BAB II LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN EFEKTIVITAS Menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
Efektivitas
berarti
keberhasilan. Efektivitas itu sendiri berasal dari kata efektif yang dalam penelitian ini maksudnya adalah keberhasilan dalam penggunaan metode pembelajaran tutor sebaya terhadap hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional.
Jadi diharapkan
dengan keberhasilan penggunaan model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik.
2.2 PENGERTIAN BELAJAR Menurut Chaplin dalam Muhibbin Syah (2008:90) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi : .... acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua berbunyi: Process of acquiring responses as a result of special practice, belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut antara lain : 1. Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
15
16
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Sau perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan beriktnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh
dalam
sikap,
keterampilan,
pengetahuan
dan
sebagainya.
2.3 JENIS-JENIS BELAJAR Menurut Muhibbin Syah (2008:122) dalam proses belajar dikenal adanya bemacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun
17
dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam. Jenis-jenis belajar tersebut ialah : 2.3.1 Belajar Abstrak Ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalahmasalah yang tidak nyata. 2.3.2 Belajar Keterampilan Adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang
berhubungan
dengan
urat-urat
syaraf
dan
otot-
otot/neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. 2.3.3 Belajar Sosial Adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah/masalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, kelompok dan masalah lain yang bersifat kemasyarakatan. 2.3.4 Belajar Pemecahan Masalah Adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannnya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif utnuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. 2.3.5 Belajar Rasional Ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
18
2.3.6 Belajar Kebiasaan Adalah proses pembentukan keibiasan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan
yang
telah
ada.
Tujuannya
agar
siswa
memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. 2.3.7 Belajar Apresiasi Adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa yang dalam hal kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik dan sebagainya. 2.3.8 Belajar Pengetahuan Ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh atau menambah infromasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya.
2.4 PRINSIP-PRINSIP BELAJAR Slameto (2010:27) membagi prinsip-prinsip belajar menjadi empat bagian yaitu : 2.4.1 Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional c. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengemabangkan kemampuannya bereksperimen dan belajar dengan efektif.
19
d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2.4.2 Sesuai hakekat belajar a. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. c. Belajar adalah proses kongtinguitas (hubungan antar pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan. 2.4.3 Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari a. Belajar sifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertntu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. 2.4.4 Syarat keberhasilan belajar a. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar denan tenang. b. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR Menurut Muhibbin Syah (2008:132) secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu : 2.5.1
Factor internal (factor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.5.2
Factor eksternal (factor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitas siswa.
20
2.5.3
Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
2.6 STRATEGI PEMBELAJARAN Menurut Yusuphadi Miarso (2005:530) strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam suatu system pembelajaran, yang berupa pedoan umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai taujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu. Strategi pembelajaran sebagai suatu pendekatan menyeluruh oleh Romiszowski (1981) dalam buku Yusuphadi Miarso dibedakan menjadi dua strategi dasar yaitu :
2.6.1 Strategi ekspositari (penjelasan) Strategi ini didasarkan pada teori pemrosesan informasi. Pada garis besarnya teori pemrosesan informasi (information processing learning) menjelaskan proses belajar sebagai berikut : a.
Pembelajar menerima informasi mengenai prinsip atau dalil yang dijelaskan dengan memberikan contoh.
b.
Terjadi pemahaman pada diri pembelajar atas prinsip atau dalil yang diberikan.
c.
Pembelajar menarik kesimpulan berdasarkan kepentingannya yang khusus.
d.
Terbentuknya tindakan pada diri pembelajar, yang merupakan hasil pengolahan prinsip/dalil dalam situasi yang sebenarnya.
Penerapan strategi ekspositori ini berlangsung sebagai berikut : a.
Informasi disajikan kepada pembelajar.
b.
Diberikan tes penguasan, serta penyajian ulang bilamana dipandang perlu.
21
c.
Diberikan kesempatan penerapan dalam bentuk conth dan soal, dengan jumlah dan tingkat kesulitan yang bertambah.
d.
Diberikan kesempatan penerapan informasi baru dalam situasi dan masalah yang sebenarnya.
