BAB II LANDAS AN TEORI
2.1
Berita Jurnalistik 2.1.1 Pengertian Berita Jurnalistik M enurut Sumadiria (2006, p65) berita jurnalistik adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media online internet.
2.1.2 Jenis-jenis Berita M enurut Sumadiria (2006, p65-68) berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni berita berat (hard news) dan berita ringan (soft news). Selain itu berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, di tempat terbuka dan di tempat tertutup. Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita bisa dipilah menjadi berita diduga dan berita tidak diduga. Selebihnya berita bisa dilihat menurut materi isinya yang bermacam-macam.
2.1.3 Kriteria Berita Jurnalistik M enurut Sumadiria (2006, p80-92) ada sebelas kriteria umum penilaian suatu berita. Kesebelas kriteria tersebut sebagai berikut. •
Keluarbiasaan (unusualness) Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Berita bukanlah sesuatu peristiwa
8 biasa. Semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa, paling tidak dapat dilihat dari lima aspek, yakni lokasi peristiwa, waktu peristiwa, jumlah korban, daya kejut peristiwa dan dampak yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut. •
Kebaruan (newness) Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru, seperti sepeda motor baru, mobil baru, rumah baru, gedung baru, walikota baru, dan lain sebagainya.
•
Akibat (impact) Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM ), tarif angkutan umum, tarif telepon, dan lain sebagainya. Apa saja yang menimbulkan akibat sangat berarti bagi masyarakat, itulah berita. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita terkandung.
•
Aktual (timeliness) Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti.
9 •
Kedekatan (proximity) Berita adalah kedekatan. M aksud kedekatan di sini adalah kedekatan geografis dan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal. Sedangkan kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.
•
Informasi (information) Berita adalah informasi. Setiap informasi belum tentu memiliki nilai berita. Informasi yang tidak memiliki nilai berita tidak layak untuk dimuat, disiarkan atau ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memberi manfaat kepada khalayak.
•
Konflik (conflict) Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur dan sarat dengan dimensi pertentangan.
•
Orang penting (prominence) Berita adalah tentang orang-orang penting, ternama, pesohor, selebriti, dan lain sebagainya baik dalam kondisi biasa maupun luar biasa.
•
Keterkaitan manusiawi (human interest) Kadang-kadang suatu peristiwa tidak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat, tetapi lebih menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan dan alam perasaannya. Apa saja yang dinilai mengandung minat
10 insani, menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu merupakan salah satu contoh ketertarikan manusiawi. •
Kejutan (surprising) Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan dan tidak diketahui sebelumnya. Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia, bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam.
2.2
Foto Jurnalistik 2.2.1 Pengertian Foto Jurnalistik M enurut Alwi (2008, p4) foto jurnalistik adalah kombinasi dari kata dan gambar yang dihasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya. Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audience). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan dapat segera diterima orang dengan beraneka ragam.
2.2.2 Kriteria Foto Jurnalistik M enurut Hasby (2008, p25) suatu rumusan untuk menilai sebuah foto jurnalistik yang dilihat dari kuat lemahnya sosok penampilan foto sebagai berikut. •
Kehangatan (aktual) Seperti layaknya sebuah berita, foto suatu peristiwa yang tidak segera disajikan kepada khalayak, maka dapat dikatakan bahwa foto tersebut tidak memiliki nilai berita.
11 •
Faktual Subjek foto tidak dibuat-buat atau dalam pengertian diatur sedemikian rupa. Rekaman peristiwa terjadi secara spontan sesuai dengan kenyataan sesungguhnya.
•
Informatif Foto diambil dalam format tampilan yang dapat ditangkap isinya tanpa harus dirangkai dengan sejumlah kata. Sebuah foto yang informatif mencantumkan unsur 5W + 1H. Unsur who dan why lebih dikedepankan jika itu menyangkut seorang tokoh dalam suatu peristiwa.
•
M isi Sasaran esensial yang ingin dicapai oleh penyajian foto berita dalam penerbitan harus mengandung nilai kemanusiaan dan merangsang seseorang untuk menghargai apa yang seharusnya dihargai atau sebaliknya menggugah kesadaran untuk memperbaiki sesuatu kurang baik.
•
Gema Gema adalah sejauh mana sebuah topik berita menjadi pengetahuan umum dan punya pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari dalam ukuran tertentu. Apakah satu peristiwa atau kejadian cuma bersifat lokal, nasional, regional atau internasional.
•
Atraktif M enyangkut sosok grafis foto itu sendiri mampu tampil mengesankan atau mencekam, baik karena komposisi garis atau warna maupun ekspresif dari subjek utamanya.
12 2.3
Manajemen S umber Daya Manusia 2.3.1 Pengertian Manajemen M enurut Hasibuan (2003, p1-2) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diinginkan. M enurut Saydam (2003, p5) manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengendalian sumber daya (terutama SDM ) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dulu.
2.3.2 Pengertian Sumber Daya Manusia M enurut Hasibuan (2003, p244) SDM adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungan, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. M enurut Saydam (2003, p4) SDM adalah aset perusahaan yang berupa manusia dan memiliki hak untuk dipelihara serta dipenuhi kebutuhannya dengan baik.
2.3.3 Pengertian Manajemen S umber Daya Manusia M enurut Hasibuan (2003, p10) M anajemen Sumber Daya M anusia (M SDM ) adalah ilmu dan seni untuk mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien, sehingga dapat membantu terwujudnya tujuan perusahaan. M enurut Saydam (2003, p9) M SDM adalah semua kegiatan mulai dari
13 kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian hingga pengendalian semua nilai yang menjadi kekuatan untuk dimanfaatkan bagi kemakmuran manusia itu sendiri.
2.3.4 Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia M enurut Hasibuan (2003, p14-15) M SDM memerankan peranan sebagai pengatur dan menetapkan program kepegawaian yang mencakup masalah–masalah sebagai berikut. •
M enetapkan jumlah, kualitas dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job specification, job requirement dan job evaluation.
•
M enetapkan penarikan, seleksi dan penempatan karyawan berdasarkan asas the right man in the right place and the right man in the right job.
•
M enetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi dan pemberhentian.
•
M eramalkan permintaan dan penawaran sumber daya manusia di masa mendatang.
•
M emperkirakan
keadaan
perekonomian
pada
umumnya
dan
Perburuhan
dan
perkembangan perusahaan pada khususnya. •
M emonitor
dengan
cermat
Undang-Undang
kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan sejenis. •
M emonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
•
M elaksanakan pendidikan, pelatihan dan penilaian prestasi karyawan.
14 •
M engatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.
•
M engatur pensiun, pemberhentian dan pesangon yang akan diberikan.
Peranan manajemen SDM diakui sebagai penentu terwujudnya tujuan perusahaan, akan tetapi untuk memimpin unsur manusia ini sangat sulit dan rumit.
2.3.5 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia M enurut Hasibuan (2003, p21-23) fungsi manjemen SDM meliputi perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pengendalian,
pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian. Lebih jelasnya tampak sebagai berikut. •
Perencanaan Perencanaan (human resource planning) adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam mencapai tujuan
yang diinginkan. Perencanaan dilakukan dengan
menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian itu sendiri meliputi
pengorganisasian,
pengarahan,
pengendalian,
pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. •
Pengorganisasian Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi
15 (organization chart). Organisasi hanya alat untuk mencapai tujuan. Dengan pengorganisasian yang baik akan membantu mewujudkan tujuan secara efektif. •
Pengarahan Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja secara efektif serta efisien dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan dilakukan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya agar mengerjakan semua tugas yang diberikan dengan baik.
•
Pengendalian Pengendalian (controlling) adalah kegiatan untuk mengendalikan semua karyawan agar menaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat kesalahan atau penyimpangan, maka dilakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan
meliputi
kehadiran,
kedisiplinan,
perilaku,
kerjasama,
pelaksanaan pekerjaan dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan. •
Pengadaan Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan perusahaan.
•
Pengembangan Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan
16 teknik, teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini dan masa depan. •
Kompensasi Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan atas jasa yang telah diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah.
•
Pengintegrasian Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba dan karyawan dapat memenuhi kebutuhannya dari apa yang telah dia kerjakan. Pengintegrasian merupakan sesuatu yang penting dan sulit, karena menyatukan dua kepentingan saling bertolak belakang.
•
Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan. Pemeliharaan dapat dilakukan dengan meningkatkan kesejahteraan karyawan dengan tetap berpegang teguh pada internal dan eksternal konsistensi.
