7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penjualan Sumber pendapatan perusahaan diperoleh dari penjualan atau pemberian jasa perusahaan kepada pihak lain. Penjualan barang dan jasa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penjualan konsinyasi, penjualan tunai, dan penjualan kredit.
1. Jenis-jenis Penjualan Menurut Sigit (2008 : 75) menjelaskan jenis-jenis penjualan adalah sebagai berikut : a) Penjualan Tunai Penjualan tunai dilakukan dengan ada uang ada barang. Perusahaan memberikan barang atau jasa dan pihak lain memberikan uang tunai.
b) Penjualan Kredit Penjualan kredit dilakukan dengan perusahaan memberikan barang atau jasa dan pihak lain tidak langsung membayarnya tetapi pembayaran dilakukan pada masa mendatang. Hasil dari penjualan kredit adalah adanya pengakuan hak untuk menagih dari pihak yang memberikan barang atau jasa, atau lebih dikenal dengan piutang.
8
c) Penjualan Konsinyasi Penjualan konsinyasi lebih dikenal dengan penjualan titipan.
2. Persyaratan Penjualan Sjahrial, Dermawan (2006 : 155) menjelaskan bahwa persyaratan penjualan terdiri dari 3 (tiga) unsur yang berbeda, yaitu : a) Periode Kredit b) Potongan Tunai dan Periode Diskon c) Bentuk Instrumen Kredit
3. Retur Penjualan Retur penjualan adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan atau ketidaksesuain terhadap barang yang kita jual kepada perusahaan lain sehingga barang tersebut dikembalikan lagi. Karena retur ini bersifat mengurangi akun penjualan maka retur penjualan bersaldo normal debet (bertambah disebelah debet dan berkurang disebelah kredit). Walaupun retur bersifat mengurangi akun penjualan, tetapi pada pencatatannya nilai yang diretur tidak mengurangi akun penjualan secara langsung. Adapun akun yang berdampingan dengan retur penjualan tergantung dengan cara penjualan tersebut. Jika penjualan dilakukan secara tunai, kita menerima kas (uang tunai). Maka pada saat terjadi retur penjualan atas transaksi tersebut, kas (uang tunai) yang kita terima akan berkurang. Tetapi jika penjualan dilakukan secara kredit, kita memiliki piutang. Maka pada saat
9
terjadi retur penjualan atas transaksi tersebut, piutang yang kita miliki akan berkurang. Berikut adalah contoh jurnal pada saat terjadi retur penjualan secara tunai : Retur Penjualan
xxx
Kas
xxx
Berikut adalah contoh jurnal pada saat terjadi retur penjualan secara kredit : Retur Penjualan
xxx
Piutang Usaha
xxx
4. Diskon Penjualan (Discount) Potongan penjualan biasanya diberikan kepada pembeli yang membeli barang dalam volume tertentu atau kepada pembeli yang membayar lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Potongan penjualan juga bersifat mengurangi penjualan, maka akun ini bersaldo normal debet (bertambah disebelah debet dan berkurang disebelah kredit). Berikut adalah contoh jurnal pada saat terjadi potongan penjualan (discount) dari transaksi penjualan secara tunai : Kas
xxx
Potongan Penjualan
xxx
Penjualan
xxx
10
Berikut adalah contoh jurnal pada saat terjadi potongan penjualan (discount) dari transaksi penjualan secara kredit : Kas
xxx
Potongan Penjualan
xxx
Piutang
xxx
B. Piutang Usaha Dewasa ini, hampir semua transaksi bisnis dilakukan secara kredit atau pembayaran tunda. Penjualan barang dagang atau penjualan lainnya secara umum dilakukan secara kredit. Apalagi dalam kondisi saat ini, dimana persaingan sangat ketat di satu sisi, namun daya beli masyarakat semakin melemah disisi lain. Kondisi ini menyebabkan para pelaku bisnis harus inovatif untuk mendapatkan pelanggan. Salah satu caranya tentu penjualan kredit tersebut. Inilah salah satu yang melatarbelakangi meningkatnya penjualan kredit. Konsekuensinya bagi perusahaan tentulah menimbulkan banyaknya jumlah piutang yang tercantum di dalam neraca. Jumlah piutang merupakan jumlah aktiva lancar yang cukup besar dimiliki oleh umumnya perusahaan saat ini.