2.6.2 Strategi diskoveri (penemuan) Strategi ini didasarkan pada teori pemrosesan pengalaman, atau disebut pula teori belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning). Pada garis besarnya proses belajar menurut teori ini berlangsung sebagai berikut : a.
Pembelajar bertindak dalam suatu peristiwa
b.
Timbul pemahaman pada diri pembelajar atas peristiwa khusus itu.
c.
Pembelajar menggeneralisasikan peristiwa khusus itu menjadi suatu prinsip umum.
d.
Terbentuknya tindakan pembelajar yang sesuai dengan prinsip itu dalam situasi atau peristiwa baru.
Penerapan strategi diskoveri ini berlangsung langkah-langkah sebagai berikut: a.
Diberikan kesempatan kepada pembelajar untuk berbuat dan mengamati akibat suatu tindakan.
b.
Diberikan tes pemahaman tentang adanya hubungan sebab-akibat serta diberikan kesempatan ulang untuk berbuat, bilamana dipandang perlu.
c.
Diusahakan
terbentuknya
prinsip
umum
dengan
latihan
pendalaman dan pengamatan tindakan lebih lanjut. d.
Diberikan kesempatan untuk penerapan informasi yang baru dipelajar dalam situasi yang sebenarnya.
22
Pemilihan strategi pembelajaran didasarkan pada pertimbangan berikut: a.
Tujuan belajar: jenis dan jenjangnya
b.
Isi ajaran: sifat, kedalaman, dan banyaknya
c.
Pembelajar: latar belakang, motivasi, serta kodisi fisik dan mental
d.
Tenaga kependidikan: jumlah, kualifikasi dan kompetensinya
e.
Waktu: lama dan jadwalnya
f.
Sarana yang dapat dimanfaatkan
g.
Biaya.
Unsur-unsur dalam strategi pembelajaran yaitu : a.
Tujuan umum pembelajaran yang ingin dicapai
b.
Teknik: berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan umum.
c.
Pengorganisasian kegiatan belajar-mengajar
d.
Peristiwa pembelajaran yaitu penahapan dalam melaksanakan proses pembelajaran termasuk usaha yang perlu dilakukan dalam tiap tahap, agar proses itu berhasil. Secara garis besar meliputi langkah-langkah sebagai berikut: d.1
Persiapan - Memikat perhatian - Membangkitkan minat - Memberitahukan tujuan
d.2
Penyajian - Merangsang ingatan atas pelajaran sebelumnya - Menyajikan rangsangan baru - Membimbing pemahaman - Melatih penguasaan - Memberikan umpan balik
d.3
Pemantapan - Menilai penguasaan - Memberikan penguatan.
23
e. Urutan belajar Yaitu penahapan isi ajaran yang diberikan agar lebih mudah dipahami. Kemungkinan urutan adalah sebagai berikut: e.1 Dari yang mudah ke yang sukar e.2 Dari yang sudah diketahui ke hal yang baru e.3 Dari yang konkret ke yang abstrak e.4 Dari yang sederhana ke yang rumit e.5 Dari keseluruhan ke rincina e.6 Dari permulaan sampai akhir e.7 Dari yang lampau ke yang akan dating e.8 Dari dalil ke contoh atau sebaliknya e.9 Dari pengindraan ke pemikiran
f. Penilaian Yaitu dasar dan alat (instrument) yang digunakan untuk mengukur usaha atau hasil belajar. g. Pengelolaan kegiatan belajar/kelas Yaitu meliputi bagaimana pola pembelajaran dielenggarakan. Secara konseptual dapat dibedakan beberapa bentuk pengelolaan dalam pola berikut: g.1
Pola klasikal guru – siswa saja
g.2
Pola klasikal media: guru – siswa dengan media pembelajaran
g.3
Pola interaksi perorangan
g.4
Pola mandiri
g.5
Pola saling ajar
g.6
Pola media interaktif
h. Tempat atau latar Adalah lingkungan dimana proses belajar-mengajar berlangsung. Hal ini meliputi keadaan dan kondisinya, pengaturan tempat duduk, bentuk kursi, macam perlengkapan yang tersedia serta kaya atau miskinnya rangsangan yang tersedia.
