masih memiliki nilai buku Rp. 5.000.000,- dengan mesin baru senilai Rp. 23.000.000,- Biaya pemasangan Rp. 2.000.000,-. Sehingga total investasi adalah sebesar Rp. 25.000.000,- dikurangi dengan penjualan mesin lama Rp. 5.000.000,- atau sebesar Rp. 20.000.000,-.cara perusahaan dalam menjaga kelangsungan hidup dari usahanya dengan mengambil kebijakan penjualan kredit, dimana penjualan kredit ini akan menimbulkan piutang yang merupakan investasi bagi perusahaan. Karena pembayarannya dapat ditangguhkan dan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian antara perusahaan dan konsumen.
2.3.2 Payback Period Drs Lukman Syamsudin MA (2004) menyatakan Payback period merupakan perhitungan atau penentuan jangka waktu yang dibutuhkan
17
untuk menutup initial investment dari suatu proyek dengan menggunakan cash inflow yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Perhitungan payback period untuk suatu peroyek yang mempunyai pola cash inflow yang sama dari tahun ketahun dapat dilakukan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Payback period = Initial Investment Cash Inflow Drs Agus Sartono MBA (2005) menyebutkan bahwa payback period merupakan berapa lama (jangka waktu) yang diisyaratkan untuk pengembalian initial cash investment (investasi). Kelemahan konsep ini adalah tidak memperhatikan konsep niali waktu uang dan tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback.
2.3.3 Metode Nilai Sekarang Bersih (NPV) Untuk mengetahui kelayakan suatu proyek atau program layak dijalankan dapat di lihat berapa besar persentase keuntungan yang ditentukan. Salah satunya adalah dengan metode nilai sekarang bersih (Net Present Value-NPV), Brigham and Huston (2006) menyatakan metode nilai bersih sekarang – NPV adalah metode untuk menyusun peringkat usulan-usulan investasi menggunakan NPV, yang setara dengan nilai sekarang dari arus kas bersih dimasa mendatang yang didiskontokan pada biaya modal. Untuk mengimplementasikan pendekatan ini, kita akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
18
1. Mengitung dari setiap arus kas, termasuk arus kas masuk dan arus kas keluar, yang didiskontokan pada biaya modal program. 2. Menjumlahkan arus-arus kas terdiskonto diatas kemudian jumlah ini dinyatakan sebagai NPV program tersebut. 3. Jika NPV memiliki nilai positif, program tersebut sebaiknya diterima, sedangkan jika negatif sebaiknya ditolak. Jika terdapat dua program dengan NPV positif bersifat saling ekslusif, maka yang sebaiknya diterima adalah dengan program yang mempunyai nilai NPV positif terbanyak. Brigham and Huston (2006) mengemukakan persamaan NPV dapat dinyatakan sebagai berikut: NPV
= CF0
=
+
CF1 + CF2 + .... = Cfn (1+K)1 (1+K)2 (1+K)n
n
CFt t=0 (1+k)t
Dasar pemikiran untuk metode NPV cukup sedehana. Nilai NPV sebesar “Nol” menunjukkan bahwa arus kas program tersebut pasti memadai untuk membayar kembali modal yang diinvestasikan dan untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang diminta atas modal tersebut. Jika sebuah program memiliki nilai NPV positif, maka program tersebut menghasilkan kas yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk melayani utangnya dan untuk memberikan pengembalian yang diminta kepada para pemegang saham, dan kelebihan kas ini akan dikumpulkan
19
untuk dibayarkan kembali hanya untuk para pemegang saham perusahaan. Oleh karena itu jika perusahaan melaksanakan suatu program yang nilai NPV-nya positif, maka posisi para pemegang sahamnya juga akan membaik. Drs Lukman Syamsudin MA (2004) menyatakan Net Present Value adalah merupakan selisih antara cash flow yang didiskonto pada tingkat bunga minimum atau cost of capital perusahaan dikurangi dengan investasi. Merupakan salah satu dari tekhnik capital budgeting yang mempertimbangkan nilai waktu uang yang paling banyak digunakan.
NPV = Present Cash Inflow – Present Value Investasi Pengukuran cash inflow dan cash outflow yang didasarkan atas nilai sekarang atau present valuenya dapat memberikan suatu perbandingan yang lebih tepat dari beberapa proyek yang sedang dievaluasi. Apabila proyek yang dinilai mempunyai pola cash flow konvensional (cash out flow diikuti oleh serangkaian cash flow) maka present value dari invstasi adalah sebesar modal yang diinvestasikan, sebaliknya apabila cash flow dari suatu proyek mempunyai nonkonvensional, maka terlebih dahulu harus dihitung present value dari keseluruhan modal yang diinvestasikan, kemudian baru dikurangi dari present value keseluruhan cah inflow. Keputusan proyek tersebut diterima atau tidak sangat tergantung dari Net Present Value proyek tersebut, usulan proyek diterima apabila VPV > 0.