17 •
Kedisiplinan Kedisiplinan (discipline) merupakan fungsi M SDM terpenting dan kunci dalam pencapaian tujuan perusahaan, karena tanpa disiplin yang baik akan sulit mewujudkan tujuan secara maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan normanorma sosial.
•
Pemberhentian Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab lainnya.
2.4
Pengendalian Internal 2.4.1 Pengertian Pengendalian Internal M enurut Robertson dan Louwers (2002, p144) pengendalian internal adalah sebuah proses, yang dipengaruhi oleh jajaran eksekutif, manajemen dan personil lainnya, didesain untuk menyediakan pertanggung jawaban yang masuk akal berkaitan dengan pencapaian suatu tujuan dalam tiga kategori di bawah ini: •
Reliabilitas laporan keuangan.
•
Efektivitas dan efisiensi operasional.
•
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
2.4.2 Komponen Pengendalian Internal M enurut Robertson dan Louwers (2002, p145) komponen pengendalian
18 internal terdiri dari lima komponen yang saling terkait, yakni lingkungan pengendalian manajemen (management control environment), pengendali risiko manajemen (management risk assessment) aktivitas pengendalian manajemen (management’s control activities), pengawasan manajemen (management’s monitoring) dan sistem informasi dan komunikasi manajemen (management information and communication systems) yang menghubungkan keseluruhan komponen. Untuk lebih jelasnya tampak sebagai berikut. •
Lingkungan pengendalian manajemen. Lingkungan pengendalian manajemen menentukan ritme dari sebuah organisasi. Elemen ini merupakan pondasi dari keseluruhan komponen pengendalian internal. Faktor-faktor lingkungan pengendalian termasuk di dalamnya integritas, nilai-nilai etika dan kompetensi dari setiap orang dalam perusahaan. Berikut adalah elemen-elemen umum dalam lingkungan pengendalian manajemen. − Filosofi manajemen dan gaya operasional. − M anajemen dan integritas karyawan serta nilai-nilai etika. − Struktur organisasi. − Komitmen organisasi terhadap kompetensi. − Fungsionalitas jajaran direksi, khususnya komite audit. − M etode dalam menentukan kekuasaan dan pertanggung jawaban. − Keterlibatan fungsi internal audit. − Kebijakan sumber daya manusia dan pelatihan-pelatihannya
19 •
Pengendali risiko manajemen. Pengendalian risiko merupakan sebuah tindakan untuk mencegah faktorfaktor, event dan kondisi yang menghalangi pencapaian tujuan suatu organisasi. Pengendalian risiko termasuk di dalamnya mempersiapkan diri terhadap kemungkinan kemunculan risiko dalam laporan keuangan.
•
Sistem informasi dan komunikasi manajemen. Komponen informasi dan komunikasi dari pengendalian internal diperlukan dalam pencapaian tujuan manajemen. Untuk membuat sebuah keputusan efektif, manajer harus mempunyai akses ke informasi yang akurat, terpercaya dan relevan. Keseluruhan sistem informasi terdiri dari empat fungsi esensial yakni identifikasi data, pemasukkan data, pemrosesan transaksi termasuk proses perhitungan dan laporan produksi serta distribusi.
•
Aktivitas pengendalian manajemen. Aktivitas pengendalian adalah tindakan spesifik yang diambil oleh klien manajemen dan para karyawan untuk memastikan bahwa pengarahan manajemen sudah dilakukan dengan baik. Termasuk ke dalam aktivitas pengendalian adalah review performa, pembagian tugas, pengendalian fisik atau pengecekkan fisik dan pengendalian pemrosesan informasi.
•
Pengawasan manajemen. Sistem pengendalian internal butuh diawasi. M anajemen harus memastikan kualitas pengendalian performanya setiap saat. Pengawasan di sini termasuk aktivitas manajemen dan supervisor pada umumnya dan tindakan personil lainnya dalam menjalankan tugas masing-masing.
20 2.5
Pajak Penghasilan Pasal 21 2.5.1 Pengertian Dasar M enurut Diana (2009, p93-94) pengertian dasar dalam PPh Pasal 21 sebagai berikut. •
Honorarium adalah imbalan atas jasa, jabatan atau kegiatan yang dilakukan.
•
Hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang diberikan melalui suatu perlombaan atau adu ketangkasan.
•
M agang adalah aktivitas untuk memperoleh pengalaman dan atau keterampilan dan atau keahlian sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
•
Bea Siswa adalah pembayaran kepada pegawai tetap, tidak tetap dan calon pegawai yang ditugaskan oleh pemberi kerja untuk mengikuti program pendidikan yang ditetapkan oleh pemberi kerja yang terikat dengan kontrak atau perjanjian kerja atau pembayaran yang dilakukan oleh suatu institusi kepada orang pribadi yang tidak mempunyai ikatan kontrak atau perjanjian kerja untuk mengikuti suatu program pendidikan.
•
Kegiatan adalah keikutsertaan dalam suatu rangkaian tindakan, termasuk mengikuti rapel, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan dan olahraga.
•
Kegiatan mutilevel marketing atau direct selling adalah suatu sistem penjualan secara langsung kepada konsumen yang dilakukan secara berantai oleh orang per orang sebagai distributor perusahaan multilevel
21 marketing atau direct selling. •
Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya.
2.5.2 Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 M enurut Diana (2004, p94-95) penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah orang pribadi, seperti: •
Pegawai Negeri Sipil (PNS). PNS adalah PNS-Pusat, PNS-Daerah dan PNS lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974.
•
Pegawai. Seorang pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah.
•
Pegawai Tetap. Seorang pegawai tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung. Pegawai tetap mencakup pejabat negara, PNS, anggota TNI/Polri, pejabat negara lainnya, pegawai Badan Usaha M ilik Negara (BUMN) dan Badan Usaha M ilik Daerah (BUM D) serta anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang merangkap sebagai pegawai
22 tetap pada perusahaan yang sama. •
Pegawai dengan status Wajib Pajak (WP) Luar Negeri. Seorang pegawai dengan status WP Luar Negeri adalah orang yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang menerima atau memperoleh gaji, honorarium dan atau imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan.
•
Tenaga Lepas. Seorang tenaga lepaas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja. Tenaga Lepas mencakup pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai dan distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.
•
Penerima Pensiun. Seorang penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua (THT) atau Jaminan Hari Tua (JHT).
•
Penerima Honorarium. Seorang penerima honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan atau kegiatan yang dilakukannya.
•
Penerima Upah. Seorang penerima upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah borongan atau upah satuan. Upah harian adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar jumlah hari kerja. Upah mingguan adalah upah yang terutang atau dibayarkan secara mingguan. Upah borongan adalah upah yang terutang atau
23 dibayarkan atas dasar penyelesaian pekerjaan tertentu. Upah Satuan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar banyaknya satuan produk yang dihasilkan. •
Orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan dari Pemotong Pajak.
2.5.3 Bukan Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 M enurut Diana (2004, p95-96) yang tidak ternasuk dalam pengertian penerima penghasilan adalah: •
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
•
Pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
2.5.4 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 M enurut Diana (2004, p96-97) pemotong PPh Pasal 21, yang selanjutnya disingkat pemotong pajak adalah:
24 •
Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit, atau bentuk usaha tetap yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai. Pengertian pemberi kerja termasuk juga badan atau organisasi internasional yang tidak dikecualikan sebagai pemotong pajak.
•
Bendaharawan pemerintah (termasuk bendaharawan pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembagalembaga negara lainnya dan kedutaan besar Republik Indonesia di luar negeri) yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.
•
Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan THT atau JHT.
•
Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan atau jasa, termasuk jasa tenaga ahli dengan status WP dalam negeri yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama perusahaannya.
•
Yayasan (termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian, olahraga dan kebudayaan), lembaga, kepanitiaan,
25 asosiasi, perkumpulan, organisasi massa, organisasi sosial politik dan organisasi lainnya dalam bentuk apapun dalam segala bidang kegiatan sebagai pembayar gaji, upah, honorarium atau imbalan dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. •
Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan.
•
Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada WP orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
2.5.5 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 M enurut Diana (2004, p97-98) penghasilan yang dipotong PPh 21 adalah: •
Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan
kemahalan, tunjangan
jabatan, tunjangan khusus,
tunjangan kendaraan, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, bea siswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
26 •
Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.
•
Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan.
•
Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang THT atau JHT dan pembayaran lain sejenis.
