7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Signal (Signalling Theory) Menurut Wolk dalam Reza (2013), teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan dari perusahaan tersebut memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi perusahaan dan dari pihak luar (investor ataupun kreditor). Kurangnya informasi dari pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satunya dengan cara memberikan sinyal kepada pihak luar berupa informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan mengurangi ketidakpastian akan kemungkinan dimasa mendatang. Teori
sinyal
mengemukakan
bagaimana
seharusnya
perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan yang berisi informasi mengenai laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan kenginan pemilik perusahaan. Sinyal dapat berupa promosi ataupun informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan baik.
8
B. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja dalam laporan laba rugi adalah
penghasilan
dan
beban.
Laporan
posisi keuangan
biasanya
mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.(Wikipedia.org) Menurut David (2013) yang disampaikan dalam laporan keuangan adalah mengenai kekuatan financial dan kinerja saat ini pada suatu perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK No.01 paragraf 07 terdiri dari lima laporan utama yang menggambarkan sumber kekayaan (assets), kewajiban
(liabilities),
profitabilitas
dan
transaksi-transaksi
yang
menyebabkan arus-arus kas. Laporan keuangan tersebut meliputi : a. Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan keadaaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki dan jumlah kewajiban perusahaan. Dalam neraca jumlah aktiva atau harta akan sama besar dengan passiva, dimana passiva terdiri dari dua yaitu hutang dan modal. Dalam pengertian
9
aktiva, selain barang dan jasa dan hak-hak yang dimiliki didalamnya termasuk juga biaya biaya yang belum dibebankan dalam periode yang bersangkutan, tetapi akan dibebankan pada periode-periode yang akan datang. b. Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatanpendapatan dan biaya-biaya dari satu unit usaha untuk suatu periode tertentu. c. Laporan perusahaan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan sebabsebab perusahaan ekuitas dari jumlah pada awal periode sampai jumlah pada akhir periode d. Laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas juga kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan dana tersebut. e. Catatan atas laporan keuangan adalah catatan yang mengungkapkan dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih, informasi yang diwajibkan standar akuntansi keuangan tetapi tidak terdapat dalam neraca, laba rugi, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas, dan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. C. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Pasar modal juga berfungsi sebagai lembaga perantara, peran pentingnya
10
dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang
kelebihan dana
(Eduardus,2010:26). Pasar modal menurut Suad (2005:3) adalah Pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. D. Harga Saham 1. Pengertian Saham Menurut Suad (2005:275) saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka akan semakin besar pula kekuasaan di perusahaan tersebut. Nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). 2.
Jenis-jenis Saham Menurut Riyanto (2001) dalam David (2013) saham dibagi menjadi dua
jenis, yaitu : 1). Saham biasa adalah saham yang pemegang sahamnya akan mendapatkan dividen pada akhir tahun jika perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan.
11
2). Saham preferen adalah saham yang pemegang sahamnya memiliki preferensi tertentu diatas pemegang saham biasa terutama dalam hal pembagian dividend dan pembagian keuntungan.
3. Pengertian Harga Saham Harga pasar modal ditentukan oleh kekuatan pasar, yang berarti harga saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran. “Harga saham adalah suatu nilai dimana orang bersedia membayar untuk setiap lembar saham”. (Agus Sartono 2011:34) Harga saham menurut Jogiyanto (2011:8) adalah “harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal”. Harga saham pada pasar modal tidak selalu dalam keadaan tetap, melainkan selalu berfluktuasi sesuai dengan sifatnya yang selalu dipengaruhi demand dan supply pasar. Naik dan turunnya harga pasar sangat menarik calon investor ataupun yang telah memiliki saham baik itu untuk individu ataupun kelembagaan. Karena dapat memberikan keuntungan apabila investor dapat menilai harga wajar saham tersebut.
