BAB II LANDASAN TEORI
A.
Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah “barang yang dibeli/diproduksi/dimiliki oleh perusahaan yang akan dijual kembali sebagai aktivitas atau kegiatan normal perusahaan” (Arief dkk, 2009:178). Pengertian persediaan untuk jenis barang tertentu bagi suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya. Contoh, mobil merupakan aktiva tetap bagi perusahaan ekspedisi, tetapi bagi perusahaan perdagangan mobil (showroom) merupakan persediaan barang dagang yang diletakkan pada aktiva lancar. Persediaan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK (No. 2009 : 14.2) adalah sebagai berikut : Persediaan adalah aktiva : 1) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. 2) Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau 3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
6
7
Menurut
Mardiasmo
(2000:31)
dalam
bukunya
Akuntansi
Keuangan Dasar mengemukakan bahwa : Persediaan adalah barang-barang berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dengan maksud untuk : 1) Dijual (barang dagangan dan barang jadi). 2) Masih dalam proses pengolahan untuk diselesaikan kemudian dijual (barang dalam proses). 3) Akan dipakai untuk memproduksi barang jadi yang akan dijual (bahan baku dan bahan pembantu).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan itu meliputi persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi maupun barang dagang. Dalam perusahaan industri persediaan berupa persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Sedangkan dalam perusahaan dagang persediaan hanya berupa barang dagang.
2.
Klasifikasi Persediaan Persediaan barang dapat dibagi atas beberapa jenis atau klasifikasi, dimana sekurang-kurangnya ada enam klasifikasi utama menurut Richardus dan Richardus (2003 : 8-9), yaitu : a. Bahan Baku (raw material) Bahan mentah yang belum diolah, yang akan diolah menjadi barang jadi, sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan. b. Barang Setengah Jadi (semi finished products) Hasil olahan bahan mentah sebelum menjadi barang jadi, yang sebagian akan diolah lebih lanjut menjadi barang jadi, dan sebagian kadang-kadang dijual seperti apa adanya untuk menjadi bahan baku perusahaan lain.
8
c. Barang Jadi (finished products) Barang yang sudah selesai diproduksi atau diolah, yang merupakan hasil utama perusahaan yang bersangkutan dan siap untuk dipasarkan/dijual. d. Barang Umum dan Suku Cadang (general material dan spare parts) Segala jenis barang atau suku cadang yang digunakan untuk operasi menjalankan perusahaan/pabrik dan untuk memelihara peralatan yang digunakan. e. Barang Untuk Proyek (work in progress) Barang-barang yang ditumpuk menunggu pemasangan dalam bentuk proyek baru. f. Barang Dagangan (commodities) Barang yang dibeli, sudah merupakan barang jadi dan disimpan di gudang menunggu penjualan kembali dengan keuntungan tertentu.
3.
Pembagian Jenis Persediaan Dalam manajemen persediaan, barang-barang dapat dibagi menurut
beberapa
sudut
pandang/pendekatan
(Richardus
dan
Richardus, 2003 : 8-9), yang antara lain dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Menurut Jenis 1) Barang Umum (general material) Barang jenis ini biasanya macamnya cukup banyak, pemakaiannya tidak tergantung dari peralatan, harganya relatif lebih kecil, dan penentuan kebutuhannya relatif lebih gampang. 2) Suku Cadang (spare parts) Barang jenis ini macamnya sangat banyak, harganya biasanya lebih mahal pemakaiannya tergantung dari peralatan, dan penentuan kebutuhannya lebih sulit. b. Menurut Harga 1) Barang Berharga Tinggi (high value items) Barang ini biasanya berjumlah sekitar hanya 10% dari jumlah item persediaan, namun jumlah nilainya mewakili 70% dari seluruh nilai persediaan, dan oleh sebab itu memerlukan tingkat pengawasan yang sangat tinggi. 2) Barang Berharga Menengah (medium value items) Barang ini biasanya berjumlah kira-kira 20% dari jumlah items persediaan, dan jumlah nilainya juga sekitar 20% dari jumlah
9