•
Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, bea siswa dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh WP dalam negeri, terdiri dari: − Tenaga ahli. − Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya. − Olahragawan. − Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator. − Pengarang, peneliti dan penterjemah. − Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial. − Agen iklan.
27 − Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, peserta sidang atau rapat dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang kegiatan. − Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan. − Peserta perlombaan. − Petugas penjaja barang dagangan. − Petugas dinas luar asuransi. − Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan. − Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya. •
Gaji, gaji kehormatan dan tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang diterima oleh pejabat negara, PNS, serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya.
•
Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan WP atau WP yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit).
2.5.6 Bukan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 M enurut Diana (2004, p98-99) tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah: •
Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi
28 kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi bea siswa. •
Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali natura dan kenikmatan dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan WP atau WP yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).
•
Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh M enteri Keuangan dan iuran JHT kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.
•
Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh Pemerintah.
•
Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja.
•
Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
2.5.7 Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun M enurut Diana (2004, p99) yang dimaksud dengan biaya jabatan dan biaya pensiun sebagai berikut. •
Besarnya penghasilan neto pegawai tetap ditentukan berdasar penghasilan bruto dikurangi dengan: − Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah maksimum yang diperkenankan sebesar Rp. 1.296.000,00
29 setahun atau Rp. 108.000,00 sebulan. − Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh M enteri Keuanngan atau badan penyelenggara THT atau JHT yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh M enteri Keuangan. •
Besarnya penghasilan neto penerima pensiun ditentukan berdasarkan penghasilan bruto yang berupa uang pensiun dikurangi dengan biaya pensiun, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara uang pensiun sebesar 5% dari penghasilan bruto berupa uang pensiun dengan jumlah maksimum yang diperkenankan sejumlah Rp.432.000,00 setahun atau Rp. 36.000,00 sebulan.
2.5.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak M enurut Diana (2004, p100) besarnya Penghasilan Kena Pajak dari seorang pegawai dihitung berdasar penghasilan neto-nya dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang jumlahnya sebagai berikut. •
Untuk diri pegawai sebesar Rp. 2.880.000,00 setahun atau Rp. 240.000,00 sebulan.
•
Tambahan untuk pegawai yang kawin sebesar Rp. 1.440.000,00 setahun atau Rp. 120.000,00 sebulan.
•
Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
30 paling banyak 3 orang sebesar Rp. 1.440.000,00 setahun atau Rp. 120.000,00 sebulan. Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan hanya untuk dirinya sendiri dan dalam hal tidak kawin pengurangn PTKP selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, diberikan tambahan PTKP sejumlah Rp. 1.440.000,00 setahun atau Rp. 120.000,00 sebulan dan ditambah PTKP untuk keluarganya. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun takwim. Adapun bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun takwim, besarnya PTKP tersebut dihitung berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun takwim yang bersangkutan. Pengurangan-pengurangan tersebut tidak berlaku terhadap penghasilanpenghasilan berupa: − Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan. − Upah tebusan pensiun, uang pesangon, uang THT atau JHT dan pembayaran lain sejenis. − Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Ketentuan-ketentuan penghasilan tersebut sebagai berikut. − Penghasilan bruto yang diterima pegawai harian,
pegawai
31 mingguan, pemagang dan pegawai tidak tetap lainnya berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang jumlahnya tidak lebih dari Rp. 24.000,00 sehari, tidak dipotong PPh Pasal 21 sepanjang jumlah penghasilan bruto tersebut dalam satu bulan takwim tidak melebihi Rp. 240.000,00 dan tidak dibayarkan secara bulanan. − Dalam hal penghasilan dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp. 240.000,00, maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP yang sebenarnya dari penerima penghasilan yang bersangkutan dibagi dengan 360. Jika penghasilan dibayarkan secara bulanan, maka PTKP yang dapat dikurangkan adalah PTKP sebenarnya dari penerima penghasilan yang bersangkutan. − Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang serta pegawai tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang besarnya melebihi Rp. 24.000,00 sehari, tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp. 240.000,00. PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp. 24.000,00 tersebut. − Atas penghasilan yang dibayarkan kepada pegawai tetap yang dihitung berdasarkan upah harian, dilakukan pengurangan PTKP yang sebenarnya (PTKP bulanan).
32 − Atas dasar penghasilan berupa bea siswa, dilakukan pengurangan PTKP yang sebenarnya (PTKP bulanan). − Atas penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 berdasarkan perkiraan penghasilan neto. Perkiraan penghasilan neto tersebut adalah sebesar 50% dari penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2.5.9 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 M enurut Diana (2004, p106-115) tarif PPh Pasal 21 sebagai berikut. NO
Wajib Pajak
Penghasilan sebagai
Tarif
dasar penerapan tarif 1.
Pegawai tetap
Penghasilan
bruto
dikurangi:
• Iuran termasuk
PPh Pasal 21 • PKP <= 25 juta = 0%.
• Biaya jabatan.
• 25 juta < PKP <=
pensiun, iuran
50 juta = 10%. • 50 juta < PKP <=
tabungan hari tua
100 juta = 15%.
atau jaminan hari
• 100 juta < PKP <=
tua yang disamakan
200 juta = 25%.
dengan
Rumus
• PKP > 200 juta = 35%.
PKP x tarif
33 NO
Wajib Pajak
Penghasilan sebagai
Tarif
dasar penerapan tarif
Rumus PPh Pasal 21
• dana pensiun. • PTKP 2.
Peserta program
Penghasilan bruto
pensiun yang
dikurangi:
dibayarkan secara
• Biaya pensiun
bulanan
• PTKP
• PKP <= 25 juta =
PKP x tarif
0%. • 25 juta < PKP <= 50 juta = 10%. • 50 juta < PKP <= 100 juta = 15%. • 100 juta < PKP <= 200 juta = 25%. • PKP > 200 juta = 35%.
3.
Anggota dewan
Penghasilan bruto (PB)
komisaris atau
berupa honorarium yang
dewan pengawas
diterima atau diperoleh.
yang tidak
• PB <= 25 juta =
PB x tarif
0%. • 25 juta < PB <= 50 juta = 10%.
merangkap sebagai
• 50 juta < PB <=
pegawai tetap pada
100 juta = 15%.
perusahaan sama
• 100 juta < PB <= 200 juta = 25%. • PB > 200 juta = 35%.
4.
Mantan pegawai
Penghasilan Bruto (PB)
• PB <= 25 juta =
PB x tarif
34 NO
Wajib Pajak
Penghasilan sebagai
Tarif
dasar penerapan tarif
Rumus PPh Pasal 21
0%. • 25 juta < PB <= 50 juta = 10%. • 50 juta < PB <= 100 juta = 15%. • 100 juta < PB <= 200 juta = 25%. • PB > 200 juta = 35%. 5.
• Pemain musik
Penghasilan bruto (PB)
• Pembawa acara
berupa honorarium, uang saku,
hadiah
atau
• Penyanyi
penghargaan,
• Pelawak
(termasuk yang diterima
• Bintang film
PDL asuransi dan penjaja
• Bintang sinetron • Bintang iklan
komisi
bukan pegawai tetap), bea
siswa
dan
pembayaran lainnya yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari
• Bintang iklan
yang diperlukan untuk
• Kru film • Fotomodel • Peragawan/wati • Pemain drama
0%. • 25 juta < PB <= 50 juta = 10%. • 50 juta < PB <=
barang dagangan yang
• Bintang sinetrn
• Sutradara
• PB <= 25 juta =
menyelesaikan jasa atau kegiatan.
100 juta = 15%. • 100 juta < PB <= 200 juta = 25%. • PB > 200 juta = 35%.
PB x tarif
35 NO
Wajib Pajak
Penghasilan sebagai dasar penerapan tarif
• Penari • Pemahat • Pelukis • Seniman lainnya • Olahragawan • Penasihat • Pengajar • Pelatih • Penceramah • Penyuluh • Moderator • Pengarang • Peneliti • Penerjemah • Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
Tarif
Rumus PPh Pasal 21
36 NO
Wajib Pajak
Penghasilan sebagai dasar penerapan tarif
ekonomi dan sosial. • Agen iklan • Pengawas • Pengelola proyek Anggota dan pemberi jasa pada suatu kepanitiaan, peserta sidang atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang kegiatan. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan. • Petugas penjaja barang dagangan
Tarif
Rumus PPh Pasal 21
37 NO
Wajib Pajak
Penghasilan sebagai
Tarif
dasar penerapan tarif
Rumus PPh Pasal 21
• Petugas dinas luar asuransi • Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan. 6.