E. Metode Analisis Saham 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan datadata fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan
12
perusahaan/ badan usaha tersebut. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, inflasi, dan sejenisnya. Dengan mempertimbangkan data-data seperti tersebut diatas, analisis fundamental menghasilkan berupa analisis penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut sahamnya layak dibeli atau tidak. Jika nilainya mahal atau overvalued, saham tersebut dianggap nilainya lebih tinggi berdasarkan analisis fundamental melalui perbandingan harga yang berlaku di pasar. Dengan kata lain harganya sudah terlalu mahal jadi lebih baik tidak dibeli atau dijual jika memiliki sahamnya. Sementara jika yang terjadi sebaliknya, saham itu layak untuk dibeli dengan alasan harganya murah. Analisis ini memiliki horizon jangka panjang, karena selain menggunakan data historis (berupa laporan keuangan perusahaan) analisis ini juga menggunakan data masa depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahaan ekonomi di masa mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha. Meskipun menggunakan pendekatan kuantitatif dalam proses analisisnya, banyak variabel ditentukan berdasarkan judgment, misalnya tingkat pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Akibatnya, meskipun beberapa orang menggunakan metode analisis fundamental dengan cara yang sama, hasilnya bisa jadi berbeda.
13
Analisis
ini
biasa
digunakan
untuk
jangka
panjang,
tetapi
permasalahannya yang seringkali dihadapi oleh investor adalah timing dan informasi. Karena tidak semua investor mendapatkan informasi yang lengkap sehingga jika hanya mengandalkan analisis fundamental, dapat terjadi kesalahan investasi akibat kurangnya informasi atau kesalahan waktu sehingga bisa jadi saham yang dibeli harganya sudah mahal. Untuk mengatasi masalah waktu tersebut dapat dilihat dari pergerakan bursa atau pergerakan saham tersebut melalui analisis teknikal untuk menentukan sinyal transaksi (sinyal beli/sinyal jual). Dengan menggunakan atau menggabung kedua analisis tersebut secara tepat, bertujuan untuk menghasilkan capital gain yang optimum. Menurut Arifin (2011:116) faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut : a. Kondisi fundamental emiten Faktor fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Menurut Suad (2005:315) analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan : 1) Mengestimasi nilai faktor–faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang.
14
2) Menetapkan hubungan variabel–variabel tersebut sehingga di peroleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting dan sering digunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Dalam model ini langkah
yang
paling
penting
adalah
mengidentifikasi
faktor–faktor
fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Faktor yang dianalisis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan. Menurut Jogiyanto (2009:315) analisis fundamental merupakan analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan (sehingga disebut juga dengan analisis saham perusahaan). Pada umumnya, investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk laba per lembar saham, sebab earning per share (EPS) ini menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Sedangkan jumlah EPS yang akan didistribusikan kepada investor saham tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran deviden. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham, sedangkan EPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.
15
b. Hukum permintaan dan penawaran Setelah faktor fundamental faktor permintaan dan penawaran menjadi faktor kedua yang mempengaruhi harga saham. Dengan asumsi bahwa begitu investor mengetahui kondisi fundamental perusahaan mereka akan melakukan transaksi jual beli. Tranasaksi–transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham. c. Tingkat suku bunga Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor. Investor produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham, karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan dibank. d. Valuta asing Mata uang amerika ( Dollar) merupakan mata uang terkuat diantara mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing akan menjual sahamnya
dan
ditempatkan
dibank
dalam
bentuk
dolar
sehingga
menyebabkan harga saham akan naik. e. Dana asing di Bursa Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa
16
kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika investasi asing berkurang, ada pertimbagan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham. f. Indeks harga saham Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham di pasar bursa. g. Berita and rumor Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut beberapa hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik keamanan, hingga berita seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi dapat di laksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa. 2. Analisis Teknikal Analisa teknikal adalah salah satu analisa untuk mengevaluasi pergerakan suatu harga. Pergerakan harga yang terjadi pada periode yang lalu menjadi dasar analisa pergerakan harga di periode yang akan datang.
17
Menurut Amalia (2013:13) Analisis teknikal biasanya digunakan oleh investor yang memiliki karakteristik Short Time Investor, dimana investor tersebut menanamkan uangnya di bursa saham untuk jangka pendek dan sering melakukan jual beli saham dengan waktu yang relatif singkat. Mereka bisa disebut dengan trader. Dalam melakukan analisis teknikal, para trader menggunakan data atau catatan pasar yang telah di publikasikan agar dapat mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan, seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Oleh karena itu pendekatan ini juga disebut analisis internal (internal analysis) dan analisis pasar (market analysis). Tiga asumsi atau anggapan dasar yang dipakai dalam analisis teknikal adalah (Sulistiawan dan Liliana,2007:5) : 1. Market price discounts everything Pengguna analisis ini percaya bahwa semua peristiwa bisa sangat berpengaruh terhadap harga saham. Kejadian atau peristiwa tersebut akan tercermin pada harga sahamnya secara seketika. Suatu pasar sekuritas dikatakan akan semakin efisien jika semua informasi semakin cepat diserap oleh pasar dan tidak ada halangan bagi semua pelaku pasar untuk mengakses informasi tersebut.