20
Dr. Suad Husnan MBA (2005) mengemukakan net Present Value yaitu sebagai nilai tunai bersih atau nilai sekarang bersih.NPV merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dengan present value pengeluaran kas.
NPV = PV penerimaan – investasi yang diperlukan Dengan demikian untuk investasi yang hanya berusia satu tahun rumus untuk menghitung NPV adalah
NPV = A0 + A1 1+r Penggunaan NPV nampaknya memang merupakan tujuan yang wajar bagi perusahaan, karena pedoman NPV membantu kita dalam menggunakan investasi pada pasar modal untuk menemukan opportunity cost capital sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan. Drs Agus Sartono MBA (2005) menyatakan Net Present Value adalah selisih present value proceed dengan present value investment (outlay). Metode ini merupakan metode discounted cash flow dengan perhitungan sebagai berikut : NPV =
n
At t=0 (1+r)t
NPV = - A0 +
n
At t=1 (1+r)t
21
Jika suatu investasi nilai NPVnya sama dengan nol, sebenarnya telah memberikan keuntungan sebesar required rate of returnya. Sehingga memang seharusnya menerima investasi yang memberikan keuntungan riil sebesar tingkat keuntungan yang diharapkan. Jika perusahaan memiliki NPV sama dengan nol, maka perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan, hal ini disebabkan keuntungan perusahaan adalah nol. Dengan kata lain keuntungan yang diperoleh hanya cukup untuk membayar modal saja, maka sebaiknya dalam mengambil keputusan seorang manager harus memilih proyek atau investasi yang memiliki nilai net present value positif dan lebih besar.
2.3.4 Tingkat Pegembalian Internal (IRR) Metode tingkat pengembalian internal (Internal rate of return – IRR) dinyatakan sebagai tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari ekspektasi arus kas masuk kesuatu program kenilai sekarang dari biaya program. Brigham and Huston (2006) menyatakan tingkat pengembalian internal yaitu metode penyusunan peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pegembalian dari sebuah investasi yang dihitung dengan menemukan tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk masa depan ke biaya program. Dengan rumus perhitungan tingkat pengembalian internal sebagai berikut : PV ( Arus Kas Masuk = PV ( Biaya Investasi ) Atau ekuivalennya, tingkat yang memaksa NPV menjadi sama dengan nol CF0 + CF1 (1+IRR)1
+ CF2 (1+IRR)2
+ ....... + CFn (1+IRR)n
22
= 0
NPV
=
n
CFt t=o (1+IRR)t
= 0
Drs Lukman Syamsudin MA (2004) mengemukakan tingkat pengembalian internal sebagai tingat discount atau bunga yang akan menyamakan present value cash inflow dengan jumlah initial investment dari proyek yang sedang dinilai, atau dengan kata lain IRR adalah tingkat discount yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol, karena present value cash inflow pada tingkat discount tersebut akan sama dengan initial investment. Kriteria penerimaan atau penolakan suatu usulan proyek ditentukan sebagai berikut : Usulan proyek investasi akan diterima apabila : IRR > cost of capital Dan akan ditolak apabila, IRR < cost of capital Dr. Suad Husnan MBA (2005) menyatakan tingkat pengembalian internal suatu investasi adalah tingkat bunga yang menyamankan present value dari aliran kas masuk. Secara sistemetis, tingkat bunga tersebut dinyatakan sebagai r, bisa dinyatakan: n t-0
(At) (1+r)t
=0
Apabila kas awal atau biaya terjadi pada waktu 0, persamaa bias diubah menjadi :
23
A0 =
A1 + A2 + …… + An (1+r) n (1+r) (1+r)2
IRR dari suatu program adalah ekpektasi tingkat pengembaliannya, jika tingkat pengembalian internal melebihi biaya uang yang digunakan untuk mendanai program, maka akan mendapat surplus setelah pembayaran modal dan surplus ini akan diberikan kepada pemegang saham perusahaan. Oleh karena itu menerima sebuah program yang nilai IRR melebihi biaya modalnya akan meningkatkan kekayaan pemegang saham dilain pihak jika tingkat pengembalian internal lebih kecil dari biaya modalnya maka menerima
program
akan
menimbulkan
biaya
bagi
perusahaan.
Karakteristik “impas” seperti inilah yang membuat IR bermanfaat dalam mengevaluasi program-program dalam suatu perusahaan.IRR berganda yaitu suatu situasi dimana sebuah program memiliki dua atau lebih IRR. Drs Agus Sartono MBA (2005) mengemukakan Internal Rate Of Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value aliran kas keluar yang diharapkan (Expected cash outflows) dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan (expected cash inflows). Internal rate Of Return ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut : n t-0
(At) (1+r)t
=0
dari persamaan tersebut, dapat juga diubah menjadi : A0 =
A1 + A2 + …… + An 2 (1+r) (1+r) (1+r) n
24
Apabila internal rate of return lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka investasi tersebut diterima, karena akan menaikkan harga pasar saham dan sebaliknya bila internal rate of return lebih kecil disbanding rate of return yang ditentukan maka investasi itu akan ditolak.
25