Tenaga ahli yang
Perkiraan
terdiri dari:
neto
yang
• Pengacara
atau
terutang
• Notaris
50%
dari penghasilan
• Akuntan
bruto berupa honorarium
• Arsitek
atau imbalan lain dengan
• Dokter
nama dan dalam bentuk
• Konsultan
apapun.
15%
penghasilan
(50%xPB) x tarif = PN x tarif
dibayarkan sebesar
• Penilai • aktuaris 7.
Pegawai tidak
Penghasilan Bruto (PB)
tetap, pemagang
dikurangi dengan PTKP.
dan calon pegawai.
• PB <= 25 juta = 0%. • 25 juta < PB <= 50 juta = 10%. • 50 juta < PB <= 100 juta = 15%. • 100 juta < PB <= 200 juta = 25%.
(PB-PTKP) x tarif
38 NO
Wajib Pajak
Penghasilan sebagai
Tarif
dasar penerapan tarif
Rumus PPh Pasal 21
• PB > 200 juta = 35%. 8.
Distributor
Penghasilan Bruto (PB)
perusahaan
dikurangi dengan PTKP.
• PB <= 25 juta = 0%.
(PB-PTKP) x tarif
• 25 juta < PB <= 50
multilevel marketing atau
juta = 10%. • 50 juta < PB <=
direct selling.
100 juta = 15%. • 100 juta < PB <= 200 juta = 25%. PB > 200 juta = 35%. 9.
• Penerima pensiun • Penerima
Uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana
• PB <= 25 juta = 0%. • 25 juta < PB <= 50
pensiun
yang
pesangon yang
pendiriannya
telah
dibayarkan
disahkan oleh Menteri
• 50 juta < PB <=
sekaligus
Keuangan dan tunjangan
100 juta = 10%.
hari tua yang dibayarkan
• 100 juta < PB <=
sekaligus
oleh
penyelenggara atau
badan pensiun badan
penyelenggara
PB x tarif
juta = 5%.
200 juta = 15%. • PB > 200 juta = 25%. (final)
JAMSOSTEK. 10.
Penerima
Penghasilan Bruto (PB)
15% (final)
PB x tarif
39 NO
Wajib Pajak
Penghasilan sebagai
Tarif
dasar penerapan tarif honorarium yang
berupa honorarium dan
meliputi:
imbalan
• Pejabat Negara
nama
apapun
PPh Pasal 21
dengan yang
PNS
sumber dananya berasal
• Anggota
dari Keuangan Negara
TNI/POLRI 11.
lain
Rumus
atau Keuangan Daerah.
Penerima upah
Jumlah upah di atas Rp.
harian
24.000,00 per hari, tetapi tidak
melebihi
5%
(upah harian – Rp. 24.000) x
Rp.
tarif
240.000,00 dalam satu bulan takwim. 12.
Penerima upah
Jumlah upah di atas Rp.
mingguan
24.000,00 per hari, tetapi tidak
melebihi
5%
(upah mingguan – Rp. 24.000) x tarif
Rp.
240.000,00 dalam satu bulan takwim. 13.
Penerima upah
Jumlah upah di atas Rp.
borongan
24.000,00 per hari, tetapi tidak
melebihi
5%
(upah borongan : jumlah hari untuk menyelesaikan
Rp.
pekerjaan
240.000,00 dalam satu
borongan – Rp.
bulan takwim.
24.000) x tarif 14.
Penerima upah
Jumlah upah di atas Rp.
satuan
24.000,00 per hari, tetapi
5%
(jumlah satuan produk yang
40 NO
Wajib Pajak
Penghasilan sebagai
Tarif
dasar penerapan tarif tidak
melebihi
Rumus PPh Pasal 21
Rp.
dihasilkan dalam
240.000,00 dalam satu
satu hari x upah
bulan takwim.
per satuan produk – Rp. 24.000) x tarif
15.
Wajib Pajak luar
Penghasilan Bruto (PB)
negeri
yang
diterima
diperoleh
20% (final)
PB x tarif
atau sebagai
imbalan atas pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan pribadi
oleh
orang
dengan
status
Wajib Pajak luar negeri.
Tabel 2.1 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21
2.6. Sistem Informasi 2.6.1 Pengertian Sistem M enurut M cLeod (2004, p9) sistem adalah sekelompok elemen–elemen terintegrasi yang mempunyai maksud sama dalam mencapai tujuan. M enurut Stair (2006, p8), sistem adalah “a set of elements or components that interacts to accomplish goals.” Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan sistem adalah
41 sekelompok elemen atau komponen yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam mencapai tujuan.
2.6.2 Pengertian Informasi M enurut M cLeod (2004, p12) informasi adalah data yang telah diproses atau memiliki arti. M enurut Stair (2006, p5), informasi adalah “a collections of facts organized in such way that they have additional value beyond the value of the facts themselves.” Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan informasi adalah sekelompok fakta yang telah diproses sehingga memiliki nilai tambah diluar fakta itu sendiri.
2.6.3 Pengertian Sistem Informasi M enurut O’Brien (2006, p5) Sistem Informasi (SI) dapat merupakan kombinasi teratur apa pun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. M enurut Bodnar dan Hopwood (2004, p3-4), SI adalah “the use of computer technology in an organization to provide information to users. A computer used information systems is a collection of computer hardware and software designed to transform data into useful information.” Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan SI adalah
42 mengorganisasikan sumber daya manusia, perangkat keras dan piranti lunak komputer yang saling berinteraksi untuk menyediakan informasi di mana dapat berguna bagi pihak manajemen.
2.7
Sistem Informasi Manajemen 2.7.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen M enurut M cLeod (2004, p259) Sistem Informasi M anajemen (SIM ) adalah suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan serupa. M enurut M cLeod (2004, p274) SIM memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah dalam dua cara, yakni: •
Sumber daya informasi organisasi secara menyeluruh. SIM menyiapkan dan merupakan sarana untuk menghubungkan para manager dalam organisasi, sehingga informasi dapat digunakan bersama untuk mendukung pemecahan masalah yang dihadapi.
•
Pemahaman dan identifikasi masalah. Sesuai dengan konsep SIM yaitu sebagai penyedia informasi terus menerus bagi manager (pengambil keputusan). Penggunaan SIM dapat memberikan gambaran dan sinyal akan masalah yang dihadapi atau yang akan terjadi bila keputusan lebih lanjut tidak segera diambil. SIM juga membantu dalam hal pemahaman penyebab dari masalah tersebut.
43 2.8
Sistem Informasi Tunjangan Insentif 2.8.1 Pengertian Kompensasi M enurut Saydam (2003, p162-163) kompensasi adalah balas jasa (reward) perusahaan terhadap pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan seorang karyawan. Kompensasi yang diterima seorang karyawan dari perusahaan tempat bekerja, pada umumnya dibedakan atas tiga bentuk yakni: uang kontan, material, dan fasilitas. Kompensasi berbentuk uang maksudnya adalah seorang karyawan menerima uang kontan secara fisik sebagai hasil pekerjaan yang telah dilakukannya di dalam perusahaan tersebut. Besarnya kompensasi berbentuk uang ini tergantung pada kesepakatan antara perusahaan dan karyawan, atau sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam perusahaan itu sendiri.
2.8.1.1 Pengertian Gaji M enurut Saydam (2003, p163) gaji adalah salah satu jenis balas jasa yang diberikan kepada seorang karyawan secara periodik (biasanya sekali sebulan). Karyawan penerima gaji demikian biasanya telah menjadi karyawan atau pegawai tetap yang telah lulus masa percobaan.
2.8.1.1.1 Bentuk S truktur Gaji M enurut Ruky (2006, p113-128) bentuk struktur patokan gaji sebagai berikut. •
Struktur gaji berbentuk angka tunggal (Single Rate). Dalam bentuk ini, lamanya masa kerja seseorang tidak dijadikan dasar
44 untuk menentukan besarnya kemajuan gaji individu karyawan dan prestasi kerja dihargai dalam bentuk “insentif” tunai secara langsung. Sedangkan “kemajuan” upah akan sama besarnya untuk setiap orang dan biasanya merupakan hasil “perundingan” KKB (Keputusan Kenaikan Bersama) atau karena diberikan “Kenaikan Gaji Umum” oleh perusahaan. •
Struktur gaji berbentuk angka terendah dan tertinggi (Range Rate). Bentuk “Range” ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang memberi kesempatan bagi karyawannya untuk bersaing dalam prestasi sehingga mendapatkan “kemajuan” gaji yang berbeda satu dengan lainnya. Penggunaan struktur gaji seperti ini biasanya hanya untuk golongan manajer/staf senior.