18
2. Price moves in trend Prinsip dasar berikutnya dalam penggunaan analisis teknikal adalah bahwa jangan pernah mengambil keputusan transaksi yang melawan tren harga yang sedang berlangsung. Karena pengguna analisis percaya bahwa semua informasi tercermin pada harga pasar saham, maka tren tersebut menunjukkan sikap para pelaku pasar atau investor atas suatu harga saham. Pahami tren yang ada terlebih dahulu dan ikuti ke mana tren tersebut akan bergerak agar bisa memanfaatkan pergerakan harga pasar tersebut untuk mening-katkan hasil investasi. 3. History repeats itself Data historis dapat digunakan untuk memprediksi data atau harga saham di masa mendatang. Hal ini diyakini oleh pengguna analisis teknikal mengingat adanya faktor psikologis para pelaku pasar yang secara umum bersifat konstan. Maksudnya adalah bahwa manusia cenderung bereaksi terhadap sesuatu dengan cara yang sama, sehingga segala sesuatu yang pernah terjadi pada masa lalu akan mempunyai dampak yang sama atas kejadian yang sama pada masa sekarang. Berdasarkan paparan teori-teori tersebut di atas, analisis fundamental dan analisis teknikal memiliki beberapa perbedaan. Seperti yang diungkapkan oleh Reilly and Brown (2005:365) dalam terdapat enam variabel yang dapat membedakan kedua analisis tersebut.
19
Tabel 2.1 Perbedaan Analisis Fundamental dan Teknikal
No 1) 1 2) 2 3) 3
Variabel Fokus perhatian harga Jangka waktu investasi Informasi utama
4) 4 Motif utama 5) 5
Strategi utama
Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
Overvalued/undervalued
Timing (upward/ downward) dan Jangka pendek
Jangka menengah panjang Perusahaan atau emiten
Psikologi investor
Dividen dan pertumbuhan
Capital gain
Beli dan simpan
Berpindah
6) 6
Karakterisitik Menabung dan investasi investor Sumber : Reilly & Brown (2005:365)
Perdagangan dan institusional
F. Valuasi Harga Saham 1. Nilai Intrinsik dan Harga Pasar Saham Nilai intrinsik adalah nilai yang seharusnya dari suatu saham yang menjadi salah satu kunci investor untuk menentukan arah investasinya ke depan. Warren Buffet menyatakan bahwa nilai intrinsik (nilai wajar) suatu saham didefinisikan sebagai nilai saat ini dari
aliran kas masuk yang akan
didapatkan sepanjang umur hidup perusahaan tersebut. Sedangkan harga pasar saham adalah “harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung jika bursa tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupnya” (Rusdin,2008:68). Transaksi di sini sudah tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga pasar ini merupakan harga
20
jual dari investor yang satu dengan investor yang lain, dan disebut pasar sekunder. Menurut Suad (2005:282), pedoman yang dipergunakan dalam valuasi harga saham adalah sebagai berikut: a.
Jika NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya seharusnya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
b.
Jika NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal), dan karenanya seharusnya dijual.
c.
Jika NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
2.
Pengertian Valuasi Saham Valuasi saham atau umumnya disebut dengan penilaian saham terdiri dari
beberapa model dan teknik yang dapat digunakan oleh para analis. Model penilaian saham menurut Suad (2005:315) adalah sebagai berikut : Suatu mekanisme untuk merubah rangkaian variabel ekonomi atau variabel perubahan yang diramalkan menjadi perkiraan tentang harga saham. Model penilaian untuk kepentingan analisis pada dasarnya dibagi menjadi dua analisis yaitu teknikal dan fundamental. Melakukan penilaian (valuasi) saham adalah proses menentukan berapa harga yang wajar untuk suatu saham. Valuasi saham itu sendiri adalah tata cara atau metode (prosedur) untuk mendapatkan nilai atas saham dari suatu Perusahaan.
21
Menurut Eduardus (2010:301) dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu : 1. Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. 2. Nilai pasar (market value) adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. 3. Nilai intrinsik (intrinsic value) adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi.