nilai persediaan, sehingga memerlukan tingkat pengawasan cukup saja. 3) Barang Berharga Rendah (low value items) Berlawanan dengan barang berharga tinggi, jenis barang ini biasanya berjumlah kira-kira 70% dari seluruh pos persediaan, namun nilai harganya hanya mewakili 10% saja dari seluruh nilai barang persediaan, sehingga hanya memerlukan tingkat pengawasan rendah. c. Menurut Frekuensi Penggunaan 1) Barang yang cepat pemakaian atau pergerakannya (fast moving items) Barang ini frekuensi penggunaannya dalam satu tahun lebih dari sekian bulan tertentu, misalnya lebih dari empat bulan, sehingga barang jenis ini memerlukan frekuensi perhitungan pemesanan kembali yang lebih sering. 2) Barang lambat pemakaian atau pergerakannya (slow moving items) Barang yang frekuensi penggunaannya dalam satu tahun kurang dari sekian bulan tertentu, misalnya dibawah 4 bulan, sehingga barang jenis ini memerlukan frekuensi perhitungan pemesanan kembali yang tidak sering. d. Menurut Tujuan Penggunaan 1) Barang Pemeliharaan, Perbaikan, dan Operasi (MRO materials) Barang ini sifatnya habis pakai, digunakan untuk keperluan pemeliharaan, perbaikan, atau reparasi dan operasi, dan kalau pada saat persediaan habis, operasi masih dapat berjalan sementara. 2) Barang Program (program materials) Barang yang sifatnya juga habis dipakai, jumlah kebutuhannya sesuai dengan tingkat produksi/kegiatan perusahaan yang bersangkutan, dan kalau pada suatu saat persediaan habis, kegiatan perusahaan akan langsung berhenti. e. Menurut Jenis Anggaran 1) Barang Operasi (operating materials) Barang yang digunakan untuk keperluan operasi biasa, yang dianggarkan dalam anggaran operasi, dan apabila digunakan, akan dibukukan sebagai biaya, dan proses persetujuan anggarannya biasanya lebih cepat dan sederhana. 2) Barang Investasi (capital materials) Barang yang biasanya berbentuk peralatan dan digunakan untuk penambahan, perluasan, atau pembangunan proyek, atau sebagai aset perusahaan, dianggarkan dalam anggaran investasi, bukan dalam anggaran operasi, dan dibukukan dalam akun aset
10
perusahaan, sedangkan biayanya dihitung dengan metode penyusutan sesuai dengan metode perhitungan yang telah ditentukan, dan proses persetujuan anggarannya biasanya lebih sulit dan lama. f. Menurut Cara Pembukuan Perusahaan 1) Barang Persediaan (stock items) Jenis barang yang setibanya barang tersebut dari proses pembelian dibukukan dalam akun “persediaan barang perusahaan” dan barangnya sendiri disimpan di gudang persediaan. Setelah barang tersebut digunakan oleh suatu bagian, baru dibebankan pada akun bagian yang bersangkutan. Penggunaan barang ini berulang-ulang sehingga memang perlu disediakan di gudang. 2) Barang Dibebankan Langsung (direct charged materials) Jenis barang yang setelah dibeli langsung dikirimkan dan dibebankan ke bagian yang akan menggunakan. Barang jenis ini memang biasanya tidak disediakan dalam persediaan, karena jarang sekali digunakan. g. Menurut Hubungannya Dengan Produksi 1) Barang Langsung (direct materials) Jenis barang yang langsung digunakan dalam produksi yang akan menjadi bagian dari produksi akhir. Jadi, bahan mentah, bahan penolong, barang setengah jadi, dan barang komoditas termasuk dalam kategori ini. 2) Barang Tidak Langsung (indirect materials) Jenis barang yang tidak ada hubungannya dengan proses produksi, namun diperlukan untuk memelihara mesin dan fasilitas yang digunakan untuk proses produksi. Yang masuk dalam kategori ini adalah barang MRO (suku cadang dan barang umum) dan barang proyek.
11
4.
Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Menurut Bambang (2008 : 75), besar kecilnya persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h.
Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan. Volume produksi yang direncanakan. Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian. Estimasi tentang fluktuasi harga. Peraturan pemerintah menyangkut persediaan minimal. Harga pembelian bahan mentah. Biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di gudang. Tingkat kecepatan material menjadi rusak.
Kekurangan
dapat
berakibat
larinya
pelanggan,
sedangkan
kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien. Oleh karena itu manajemen persediaan berusaha agar jumlah persediaan yang ada dapat menjamin kelancaran proses produksi. Para pedagang yang berhasil akan membeli dengan hati-hati untuk tetap menjaga perputaran barang yang diusahakannya tetap dalam tempo yang cepat.
5.