•
Struktur gaji berbentuk “Skala”. Struktur gaji bentuk ini digunakan terutama oleh organisasi yang mempunyai falsafah bahwa kemajuan gaji seorang karyawan juga harus mengikuti lamanya masa kerja. Perusahaan berpendapat bahwa lamanya masa kerja mencerminkan “loyalitas” seorang pegawai. Persoalan karyawan tersebut berprestasi atau tidak itu adalah soal kedua.
2.8.1.2 Pengertian Upah M enurut Saydam (2003, p164) upah adalah sejenis balas jasa diberikan perusahaan kepada para pekerja harian (pekerja tidak tetap) yang besarnya telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak. Upah ini juga dibayarkan setelah pekerjaan selesai dan diterima hasilnya dengan baik oleh pemberi kerja.
45 Pembayaran upah ini bisa saja setiap hari selesai pekerjaan atau secara mingguan, tergantung pada kesepakatan sebelumnya antara pemberi kerja dan penerima kerja.
2.8.1.3 Pengertian Tunjangan M enurut Saydam (2003, p164) tunjangan adalah tambahan penghasilan yang diberikan kepada para karyawan, karena dianggap telah berpartisipasi dengan baik dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan. Pembayaran tunjangan ini biasanya disatukan dalam laporan pembayaran gaji bulanan karyawan. 2.8.1.4 Pengertian Insentif M enurut Hasibuan (2003, p118) insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu ketika prestasinya melebihi prestasi standar. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan pendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi. M enurut Saydam (2003, p164) insentif adalah tambahan penghasilan yang diberikan kepada karyawan tertentu. Pemberian insentif ini biasanya didasarkan pada keberhasilan prestasi seorang karyawan melebihi dari prestasi standar yang ditetapkan perusahaan.
2.8.2 Tujuan Kompensasi M enurut Hasibuan (2003, p121-122) tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) sebagai ikatan kerja sama, kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, serta pengaruh serikat buruh dan pemerintah. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
46 •
Ikatan kerja sama. Dengan pemberian kompensasi, maka terjalinlah ikatan kerja sama formal antara pengusaha dengan karyawan. Ikatan kerja sama ini mengharuskan karyawan mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik, sedangkan pengusaha wajib membayar kompensasi sesuai perjanjian kesepakatan bersama.
•
Kepuasan kerja. Dengan kompensasi, karyawan dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan fisik, status sosial dan ego-nya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari pekerjaannya.
•
Pengadaan efektif. Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan terbaik untuk perusahaan akan lebih mudah.
•
M otivasi. Jika kompensasi diberikan dengan jumlah cukup besar, maka manajer akan lebih mudah memotivasi bawahannya.
•
Stabilitas karyawan. Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta mengandung nilai eksternal konsistensi yang komparatif, maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turnover relatif kecil.
•
Disiplin. Dengan pemberian kompensasi dengan jumlah cukup besar, maka disiplin karyawan semakin baik mentaati peraturan–peraturan yang berlaku.
47 •
Pengaruh serikat buruh. Dengan teraturnya program kompensasi, pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
•
Pengaruh pemerintah. Jika program kompensasi sesuai dengan Undang–Undang Perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
2.8.3 Dasar Penentuan Pemberian Kompensasi M enurut Saydam (2003, p181-184) dasar penentuan pemberian kompensasi dapat dibedakan atas: •
Kompensasi berdasarkan satuan volume yang dihasilkan. Kompensasi jenis ini adalah model pemberian kompensasi yang banyak dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Di sini pemberian kompensasi didasarkan pada berapa banyak jumlah produksi yang dihasilkan oleh seorang karyawan. Semakin banyak jumlah barang dihasilkan, maka semakin besar pula kompensasi yang akan diterima karyawan tersebut. Kompensasi jenis ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang melakukan kerja borongan, seperti kontraktor perumahan, industri rokok, atau pertanian.
•
Kompensasi berdasarkan satuan waktu pekerjaan. Cara penentuan kompensasi dengan metode ini adalah berdasarkan waktu pelaksanaan pekerjaan yang dapat dilakukan seorang karyawan. Di sini
48 besarnya kompensasi dikaitkan langsung dengan lamanya waktu seorang karyawan bekerja. Perhitungan kompensasi bisa didasarkan pada hitungan jam, hari, minggu, bahkan bulanan. •
Kompensasi berdasarkan penilaian pekerjaan. Kompensasi jenis ini banyak ditemui di perusahaan yang telah menetapkan merit system (sistem kompensasi berdasarkan prestasi kerja).
2.9 Metode Analisis dan Desain Berorientasi Objek 2.9.1 Pengertian Metode Analisis dan Desain Berorientasi Objek M enurut Whitten, Bently, Ditmann (2001, p97) object-oriented analysis dan design (OOA&D) berusaha untuk menggabungkan data dan proses menjadi suatu gagasan tunggal yang disebut objects. OOA&D memperkenalkan objects diagrams yang mendokumentasikan sistem dipandang dari segi objek dan interaksinya. M enurut M athiassen (2000, p4), “Objek adalah kesatuan dengan identity, state dan behaviour.” Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan metode analisis dan desain berorientasi objek adalah panggabungan data dan proses menjadi suatu gagasan tunggal atau yang dikenal dengan objek.
2.9.2 Rich Picture M enurut M athiassen (2000, p26) rich picture adalah sebuah gambaran formal digunakan oleh pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman user terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung. Rich picture juga dapat
49 digunakan sebagai alat yang berguna untuk memfasilitasi komunikasi baik antara pengguna dalam sistem. Rich picture difokuskan pada aspek-aspek penting dari sistem tersebut, ditentukan sendiri oleh pengembang sistem dengan mengunjungi perusahaan di mana melihat bagaimana perusahaan tersebut beroperasi, berbicara dengan banyak orang untuk mengetahui apa yang harus terjadi atau seharusnya terjadi, dan mungkin melakukan beberapa wawancara formal.
2.9.3 S ystem Definition M enurut M athiassen (2000, p37) system definition adalah deskripsi ringkas dari sistem terkomputerisasi yang diekspresikan dalam bahasa natural. Tujuan system definition adalah untuk memilih sistem aktual yang akan dikembangkan. Hal ini dilakukan dengan
mengklarifikasikan interpretasi,
kemungkinan dan konsekuensi dari beberapa solusi alternatif secara sistematis. Saran yang dapat membantu dalam membuat system definition berguna: •
M enggunakan general term dan memfokuskan pada emergent properties.
•
M emfokuskan ide dari pada mendeskripsikan situasi saat itu.
•
M embuat definisi yang ringkas dan tepat.
•
Bereksperimen dengan beberapa system definition.
•
M elaju pada jalan berpikir diluar kebiasaan.
•
M enggunakan proses seleksi untuk menemukan tambahan properti yang
relevan.
50 2.9.4 FACTOR Criterion M enurut M athiassen (2000, p39) FACTOR Criterion terdiri dari enam elemen: •
Functionality Fungsi-fungsi sistem yang mendukung tugas application domain.
•
Application Domain Bagian-bagian dalam organisasi yang melakukan administrasi, memonitor,
atau mengendalikan sebuah problem domain. •
Conditions Kondisi-kondisi yang di bawah sistem akan dikembangkan dan digunakan.
•
Technology Teknologi guna untuk mengembangkan sistem yang akan dijalankan.
•
Objects Objek-objek utama dari problem domain.
•
Responsibility Tanggung jawab keseluruhan sistem yang berkaitan dengan konteksnya. M enurut M athiassen (2000, p40) FACTOR Criterion dapat digunakan
dalam dua cara. Pertama, dapat digunakan
mendukung pengembangan system
definition, dengan seksama mempertimbangkan masing-masing dari keenam elemen yang seharusnya diformulasikan. Atau kedua, dapat memulai system definition dengan cara mendeskripsikan sistem dan menggunakan kriteria tersebut untuk dapat melihat bagaimana kemampuan sistem mendefinisikan keenam faktor
51 tersebut. Secara prinsip tergantung pada permulaan kerjanya.