24
i. Waktu Ialah jumlah dan saat/jadwal berlangsung proses belajar-mengajar.
Dengan demikian belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku. Perubahan ini dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya penalaran, sikap, kecakapan, kebiasaan, dan sebagainya. Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran, di dalamnya terdapat peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan, sehingga diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
2.7 MODEL PEMBELAJARAN Menurut Mohamad Surya (2004:57) membagi model pembelajaran kedalam empat kategori yaitu : 2.7.1 Lectures (ceramah) Strategi pembelajaran dalam model ini dilakukan dengan mengikuti ceramah dari pihak pengajar. Ciri utamanya ialah mendengarkan penjelasan pengajar, kegiatan dan lingkungan di kendalikan oleh pengajar, pengetahuan yang diperoleh tergantung penangkapan pembicaraan pengajar, sedikit dukungan teknologi, dan berlangsung dalam suasana otoriter. Model ini sering dipandang sebagai model tradiosional dan kurang memberikan kesempatan pemberdayaan secara positif terhadap pembelajar.
2.7.2 Self study (belajar sendiri) Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara mandiri oleh pelajar dalam keseluruhan aktivitasnya. Model ini memiliki ciri-ciri berfokus pada pemikiran sendiri, prosesnya
25
diarahkan sendiri, isi pengetahuan ang berupa refleksi dan integrasi, dengan menggunakan multimedia, di atas penghargaan diri secara otonom.
2.7.3 Concurrent learning (pembelajaran berbarengan) Dalam model ini, pada dasarnya pembelajaran dilakukan atas dasdar tanggung jawav pembelajar secara mandiri, namun dalam suasana berbarengan dengan yang lain dan saling berinteraksi baik langsung maupun tidak langsung. Ciri utama model ini adalah dilakukan secara partisipatif, dalam satu forum terbuka, dalam suasana saling menghargai satu dengan lainnya, materi yang berada dalam perspektif masing-masing, dan suasana demokratis dengan dukungan teknologi.
2.7.4 Pembelajaran kolaboratif. Dalam model ini, pembelajaran dilakukan dalam bentuk kolaboratif, yaitu kerjasama yang saling membantu antar pembelajar dalam bentuk tim. Karakteristik utama model ini ialah dilakukan melalui satu bentuk kerjasama, untuk mendapatkan consensus, adanya berbagai dan saling pemahaman nilai, adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar nilai yang disepakati bersama.
Sehingga diharapkan dengan adanya model pembelajaran, materi yang diberikan dapat diserap oleh siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran dimaksudkan juga sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
26
2.8 MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya prncapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Proses belajar yang baik, inovatif yang diterapkan pendidik diharapkan dapat menunjang keberhasilan suatu program pengajaran. Sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan nasional dapat terlaksana dan tercapai. Untuk terlaksana dan tercapainya tujuan tersebut diperlukan sumber-sumber daya yang dapat mempengaruhi hasil dari proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar tersebut tidak hanya disebabkan oleh satu macam sumber daya saja, tetapi dapat disebabkan oleh berbagai sumber-sumber daya yang saling mendukung. Jadi dapat disimpulkan sumber belajar tidak harus selalu dari guru. Sumber belajar dapat berasal dari orang lain yang bukan guru, seperti teman dari kelas yang lebih tinggi (kakak kelas), teman sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor yaitu: 1. tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai 2. Tutor kakak adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi.
Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok siswa yang memiliki prestasi yang lebih tinggi daripada siswa-siswa lainnya.
27
Menurut Ischak dan Warji dalam Suherman (2003:276) berpendapat bahwa tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Mengingat bahwa siswa adalah unsur pokok dalam pengajaran, maka siswalah yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pengajaran yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sebagai sumber pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran. Pembelajaran teman / tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan / harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Dalam tutor sebaya, teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan
belajar
oleh
teman
sebaya
dapat
menghilangkan
kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya (Suherman, 2003: 277). Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman dan sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri, karena dalam model pembelajaran tutor sebaya ini, mereka (para tutor) harus berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan sosial. Dengan demikian, beban yang diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang– orang lain, dan bahkan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman.
