BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Bank Lembaga keuangan bank sangat penting peranannya dalam pembangunan
ekonomi suatu
negara. Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan bank
mempunyai fungsi yang sangat mendukung terhadap pembangunan ekonomi
suatu negara. Fungsi-fungsi perbankan tersebut, antara lain : 1.
Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana,
2.
Pelaksana kebijakan moneter,
3.
Unsur pengguna sistem pembayaran yang efisien dan aman,
4.
Lembaga yang ikut mendorong pertumbuhan dan pemerataan pendapatan.
Menurut Undang-undang No. 7 tahun 1992, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan tujuan untuk memperkuat fundamental industri perbankan di Indonesia. Bank Indonesia mulai tahun 2004 berusaha untuk menerapkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar pengembangan sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh untuk rentang waktu 5 (lima) tahun sampai 10 (sepuluh) tahun kedepan. (Totok dan Sigit, 2006 : 24) UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 menetapkan bahwa salah satu bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, adalah : 8
1.
Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah,
2.
Pembentukan dan tugas dewan syariah, dan
3.
Persyaratan bagi pembukaan kantor cabang yang melakukan usaha
secara
konvensional
untuk
melakukan
kegiatan
usaha
yang
berdasarkan prinsip syariah.
Secara umum dengan diundangkannya UU No. 10 tahun 1998 tersebut
posisi bank yang menggunakan sistem bagi hasil atau bank atas dasar prinsip
syariah secara tegas telah diakui oleh UU. Bank umum yang sejak awal kegiatannya berdasarkan prinsip syariah tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
usaha secara konvensional. BPR yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah tidak diperkenankan melaksanakan kegiatan konvensional dan sebaliknya. Menurut Totok dan Sigit (2006), jika ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1.
Bank Konvensional Yaitu bank yang aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun
dalam penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan yang berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase dari dana untuk suatu periode tertentu. 2.
Bank Syariah Yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana
maupun penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah, yaitu jual beli dan bagi hasil. Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah hukum islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadits. Kegiatan operasional bank harus memperhatikan perintah dan larangan dalam Al Qur’an dan Sunnah Rosul Muhammad SAW. Larangan utama berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai Riba. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank yang menggunakan prinsip syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak. 9
Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupoun dan yang disimpan dibank berdasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum Islam.
Ditinjau dari sisi pelayanan terhadap masyarakat dan pemasaran, adanya
bank atas dasar prinsip syariah merupakan usaha untuk melayani dan
mendayagunakan segmen pasar perbankan yang tidak setuju atau tidak menyukai sistem bunga.
2.2
Perbankan Konvensional
Sejarah Perbankan Konvensional 2.2.1
Praktek perkembangan sebenarnya sudah ada sejak jaman Babylonia, Yunani dan Romawi. Praktek-preaktek perbankan saat itu sangat membantu dalam lalu lintas perdagangan. Pada awalnya, praktek perbankan pada saat itu terbatas
pada
berkembangan
tukar
menukar
menjadi
usaha
uang.
Lama-kelamaan
menerima
tabungan,
praktek
tersebut
menitipkan
ataupun
meminjamkan uangan dengan memungut bunga pinjaman. Pada jaman Babylonia (kurang lebih tahun 2000 sebelum Masehi) praktek perbankan didominasi dengan transaksi peminjaman emas dan perak pada kalangan pedagang yang membutuhkan dengan biaya tertentu. Bank yang melakukan praktek ini disebut Temples of Babylon. Kurang lebih tahun 500 sebelum Masehi, praktek perbankan yunani mulai berkembang. Praktek perbankan pada saat itu antara lain adalah menerima simpanan uang dari masyarakat dan menyalurkannya pada kalangan bisnis. Pihak bank mendapatkan penghasilan dengan menarik biaya dari jasa yang diberikan kepada masyarakat. Pada jaman Romawi, praktek perbankan meliputi praktek tukar-menukar uang, menerima deposito, memberi kredit dan melakukan transfer dana. Ini menunjukkan perkembangan praktek-praktek perbankan, Era perbankan modern dimulai pada abad ke-16 di Inggris, Belanda dan Belgia. Pada saat itu para tukang emas bersedia menerima uang logam (emas dan perak) untuk disimpan. Tanda bukti penyimpanan emas ini ditunjukan dengan surat deposito yang disebut Goldsmith’ Note. Dalam perkembangan selanjutnya, Goldsmith’ Note ini digunakan sebagai alat pembayaran. Para tukang emas mulai 10
mengeluarkan Goldsmith’ Note yang tidak didukung dengan cadangan emas dan perak diterima sebagai alat pembayaran yang sah dalam trasaksi bisnis. Inilah
cikal-bakal munculnya uang keras. Pihak-pihak yang terlibat dalam jaman ini adalah konsumen, produsen, serta pedagang, raja-raja serta aparatnya serta
organisasi Gereja yang membutuhkan jasa perbankan untuk melancarkan kegiatannya.