2.9.5 Analisis Problem Domain M enurut M athiassen (2000, p45) problem domain adalah bagian konteks yang diatur, dimonitor, atau dikendalikan oleh sistem. Analisis problem domain memfokuskan pada informasi, di mana harus ditangani oleh sistem dan menghasilkan sebuah model berupa gambaran dari class, objek, struktur dan perilaku (behaviour) yang ada dalam problem domain. Analisis problem domain dibagi menjadi tiga kegiatan seperti tampak pada tabel di bawah ini: Kegiatan
Isi
Konsep
Class
Objek dan event yang mana merupakan Class, objek, event bagian dari problem domain?
Structure
Bagaimana class dan objek saling terkait satu Generalisasi, agregasi, sama lain secara konseptual? asosiasi, dan cluster
Behaviour
Properti dinamik mana yang dimiliki oleh Event trace, behavioural objek? pattern, dan atribut
Tabel 2.2 Kerangka Analisis Problem Domain (Sumber: Lars M athiassen)
2.9.5.1 Class M enurut M athiassen (2000, p49) class adalah sekumpulan objek yang membagikan struktur, behavioral pattern, dan atribut. Kegiatan class merupakan kegiatan pertama dalam analisis problem domain. Ada beberapa tugas utama dalam kegiatan ini, yaitu: abstraksi fenomena dari problem domain dalam objek
52 dan event; klasifikasi objek dan event; seleksi class dan event yang akan dipelihara informasinya oleh sistem. M enurut M athiassen (2000, p51) object adalah sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan perlaku (behavior). Event adalah kejadian secara terus menerus yang melibatkan satu atau lebih objek. Pemilihan class tersebut bertujuan untuk mendefinisikan dan membatasi problem domain. Sementara pemilihan kumpulan event yang dialami atau dilakukan oleh satu atau lebih objek bertujuan untuk membedakan tiap-tiap kelas dalam problem domain. Kegiatan class akan menghasilkan sebuah Event Tabel. Seperti terlihat pada contoh tabel di bawah: Eve nt
Class Customer
Assistant
Reserved
X
Cancelled
X
Treated
X
Apprentice
Appointment
Plan
X
X
X
X
X X
Employed
X
X
Resigned
X
X X
Graduated Agreed
X
X
X
Tabel 2.3 Contoh Event Table (Sumber: Lars M athiassen)
Pada tabel di atas, dimensi horizontal berisi class-class terpilih dan vertikal berisi event-event terpilih. Sebuah tanda cek digunakan untuk mengindikasikan objek-objek dari class yang berhubungan dalam event tertentu.
53
Find Cand id ate s fo r cla sses
Fin d ca ndid ate s fo r e vent s
Evalu ate an d se le ect systemat ic ally
Eve nt Table Even t Tab le
Gambar 2.1 Subactivity dalam Pemilihan Class dan Event Problem Domain (Sumber: Lars M athiassen) Pada gambar di atas ini, dimulai dengan mengidentifikasi, objek, dan kemudian melakukan abstraksi dan klasifikasi, mengembangkan susunan class yang relevan dan potensial untuk model problem domain. Dalam aktivitas secara paralel, di identifikasi dan dikembangkan serupa dengan beberapa event. Kemudian secara sistematik dievaluasi banyak kandidat dan memilih beberapa class dan event yang relatif meliputi model problem domain. Pada akhirnya menaruh event ke class.
2.9.5.2 Structure M enurut M athiassen (2000, p69) kegiatan kedua dalam analisis problemdomain ini bertujuan untuk mencari hubungan struktural yang abstrak dan umum antara class-class serta mencari hubungan konkrit dan spesifik antara objek-objek dalam problem-domain. M enurut M athiassen (2000, p72-77) objected-oriented structure bisa dibagi menjadi:
54 • Structure antara class, terdiri dari: − Generalization adalah hubungan antara dua atau lebih class yang lebih spesialisasi (sub kelas) dengan sebuah class lebih umum (super kelas). Hubungan spesialisasi tersebut dapat dinyatakan dengan rumus “is-a”. − Cluster adalah kumpulan class yang saling berkaitan. Cluster digambarkan dengan notasi file folder yang mencakup class-class di dalamnya.
Class
dalam
cluster
sama
dihubungkan
dengan
generalization atau pun aggregation, sedangkan class yang berada pada cluster berbeda dihubungkan dengan association. • Stucture antara objek, terdiri dari: − Aggregation adalah objek superior (keseluruhan) yang terdiri dari sejumlah objek inferior (bagian). Hubungan ini dapat dinyatakan dengan rumus “has-a” atau “is-part-of”. −
Whole-Part merupakan penjumlahan dari objek inferior, jika objek inferior tersebut ditambah atau dihilangkan, akan mengubah total objek superior.
−
Container-Content adalah container untuk objek inferior. Objek superior tidak
akan
berubah
jika terjadi penambahan
atau
penghapusan objek inferior. −
Union-Member merupakan kesatuan dari anggota-anggota (objek inferior). Objek superior tidak akan berubah jika terjadi penambahan atau penghapusan objek inferior, namun tetap memiliki batasan.
55 − Association adalah hubungan antara sejumlah objek di mana memiliki arti dan yang saling berhubungan tersebut bukan merupakan bagian dari objek lainnya. Hasil dari kegiatan struktur ini adalah class diagram, yakni ringkasan model problem-domain yang jelas dengan menggambarkan semua struktur hubungan statik antar class dan objek dalam model dari sistem berubah-ubah.
2.9.5.3 Behaviour M enurut M athiassen (2000, p89-93) kegiatan behaviour adalah kegiatan terakhir pada analisis problem domain di mana bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis) dalam problem domain sistem sepanjang waktu. Tugas utama dalam kegiatan ini adalah menggambarkan pola perilaku (behavioral pattern) dan atribut dari setiap class. Hasil dari kegiatan ini adalah statechart diagram yang dapat dilihat: Cus tomer -n ame -a ddress -b alance
/ acco unt o pened
/ a ccou nt closed Ope n / amo unt d eposited / amount withd rawn
Gambar 2.2 Contoh “State Chart” (Sumber: Lars M athiassen) Perilaku dari suatu objek ditentukan oleh urutan event-event (event trace) yang harus dilewati oleh objek tertentu tersebut sepanjang waktu. Sebagai contohnya adalah kelas “pelanggan” harus melalui event trace: account opened–
56 amount deposited–amount withdrawn–amount deposited – account closed sepanjang masa hidupnya. M enurut M athiassen (2000, p93) tiga jenis notasi untuk behavioral pattern yaitu: •
Sequence, di mana event muncul satu per satu secara berurutan.
•
Selection adalah pemilihan satu event dari sekumpulan event yang muncul.
•
Iteration adalah sebuah event yang muncul sebanyak nol atau beberapa kali.
2.9.6 Analisis Application Domain M enurut M athiassen (2000, p115) application domain adalah organisasi yang mengatur, memonitor, atau mengendalikan problem domain. Analisis application domain memfokuskan pada bagaimana target sistem akan digunakan dengan menentukan kebutuhan function dan antar muka sistem. Analisis application-domain memiliki tiga kegiatan yaitu: Kegiatan
Isi
Konsep
Usage
Bagaimana sistem berinteraksi dengan orang lain dan dengan sistem lain dalam konteks?
Use case dan actor
Function
Bagaimana kemampuan sistem dalam memproses informasi?
Function
Interfaces
Apa kebutuhan antar muka dari sistem target?
Interface, user interface, dan sistem interface
Tabel 2.4 Kerangka Analisis Application Domain (Sumber: Lars M athiassen)
57
Berikut ini merupakan jalur kegiatan dalam analisis application-domain: S yst em Definition
I nterfa ces
Usag e
Fun ctions
Requ iremen ts
Gambar 2.3 Application-Domain Analysis (Sumber: Lars M athiassen) Pada gambar di atas, dimulai dengan mendefinisikan sistem yang dibutuhkan oleh user. Dalam hal ini, kerja sama antara pengembang dan pengguna sangat dibutuhkan. Ketentuan yang dibutuhkan pada usage, functions, dan interface harus dievaluasikan. Pada akhir dari kegiatan analisis ini menghasilkan prasyarat-prasyarat yang dibutuhkan untuk mendefinisi sistem.