3. Metode Valuasi Saham A. Pendekatan nilai sekarang (present value approach) Pendekatan ini juga disebut pendekatan kapitalisasi laba karena melibatkan nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang (Jogiyanto, 2005:89) atau perhitungan nilai saham dilakukan dengan menghitung nilai sekarang (present value) perusahaan (Po*) semua aliran kas saham yang diharapkan di masa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang disyaratkan investor. PO* =
t=1
Keterangan Po*
Arus Kas ( 1 + k )t
: = Nilai sekarang dari perusahaan
22
t
= Periode waktu ke t dari t=1 sampai dengan ∞
k
= Suku bunga diskonto atau tingkat pengembalian yang diinginkan
Aliran kas yang bisa dipakai dalam penilaian saham dengan pendekatan nilai sekarang adalah laba perusahaan, atau berupa earnings yang dibagikan dalam bentuk dividen. Jika menggunakan dividen sebagai arus kas yang diterima investor, maka dapat digunakan model diskonto dividen (Dividend Discount Model) sebagai pengganti model diskonto arus kas untuk menghitung nilai sekarang . Menurut Hendy (2008:53), DDM adalah suatu metode penilaian saham yang menggunakan nilai sekarang dari dividen yang diharapkan dimasa depan dan setiap perubahan dalam tingkat dividen yang diharapkan. Pada umumnya, terdapat tiga bentuk lain dari DDM, yaitu : 1). Dividen Konstan Tidak Bertumbuh (zero growth model) Menurut Jogiyanto (2009:93) dapat dituliskan dengan rumus :
D Po* =
D +
(1+k)1 Dapat disederhanakan menjadi : D Po* = k
D + …… +
(1+k)2
(1+k)
23
Keterangan: Po*
= Nilai sekarang dari perusahaan (Nilai saham)
D
= Dividen yang dibayarkan konstan
k
= Suku bunga diskonto dengan tingkat pengembalian yang diinginkan
Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan (tetap dari waktu ke waktu). 2). Dividen Tidak Teratur Menurut Jogiyanto (2009) dividen tidak teratur yaitu perusahaan membayar dividen dengan tidak teratur, yaitu dividen tiap-tiap periode mempunyai pola yang jelas bahkan periode-periode tertentu tidak membayar dividen sama sekali (dalam periode masa rugi atau dalam periode kesulitan likuiditas). *
Dt
Po =
Dt +
(1+k)1
Dt + …… +
(1+k)2
(1+k)
3). Model Pertumbuhan Konstan (Gordon Model) Digunakan untuk menentukan nilai saham yang pembayaran dividennya mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas dengan pertumbuhan sebesar g.
24
Persamaan model pertumbuhan konstan ini bisa dituliskan sebagai berikut: 1
D0 (1+g)2 D0 (1+g) Po* = + + …… + (1+k)1 (1+k)2 (1+k) D0(1+g)
Rumus ini dapat disederhanakan menjadi : D0(1+g) Po* = (k-g)
Keterangan
:
D0 = dividen periode awal g
= tingkat pertumbuhan dividen
k
= Suku bunga diskonto atau tingkat pengembalian yang diinginkan
B. Pendekatan PER (P/E ratio approach) Pendekatan price earning ratio ini merupakan pendekatan yang cukup populer dipakai di kalangan analisis saham dan praktisi saham. Menurut Adler Haymans Manurung (2006:26), “secara teknis PER adalah hasil bagi antara harga saham dan laba bersih per saham. Harga saham di pasar merupakan harga yang berlaku, sedangkan laba bersih merupakan laba bersih per saham proyeksi tahun berjalan”.
25
Definisi price earning ratio menurut Made (2009:27) dalam Bhekti (2013) adalah sebagai berikut :
Price Earning Ratio adalah rasio yang mengukur tentang bagaimana menilai prospek pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang dan terceminn pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan.