Biaya-Biaya Yang Harus Dimasukkan Dalam Persediaan Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan jumlah persediaan yang harus dicatat dalam akun pembelian persediaan seperti aktiva lain, semuanya diperhitungkan atas dasar biaya (Kieso, at.al, 2001 : 454 – 456) :
12
a) Biaya Produk Biaya produk (product costs) adalah biaya-biaya yang “melekat” pada persediaan dan dicatat dalam akun persediaan. b) Biaya Periode Biaya ini merupakan biaya dari produk seperti halnya harga beli awal dan ongkos pengangkutan. Biaya ini dibagi atas beban penjualan, beban umum dan administrasi. c) Biaya Manufaktur Sebuah bisnis yang membuat barang menggunakan tiga akun persediaan yaitu bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. d) Biaya Variabel dan Biaya Tetap 1) Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang berfluktuasi mengikuti perubahan output. 2) Biaya Tetap (fixed cost) adalah biaya yang tetap konstan meskipun output berubah.
B.
Perputaran Persediaan Menurut
Munawir
(2002:77)
“turn
over
persediaan
adalah
merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan.” Menurut Sundjaja (2002:112) “perputaran persediaan mengukur aktivitas atau likuiditas dari persediaan perusahaan.” Menurut Hongren, et. al (2000:250) “perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata yang menunjukkan seberapa cepat persediaan tersebut dapat dijual.” Berdasarkan definisi diatas maka rasio perputaran persediaan dapat digunakan untuk mengukur efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen yang mengontrol modal yang ada dalam persediaan.
13
Jika tidak diketahui data harga pokok penjualan maka perputaran persediaan dapat dihitung dari penjualan bersih. Dalam hal ini bila perhitungan dilakukan dengan harga pokok penjualan maka persediaan ratarata juga dihitung berdasarkan harga pokok. Sedangkan bila cara yang digunakan dengan harga jual maka rata-rata persediaan barang dihitung berdasarkan harga jual. Dari beberapa definisi yang telah diuraikan oleh para ahli, maka perputaran persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sebagai contoh, dalam laporan tahunan 1998, Kellog Company melaporkan persediaan awal sebesar $ 434,3 juta, persediaan akhir $ 451,4 juta, dan harga pokok penjualan sebesar $ 3.282,6 juta untuk tahun berjalan. Rumus perhitungan dan rasio perputaran persediaan Kellog Company untuk tahun 1998 ditunjukkan berikut ini :
14
Salah satu varian dari rasio perputaran persediaan adalah jumlah hari rata-rata untuk menjual persediaan (average days to sell inventory), yang merupakan jumlah hari rata-rata penjualan persediaan yang ada di tangan. Sebagai contoh, jika perputaran persediaan Kellog Company 7,4 kali dibagi dengan 365 hari, maka hasilnya adalah 49 hari.
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan mengukur kemampuan perusahaan dalam memutarkan barang dagangannya dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan yang telah ditentukan serta efisiensi persediaan dapat dilihat dari tingkat perputaran persediaan. Perputaran persediaan merupakan salah satu ukuran efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktiva terutama aktiva lancar. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin efisien penggunaan persediaan dalam suatu perusahaan.
C.
Rentabilitas Ekonomis 1.
Rentabilitas dan Rentabilitas Ekonomis Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal kerja yang menghasilkan laba tersebut. Untuk mendapatkan
laba
meningkatkan efisiensi
yang baik maka perusahaan harus
atas penggunaan modal
yang dimiliki
perusahaan seperti yang dikemukakan oleh Bambang (2008 : 29), yaitu:
15
Rentabilitas
adalah
kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
menghasilkan laba selama periode waktu tertentu dan umumnya dirumuskan dengan :
x 100% Dimana : L
: Jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu
M : Modal atau aktiva yang dihasilkan untuk menghasilkan laba tersebut.
Sedangkan menurut Munawir (2001 : 33), rentabilitas adalah “kemampuan badan usaha dalam menggunakan dana yang dimilikinya untuk memperoleh laba”. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dari kemajuan perusahaan dan kemampuannya dalam menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Modal yang dimiliki oleh perusahaan terdiri atas modal sendiri dan modal asing, sehubungan dengan adanya dua modal tersebut maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara, yaitu :
16
1.
Rentabilitas ekonomis menunjukkan persentase perbandingan antara laba operasi dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan. Yang dirumuskan sebagai berikut :
2.
Rentabilitas modal sendiri (return on equity) menunjukkan persentase perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik (laba setelah pajak) dengan modal sendiri. Yang dirumuskan sebagai berikut :
Kedua rentabilitas tersebut mempunyai hubungan yang erat, sehingga dapat dipakai untuk mengambil keputusan yaitu : a.
Apabila rentabilitas ekonomis lebih kecil dari tingkat bunga modal asing, maka lebih baik menggunakan modal sendiri, sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal asing.