2.9.6.1 Usage M enurut M athiassen (2000, p119) kegiatan usage merupakan kegiatan pertama dalam analisis application domain bertujuan untuk menentukan bagaimana aktor-aktor merupakan pengguna atau sistem lain berinterkasi dengan sistem yang dituju. Interaksi antara aktor dengan sistem tersebut dinyatakan dalam use case. Adapun use case dapat dimulai oleh aktor atau oleh sistem target. Hasil
58 dari analisis kegiatan usage ini adalah deskripsi lengkap dari semua use case dan aktor yang ada. M enurut Dennis dan Wixom (2003, p267) cara untuk mengidentifikasi aktor adalah dengan mengetahui alasan aktor menggunakan sistem. Aktor dapat digambarkan dalam spesifikasi aktor yang memiliki tiga bagian yaitu: tujuan, karakteristik, dan contoh dari aktor tersebut. Tujuan merupakan peran dari aktor dalam sistem target. Sementara karakteristik menggambarkan aspek-aspek yang penting dari aktor. Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use case, di mana use case dijelaskan secara singkat namun jelas dan dapat disertai dengan keterangan objek sistem yang terlibat dan function dari use case tersebut atau dengan diagram statechart, karena use case adalah sebuah fenomena dinamik. M anurut Bennett, M cRobb, Farmer (2006, p148-149) mengungkapkan use case diagram mempunyai dua jenis hubungan (relationship) yaitu: extend dan include. Hubungan extend digunakan ketika ingin menunjukkan bahwa sebuah use case menyediakan fungsi tambahan yang mungkin digunakan oleh use case lain. Sedangkan hubungan include berguna ketika sering kali terdapat urutan behaviour digunakan oleh sejumlah use case dan ingin dihindari pengkopian deskripsi sama ke setiap use case yang akan menggunakan perilaku tersebut. M anurut Bennett, M cRobb, Farmer (2006, p329) sequence diagram membantu
kebutuhan seorang analisis dalam mengidentifikasi rincian dari
kegiatan yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi dari sebuah use case. Tidak ada suatu sequence diagram yang benar untuk use case tertentu, melainkan ada sejumlah kemungkinan sequence diagram, dapat lebih atau kurang memenuhi
59 kebutuhan dari use case. M enurut
Whitten,
Bently,
Ditmann
(2004,
p441),
sequence
menggambarkan bagaimana pesan atau message dikirim dan diterima antar objek dalam sequence tertentu. 2.9.6.2 Function M enurut M athiassen (2000, p137-138) kegiatan function merupakan kegiatan kedua dalam analisis application domain. Function memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam melaksanakan pekerjaannya. Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah daftar fungsi untuk merinci fungsi-fungsi yang kompleks. Daftar fungsi harus lengkap, menyatakan kebutuhan kolektif dari pelanggan dan aktor dan harus konsisten dengan use case. M enurut M athiassen (2000, p138-139) function memiliki empat tipe yang berbeda yaitu: •
Update, fungsi yang diaktifkan dengan event problem domain dan menghasilkan perubahan dalam model state tersebut.
•
Signal, fungsi di mana diaktifkan dengan perubahan keadaan dari model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks. Reaksi ini dapat berupa tampilan bagi aktor di application domain, atau intervensi langsung di problem domain.
•
Read, fungsi yang diaktifkan dengan kebutuhan akan informasi dalam pekerjaan aktor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian di mana
60 berhubungan dengan model. •
Compute, fungsi yang diaktifkan dengan kebutuhan akan informasi dalam pekerjaan aktor dan berisi perhitungan di mana melibatkan informasi dan disediakan oleh aktor atau model. Hasil dari function ini adalah tampilan dari komputasi. M enurut M athiassen (2000, p142-143) cara untuk mengidentifikasikan
function adalah dengan melihat deskripsi problem domain ditampilkan oleh class dan event, dan melihat deskripsi application domain yang ditampilkan dalam use case. Class dapat menyebabkan munculnya function baca dan update. Event memungkinkan munculnya kebutuhan terhadap function update. Sementara use case dapat menyebabkan munculnya semua jenis function.
2.9.6.3 Interface M enurut M athiassen (2000, p151-152) interface digunakan oleh aktor untuk berinteraksi dengan sistem. Kegiatan interface memiliki tiga konsep yaitu: •
Interface, yaitu fasilitas yang membuat model sistem dan fungsi-fungsi dapat digunakan oleh aktor.
•
User Interface, yaitu tampilan yang menghubungkan pengguna dengan sistem.
•
System Interface, yaitu tampilan yang menghubungkan sistem satu dengan sistem lain. Sebuah user interface yang baik harus dapat beradaptasi dengan pekerjaan
dan pemahaman user terhadap sistem. Kualitas user interface ditentukan oleh
61 kegunaan atau usability interface tersebut bagi pengguna. Usability bergantung dengan siapa yang menggunakan dan situasi pada saat sistem tersebut digunakan. Oleh sebab itu, usability bukan sebuah ukuran yang pasti dan objektif. M enurut M athiassen (2000, p154-155) terdapat empat jenis pola dialog yang penting dalam menentukan user interface yaitu: •
Menu-selection yang menampilkan pilihan-pilihan menu dalam user interface.
•
Form fill in yang merupakan pola klasik untuk memasukkan data berdasarkan terminal karakter.
•
Command-language yang berguna bagi pengguna untuk memasukkan dan mengaktifkan format perintah sendiri.
•
Direct manipulation di mana pengguna memilih objek dan melaksanakan fungsi-fungsi atas objek dan melihat hasil dari interaksi diri. Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari kegiatan
analisis lainnya, yaitu model problem domain, kebutuhan functional dan use case. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah deskripsi elemen-elemen user interface dan system interface yang lengkap, di mana kelengkapan menunjukkan pemenuhan kebutuhan pengguna. Hasil dari kegiatan user interface berupa form presentasi dan dialogue style, diagram window terpilih, dan diagram navigasi. Sedangkan hasil dari system interface berupa class diagram untuk peralatan dan protocol ekternal untuk berinteraksi dengan sistem yang lain.
62 2.9.7 Architecture Design M enurut M athiassen
(2000, p174-176) keberhasilan
suatu
sistem
ditentukan oleh kekuatan desain arsitekturalnya. Arsitektur membentuk sistem sesuai dengan fungsi sistem tersebut dan memenuhi kriteria desain tertentu. Arsitektur juga berfungsi sebagai kerangka untuk kegiatan pengembangan yang selanjutnya. Sebuah arsitektur di mana tidak jelas akan menghasilkan banyak pekerjaan yang sia-sia. Rancangan arsitektural memiliki tiga aktivitas yaitu: Kegiatan Kriteria
Isi Kondisi dan kriteria apa untuk perancangan?
Komponen
Bagaimana struktur komponen-komponen?
Proses
Bagaimana proses sistem didistribusikan dan dikoordinasikan?
sistem
Konsep Criterion
menjadi Arsitektur komponen Arsitektur proses
Tabel 2.5 Kerangka Architecture Design (Sumber: Lars M athiassen)
2.9.7.1 Criteria Karena tidak ada cara-cara tertentu atau mudah untuk menghasilkan suatu desain yang baik, banyak perusahaan menciptakan suatu standard dan prosedur untuk memberikan jaminan terhadap kualitas sistem. Di sinilah kegiatan kriteria dapat membantu dengan menetapkan prioritas desain untuk setiap proyek tertentu. M enurut M athiassen (2000, p177-179) sebuah desain yang baik memiliki tiga ciriciri yaitu:
63 •
Tidak memiliki kelemahan. Syarat ini menyebabkan adanya penekanan pada evaluasi dari kualitas berdasarkan review dan eksperimen dan membantu dalam menentukan prioritas dari kriteria yang akan mengatur dalam kegiatan perancangan. Beberapa kriteria umum yang digunakan dalam kegiatan desain berorientasi objek tampak seperti di bawah ini. Criterion
Ukuran dari
Usable
Adaptasi sistem dengan organisasi, bekerja saling berhubungan, dan konteks teknikal. Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas. Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis. Pemenuhan dari kebutuhan. Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsi. Biaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan. Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk dapat melaksanakan fungsi diinginkan. Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk. Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap sistem. Kemungkinan untuk menggunakan bagian sistem pada sistem lain yang berhubungan. Biaya untuk memindahkan sistem ke platform teknis yang berbeda. Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain.
Secure Efficient Correct Reliable Maintainable Testable Flexible Comprehensible Reusable Portable Interoperable
Tabel 2.6 Kriteria Umum (Sumber: Lars M athiassen) •
M enyeimbangkan beberapa kriteria. Konflik sering terjadi antar kriteria, oleh sebab itu digunakan pemilihan pada kriteria mana yang akan diutamakan. Cara untuk menyeimbangkan dengan kriteria-kriteria yang lain bergantung pada situasi sistem tertentu.