1. Pengertian Piutang Usaha Piutang memiliki peranan yang penting sebagai sumber pendapatan perusahaan selain kas. Beberapa ahli di bawah ini mengungkapkan pengertian dari piutang, yaitu :
11
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2010 : 346) mengungkapkan : ”Piutang (receivables) adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya.”
Menurut Horngren, dkk (2006 : 418) mengungkapkan : ”Piutang
adalah
klaim
keuangan
terhadap
perusahaan
atau
perorangan”.
Menurut Warren, dkk (2006 : 404) mengungkapkan : ”Piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan”.
Menurut Soemarso (2004 : 338) mengungkapkan : ”Piutang adalah kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan”.
Menurut Hery (2011 : 36) mengungkapkan : ”Istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit (untuk piutang pelanggan yang terdiri atas piutang usaha dan memungkinkan piutang wesel), memberikan pinjaman (untuk piutang karyawan, piutang debitur yang biasanya langsung dalam bentuk piutang wesel, dan piutang bunga), maupun sebagai akibat kelebihan pembayaran kas kepada pihak lain (untuk piutang pajak)”.
12
Menurut Subramanyam dan Wild (2010 : 274) mengungkap : ”Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang berasal dari aktivitas seperti sewa dan bunga”.
Berdasarkan pengertian tentang piutang di atas dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan bagian dari aset lancar yang berbentuk tagihan perusahaan kepada pihak lain yang pelunasannya akan diterima dalam bentuk uang atas penjualan barang dan jasa dalam kegiatan usaha normal perusahaan.
2. Penggolongan Piutang Usaha Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklsifikasikan sebagai piutang lancar (jangka pendek) dan piutang tidak lancar (jangka panjang). (Kieso, dkk. 2010 : 346). a) Piutang Lancar (current receivables) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. b) Piutang Tidak Lancar (Non Current Receivables).
13
Menurut Hadri (2010 : 200) secara garis besar, piutang dapat digolongkan menurut : a) Ada dan tidak adanya dokumen tertulis yang menyatakan tentang kesanggupan untuk membayar sebagai bukti pendukung tagihan tersebut. b) Tujuan penyajiannya di dalam laporan keuangan, neraca pada khususnya. c) Sumber atau asal mula timbulnya piutang.
Waluyo (2012 : 82) mengungkapkan jika ditinjau dari sumber terjadinya, piutang digolongkan menjadi dua kategori, yaitu : a) Piutang Usaha Piutang usaha (account receivable) meliputi piutang yang timbul karena adanya penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang ini seluruhnya dapat dimasukkan ke dalam aset lancar, dengan syarat jangka waktu penagihannya kurang dari satu tahun atau satu siklus usaha normal. b) Piutang Lain-lain Piutang lain-lain (other receivable) timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang ini diharapkan akan direalisasikan dalam waktu satu tahun.
Menurut Hery (2008 : 195-196) mengungkapkan bahwa dalam praktik, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi :
14
a) Piutang Usaha (Accounts Receivable) Yaitu jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal di sebelah debet sesuai dengan saldo normal untuk aktiva. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu yang relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 hingga 60 hari. Setelah ditagih, secara pembukuan, piutang usaha akan berkurang di sebelah kredit. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar (current asset). b) Piutang Wesel (Notes Receivable) Yaitu tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel disini adalah pihak yang telah berutang kepada perusahaan, baik melalui pembelian barang atau jasa secara kredit maupun melalui peminjaman sejumlah uang. Pihak yang berutang berjanji kepada perusahaan (selaku pihak yang diutangkan) untuk membayar sejumlah uang tertentu berikut bunganya dalam kurun waktu yang telah disepakati. Janji pembayaran tersebut ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promes (promissory note). Perhatikanlah baik-baik bahwa piutang wesel mengharuskan debitur untuk membayar bunga.