28
Dengan model pembelajaran teman sebaya, maka tidak ada batasan bagi tiap siswa untuk lebih terbuka dan saling berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya sehingga diharapkan dapat melatih kecakapan komunikasi siswa. Komunikasi perlu menjadi fokus perhatian dalam setiap pembelajaran, sebab melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi cara berpikir, dan siswa dapat meng’explore’ ide-ide kreatifnya.. Selain itu menurut Atkins dalam Asikin (2002:493) komuniksi secara verbal (mathematical conversation) merupakan “a tool for measuring growth in understanding, allow participapants to learn about the mathematical constructions from others, and give participants opportunities to reflect on their own mathematical understanding”, yang berarti bahwa komunikasi secara verbal merupakan alat untuk meningkatkan pemahaman, dengan membimbing siswa untuk belajar dari siswa lainnya, dan memberikan kesempatan kepada siswa itu untuk merefleksikan pemahaman mereka. Adanya model pembelajaran teman sebaya diharapkan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa, karena dalam hal ini siswa tidak akan merasa canggung, malu, dan lebih leluasa untuk bertanya dengan temannya (tutor sebayanya) tentang kesulitan-kesulitan yang didapatinya dalam suatu bahan pelajaran tertentu, sehingga diharapkan dengan meningkatnya kecakapan komunikasi siswa maka dengan sendirinya siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran yang sedang dipelajarinya karena selain lebih leluasa, bahasa antar sesama teman sebaya lebih mudah dipahami, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan demikian hasil belajar mereka akan dapat meningkat pula. Model pembelajaran tutor sebaya ini sangatlah cocok dengan kondisi pendidikan bangsa kita. Kebanyakan sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil menghadapi kekurangan guru; kekurangan alat pelajaran; dan selain itu siswa juga perlu mendapat kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dan memperoleh umpan balik padahal waktu guru terbatas. Untuk itu dengan adanya model pembelajaran tutor sebaya ini diharapkan dapat membantu
29
menanggulangi masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan di negara kita ini. Pelaksanaan model pembelajaran tutor sebaya yang diberikan kepada teman sekelasnya di sekolah, dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Beberapa siswa yang pandai disuruh mempelajari suatu topik. 2. Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahas. 3. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 8 – 10 orang siswa dan diusahakan kelompok yang dibentuk tersebut adalah kelompok yang heterogen. 4. Siswa yang pandai (para tutor sebaya) disebar ke setiap kelompok untuk memberikan bantuannya. 5. Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus. 6. Jika ada masalah siswa yang lebih paham memberi tahu siswa yang kurang paham dan jika ada masalah yang tidak dapat terpecahkan, siswa meminta bantuan kepada guru. 7. Guru mengadakan evaluasi
Dalam model pembelajaran tutor sebaya terdapat ciri-ciri yang menjadi kekhasan dari model pembelajaran ini. Ciri-ciri itu antara lain sebagai berikut.
1. Tujuan pengajaran dari model pembelajaran tutor sebaya ini adalah memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, mengembangkan sikap
sosial
dan
semangat
gotong
royong
dalam
kehidupan,
mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab, mengembangkan kemampuan kepemimpinan ketrampilan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.
30
2. Siswa dalam pembelajaran ini memiliki ciri – ciri : a.
Tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok
b.
Tiap siswa merasa sadar diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok
c.
Memiliki rasa saling membutuhkan dan tergantung
d.
Interaksi dan komunikasi antar anggota
e.
Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok
3. Peranan guru terdiri dari pembentukan kelompok, perencanaan tugas kelompok, pelaksanaan, dan tahap evaluasi hasil belajar kelompok.
Dalam tahap pembentukan kelompok dipertimbangkan antara lain tujuan yang akan diperoleh siswa dalam kelompok (latihan bergotongroyong, peningkatan kecepatan dan ketepatan kerja dan lain-lain), latar belakang pengalaman siswa, minat / pusat perubahan siswa.
Dalam tahap perencanaan tugas kelompok, guru memperhatikan jenis tugas yang diberikan apakah tugas paralel ataukah tugas komplementer. Tugas paralel artinya semua kelompok mendapat tugas yang sama, tugas komplementer artinya kelompok saling melengkapi pemecahan masalah.
Dalam tahap pelaksanaan mengajar guru berperan antara lain pemberi informasi umum tentang proses belajar kelompok, guru sebagai fasilitator pembimbing dan pengendali ketertiban kelompok.
31
2.9 KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU TENTANG TUTOR SEBAYA. 1.
Menurut Sutamin (2007:9) inti dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan. Penelitian yang digunakan Sutamin adalah penelitian tindakan kelas dimana hasil dari penelitiannya adalah: Pada siklus 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajarnya 79,8, siswa yang tuntas belajar sebesar 60% sebanyak 24 siswa dari jumlah seluruhnya sebanyak 40 siswa dan aktivitas belajar siswa sebesar 77,5%. Penelitian pada siklus pertama dikatakan belum berhasil karena : 1. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum mencapai 75%, yaitu baru 60%. 2. Aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran belum mencapai 90%, yaitu baru 77,5%. siswa yang tuntas belajar sebesar 87,5% sebanyak 35 siswa dari jumlah seluruhnya sebanyak 40 siswa dan aktivitas belajar siswa sebesar 92,5%.
Penelitian pada siklus kedua dikatakan sudah berhasil karena : 1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa sudah mencapai > 65. 2. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah mencapai > 75%. 3. Aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah mencapai > 90%.
Dari hasil evaluasi akhir siklus 2 diperoleh rata-rata nilai sebesar 89,23 dan presentase siswa yang tuntas belajar sebesar 87,5% sebanyak 35
32
siswa. Hasil ini sudah memenuhi indikator yang ditetapkan yaitu 75%. Secara umum pelaksanaan pembelajaran siklus 2 lebih baik dibandingkan dengan siklus 1. Dengan demikian hipotesis tindakan dan indicator keberhasilan dapat dicapai sehingga tidak perlu dilakukan pelaksanaan siklus berikutnya. Berdasarkan hasil tes akhir pada siklus 2 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 87,5% maka dapat disimpulkan dengan melalui pembelajaran dengan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Menurut Bambang Ribowo dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IIA SMP Negeri 2 Banjarharjo Brebes dalam pokok bahasan segiempat melalui model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil tahun pelajaran 2005-2006” menyimpulkan bahwa model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil sangat cocok digunakan dalam pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas dan siswa menjadi terampil dan berani mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran.
3.
Menurut
Riyono
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Upaya
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III G SMP Negeri Ketanggungan Brebes pada pokok bahasan operasi pada bentuk aljabar melalui model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil” menyimpulkan bahwa model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana semua siswa aktif, siswa sangat antusias dalam melaksanakan tugas, semua perwakilan kelompok berani mengerjakan tugas didepan kelas, siswa berani bertanya dan respon siswa yang diajar sangat tinggi.
33
4.
Menurut Yulitta Radita Kusumasari dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan hasil belajar matematika melalui metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial pada siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 25 Semarang Tahun Pelajaran 2006-2007” menyimpulkan bahwa melalui pemanfaatan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pengajaran remedial Matematika, hal ini tampak dari nilai rata-rata kelas yang meningkat dari siklus pertama ke siklus kedua. Dengan metode tutor sebaya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, kekompakan dalam berkelompok dan keberanian siswa bertanya dapat ditumbuh kembangkan.
5.
Menurut Hidir Yakub dan Sunyono dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan kualitas pembelajaran mata kuliah ikatan kimia melalui penerapan metode belajar mahasiswa aktif dan konsistensi pelaksanaan evaluasi” menyimpulkan bahwa Penerapan metode belajar mahasiswa aktif yang bervariasi dan pelaksanaan tutorial, serta adanya system evaluasi yang konsisten cukup efektif digunakan dalam perkuliahan yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar mahasiswa. Pelaksanaan tutorial teman sebaya dapat membantu mahasiswa
dalam
mengatasi
kesulitan
belajar
terutama
dalam
mengerjakan soal-soal latihan. 6.