Lembaga-lembaga
keuangan
melayani
kebutuhan
alat-alat
pembayaran untuk memperlancar produksi berupa pinjaman jangka pendek,
maupun jangka panjang.
Pada awal era perbankan modern, pengaturan kredit dipilah menjadi 3
yaitu pinjaman penjualan, wesel, dan pinjaman laut. Pinjaman Penjualan dikhususkan untuk membantu pembelian hasil-hasil panenan dan membantu para produsen. Wesel (bill of exchange) digunakan untuk pengiriman uang ke luar negeri. Pinjaman Laut ditujukan untuk para pembuat kapal. Jenis-jenis kredit ini biasanya berjangka pendek kecuali untuk kredit pembuatan kapal. Perkembangan perbankan menunjukan dinamika dalam kehidupan ekonomi. Sebelum sampai pada praktek-praktek yang terjadi saat ini, ada banyak permasalahan yang terkait dengan masalah-masalah perbankan ini. Masalah utama yang muncul dalam praktek perbankan ini adalah pengaturan sistem keuangan yang berkaitan dengan mekanisme penentuan volume yang beredar dalam perekonomian. Untuk menjawab masalah ini, muncul beberapa faham antara lain faham merkanitilisme dan faham liberalisme ekonomi. Permasalahan inilah yang kemudian mendorong munculnya regulasi-regulasi perbankan karena memang praktek perbankan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap volume uang. (Y. Sri Susilo et al, 2000:2) 2.2.2 Kegiatan Usaha Bank Konvensional Lingkup usaha bank umum di Indonesia, Sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 dan 7 Undang-undang nomor 7 Tahun 1992 adalah sebagai berikut : (Frank J. Fobozzi et al, 1999:57) 1.
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2.
Memberikan kredit
3.
Menerbitkan surat pengakuan hutang 11
4.
Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya surat-surat wesel surat
pengakuan hutang, kertas perbendaharaan negara, surat jaminan
pemerintah, sertifikat Bank Indonesia, obligasi, surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun, peminjaman dana kepada
bank lain, penerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga,
menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga,
melakukan penempatan dana dari nasabah kepada pihak lain
berdasarkan suatu kontrak, membeli melalui pelelangan anggunan, melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan
wali amanat, melakukan kegiatan dalam valuta asing, melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau pihak lain di bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring dan penyimpanan serta bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun. 5.
Mendiskonto (Thomas Suyatno et al, 1994 : 23) a.
Surat wesel dan surat order dengan dua penanggung jawab atau lebih secara padu dan dengan masa berlaku yang tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan
b.
Surat wesel dan kertas dagang yang lain yang tidak lebih lama masa berlakunya daripada kebiasaan dalam perdagangan, baik yang ditarik dengan jaminan surat kredit maupun dengan jaminan dokumen pengangkutan
c.
Kertas perbendaharaan atas beban Negara
d.
Surat hutang dengan pelunasan dalam enam bulan dan selama diskontonya turut bertanggung jawab secara padu
e.
Mandate atau surat perintah membayar atas kas Negara untuk rendem lelang
12
BANK
Menghimpun
dana
Menyalurkan dana
Bunga Simpanan
Bunga Pinjaman/Kredit
Memberikan Jasajasa lainnya
Biaya-biaya
Spread Based
Fee Based
Gambar 2.1 Alur Bank Konvensional memperoleh keuntungan
Bank sebagai perantara keuangan bank konvensional akan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan (bunga simpanan) dengan bunga yang diterima dari peminjam (bunga kredit). Keuntungan ini dikenal dengan istilah Spread Based. Sedangkan bagi bank syariah (muamalah) tidak dikenal istilah bunga, karena bank syariah mengharamkan bunga. Dalam bank syariah keuntungan yang diperoleh dikenal istilah bagi hasil atau Profit Sharing. Kemudian disamping keuntungan yang diperoleh dari spread based, bank juga memperoleh keuntungan dari kegiatan jasa-jasa bank lainnya. Jasa-jasa bank lainnya yang diberikan oleh bank dipungut biaya yang besarnya tergantung dari jenis jasa bank yang digunakan. Biaya yang dipungut meliputi biaya kirim, biaya tagih, biaya administrasi, biaya provisi dan komisi, biaya iuran, biaya sewa dan biaya-biaya lainnya. Keuntungan dari pungutan biaya-biaya ini dikenal dengan nama istilah free based. (Kasmir, 2004:12-13) Dibandingkan dengan Sistem Perbankan Islam, sistem perbankan berbasis bunga mengidap beberapa kelemahan sebagai berikut : (Zainul Arifin, 2005:34) 1.
Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis
2.
Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga menyebabkan kebangkrutan 13
3.
Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya membuat bank cemas untuk mengembalikan pokok dan
bunganya 4.
Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha kecil
5.
Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan
pendapatan bunga mereka.
2.3
Perbankan Syariah
2.3.1 Sejarah Perbankan Syariah Pembahasan tentang perbankan syariah telah berlangsung lama, namun masih sebatas teori. Sampai pada tahun 1970 ada keseriusan dari para anggota OKI untuk merealisasikan sistem perbankan tersebut, dengan diajukannya proposal untuk membentuk tim yang mengkaji kemungkinan didirikan bank islam yang berskala internasional. Pada akhirnya proposal tersebut disetujui dan dibentuklah International Assosiation of Islamic Bank yang berfungsi membantu dan memberi petunjuk-petunjuk kepada bank-bank Islam. Pada tahun 1973 dibentuklah Departemen Ekonomi dan Finansial dalam Organisasi Konferensi Islam. Pada tahun 1974 telah berhasil dibentuk bank Islam tingkat internasional, yaitu Islamic Development Bank (IDB). Di Indonesia fenomena pembahasan akan ketidakpuasan pada sistem bunga sudah dibahas sejak lama, fenomena ini tidak jauh beda dengan kondisi di luar negeri. Indonesia berhasil membentuk bank syariah pada tahun 1991 dan kemudia disusun dengan pengeluaran UndangUndang nomor 7 Tahun 1992 yang membuka peluang untuk didirikannya bank syariah secara lebih luas. Sejak tahun 1992 itulah sistem perbankan Indonesia terdiri atas dua sistem. Sistem syariah sebagai alternatif dari sistem konvensional. Tapi keraguan umat atau masyarakat terhadap sistem tersebut masih ada, tentang apak sistem ini mampu menyelesaikan masalah perekonomian atau sekedar alat kapitalisme. Dengan munculnya sistem perbankan tersebut terbukti bahwa sistem
14
syariah bukan hanya sebatas teori. Fenomena yang terjadi dalam umat Islam sehingga melahirkan perbankan syariah : (Narong Hassanee, 2002)
1.
(terjadi pada zaman Nabi sampai runtuhnya Khilafih Islam) 2.
Umat Islam mengambil sistem Islam sekitar abad 18, 19 dan paruh pertengahan abad ke-20 Masehi)
3.
Umat Islam dipengaruhi oleh prinsip dari luar Islam (KapitalismeSosialisme). (ini terjadi pada pertengahan abad ke-20, sekitar dekade
Umat Islam menjalankan hidupnya sebagaimana tuntutan agama.
40-an, 50-an dan 60-an. 4.
Umat islam mulai merasa tertipu dengan sistem-sistem lain, sehingga dunia Islam ‘chaos’ dalam segala bidang. (janji-janji sosialisme tidak terbukti dan kapitalisme tidak meyakinkan)
5.
Kebangkitan kembali umat Islam (sejak Jamaluddin Al-Afghani)
6.
Umat Islam mulai mengislamisasikan hidup di segala bidang. (sampai sekarang)
Femonena berdirinya bank syariah : 1.
Berawal dari permasalahan bunga
2.
Timbul pertanyaan mengenai persamaan bunga dan riba (masih bertentangan hingga kini)
3.
Muncul pemikiran mengenai keberadaan sistem alternatif yang dari keraguan tersebut
4.
Pembahasan mengenai rusaknya sistem bunga, dilanjutkan dengan proses pencarian jalan keluar
5.
Keputusan untuk tidak menggunakan jasa bank konvensional kecuali dalam keadaan terpaksa, diikuti dengan pencarian cara pembentukan bank Islam
6.
Proses pembentukan bank tanpa bunga atau bunga nol persen sebagai alternatif
7.
Pembahasan mengenai berdirinya bank Islam
15
8.