Selanjutnya, menurut Adler Haymans Manurung (2006:27): “PER dipergunakan oleh berbagai pihak atau investor untuk membeli saham. Investor akan membeli suatu saham perusahaan dengan PER yang kecil, karena PER yang kecil menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi dan harga yang rendah”. Sedangkan Earning Per Share menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang perusahaan saham perusahaan(Eduardus,2010:374). Laba bersih setelah bunga dan pajak EPS = Jumlah saham beredar
PER menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misalkan saja pada nilai PER adalah 7, maka harga saham merupakan kelipatan dari 7 kali earnings perusahaan. Misalnya earnings yang digunakan adalah earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai PER sebesar 7 juga mengartikan
26
bahwa lama investasi pembelian saham akan kembali selama 7 tahun (Jogiyanto,2009:147 dalam Amalia,2013). Harga Pasar Saham Per Lembar Saham PER = Earning Per Share Rumus PER dapat dikembangkan dengan menggunakan model diskonto dividen dapat diketahui nilai wajar suatu saham (P0) dan dapat diderivasi dengan membagi kedua sisi persamaan diatas dengan nilai E1 (perkiraan EPS atau laba per saham berikutnya) dapat diketahui nilai intrinsiknya apabila EPS untuk tahun depan belum diketahui.(Porman Tambunan,2008:246). P0 P/E =
D1/E1 =
E1
DPR =
k-g
k-g
Rumus diatas menunjukkan faktor-faktor yang menentukan besarnya PER, yaitu : 1.
PER berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen terhadap earnings (D1/E1) atau dividen payout ratio (DPR).
2.
PER berhubungan negatif dengan tingkat pengembalian yang diinginkan (k).
3.
PER berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan dividen (g).
Rumus nilai intrinsik dapat ditulis sebagai berikut : P0 = Estimasi EPS X PER (Eduardus:2010,377)
27
G. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Kemampuan untuk mengestimasi return suatu individual sekuritas merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan oleh investor. Untuk dapat mengestimasi return suatu sekuritas dengan baik dan mudah diperlukan suatu model estimasi yaitu Capital Asset Pricing Model (Jogiyanto:2009). CAPM mengasumsikan : 1.
Investor bergantung pada dua faktor dalam pembuatan keputusannya; pengembalian dan varians
2.
Investor berpikir rasional,cenderung menghindari resiko dan memilih metode diversifikasi portofolio Markowitz
3.
Investor melakukan investasi pada periode yang sama
4.
Investor memiliki pengharapan yang sama terhadap aktiva
5.
Ada investasi bebas resiko, investor dapat meminjam dan memberikan pinjaman pada tingkat suku bunga yang bebas risiko
6.
Pasar modal memiliki persaingan sempurna dan tidak ada biaya transaksi maupun pungutan lain (frictionless) (Frank,1999:88). CAPM menyebutkan bahwa hanya ada satu faktor yang mempengaruhi
pengembalian sekuritas pasar. Hubungannnya, terkadang disebut model pasar (model indeks pasar). Jika digunakan model indeks tunggal atau model pasar, Beta dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :
28
Rit = α i + β i R Mt + € it Keterangan
:
Rit = Pengembalian aktiva i selama periode t R Mt = Pengembalian portofolio pasar saham periode t α i = Simbol yang menunjukkan komponen pengembalian bukan pasar aktiva i βi
= Simbol yang menghubungkan perubahan pengembalian aktiva i terhadap perusahaan dalm portofolio pasar
€it = Simbol kesalahan acak yang merefleksikan risiko unik yang berhubungan dengan menanamkan modal suatu aktiva Model pasar menyatakan bahwa pengembalian sekuritas tergantung dari pengembalian portofolio pasar dan sampai sejauh mana daya tanggap sesuai yang diukur oleh beta (βi). Selain itu, pengembalian juga bergantung pada kondisi yang unik bagi perusahaan sebagaimana yang diukur oleh €it. Menurut Abdul (2005:74) dalam teori CAPM tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : K = Rf + β [ E(Rm –R f)] Keterangan : K
= Required rate of return
29
Rf = Tingkat imbal hasil investasi bebas resiko β
= Koefisien beta perusahaan
Rm = Tingkat imbal hasil portofolio pasar
H. Tingkat Pertumbuhan Dividen (g) Dalam menghitung pendekatan Price Earning Share, salah satu yang penting adalah tingkat pertumbuhan dividen (g). Dan cara untuk mengestimasi tingkat dividen adalah dengan menggunakan laba perusahaan. Tingkat pertumbuhan berkelanjutan dividen adalah perkalian antara return on equity (ROE) dan rasio tingkat laba ditahan perusahaan (retention ratio). Rasio tingkat laba ditahan perusahaan dihitung dengan satu dikurangi dividend payout ratio (Eduardus,2010).
I. Hipotesis Pasar Efisien Keganjilan yang diakibatkan oleh adanya efek kalender dalam pasar modal sangat berkaitan erat dengan hipotesis tentang pasar modal yang efisien. Efek ini akan mengakibatkan efisiensi itu mengalami gangguan. Pasar dikatakan efisien apabila harga-harga sekuritas yang ada mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia (Fama:1970). Efisiensi pasar berkaitan erat dengan alokasi dana dan pertumbuhan ekonomi. Pasar yang tidak efisien akan mengakibatkan adanya kesalahan dalam alokasi dana investasi pada aset-aset tertentu secara berlebihan atau berkekurangan. Sementara itu secara agregat kondisi ini akan berpengaruh
30
pada
pertumbuhan
ekonomi
dimana
pemerintah
akan
mengalami
permasalahan dalam pengalokasian sumber daya akibat adanya kesalahan dalam pengalokasian modal (misalloacation of capital) dari para investor. Hipotesis mengenai pasar yang efisien merupakan suatu kerangka yang ideal dan diharapkan dapat terjadi di pasar modal, meskipun pada kenyataannya pasar tidak dapat efisien secara penuh. Kondisi ini dapat terjadi dikarenakan adanya biaya atas analisa dan pengumpulan informasi, biaya investasi, dan terbatasnya modal yang dimiliki oleh para investor (Singal,2008). Pengelompokan lain pasar efisien, yaitu : 1. Pasar efisien secara informasi (Informationally Efficient Market = IEM). Pasar efisien secara informasi : Bagaimana respon pelaku pasar terhadap informasi baru yang relevan masuk pasar. 2. Pasar efisien secara keputusan (Decisionally Efficient Market = DEM). Pasar efisien secara keputusan : Sejauhmana kemampuan pelaku pasar untuk memperoleh kandungan informasi baru yang relevan masuk pasar. Informasi yang dipublikasikan : memiliki tujuan dan maksud tertentu, sehingga perlu dilakukan analisis dan evaluasi untuk memperoleh kandungan informasi yang sebenarnya. a.
Bentuk Pasar Efisien. Pasar
efisien
secara
keputusan
dibedakan
dalam
3
bentuk
(Suad,2005:251) dan ketiga bentuk tersebut berhubungan satu dengan yang lain yang dapat digambarkan sebagai berikut.
31
Pasar Efisien
Pasar Efisien Pasar Efisien Bentuk Lemah
Gambar 2.1 Bentuk Pasar Efisien (Suad,2008)
1) Pasar efisien dalam bentuk lemah (Weak Form). Pasar Efisien bentuk lemah harga sekuritas mencerminkan secara penuh (Fully reflect) informasi masa lalu. 2) Pasar efisien dalam bentuk setengan kuat (Semi Strong Form). Pasar Efisien bentuk setengah kuat harga sekuritas mencerminkan secara penuh (Fully reflect) seluruh informasi yang dipublikasikan (all publicly available information). 3) Pasar efisien dalam bentuk kuat (Strong Form). Pasar Efisien bentuk setengah kuat harga sekuritas mencerminkan secara penuh (Fully reflect) seluruh informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi privat.
32
b.
Pengujian Pasar Efisien.
1) Bentuk Lemah (Weak Form). Pengujian sejauhmana informasi masa lalu dapat memprediksi imbal hasil (return) masa yang akan datang Run Test atau regresi linier. 2)
Bentuk setengan kuat (Semi Strong Form). Pengujian seberapa cepat harga sekuritas merefleksikan informasi yang dipublikasikan Market model E(Ri ) i i Rm i .
3) Bentuk kuat (Strong Form). Pengujian untuk mengetahui apakah investor memiliki informasi privat yang tidak terefleksi pada harga sekuritas Analisis portofolio yang dibentuk. J. Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Harga Saham
Menurut David (2013) Price Earning Ratio adalah rasio harga berbanding proyeksi keuntungan perusahaan. Dimana PER menggambarkan keadaan investor membayarkan suatu jumlah untuk setiap rupiah perolehan. Dalam PER menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misalkan saja pada nilai PER adalah 7, maka harga saham merupakan kelipatan dari 7 kali earnings perusahaan. Misalnya earnings yang
33
digunakan adalah earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai PER sebesar 7 juga mengartikan bahwa lama investasi pembelian saham akan kembali selama 7 tahun (Jogiyanto,2009:147 dalam Amalia,2013). Pada umumnya perusahaan yang tumbuh lebih cepat atau mempunyai resiko yang lebih kecil akan memiliki PER yang lebih tinggi daripada saham yang pertumbuhannya lebih lambat atau perusahaan dengan resiko lebih besar. Di dalam pasar sekunder PER biasanya dipakai untuk mengukur tingkat kewajaran harga saham. Karena pasar sekunder menawarkan likuiditas yang tinggi serta informasi memadai dan kontinu mengenai harga pasar, jumlah volume dan harga transaksi yang sudah terlaksana, jumlah volume serta harga penawaran dan permintaan yang belum terlaksana, serta informasi-informasi terbaru mengenai semua efek yang diperdagangkan. K. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Tahun 2008
Peneliti
Judul
Nazwirman Penilaian Harga Saham Dengan Price Earning Ratio (PER)
Hasil Dalam melakukan investasi di pasar modal, sebaiknya belilah saham yang harganya undervalued dan jual jikaovervalued.Apabilamenggunakan metode Price Earning Ratio (PER) belilah saham perusahaan yang PERnya lebih kecil dari PER yang dihitung berdasarkan tingkat earning minimal yang diinginkan.
34
2011
2012
2012
Budi, Arif, Penentuan harga wajar saham PT dan Renny Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan metode Gordon growth model. Edward Penilaian harga dan Yen wajar saham pada perusahaan yang berfundamental baik berdasarkan rekomendasi kontan periode 2011 Marmono Penilaian Singgih Kewajaran Harga Saham Sebagai Pertimbangan Investasi Di BEI
2013
Amalia
Pengaruh Nilai Intrinsik Hasil Valuasi Saham Terhadap Harga Pasar Saham
2013
Irene
Penilaian saham dengan menggunakan metode Price Earning Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV)
Berdasarkan metode Gordon growth model, maka investor layak untuk membeli dan menahan saham tersebut karena bersifat undervalued.
Jika digabungkan hasil metode DDM dan PER, maka saham yang tergolong undervalued adalah INDF, PTBA, dan ITMG. Sedangkan saham yang tergolong overvalued adalah BBCA, BMRI, dan MYOR Bahwa growth rate of earning dan risiko sistematis (β) secara simultan mampu menjelaskan perubahan PER, disarankan kepada emiten dalam menetapkan kebijakan untuk lebih memfokuskan perhatian pada faktorfaktor fundamental lainnya. Berdasarkan metode Gordon growth model, maka investor layak untuk membeli dan menahan saham tersebut karena bersifat undervalued.
Metode PER dengan membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasar saham menunjukkan saham berada pada posisi undervalued. Sedangkan metode PBV dalam posisi overvalued.
Sumber : Data diolah tahun 2013 L. Kerangkan Pemikiran Dalam era globalisasi dewasa ini hampir setiap negara menaruh perhatiannya yang besar terhadap eksistensi pasar modal, terutama mengingat peranannya yang strategis dalam penguatan ketahanan ekonomi suatu negara.
35
Terjadinya pelarian modal keluar negeri sesungguhnya bukan hanya akibat dari merostnya nilai rupiah (depresiasi) atau tingginya inflasi dengan tingkat suku bunga di suatu negara, akan tetapi juga sebagai akibat tidak tersedianya alternatif investasi yang menguntungkan dinegara bersangkutan dan atau pada saat yang sama investasi portofolio dibursa negara lain menjanjikan keuntungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara sendiri. Menurut Amalia (2013) pada dasarnya harga pasar yang terbentuk di bursa tergantung pada mekanisme supply and demand dan persepsi masing-msing pelaku pasar. Hal itu menyebabkan adanya perbedaan selisih anta harga pasar saham dengan nilai fundamental perusahaan. Contoh kasus pada saham Astra International, Tbk yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan setelah mengalami pasang surut yang sangat rentan terhadap fluktuasi pergerakan rupiah terhadap dollar AS pada tahun ASII. Dengan segala macam strategi dan inovasi yang dilakukan perusahaan, akhirnya dapat menaikkan kepercayaan publik untuk menanamkan modalnya pada saham ASII kembali sampai saat ini. Oleh karena itu, dengan mengetahui nilai wajar saham melalui pendekatan metode PER diharapkan calon investor dapat mengetahui tingkat kewajaran saham dengan harga pasar saat ini. Agar saham yang dibeli atau akan dijual tidak undervalue ataupun overvalue. Dengan alasan itu maka sampel yang akan dipilih yaitu saham Blue Chip yang telah memiliki reputasi dan kinerja yang baik.
36
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dijelaskan kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen (X) Nilai Intrinsik Saham
Variabel Dependen (Y) Harga Saham