64 •
Usable, flexible, dan comprehensible. Kriteria-kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir setiap proyek pengembangan sistem. M enurut M athiassen (2000, p184) untuk menciptakan sebuah rancangan
yang baik diperlukan pertimbangan mengenai kondisi-kondisi dari setiap proyek di mana dapat mempengaruhi kegiatan perancangan yaitu: •
Technical, terdiri dari pertimbangan: penggunaan hardware, software dan sistem lain yang telah dimiliki dan dikembangkan; pengaruh kemungkinan penggabungan pola-pola umum dan komponen telah ada terhadap arsitektur dan kemungkinan pembelian komponen standard.
•
Organizational, yang terdiri dari pertimbangan: perjanjian kontrak, rencana untuk pengembangan lanjutan, pembagian kerja antara pengembang.
•
Human, terdiri dari pertimbangan: keahlian dan pengalaman orang di mana terlibat kegiatan pengembangan dengan sistem serupa dan platform teknis yang akan dirancang.
2.9.7.2 Component Architecture M enurut M athiassen (2000, p190) component architecture adalah sebuah struktur sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Component architecture membuat sistem lebih mudah untuk dimengerti, menyederhanakan
desain, dan mencerminkan
kestabilan
dikarenakan komponen merupakan subsistem dari sebuah sistem.
sistem. Hal ini
65 M enurut M athiassen (2000, p192-197) beberapa pola umum dalam desain komponen arsitektur: • Layered-Architecture Pattern. M erupakan bentuk yang paling umum dalam software. Contoh dari pola ini adalah model O SI yang sudah menjadi ISO untuk model jaringan.
<
> Layer i+1 Upwards Interface <> Layer i Downwards Interface <> Layer i-1 Gambar 2.4 Layered Architecture Pattern (Sumber: Lars M athiassen) Sebuah arsitektur layered terdiri dari beberapa komponen dibentuk menjadi lapisan-lapisan di mana lapisan berada di atas bergantung ke pada lapisan di bawahnya. Perubahan yang terjadi pada suatu lapisan akan mempengaruhi lapisan di atasnya. • Generic-Architecture Pattern. Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar terdiri dari komponen interface, finction, dan model. Di mana komponen model terletak pada lapisan yang paling bawah, kemudian dilanjutkan dengan function layer, dan paling atasnya
66 komponen interface. <> Interface <> User Interface
<> System Interface
<> Function
<> M odel <> Interface <> UIS
<> DBS
<> NS
Gambar 2.5 Generic Architecture Pattern (Sumber: Lars M athiassen) Pada model arsitektur ini, komponen model terletak pada lapisan yang paling bawah, kemudian dilanjutkan dengan function layer, dan paling atasnya komponen interface. • Client-Server Architecture Pattern. Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah sistem terdistribusi di antara beberapa prosesor yang tersebar secara geografis. Komponen pada arsitektur ini adalah sebuah server dan beberapa client. Tanggung jawab server
67 adalah untuk menyediakan database dan resource yang dapat disebarkan kepada client melalui jaringan. Sementara client memiliki tanggung jawab untuk menyediakan interface lokal untuk setiap penggunanya. Identifikasi komponen, di dalam perancangan sistem atau subsistem, umumnya diawali dengan layer architecture dan client server architecture di mana keduanya merupakan dua layer yang berbeda, tetapi saling melengkapi. <> Client 1
<> Client 2
….
<> Client n
<> Server
Gambar 2.6 Client-Server Architecture Pattern (Sumber: Lars M athiassen) Berikut adalah tabel jenis form distribusi pada arsitektur client-server: Client
Server
Architecture
U
U+F+M
Distributed presentation
U
F+M
Local presentation
U+F
F+M
Distributed functionality
U+F
M
Centralized data
U+F+M
M
Distributed data
Tabel 2.7 Jenis Arsitektur Client-Server (Sumber: Lars M athiassen) Beberapa jenis distribusi dalam arsitektur client-server di mana U (User
68 Interface), F (Function), M (Model) menghasilkan lima karakteristik komponen dengan berbagai macam derajat distribusi.
2.9.7.3 Process Architectu re M enurut M athiassen (2000, p209) process architecture adalah struktur dari eksekusi sistem terdiri dari proses-proses yang saling bergantung. Hasil berupa sebuah deployment diagram. M enurut M athiassen (2000, p216-219) terdapat tiga jenis pola distribusi yaitu: • Centralized Pattern Pola ini menyimpan semua data pada server pusat dan user hanya bisa melihat user interface saja. Keuntungannya adalah dapat diimplementasikan pada client secara murah, semua data konsisten karena hanya berada di satu tempat, strukturnya mudah dimengerti dan diimplementasikan, dan kemacetan jaringan moderat.
69
: Client User Interface
... More Clients System Interface
: Server System Interfac e
Use r Inter face
Function
Model
Gambar 2.7 Centralized Pattern (Sumber: Lars M athiassen)
• Distributed Pattern Semua data terdistribusi ke user atau client dan server hanya menyebarkan model yang telah di update di antara client. Keuntungannya adalah waktu akses yang rendah kenerja lebih maksimal, dan back-up data banyak. Kerugiannya adalah redundansi data sehingga konsistensi data terancam, kemacetan jaringan tinggi, arsitektur sulit dipahami dan diimplementasikan.
70
: Client User Interface
Syste m Interfac e
... More Clients
Function
M odel
: S erver
Syste m Interfac e
Gambar 2.8 Distributed Pattern (Sumber: Lars M athiassen) • Decentralized Pattern Pola ini berada di antara kedua pola di atas. Di sini client memiliki data tersendiri sehingga data umum hanya berada pada server. Komputer Server menyimpan data umum dan fungsi atas data tersebut, sedangkan client menyimpan data milik application domain client. Keuntungannya adalah konsistensi data, tidak ada duplikasi data, lalu lintas jaringan jarang karena jaringan hanya digunakan data umum di server di update. Kekurangannya adalah semua prosesor harus mampu melakukan fungsi yang kompleks dan memelihara model dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan biaya hardware.
71
: Client User Interface
System I nterface
... More Clients
System Interfa ce
Model (Loca l)
: Client
U ser Interface
Sy stem Interface
Function
Model (Common)
Gambar 2.9 Decentralized Pattern (Sumber: Lars M athiassen)
2.9.8 Component Design M enurut M athiassen (2000, p231) tujuan dari component design adalah untuk menentukan implementasi kebutuhan dalam kerangka arsitektural. Berikut ini adalah beberapa kegiatan dari component design:
72 Kegiatan
Isi
Konsep
Model Component Function Component
Bagaimana suatu model digambarkan sebagai kelas dalam sebuah sistem? Bagaimana suatu fungsi diimplementasikan?
Model komponen Komponen fungsi dan operasi
Connecting Component
Bagaimana komponen-komponen dihubungkan?
Komponen dan penghubung
Tabel 2.8 Kerangka Component Design (Sumber: Lars M athiassen) Dari tabel di atas, kegiatan component design bermula dari spesifikasi arsitektural dan kebutuhan sistem, sedangkan hasil dari kegiatan ini adalah spesifikasi dari komponen yang saling berhubungan.
2.9.8.1 Model Component M enurut M athiassen (2000, p236) komponen model adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem domain. Hasil dari kegiatan komponen model adalah revisi class diagram dari kegiatan analisis yang terdiri atas kegiatan penambahan class, atribut dan struktur baru di mana mewakili event. Revisi class dapat terjadi pada: •
Generalization Jika terdapat dua class dengan atribut yang sama maka dapat dibentuk class baru (revised class).
•
Association Jika terdapat hubungan many-to-many.
•
Embedded iterations M erupakan embedded di dalam statechart diagram. M isalnya jika sebuah
73 class terdapat statechart diagram yang mempunyai tiga iterated events, maka dapat membentuk tiga class di dalam perancangan model.
2.9.8.2 Function Component M enurut M athiassen (2000, p252) function component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Tujuan dari function component adalah untuk memberikan akses bagi user interface dan komponen sistem lainnya ke model sehingga menunjukkan pengimplementasian dari function. Hasil utama dari kegiatan ini adalah class diagram dengan operation dan spesification dari operation yang kompleks. Sub kegiatan ini menghasilkan kumpulan operasi di mana dapat mengimplementasikan fungsi sistem seperti yang ditentukan dalam analysis problem domain dan function list.