17
b.
Apabila rentabilitas ekonomis lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga modal asing, maka lebih baik menggunakan modal asing. Karena rentabilitas modal asing akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal sendiri.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel rentabilitas ekonomis, maka perlu diketahui beberapa definisi rentabilitas ekonomis yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya : Menurut Sugiyarso dan Winarni (2006 : 118) : Rentabilitas ekonomis menunjukkan persentase perbandingan antara laba operasi (EBIT) dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan (total aktiva).” Sementara itu, Munawir (2002 : 33) mengatakan bahwa “perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) disebut dengan rentabilitas ekonomis.” Rentabilitas ekonomis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Bambang (2008 : 35), faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis adalah: a) Profit Margin, yaitu perbandingan antara net operating income (laba operasi) dengan net sales (penjualan bersih) yang dinyatakan dalam persentase. Dimana semakin tinggi profit margin maka semakin tinggi rentabilitas ekonomis. b) Turn Over of Operating Asset (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu kecepatan berputarnya operating asset (aktiva usaha) dalam
18
suatu periode tertentu, yang diperoleh dengan membandingkan penjualan dengan total aktiva. Dimana semakin tinggi perputaran aktiva maka semakin tinggi rentabilitas ekonomis.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi rentabilitas ekonomis, maka dapat diketahui perkalian antara suatu rasio dengan rasio keuangan dengan rasio keuangan lainnya yang membentuk rasio rentabilitas ekonomis, yaitu :
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan maka rentabilitas ekonomis dapat diformulasikan sebagai berikut :
2.
Contoh Perhitungan Rentabilitas ekonomis Sebagai contoh pada tahun 2003, PT. Rima bekerja dengan aset atau modal sendiri sebesar Rp. 160.000 dan memperoleh laba setahun sebesar Rp. 16.000. Pada tahun 2004 PT. Rima bermaksud meluaskan usahanya dengan menambah modal sebesar Rp. 40.000, laba usaha dianggarkan tahun 2004 sebesar Rp. 20.000, pajak 10% dan utang bunga 8%. Rentabilitas ekonomisnya yaitu :
19
Rentabilitas ekonomis =
=
= 10%
=
D.
Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu No.
1.
2.
3.
Nama Peneliti dan tahun penelitian Josephine H. Silalahi (2009)
Dian Hesti Pratiwi (2007)
Siti Kania (2006)
Judul
Variabel
Penelitian Pengaruh perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI
Hasil Penelitian
a) Perputaran persediaan b) ROI
Pengaruh perputaran persediaan terhadap rantabilitas ekonomi pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI
a) Perputaran persediaan
Pengaruh perputaran persediaan barang jadi terhadap tingkat rentabilitas pada PT. Pindad (Persero) Bandung
a) Perputaran persediaan
b) ROI
b) ROI
Perputaran persediaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap rentabilitas ekonomis
Perputaran persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas ekonomis Pengaruh persediaan berpengaruh positif terhadap rentabilitas ekonomi
Sumber : Ridha, 2010 Menurut Josephine (2009) yang meneliti mengenai “pengaruh perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan dagang di BEI” memperoleh bukti bahwa terdapat pengaruh negatif
20
perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis. Kemudian menurut Dian (2007) yang meneliti mengenai “pengaruh perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan barang konsumsi di BEI” menyatakan bahwa perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomis. Sedangkan menurut Siti (2006) yang meneliti “pengaruh perputaran persediaan barang jadi terhadap tingkat rentabilitas pada PT. Pindad Bandung” menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif perputaran persediaan barang jadi terhadap rentabilitas.
E.
Hubungan antara Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomis Menurut Ridha (2010 : 29), Perputaran persediaan adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka semakin cepat kembalinya dana yang tertanam pada persediaan. Dengan demikian resiko serta biaya persediaan dapat diminimalkan. Pada tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti terjadi tingkat penjualan barang yang tinggi pula. Dengan demikian pada tingkat perputaran persediaan yang tinggi dapat mengakibatkan penekanan pada biaya atau resiko yang ditanggung dan menghasilkan volume penjualan yang tinggi. Akibatnya, laba yang diterima akan mengalami peningkatan. Peningkatan laba yang diterima akan menaikkan tingkat rentabilitas
21
ekonomi.
Dengan
demikian
tingkat
perputaran
persediaan
akan
mempengaruhi tingkat rentabilitas ekonomi.
F.
Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho
: Tidak mempunyai pengaruh yang signifikan antara perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis.