BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Investasi Investasi pada dasarnya merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan
melakukan pengorbanan di masa kini untuk memperoleh keuntungan yang akan diperoleh di masa yang akan datang yang belum pasti. Kegiatan investasi tersebut menyangkut kegiatan pemilihan investasi, baik dalam bentuk real asset misalnya tanah, bangunan, mesin-mesin dan lain-lain ataupun dalam bentuk financial asset misalnya saham, obligasi, sekuritas derivatif atau surat berharga lainnya. Perbedaanya dari dua jenis assets di atas adalah pada faktor likuiditas. Pada umumnya real asset bersifat kurang likuid jika dibandingkan dengan financial asset, hal ini disebabkan karena real asset terdiri atas berbagai macam bentuk yang mempunyai kegunaan-kegunaan tertentu saja, sehingga tidak setiap pihak memerlukan kegunaan-kegunaan yang ada pada asset tersebut.
Sedangkan pada
financial asset pada umumnya berupa secarik kertas yang menunjukkan pemegangnya atas suatu bagian dari kekayaan atau asset yang dipegang oleh pihak lain atau yang biasa disebut dengan sekuritas.
9
10
Menurut Gitman (1988,4) investasi adalah “Investment is any vehicle into which funds can be placed with expectation that they will be preserved or increase in value and/or generate positive return” . Sedangkan Sharpe, Alexander dan Bailey (1999,1) mendefinisikan investasi sebagai berikut : “Investment is the sacrifice of certain present value for (possibly uncertain) future value”. Dari dua definisi di atas maka dapat ditarik disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu alat dimana dana dapat diubah dengan melakukan pengorbanan dari suatu nilai sekarang dengan harapan bahwa investor dapat meningkatkan nilai di masa mendatang yang disertai dengan ketidak pastian. Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang tidak dapat dipisahkan dari pengertian di atas yaitu : waktu (time) dan risiko (risk). Investor melakukan tindakan pengorbanan pada saat ini dan bersifat pasti. Sedangkan investasi yang dilakukannya akan baru memberikan hasil pada masa yang akan datang dan itupun bersifat tidak pasti.
Dalam keadaan semacam ini, yang dapat dilakukan oleh investor adalah
memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya, dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Investor dalam melakukan suatu investasi menghadapi kesempatan investasi yang berisiko, pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan.
Apabila investor mengharapkan suatu tingkat
11
keuntungan yang tinggi, maka investor tersebut juga harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula.
2.1.1 Proses Investasi Proses investasi merupakan tahapan-tahapan yang seharusnya dilakukan olah seorang investor dalam melakukan kegiatan investasi dalam sekuritas; yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan kebijakan investasi Disini pemodal perlu menentukan apa yang menjadi tujuan dari investasinya, dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka investor harus mempertimbangkan preferensi risiko dalam proses investasi. Tujuan investasi harus dinyatakan dalam keuntungan maupun risiko.
Investor yang bersedia menanggung risiko lebih
besar akan mengalokasikan dananya pada sebagian besar sekuritas yang lebih berisiko dan sebaliknya. 2. Analisis Sekuritas Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Ada pihak-pihak yang berpendapat bahwa terdapat sekuritas-sekuritas
12
yang mispriced dan analisis dapat mendeteksinya.
Ada berbagai cara untuk
melakukan analisis ini, tetapi pada garis besarnya nampaknya cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.
Analisis teknikal merupakan analisis yang menggunakan data
(perubahan) harga di masa yang lalu untuk memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang, sedangkan analisis fundamental berusaha untuk memperkirakan
harga
mengidentifikasikan
sekuritas
prospek
di
masa
perusahaan/
yang lainnya
akan
datang
(faktor-faktor
dengan yang
mempengaruhinya). Adapula pihak-pihak yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar, dengan demikian pemilihan sekuritas didasarkan atas preferensi risiko para investor, pola kebutuhan kas dan sebagainya. 3. Pembentukan portofolio Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.
Pemilihan banyak sekuritas (diversifikasi) dimaksudkan untuk
mengurangi risiko yang ditanggung oleh investor.
13
4. Melakukan revisi portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan-perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki. 5. Evaluasi kinerja portofolio Pada tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung.
2.2
Pasar Modal Pada dasarnya pasar modal merupakan pasar-pasar seperti pada umumnya,
dimana merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Yang membedakannya adalah komoditi yang diperdagangkan, yaitu berupa dana-dana jangka panjang (dana yang mempunyai keterikatan dalam hal investasi lebih dari satu tahun). Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 1998, 3). Dengan kata lain bahwa pasar modal merupakan bagian kecil dari pasar keuangan, dimana perbedaannya hanya pada instrumen yang diperdagangkan. Pada pasar keuangan diperdagangkan semua instrumen yang berjangka pendek maupun
14
jangka panjang,
sedangkan pada pasar modal hanya instrumen-instrumen yang
berjangka panjang saja. Undang-undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 merumuskan pasar modal dengan lebih spesifik yaitu “ kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek “. Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian. Pasar modal merupakan sumber dana alternatif bagi pelaku-pelaku dunia usaha yang kemudian secara nasional juga akan berperan dalam proses pembentukan gross domestic product (GDP). Jadi dengan kata lain bahwa dengan berkembangnya pasar modal maka GDP suatu negara juga akan mengalami peningkatan (mendorong kemajuan ekonomi suatu negara). Dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan ajang transaksi antar para investor dengan para perusahan emiten yaitu perusahaan go public yang mengumpulkan dana dengan mencatatkan sahamnya di bursa efek, dimana untuk itu perusahaan emiten tersebut harus mendapat izin dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
2.3
Bursa Efek Pengertian Bursa Efek berdasarkan Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.
Kep-01/BEJ/IV/1995 adalah: “Bursa Efek Jakarta adalah sistem dan atau sarana untuk mempertemukan order jual dan order beli anggota bursa atas efek yang tercatat di bursa, dimana pelaksanaan order-order tersebut dilakukan oleh anggota bursa
15
dengan tujuan memperdagangkan efek-efek tersebut baik untuk kepentingan nasabahnya maupun untuk kepentingan dirinya sendiri” Undang-undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 juga merumuskan bursa efek yaitu “ Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka”. Undang-undang tersebut juga menjelaskan pengertian efek yaitu “ Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham obligasi, tanda bukti uang, pernyataan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif atas efek”. Setelah sekuritas terjual di pasar perdana, sekuritas tersebut kemudian didaftarkan di bursa efek, sehingga sekuritas tersebut dapat diperjual belikan nantinya di bursa. Umumnya memerlukan waktu sekitar 4-6 minggu dari saat Initial Public Offering (IPO) agar sekuritas tersebut diperdagangkan di bursa. Ketika sekuritas yang dimaksud mulai diperdagangkan di bursa maka dikatakan sekuritas tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Di Indonesia terdapat 2 (dua) bursa yaitu PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT Bursa Efek Surabaya (BES).
Baik BEJ maupun BES merupakan perusahaan-
perusahaan yang berfungsi sebagai perantara kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder.
16
2.3.1 Perdagangan di Bursa Di BEJ, perdagangan terhadap sekuritas dilakukan pada 3 (tiga) segmen pasar yang utama, yaitu pasar reguler, pasar non-reguler (negosiasi) dan pasar tunai. Adapun yang dimaksud dengan pasar reguler adalah tempat untuk para investor yang ingin memperoleh harga terbaik baik sekuritas mereka. Pada perdagangan jenis ini harga-harga terbentuk mengikuti mekanisme pasar, tergantung pada kekuatan dari supply demand. Pasar non-reguler merupakan perdagangan dimana para investor ingin melakukan pembelian atau penjualan sekuritas dalam jumlah dan harga yang sesuai dengan kesepakatan mereka sendiri. Sedangkan pasar tunai adalah perdagangan yang ditujukan pada para pialang yang tidak mampu menyerahkan sekuritas yang telah diperdagangkan sesuai dengan ketentuan yang ada.
2.4
Jenis-jenis sekuritas Jenis-jenis sekuritas yang diperdagangkan di pasar finansial akan sangat
beraneka ragam. Sekuritas yang umumnya diperdagangkan di bursa efek adalah saham (bukti penyertaan modal dalam suatu perusahaan), obligasi (surat tanda hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan) serta beberapa instrument yang merupakan turunan dari kedua instrumen yang baru disebutkan, misalnya opsi atau future. Di BEJ, jenis-jenis sekuritas yang diperdagangkan adalah
17
saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, sertifikat right, waran dan opsi.
2.4.1 Saham Diantara sekuritas-sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa (commont stock) merupakan yang paling dikenal di kalangan masyarakat. Adanya suatu pengalokasian bagian dari sejumlah surat kabar ataupun media lainnya yang memuat pemberitaan dan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan saham, menunjukkan bahwa adanya suatu ketertarikan masyarakat terhadap saham. Saham dapat didefinisikan secara sederhana sebagai tanda penyertaan modal dalam suatu perusahaan.
Seorang investor yang membeli saham berarti mereka
membeli prospek perusahaan. Jika prospek perusahaan membaik maka harga saham akan meningkat dan sebaliknya. Return yang diharapkan oleh pemegang saham dapat diperoleh melalui : 1. Deviden Merupakan bagian laba yang diberikan emiten (perusahaan yang menerbitkan saham) kepada para pemegang sahamnya. Pembagian deviden tersebut sangat bergantung pada tingkat keuntungan yang diperoleh emiten dan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2. Capital Gain Merupakan kelebihan antara harga jual di atas harga beli sehingga pemegang saham dapat menikmati keuntungan dari perbedaan harga tersebut. Lawan dari
18
capital gain adalah capital loss dimana harga jualnya lebih rendah dari harga belinya. Kemungkinan keuntungan yang ada pada saham disertai juga dengan kemungkinan kerugian. Hal ini disebabkan oleh faktor volatilitas saham yang dipengaruhi juga oleh supply-demand . Kelebihan dari investasi saham biasa adalah kemampuan memberikan keuntungan yang tidak terhingga, mengikuti perkembangan perusahaan penerbitnya. Apabila perusahaan penerbit mampu menghasilkan laba yang besar, maka terdapat kemungkinan para pemegang sahamnya juga akan memperoleh keuntungan yang besar pula melalui mekanisme deviden. Namun karena saham mempunyai tingkat penghasilan yang tidak terhingga, maka sesuai dengan dasar investasi maka risikonya pun paling tinggi.
Investor bisa kehilangan semua
modal yang telah diinvestasikan jika emiten saham yang dibelinya bangkrut. Saham pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua jenis: 1. Saham Biasa (Common Stock) 2. Saham Preferen (Preferred Stock)
2.4.1.1 Saham Biasa Dalam prakteknya saham-saham yang ada terbagi menjadi beberapa klasifikasi.
Pengklasifikasian saham-saham ini membantu para investor untuk
membedakan atau memilih saham-saham yang diinginkannya. Adapun klasfifikasiklasifikasi tersebut sebagai berikut :
19
1. Blue Chip Stocks Merupakan saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan yang reputasinya baik, mempunyai kemampuan menghasilkan pendapatan yang tinggi, konsisten membayar deviden tunai, stabil dan telah lama berdiri. 2. Income Stocks Merupakan saham-saham yang mampu membayar deviden lebih tinggi dari ratarata deviden yang dibayarkan tahun-tahun sebelumnya.
Emiten yang biasa
melakukan hal demikian adalah yang mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dan dengan teratur membagikan deviden tunai, dan mempunyai kecenderungan untuk lebih memilih membagikan keuntungannya sebagai deviden daripada diendapkan sebagai laba ditahan. 3. Growth Stocks (Well Known) Adalah saham-saham yang dikeluarkan oleh emiten yang merupakan pemimpin di dalam industrinya, dan secara berturut-turut beberapa tahun terakhir mampu mendapatkan hasil di atas rata-rata. Saham-saham ini biasanya memiliki P/E ratio tinggi. Di samping itu emiten saham ini biasanya mempunyai reputasi tinggi, dan melakukan pemasaran yang agresif. 4. Growth Stocks (Lesser Known) Adalah saham-saham yang dikeluarkan oleh emiten yang tidak menjadi pemimpin di dalam industrinya, tetapi mampu mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penghasilan rata-rata tahun-tahun terakhir. P/E ratio-nya biasa lebih rendah dari Growth Stocks (Well Known) namun menjanjikan rate of return (ROR) yang tinggi.
20
5. Speculative Stocks Adalah saham-saham yang emitennya tidak bisa secara konsisten mendapatkan penghasilan dari tahun ke tahun. Namun, emiten ini mempunyai potensi untuk mendapatkan penghasilan yang baik di masa mendatang walaupun belum tentu dapat direalisir.
Biasanya merupakan perusahaan – perusahaan yang baru
beroperasi atau yang sedang melakukan penelitian dan penemuan produk-produk baru yang akan dipasarkan. 6. Cyclical Stocks Merupakan saham-saham yang perkembangannya mengikuti pergerakan situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum. Saham jenis ini umumnya dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang industri dasar, perumahan, otomotif, baja atau elektronik. 7. Defensive / Countercyclical Stocks Merupakan saham-saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi bisnis secara umum.
Saham-saham jenis ini umumnya diterbitkan oleh perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam industri yang produknya benar-benar dibutuhkan konsumen, bergerak di bidang public utilities.
2.4.1.2 Saham Preferen Saham preferen pada dasarnya merupakan gabungan dari obligasi dan saham biasa, selain memiliki karakteristik seperti obligasi, saham preferen juga memiliki karakteristik saham biasa.
21
Karaktristik obligasi pada saham preferen ditandai dengan adanya hasil yang tetap seperti bunga obligasi. Pada umumnya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian deviden yang tetap/minimal, hak klaim terlebih dahulu di atas pemegang saham biasa. Karakteristik saham biasa terlihat pada kenyataan bahwa tidak selamanya saham preferen bisa memberikan penghasilan seperti yang dikehendaki investornya (Jika suatu ketika emiten mengalami kerugian, maka pemegang saham preferen dapat saja tidak menerima pembayaran deviden yang sudah ditetapkan sebelumnya), deviden merupakan bagian dari sisa laba setelah pajak. Perbedaan yang utama antara saham preferen dan obligasi adalah terletak pada besar kecilnya wewenang investor dalam mengeksekusi emiten. Dimana posisi investor pemegang obligasi lebih tinggi daripada posisi investor pemegang saham preferen. Selain itu saham preferen memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi dari pada obligasi pada hal-hal emiten mengalami pailit ataupun tidak menghasilkan laba.
2.4.2 Instrumen-instrumen selain saham Sesuai dengan pembatasan permasalahan yang ada, maka saham biasa dan saham preferen telah dijelaskan secara mendetil sedangkan instrumen-instumen lainnya akan diperjelas secara singkat saja. Mengingat masih ada banyak instrumeninstrumen yang diperdagangkan yang kebanyakan merupakan yang bersifat turunan maka hanya sebagian dari instrumen-instumen yang dibahas secara singkat pada sub bab ini.
22
2.4.2.1 Obligasi Selain saham, alternatif investasi yang tidak kalah menariknya adalah obligasi. Umumnya obligasi ini digunakan oleh baik perusahaan-perusahaan ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menghimpun dana. Obligasi pada dasarnya merupakan suatu kontrak antara pihak yang memberikan pinjaman dengan pihak yang menerima pinjaman. Kontak ini secara fisik berwujud dalam bentuk surat obligasi yang menyatakan bahwa adanya suatu transaksi pinjam meminjam yang memberikan pihak peminjam untuk menerima pembayaran kembali pada waktu tertentu dan dengan jumlah tertentu pula. Obligasi termasuk dalam kelompok investasi yang merupakan investasi harta tetap. Dikatakan investasi harta tetap, karena untuk bisa melakukan investasi pada obligasi, investor harus memiliki uang tertentu untuk diikatkan pada obligasi dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan yang dikenal dengan obligasi konversi adalah obligasi
yang
memiliki keunikan dimana obligasi tersebut dapat ditukar dengan saham biasa. Jadi investor pemegang obligasi konversi dapat memiliki kesempatan untuk menukarkan obligasi konversi yang dimilikinya dengan saham biasa.
Hal ini menimbulkan
kewajiban bagi perusahaan yang menerbitkan obligasi konversi harus menerbitkan saham biasa juga.
23
2.4.2.2 Right Issue Rights Issue
atau yang dikenal dengan bukti rights atau emisi klaim
merupakan produk turunan dari saham yang memberikan hak bagi investor untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh emiten. Pada dasarnya kebijakan ini merupakan upaya emiten untuk menambah modal perusahaan. Hampir sama dengan saat perusahaan menawarkan sahamnya untuk pertama kali, perbedaannya adalah rights issue dikeluarkan oleh perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek.
2.4.2.3 Opsi Opsi merupakan pemberian hak kepada pemegangnya untuk melakukan sesuatu (baik hak untuk membeli, menjual dan lain sebagainya), pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan perjanjian yang tertera dalam opsi tersebut.
2.4.2.4 Waran Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan, sama dengan opsi call yang membedakan adalah waran biasanya dijual bersamaan dengan obligasi atau saham, dan diterbitkan oleh perusahaan penerbit saham yang menjadi jaminannya. Namun pada perkembangannya telah diperdagangkan secara terpisah. Hal lain yang membedakannya dengan opsi call adalah masa jatuh tempo waran umumnya lebih panjang daripada opsi.
24
2.5
Indeks Harga Saham Dalam melakukan suatu investasi di pasar modal Indeks harga saham
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Walaupun bukan satu-satunya hal yang harus diperhatikan tetapi indeks harga saham dapat memberikan suatu gambaran ringkas dari dampak yang diakibatkan oleh berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama faktor-faktor ekonomi.
2.5.1 Perhitungan Indeks Harga Saham Masing-masing bursa efek mempunyai suatu dasar perhitungan tersendiri dalam menghitung indeks harga sahamnya, seperti indeks Nikkei di Tokyo Stock Exchange (Jepang), indeks Dow Jones di New York Stock Exchange dan American Stock Exchange (Amerika), indeks Strait Times di Singapore dan Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ dan BES (Indonesia). Indeks harga saham sebenarnya merupakan angka indeks harga saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang disebut dengan trend. Sedangkan angka indeks itu sendiri adalah angka yang juga dibuat sedemikan rupa sehingga dapat dipergunakan untuk membandingkan suatu kegiatan atau peristiwa selama rentang waktu tertentu. Dari pengertian tersebut, maka dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam waktu yaitu waktu dasar dan waktu yang sedang berjalan. Waktu dasar adalah waktu dimana suatu kegiatan atau kejadian digunakan sebagai dasar
25
perbandingan, sedangkan waktu yang sedang berjalan adalah waktu dimana suatu kegiatan akan diperbandingkan terhadap kegiatan pada waktu dasar (Widoatmodjo, 2000 , 190-191). Adapun yang menjadi rumus untuk menghitung angka indeks adalah sebagai berikut :
IHS =
Ht x100% H0
dimana: IHS
= Indeks Harga Saham
H0
= Harga pada waktu dasar
Ht
= Harga pada waktu berlaku
2.5.2 Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan gabungan indeks harga saham-saham yang diperjualbelikan. Perhitungan yang digunakan juga tidak berbeda jauh hanya saja dalam perhitungan IHSG perlu dijumlahkan terlebih dahulu seluruh harga saham yang ada. Data perhitungan IHSG ini dapat ditemukan dengan rumus sebagai berikut IHSG =
∑ Ht ∑ H0
x100%
dimana: IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
26
∑
H0 = Harga pada waktu dasar
∑
Ht = Harga pada waktu berlaku
Yang perlu diingat adalah bahwa untuk mengambil keputusan investasi tidak cukup hanya dengan mengandalkan IHSG.
Akan lebih penting lagi memantau
perkembangan indeks harga saham individu. Namun hal tersebut tidaklah cukup hanya dengan membandingkan dengan waktu dasar saja, karena indeks harga saham tersebut tidaklah mutlak benar. Tetapi masih terdapat kecenderungan umum yang dapat digunakan seorang investor sebagai pedoman dalam mengambil keputusan investasi.
2.6
Return Saham Investor dalam melakukan kegiatan investasi, mengharapkan sejumlah tingkat
hasil tertentu sesuai dengan risiko pada investasi yang dilakukan. Untuk investasi dalam bentuk saham, terdapat 2 (dua) bentuk return yaitu dividend dan capital gain. Dividend merupakan pembagian keuntungan dari perusahaan kepada investor atas kegiatan investasinya, yang dilakukan melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham. Menurut Bringham Houston (2001, 411), “ Dividend yield is the expected dividend divided by current price of a share of a stock.” Sedangkan untuk capital gain(loss) , merupakan perbedaan antara nilai jual dan nilai beli terhadap saham-saham yang bersangkutan. Jika harga jual saham lebih besar dari harga beli saham maka investor tersebut memperoleh keuntungan dan
27
sebaliknya. Menurut Bringham Houston (2001,64), “The profit (loss) from the sale of a capital asset for more(less) than its purchase price.” Perhitungan capital gain (loss) adalah sebagai berikut : Capital
Gain ( Loss ) =
P(t) - P(t - 1) P(t - 1)
dimana : P(t) = harga saham yang bersangkutan pada periode t P(t-1) = harga saham yang bersangkutan pada periode t-1 (periode sebelumnya)
2.7
Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya merupakan catatan-catatan keuangan yang
berguna untuk tujuan evaluasi dan strategis suatu perusahaan. Dengan adanya laporan keuangan – laporan keuangan tersebut maka dapat diketahui secara garis besar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan. Analisa terhadap laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan di masa lalu dan masa sekarang. Dari analisa tersebut dilakukan evaluasi kinerja keuangan dan posisi keuangan perusahaan sehingga risiko dan potensi dari perusahaan tersebut dapat diperkirakan. Jadi nilai suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan dan dari nilai tersebut dapat ditentukan tingkat kesehatan perusahaan, yaitu dengan cara analisis atau interpretasi terhadap laporan keuangannya.
28
Didalam melakukan analisa terhadap laporan keuangan terdapat ukuranukuran umum yang digunakan yang dinyatakan dalam format atau rasio tertentu. Menurut Gitman (2003 : 53), “Financial ratios can be devided for convenience into five basic categories: liquidity, activity, debt, profitability and market ratios.” Selanjutnya dikatakan bahwa liquidity, activity, dan debt ratios adalah digunakan untuk mengukur tingkat risiko, sedangkan profitability ratios untuk mengukur tingkat pengembalian, dan market ratios dapat digunakan untuk mengukur baik tingkat risiko maupun pengembalian. Berikut akan dibahas sekilas mengenai analisa dan ratio keuangan yang merupakan teknik pengukuran kinerja yang digunakan dalam penelitian ini.
2.7.1 Economic Value Added (EVA)
Nilai tambah ekonomis (EVA) merupakan suatu metode yang relatif baru untuk menilai kinerja suatu perusahaan, dimana konsep ini dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan sejenis ataupun membuat suatu analisis kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Istilah EVA pertama kali dicetuskan oleh Stewart dan Stern dari Stern Stewart & Co. of New York City. EVA merupakan suatu pengukuran yang memperhitungkan semua faktor-faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai, yang tidak lain merupakan selisih antara tingkat pengembalian modal (rate of return on capital, r) dengan biaya modal (cost of capital, c) dan dikalikan dengan nilai buku ekonomis
29
dari modal (economic book value of the capital) yang dipergunakan.
Secara
matematis, rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut: EVA = (r – c) x capital = r x capital – c x capital EVA = NOPAT – c x capital dimana, r
: tingkat pengembalian modal (rate of return)
NOPAT : pendapatan operasi setelah pajak (net operating income after tax) c
: total biaya modal
capital
: total modal yang diinvestasikan
Secara garis besar EVA merupakan sisa dari laba usaha setelah disesuaikan dengan biaya modal yang dikeluarkan dalam usaha. Atau untuk lebih mempermudah dapat dikatakan bahwa EVA merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas operasi suatu perusahaan secara nyata. Jika EVA sama dengan nol ( EVA = 0 ) berarti secara ekonomis perusahaan dalam keadaan impas, artinya seluruh laba yang diperoleh digunakan untuk membayar kewajiban pada penyedia dana. Jika EVA positif ( EVA > 0 ) menunjukkan bahwa tingkat imbal hasil yang dihasilkan perusahaan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat pengembalian yang dituntut investor. Sebaliknya, jika EVA negatif ( EVA < 0 ) menunjukkan tidak terjadinya penambahan nilai pada perusahaan akibat dari tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada yang dituntut investor.
30
Konsep EVA sangat bermanfaat untuk proses penilaian kinerja perusahaan yang berfokus pada penciptaan nilai.
Penilaian kinerja dengan menggunakan
pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen lebih sesuai dengan kepentingan pemegang saham. 2.7.1.1 Sanggahan EVA
Hasil studi yang dilakukan oleh Dodd dan Chen (1996) juga Chen dan Dodd (1997) terhadap data EVA rata-rata 10 tahun terhadap 561 perusahaan yang telah dikalkulasi Stern Stewart, memperlihatkan bahwa laba akuntasi (earnings) tetaplah signifikan terhadap imbal hasil saham perusahaan. Studi tersebut menyimpulkan bahwa perbaikan kinerja EVA berhubungan dengan tingginya imbal hasil saham, tetapi kekuatannya jauh lebih rendah dari yang diklaim oleh Stern Stewart & Co. Pada awal tahun 2002, seorang profesor dari IESE University of Navarra Barcelona bernama Pablo Fernandez, mengeluarkan hasil penelitian yang berjudul “ EVA, Economic Profit and Cash Value Added Do Not Measure Shareholder Value Creation”. Tentunya merupakan judul yang secara terang-terangan membantah apa yang menjadi keyakinan dari Stern Sterward & Co. Fernandez menganalisis 582 dari 1000 perusahaan Amerika menggunakan data EVA, MVA, NOPAT dan WACC dari Stern Stewart untuk periode tahun 1987 sampai 1997. Untuk setiap perusahaan, korelasi antara kenaikan MVA setiap tahun terhadap nilai EVA, NOPAT, WACC setiap tahun selama 10 tahun tersebut dikalkulasi. Ternyata untuk 296 perusahaan, korelasi antara kenaikan MVA setiap tahun dan NOPAT setiap tahun ternyata lebih besar daripada korelasi antara kenaikan MVA setiap tahun dan EVA setiap tahun.
31
Bahkan 210 dari 582 perusahaan yang dianalisis ternyata memiliki korelasi yang negatif antara kenaikan MVA setiap tahun dan EVA setiap tahun. Korelasi rata-rata antara kenaikan MVA setiap tahun terhadap EVA, NOPAT dan WACC berturut-turut adalah 16%, 21% dan –21.4%. Tidak hanya untuk perusahaan Amerika, penelitian juga dilakukan terhadap 28 perusahaan terbesar di Spanyol (1991-1997). Hasilnya hanya 2 perusahaan yang memiliki korelasi yang kuat antara EVA dan imbal hasil saham. Bahkan penelitian yang khusus untuk tahun 1997,
dari 19 perusahaan
Spanyol yang dijadikan objek penelitian, paling tidak terdapat lebih dari 4 perusahaan yang memiliki EVA negatif tetapi MVA yang positip.
2.7.2 Tobin’s Q
Konsep ini ditemukan oleh seorang pemenang Nobel bidang ekonomi, Dr. James Tobin.
Secara sederhana Tobin’s Q merupakan suatu rasio yang
memperlihatkan perbandingan antara market value dari asset dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut.
Secara matematis, rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut:
Q=
Market Value Asset Value
Perusahaan-perusahaan yang memiliki Q yang tinggi ( Q > 1 ) mempunyai kecenderungan sebagai investasi yang berpeluang lebih baik, mempunyai peluang
32
tumbuh yang lebih tinggi serta memiliki manajemen yang baik.
Dan berlaku
sebaliknya perusahaan-perusahaan yang memiliki Q yang rendah
( Q
< 0 )
mempunyai kecenderungan sebagai investasi yang kurang baik, tidak mempunyai peluang untuk tumbuh serta manajemen yang berjalan di dalam perusahaan itu tidak baik. Berangkat dari kecenderungan-kecenderungan di atas maka pada umumnya investor lebih memilih untuk melakukan investasinya pada saham-saham perusahaan yang memiliki Q tinggi ( Q > 1).
2.7.2.1 Sanggahan Tobin’s Q
Menurut Doug Henwood, dalam bukunya Wall Street, Tobin’s Q ratio gagal memprediksi investasi secara akurat. Doug Henwood menjelaskan bahwa makalah yang dikeluarkan oleh Tobin dan Brainard pada tahun 1977, Tobin’s Q ratio pada periode 1960 – 1974 dapat menjelaskan investasi secara akurat. Namun pada tahuntahun berikutnya dimana terjadi market bearish, Tobin’s ratio tidak dapat menggambarkan keadaan investasi yang ada.
2.7.3 Return on Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan suatu rasio keuangan yang memperlihatkan perbandingan antara jumlah laba yang diperoleh perusahaan dengan
33
jumlah aset perusahaan.
ROA merupakan rasio yang termasuk ke dalam rasio
profitability. Menurut Sharpe, Alexander dan Bailey (1999 : 763), besarnya ROA dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : 1. Assets Turnover, yaitu tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan. 2. Operating Margin, yaitu besarnya laba operasi yang dinyatakan dalam prosentase dari jumlah penjualan bersih. Dari kedua faktor yang mempengaruhi tingkat ROA tersebut, maka bila kita ingin meningkatkan ROA dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu: 1 Meningkatkan turnover dari operating assets dengan melakukan berbagai kebijaksanaan investasi yang sehat, seperti investasi dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. 2 Meningkatkan profit margin dengan cara mempertinggi efisiensi di sektor produksi, penjualan dan administrasi. Secara matematis, rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut:
ROA
=
NetIncome TotalAsset
34
Analisis ROA dalam keuangan bersifat menyeluruh (komprehensif) dan sudah merupakan teknik analisis yang umum digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
2.7.4 Price to Earnings Ratio (PER)
PER dapat dihitung dengan membagi harga saham pada saat tertentu dengan laba bersih per sahamnya atau Earning Per Share (EPS) suatu periode. Umumnya, terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba (EPS) dengan pertumbuhan harga saham. Rasio ini merupakan rasio keuangan yang penting untuk mengukur nilai saham di lantai bursa oleh para pelaku bursa di seluruh dunia.
PER
memperhitungkan harga saham baik di pasar perdana maupun di pasar sekunder, dan laba bersih per saham setelah dipotong pajak. Secara matematis, rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut:
P|E =
AverageMarket Pr icePerShareOfStock EarningPerShare
Analisis terhadap PER ini akan memunculkan tiga pengertian, yaitu: 1. PER sebagai penjelasan matematis yang menjelaskan hubungan antara harga saham dengan laba yang diberikan dalam bentuk perbandingan. 2. PER sebagai indikator penilaian harga saham sering digunakan oleh para analis pasar modal sebagai pedoman untuk menentukan harga saham yang terlalu murah
35
(undervalued) atau harga saham yang terlalu mahal (overvalued). Penentuan ini didasarkan atas perbandingan PER berbagai saham dalam sektor usaha yang sama, dan perbandingan antara PER saat ini dengan PER historisnya. 3. PER dapat juga digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan investor sebelum mereka membeli saham, yaitu dengan menghitung capitalization rate dari saham. Capitalization rate saham merupakan resiprokal dari PER, yaitu hasil bagi antara hasil bersih per saham dengan harga sahamnya. Dengan demikian setiap investor akan mengetahui berapa tingkat pengembalian dari setiap rupiah saham yang dibelinya. Pada umumnya, investor berusaha untuk mencari saham-saham yang mempunyai PER yang tidak terlalu tinggi dan mempunyai potensi untuk naik, sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan atas investasi mereka.
2.7.4.1 Sanggahan PER
Trevino dan Robertson (2002) melakukan penelitian yang mempelajari hubungan antara PER dengan return saham pada beberapa tahun berikutnya. Mereka menemukan bahwa tidak ada korelasi antara PER dengan return saham dalam jangka waktu yang pendek, dalam hal ini 3 tahun. Lebih lanjut, mereka menemukan bahwa melakukan investasi pada saham-saham yang memiliki PER yang lebih tinggi akan menghasilkan return jangka panjang yang lebih kecil untuk masa lima tahun atau lebih.
36
Fisher dan Statman (2000) melakukan penelitian terhadap hubungan antara PER, dividend yield, dan return di masa yang akan datang. Mereka menyimpulkan bahwa PER dan dividend yield bukan merupakan indikator yang baik bagi harga saham di masa yang akan dating terutama untuk periode yang pendek (1-2 tahun). Meskipun begitu, PER dan dividend yield mampu memberikan perkiraan yang lebih baik jika digunakan untuk memperkirakan return saham untuk periode yang lebih panjang (10 tahun).