Berdirinya bank Islam dengan istilah bank bagi hasil pada tahun 1992, dan kemudian pada tahun 1998 istilah ini berubah menjadi bank
syariah. Istilah ‘bank Islam’ belum muncul di umum (hingga kini).
Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam,
seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary insutition), yaitu mengerahkan dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Bedanya hanyalah bahwa
bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga (intereset free), tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip pembagian keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing principle atau PLS principle). Tidak berbeda dengan bank konvensional, selain memberikan jasa-jasa pembiayaan bank, bank syariah juga memberikan jasa-jasa lain, seperti jasa kiriman uang, pembukaan letter of credit, jaminan bank, dan jasa-jasa lain yang biasanya diberikan bank konvensional. Suatu bank syariah, bukan saja dapat memberikan
jasa-jasa suatu bank konvensional,
melainkan
juga dapat
memberikan jasa-jasa yang tidak dapat diberikan suatu bank konvensional karena jasa-jasa tersebut biasanya diberikan oleh suatu lembaga pembiayaan non-bank. Hubungan antara bank sebagai pemberi jasa keuangan dan nasabahnya juga berlandaskan konsep keadilan yang memperhatikan perlindungan yang seimbang terhadap kepentingan kedua belah pihak, baik pihak bank maupun pihak nasabahnya. Bank syariah, ada kalanya melakukan fungsi charity (‘ta awwuh) yang biasanya tidak dilakukan oleh suatu bank konvensional, karena orientasinya yang profit oriented. Misalnya dalam hal bank syariah memberikan fasilitas pembiayaan yang disebut Al-Qardhul Hasan (benevolent loan), yaitu pinjaman uang tanpa imbalan apapun dan hanya dikembalikan dalam jumlah yang sama dengan jumlahnya pada waktu yang dipinjamkan. Pendapat yang mengatakan bahwa jasa-jasa perbankan Islam berkaitan erat dengan ritual keagamaan dari agama Islam. Jasa-jasa perbankan Islam sama sekali tidak ada kaitannya dengan ritual keagamaan. Oleh karena itu, bank syariah boleh memberikan fasilitas pembiayaan atau jasa-jasa perbankan syariah yang lain 16
kepada nasabah yang tidak beragaman Islam (nasabah non muslim). (Sutan Remy, 1999 : 1-3)
Perbankan yang bebas dari bunga merupakan konsep yang relatif masih
baru. Gagasan untuk mendirikan bank Islam lahir dari keadaan belum adanya
kesatuan pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh bank yang merupakan uang konvensional atau tradisional adalah sesuatu yang haram atau halal. Mereka yang berpendapat bahwa bunga yang dipungut oleh bank konvensional merupakan riba yang dilarang oleh Islam
membutuhkan dan menginginkan lahirnya suatu lembaga yang dapat memberikan
jasa-jasa penyimpanan dana dan pemberian fasilitas yang tidak berdasarkan bunga dan beroperasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah Islam karena mereka berpendapat bahwa kebutuhan mengenai hal itu ada di dalam masyarakat. Konsep teoritis tentang suatu bank Islam yang telah muncul pada 1940-an, namun belum dapat diwujudkan, selain karena kondisi pada waktu itu belum memungkinkan, juga belum ada pemikiran tentang bank Islam yang meyakinkan. (Wakrum Sumitro, 1996:8)
2.3.2 Kegiatan Usaha Bank Syariah Istilah ‘Bank Syariah’ atau ‘Bank Bagi Hasil’ dapat diterjemahkan menjadi lebih dari satu pengertian terutama apabila dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan operasional sehari-hari. Agar kegiatan operasional Bank Syariah lebih terarah, maka Bank Indonesia memberikan pedoman dan prinsip-prinsip yang harus dijalankan oleh Bank Syariah di Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut dituangkan dalam Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 dan Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia nomor 32/34/KEP/DIR 12 Mei 1999 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Syariah. Semua aktivitas usaha yang berdasarkan sistem perekonomian Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut : (Ade Artesa dan Edia Handiman, 2006 : 78) 1.
Bersifat mandiri
2.
Sesuai dengan syariat Islam
17
3.
Produk
yang
dihasilkan
dapat
memenuhi
semua
kebutuhan
masyarakat
4.
Berprinsip mencari keuntungan
5.
Menerapkan fungsi efisien dan manfaat dengan menjaga kelestarian lingkungan
Bank wajib menerapkan Prinsip Syariah dalam melakukan kegiatan
usahanya yang meliputi :
1.
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi : a.
Giro berdasarkan prinsip wadi’ah Sifat-sifat giro wadi’ah : (H. Malayu S.P. Hasibuan, 2005 : 41) i.
Giro wadi’ah merupakan titipan (wadiah yad ad dhamanah) yang dengan seizin penitip dapat digunakan oleh bank
ii.
Sebagai konsekuensi dari yad ad dhamanah (menjamin keutuhan dana)
iii.
Merupakan salah satu cara penyimpanan dana, alat pembayaran giral dengan menggunakan media cek, bilyet giro dan perintah bayar lainnya
iv.
Bank atas kehendaknya sendiri, tanpa perjanjian dan understanding di muka dapat memberikan semacam bonus kepada para nasabahnya
2.
b.
Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah
c.
Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah
d.
Bentuk lain berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah
Melakukan penyaluran dana melalui : a.
Transaksi jual beli berdasarkan prinsip murabahah, istishna, ijarah, salam dan jual beli lainnya
b.
Pembiayaan
bagi
hasil
berdasarkan
prinsip
mudharabah,
musyarakah dan bagi hasil lainnya c.
Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip hiwalah, rahn, qardh, membeli, menjual dan/atau menjamin atas resiko sendiri surat18
surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi
nyata (underlying transaction) berdasarkan prinsip jual-beli atau
hiwalah
d.
Membeli
surat-surat
berharga
Pemerintah
dan/atau
Bank
Indonesia yang diterbitkan atas dasar Prinsip Syariah
3.
Memberikan jasa-jasa : a.
Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah berdasarkan prinsip wakalah
b.
Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak
kegiatan berdasarkan prinsip wakalah c.
Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah.
d.
Melakukan kegiatan pentipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah
e.
Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek berdasarkan prinsip ujrah
f.
Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip wakalah, murabahah, mudharabah, musyarakah dan wadi’ah, serta memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip kafalah
4.
g.
Melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip ujrah
h.
Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah
Melakukan kegiatan lain seperti : a.
Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip sharf
b.
Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah dan/atau mudharabah pada Bank atau perusahaan lain yang melakukan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah
19
c.
Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip musyarakah dan/atau mudharabah untuk mengatasi akibat
kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya. d.
Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun berdasarkan Prinsip Syariah sesuai dengan ketentuan
dalam perundang-undangan dana pensiun yang berlaku
e.
Bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkan kepada yang berhak dalam
bentuk santunan dan/atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan) 5.
Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang disetujui oleh dewa Syariah Nasional. (Y. Sri Susilo et al, 2000 : 113-117)
2.3.3 Prinsip-prinsip Kegiatan Usaha Perbankan Syariah Tabel 2.1 Tabel Prinsip-prinsip Bank Syariah Prinsip Mudharabah
Keterangan Penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiaan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung (profit sharing) atau metode bagi pendapaan (net revenue sharing) antar kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Musyarakah
Penanaman dana dari pemilik dana/modal untuk
mencampurkan dana/modal
mereka
dalam suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah 20
disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian
Murabahah
ditanggung
semua
pemilik
dana/modal
berdasarkan
bagian
dana/modal
masing-
masing. Jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang
disepakati.
Salam
Jual beli barang dengan cara pemesanan
dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran
tunai terlebih dahulu secara penuh. Istishna
Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang
dengan
kriteria
dan
persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai kesepakatan. Ijarah
Akad sewa menyewa antar pemilik objek sewa termasuk kepemilikan terhadap hak pakai atas objek sewa, antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik
Akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa
dan
penyewa
untuk
mendapatkan
imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa baik dengan jual beli atau pemberian (hibah) pada saat tertentu sesuai akad sewa. Qardh
Pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
Sumber (Booklet Perbankan Indonesia, 2008 : 172-173)
21
2.4
Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara Bank Syariah dan
Bank Konvensional, yaitu :
Tabel 2.2 Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvensional
BANK KONVENSIONAL
BANK SYARIAH
1. Memakai perangkat bunga.
1. Berdasarkan prinsip bagi
hasil, jual beli, atau sewa.
2. Profit oriented.
2. Profit dan falah oriented.
3. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk
hubungan
debitur-kreditur.
3. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk
hubungan
kemitraan.
4. Creator of money supply
4. User of real funds.
5. Melakukan
5. Melakukan
investigasi-
investigasi yang halal dan
investasi-
investasi yang halal saja.
haram. 6. Tidak
terdapat
dewan
sejenis itu.
6. Pengarahan dan penyaluran dana harus sesuai dengan pendapat melalui Dewan Pengawas Syariah.
Sumber : ( Karnaen Perwataatmadja dan Syafi’i Atonio, 1992 : 53 )
2.5
Kinerja Keuangan
2.5.1 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kinerja merupakan kemampuan kerja. Menurut Edy Sukarno (2000), kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program / kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Dalam menjalankan kegiatannya, setiap bank berusaha untuk mencapai tujuannya yaitu lembaga keuangan tempat menyimpan uang, pengumpul dana dan penyalur kredit, pelaksana lalu lintas pembayaran, stabilisator moneter sertas 22
dinamisator pertumbuhan perekonomian. Keberhasilan atau tidaknya suatu bank dapat dilihat dari kondisi kinerja bank. Analisis keuangan merupakan suatu proses
yang bertujuan menentukan ciri-ciri yang penting tentang keadaan keuangan dan kegiatan bank berdasarkan data yang ada. Tujuan utama analisis kinerja keuangan
untuk memperoleh pandangan yang lebih baik tentang masalah operasional dan keuangan yang dihadapi bank. Menurut Suad Husnan (1997) pengertian Kinerja Keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan keuangan individual yang dibuat secara terus menerus pada suatu lembaga atau institusi. Analisis kinerja keuangan yang dilakukan oleh bank, dilakukan dengan penyusunan laporan finansial (financial statement) yang terdiri dari laporan keuangan neraca, laporan sisa hasil usaha dan laporan perubahan modal yang dibuat secara berkala atau periodik untuk maksud dan tujuan analisis terhadap kinerja keuangan bank. 2.6
Laporan Keuangan
2.6.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Baridwan (1990) Laporan Keuangan merupakan hasil akhir proses Akuntansi. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan Keuangan disusun untuk memberikan informasi tentang hasil usaha, posisi keuangan dan berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi keuangan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan eksistensi badan usaha. Pihak-pihak yang berkepentingan itu, antara lain : 1.
Manajer atau Pimpinan Perusahaan Manajer atau pimpinan perusahaan berkepentingan terhadap Laporan Keuangan
untuk
mengetahui
posisi
keuangan
sebagai dasar
untuk membuat perencanaan dan mengadakan pengawasan atas kegiatan Perusahaan yang dikelolanya serta untuk mengetahui sampai seberapa jauh operasi manajemen yang dilakukan. 2.
Pemilik Perusahaan Pemilik perusahaan berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin
23
Perusahaannya, karena kesuksesan seorang manajer biasanya dinilai
dari keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan.
3.
Para Investor, Bankers maupun para Kreditur lainnya Para
investor,
bankers
maupun
para
kreditur
lainnya
sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan karena dapat
mengetahui prospek keuntungan dimasa yang akan datang dan
perkembangan perusahaan, mengetahui jaminan investasinya dan
mengetahui kondisi kerja dan kondisi keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang perusahan tersebut. 4.
Pemerintah Pemerintah memerlukan laporan keuangan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan, pengawasan pajak serta dibutuhkan oleh biro statistik, dinas perindustrian, perdagangan, tenaga kerja untuk dasar perencanaan pembangunan.
5.
Karyawan Karyawan memerlukan laporan keuangan karena berhubungan langsung dengan kelangsungan hidup perusahaan yang erat kaitannya dengan keterjaminan kerja mereka. Agar laporan keuangan dapat memberi gambaran yang jelas kepada pemakai atau pihak-pihak yang berkepentingan diatas, maka laporan keuangan harus disusun dengan baik dan benar, sehingga dapat dipahami dan kemudian dianalisa serta diinterprestasikan.
Pada dasarnya laporan keuangan berguna untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan atau badan usaha yang akan digunakan oleh pihak-pihak
yang
berkepentingan
sebagai
bahan pertimbangan
didalam
mengambil keputusan ekonomi. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1994) menyatakan tujuan laporan keuangan sebagai berikut : 1.
Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu Perusahaan.
24
2.
Untuk
memberikan
informasi
yang
dapat
dipercaya
mengenai perubahan dalam sumber-sumber neto (sumber dikurangi
kewajiban) suatu Perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas
dalam rangka memperoleh laba. 3.
didalam estimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4.
Untuk memberikan informasi penting mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban seperti informasi mengenai
Untuk memperoleh informasi yang membantu para pemakai laporan
aktifitas pembelanjaan dan penanaman modal. 5.
Untuk
mengungkapkan
sejauh
mungkin
informasi
lain
yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan seperti informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi yang dianut oleh perusahaan. Informasi
akan
bermanfaat
jika
memenuhi
syarat-syarat
kualitatif sebagaimana yang tercantum di dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (1994), antara lain : 1.
Relevan,
artinya
laporan
keuangan
harus
sesuai
dengan penggunaannya baik untuk tujuan umum maupun khusus. 2.
Dapat dimengerti, artinya laporan keuangan harus mudah dipahami dan dimengerti oleh pemakainya.
3.
Dapat diuji, artinya laporan keuangan harus dapat diuji kebenarannya oleh pengukur yang independen dan dengan pengukuran yang sama.
4.
Netral,
artinya
laporan
keuangan
harus
diarahkan
pada
kebutuhan pemakai dan tidak boleh memihak kepada siapapun. 5.
Tepat waktu, artinya laporan keuangan harus disajikan sedini mungkinuntuk dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
6.
Daya banding, artinya laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama dengan laporan keuangan perusahaan lainnya pada periode yang sama.
7.
Lengkap, artinya laporan keuangan harus meliputi semua data akuntansi keuangan atau mengungkapkan dan menyajikan seluruh 25
fakta keuangan serta penyajian fakta tersebut tidak boleh menyesatkan
pemakainya.
2.7 Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan bank adalah catatan informasi keuangan suatu bank
pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja bank tersebut. Laporan keuangan bank adalah bagian dari proses pelaporan
keuangan. Pada umumnya laporan keuangan bank sama dengan laporan keuangan perusahaan lainnya, yaitu terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, laporan laba
ditahan dan laporan perubahan posisi keuangan. Neraca bank menunjukkan posisi keuangan suatu bank pada suatu saat tertentu. Sedangkan ikhtisar laba-rugi menunjukkan hasil kegiatan atau operasional suatu bank selama periode tertentu. Selanjutnya ikhtisar perubahan posisi keuangan menunjukkan dari mana saja sumber pendanaan bank dan kemana saja dana telah diserapnya disalurkan. Laporan perubahan posisi keuangan disusun dari neraca pada dua periode dan ikhtisar laba-rugi selama periode yang dilaporkan.
2.7.1 Ruang Lingkup Laporan Keuangan Bank Standar Akutansi Keuangan menjelaskan bahwa secara umum laporan keuangan bank dapat dilihat pada format neraca, pos-pos yang dianggap sensitif oleh Bank Indonesia disajikan secara terperinci. Hal ini berguna untuk memberikan informasi posisi giro BI dan SBI yang dimiliki bank sebagai sumber likuiditas. Selain itu giro pada bank lain dan penempatan pada bank lain disajikan pada valuta asing dan rupiah secara terpisah. Informasi ini memudahkan user untuk mendeteksi Net Open Position ( NOP ), sedangkan surat berharga pada bank lain dan obligasi pemerintah disajikan menurut lama kepemilikannya. Penting untuk mendeteksi jumlah yang difokuskan untuk mencari pendapatan dan jumlah yang menjadi sumber likuiditas melalui perdagangan obligasi bank komersial maupun bank umum maupun bank perkreditan rakyat diwajibkan memberikan laporan keuangan setiap periode tertentu. 26
Jenis laporan keuangan yang dimaksud adalah :
Laporan keuangan bulanan.
2.
Laporan keuangan triwulan.
3.
Laporan keuangan tahunan.
Laporan keuangan dibuat dengan maksud memberikan gambaran
1.
kemajuan perusahaan secara periodik. Jadi laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari
data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akutansi serta pendapat pribadi.
Fakta-fakta yang telah dicatat, laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari catatan akutansi, pencatatan dari pos-pos ini merupakan catatan historis dari peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dan jumlah uang yang tercatat dinyatakan dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Dengan sifat yang demikian maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian paling akhir.
2.8
Analisis Kinerja Keuangan Bank
2.8.1 Pengertian Umum Penilaian kinerja terhadap pengelolaan keuangan suatu usaha perbankan dapat diukur dengan beberapa cara, yang salah satunya adalah dengan menggunakan metode analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan suatu studi terhadap saling hubungan dari rekening-rekening didalam laporan keuangan baik hubungan struktural maupun kecenderungannya terhadap laporan keuangan bank. (Harnanto, 1991 : 17) Analisis kinerja keuangan bank didasarkan pada data-data yang berasal dari laporan keungan yang disusun dengan menggunakan alat analisa. Analisa rasio digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, profitabilitas, dan efesiensi bank. Pada hakekatnya laporan keuangan menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomis bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Agar dapat membantu proses pengambilan keputusan tersebut, laporan keuangan perlu dianalisi dan diinterpresentasikan.
27
Pada umumnya pihak-pihak yang berkepentingan terhadap bank ingin
mengetahui bagaimana performance bank tersebut, seperti :
1.
Apakah kinerja bank tersebut memberikan prospek keuntungan.
2.
Bagaimana keadaaan keuangan bank saat itu.
3.
Bagaimana struktur permodalan bank.
2.8.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Sofyan Syafri Harahap (2008) menjelaskan bahwa tujuan dari analisis
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1.
Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dari pada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2.
Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implisit).
3.
Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan
4.
Dapat membongkar hal-hal yang tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu lapoaran keuangan, baik berkaitan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yand diperoleh dari luar perusahaan.
5.
Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti prediksi, peningkatan (rating).
6.
Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga yang antara lain: a)
Menilai prestasi perusahaan
b) Memproyeksi keuangan perusahaan c)
Menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu, misalnya : posisi keuangan (Asset, Neraca dan 28
Modal), hasil usaha perusahaan (Hasil dan Biaya), likuiditas,
solvabilitas, aktivitas, rentabilitas atau profitabilitas, dan indikator
pasar modal.
d) Menilai perkembangan dari waktu ke waktu. e)
7.
Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana.
Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8.
Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lam pada periode scbelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9.
Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, basil usaha, struklur keuangan dan sebagainya.
10. Dapat juga memprediksi potensi apa yang mungkin akan dialami perusahaan di masa yang akan datang.
2.9
Rasio-rasio Keuangan Perbankan Menurut Rimsky K. Judisseno (2002), untuk mengetahui atau mengukur
kinerja suatu bank maka kita harus mengetahui dahulu metode yang digunakan serta apa saja yang digunakan sebagai alat analisis, seperti metode berdasarkan rasio keuangan. Rasio keuangan ini pada bank digunakan untuk mengukur kinerja bank. Rasio-rasio tersebut antara lain : 1.
Rasio Permodalan Bank di dalam menjalankan suatu usaha harus memperhatikan
modal yang dimilikinya. Modal merupakan salah satu faktor penting bagi bank dalam pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian. Adapun aspek yang dinilai berkaitan dengan permodalan ini adalah perbandingan antara modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko yang lebih dikenal dengan sebutan Capital Adequancy Ratio (CAR). Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : 29
CAR =
Modal Bank Total ATMR
2.
Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank
Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang
Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank banik dalam
Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Aktiva Produktif bermasalah (NPL) merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Besarnya NPL dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPL =
3.
Total Kredit Bermasalah Total Seluruh Kredit
Rasio Rentabilitas (Earning) Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA). ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rumus yang digunakan adalah :
ROA =
Laba Operasional x 100% Total Aktiva
30
4.
Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional) Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya
operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
BO/PO =
Biaya Operasional Pendapatan Operasional
5.
Rasio Likuiditas (Liquidity) Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat
memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
LDR =
Total Seluruh Kredit Dana Pihak Ketiga
Berdasarkan rasio kinerja keuangan diatas, maka penelitian ini menggunakan rasio permodalan (CAR), Rentabilitas (ROA), Efisiensi (BO/PO), likuiditas (LDR) dan kualitas aktiva produktif (NPL). Analisa menggunakan standar bobot penilaian dari Bank Indonesia.
31
2.10 Tinjauan Penelitian Sebelumnya Penelitian Marcella (2009), mengenai analisis perbandingan kinerja bank
konvensional dan bank syariah dari tahun 2005 sampai dengan 2008. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode rasio keuangan CAR, BO/PO, ROA,
LDR dan NPL. Hasil dari penelitian yaitu Bank Konvensional lebih baik secara keseluruhan walaupun pada tahun 2006 dan tahun 2007 bank syariah lebih baik kinerjanya, dinilai berdasarkan rasio CAR, BO/PO, ROA, LDR dan NPL.
2.11 Kerangka Pemikiran
kerangka pemikiran yang penulis buat pada penelitian ini sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK BANK UMUM SYARIAH
BANK UMUM KONVENSIONAL
NERACA KEUANGAN, LAPORAN RUGI-LABA, LAPORAN KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF, PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN IKHTISAR KEUANGAN RASIO KEUANGAN CAR, NPL, ROA, BOPO DAN LDR ANALISIS KOMPARATIF HASIL DAN KESIMPULAN
32