Menurut Johar Maknun dan Toto Hidajat Soehada dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas penerapan model pembelajaran tutor sebaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran gambar teknik dasar di SMKN 5 Bandung” menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran tutor sebaya telah terbukti efektif
dalam
meningkatkan hasil belajar siswa yang terbukti signifikan dimana peningkatan tersebut terlihat dalam setiap siklus belajar. Keunggulan model pembelajaran tutor sebaya juga ditunjukkan oleh ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan.
34
7.
Menurut Ika Marlita Sari dalam penelitiannya yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap hasil belajar matematika pokok bahasan persamaan garis lurus siswa kelas VIII SMP Negeri 36 Semarang” menyimpulkan bahwa model pembelajaran tutor sebaya lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional dalam hal meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t dengan
diperoleh thitung=2,034
>ttabel=1,66 yang berarti Ho ditolak. Rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen sebesar 72,8 dan pada kelompok control sebesar 68,7. Adanya perbedaan hasil belajar ini disebabkan karena pada pembelajaran tutor sebaya lebih menekankan kerjasama, diskusi, presentasi yang aktif sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
8.
Menurut Akrom dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode Tutor Sebaya dan Penilaian oleh Teman Sebaya dalam upaya mengoptimalkan pembelajaran mata pelajaran Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi pada siswa kelas SMK” menyimpulkan bahwa Peer tutoring dan peer assessment merupakan solusi termudah dan solusi dalam menghadapi kendala-kendala dalam pembelajaran komputer terutama disekolah-sekolah yang belum memiliki sarana dan prasarana memadai, tenaga pengajar yang kurang, jumlah siswa dikelas yang sangat besar, dan dana yang terbatas. Pembelajaran dengan memanfaatkan Peer tutoting dan peer assessment ternyata mampu mengoptimalkan pembelajaran komputer, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan kompetensi sekarang ini.
9.
Menurut Ikenandra Mirawati dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa persentase rata-rata hasil belajar siswa meningkat tiap siklusnya.
35
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dikelas pun menjadi lebih baik,
siswa
menjadi
lebih
aktif
berdiskusi
dan
bekerjasama
menyelesaikan lembar kerja siswa, siswa juga tidak malu untuk mengeluarkan pendapatnya. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran tutor sebaya menunjukkan respon yang positif dan siswa menyenangi pembelajarn tutor sebaya.
10. Menurut
Sitti
Rahmawati
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Peningkatan prestasi belajar siswa kelas XII IPA 7 Terhadap Redoks dan
Elektrokimia
menyimpulkan
dengan
bahwa
menggunakan
penggunaan
Sistem
system
tutor
Tutor sebaya
Sebaya” dalam
pembelajaran kimia dapat meningkatkan daya serap dan ketuntasan klasikal, yang berarti prestasi belajar siswa terbukti meningkatkan. Hal ini dapat pula dilihat dan dibuktikan berdasarkan peningkatan hasil belajar siswa.
Dari kajian penelitian terdahulu mengenai tutor sebaya penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa: 1.
Tutor sebaya ternyata sangat efektif untuk meningkatkat hasil belajar siswa
2.
Dengan tutor sebaya siswa menjadi lebih aktif, terampil dan berani mengemukakan pendapat, berani mengerjakan tugas didepan kelas, berani bertanya dan respon siswa yang diajar sangat tinggi.
3.
Dengan tutor sebaya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, kekompakan dalam berkelompok dapat ditumbuh kembangkan.
4.
Dengan tutor sebaya dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar terutama dalam mengerjakan soal-soal latihan.
5.
Tutor sebaya merupakan solusi termudah dan solusi dalam menghadapi kendala-kendala dalam pembelajaran computer terutama disekolah-sekolah yang belum memiliki sarana prasarana memadai, tenaga pengajar yang kurang dan dana yang terbatas.
36