15
c) Piutang Lain-lain (Other Receivable) Piutang lain-lain umumnya diklasifikasikan dan dilaporkan secara terpisah dalam neraca. Contohnya adalah piutang bunga, piutang deviden (tagihan kepada investee sebagai hasil atas investasi), piutang pajak (tagihan perusahaan kepada pemerintah berupa restitusi atau pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak), dan tagihan kepada karyawan.
Menurut Hadri (2010 : 200) menjelaskan bahwa untuk tujuan penyajian di dalam laporan keuangan, neraca pada khususnya, tagihan atau piutang dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu : a) Piutang lancar, meliputi tagihan-tagihan yang diharapkan akan diterima pembayarannya dalam jangka waktu satu tahun sejak tanggal neraca atau lebih dari siklus operasi normal perusahaan. b) Piutang jangka panjang, meliputi tagihan-tagihan yang diharapkan akan diterima pembayarannya dalam waktu lebih dari satu tahun.
3. Pengakuan Piutang Usaha Menurut Hadri (2010 : 200) mengungkapkan tentang pengakuan piutang usaha sebagai berikut : “Pencatatan atau pengakuan akan adanya piutang yang timbul dari transaksi penjualan secara kredit berkaitan erat dengan prinsip pengakuan (realisasi) pendapatan”.
16
Piutang usaha dan hasil penjualan sebagai pendapatan harus dicatat pada saat terjadinya penjualan. Piutang yang timbul dari transaksi penjualan atau penyerahan jasa secara kredit diakui dengan cara mendebit rekening piutang usaha dan mengkredit rekening penjualan atau pendapatan jasa. Sedangkan penerimaan kas atau pembayaran dari debitor diakui atau dicatat dengan cara mendebit rekening kas atau bank dan mengkredit rekening piutang usaha. Pengakuan piutang usaha tidak dapat dipandang secara terisolasi dari ketentuan pengakuan pendapatan, yang pada dasarnya mengacu pada prinsip realisasi (pendapatan). Pada prinsipnya piutang usaha harus diakui pada saat yang sama dengan pengakuan hasil penjualan secara kredit sebagai pendapatan, yaitu pada saat berpindahnya hak milik atas barang dari penjual kepada pembeli atau pada saat aktivasi pengadaan jasa diselesaikan, dalam hal menyangkut transaksi penyerahan jasa secara kredit.
Ayat jurnal yang perlu dibuat oleh penjual pada saat melakukan transaksi penjualan barang dagangan secara kredit, yaitu : Piutang Usaha Penjualan
xxx xxx
17
Ayat jurnal yang dibuat oleh penjual pada saat menerima kembali barang dagangan yang telah dijualnya secara kredit atau pada saat memberikan penyesuaian/pengurangan harga jual kepada pelanggannya, yaitu : Retur penjualan & penyesuaian harga jual
xxx
Piutang Usaha
xxx
Ayat jurnal yang akan dibuat oleh penjual pada saat menerima pembayaran utang dari pelanggan yang memanfaatkan potongan tunai (selama periode potongan) adalah sebagai berikut : Kas
xxx
Potongan Penjualan
xxx
Piutang Usaha
xxx
Sedangkan untuk perusahaan jasa, akun piutang usaha akan timbul apabila perusahaan belum menerima pembayaran atas jasa yang secara substansial telah selesai diberikan kepada pelanggan.
Dalam hal ini, ayat jurnal yang perlu dibuat oleh pemberi jasa dalam pembukuannya adalah sebagai berikut : Piutang Usaha Pendapatan Jasa
xxx xxx
18
4. Penilaian Piutang Menurut Sigit (2008 : 80) menjelaskan penilaian piutang usaha sebagai berikut : “Piutang usaha disajikan di neraca sebesar nilai realisasi bersihnya, yaitu jumlah piutang bruto dikurangi dengan taksiran jumlah piutang tidak tertagih. Jumlah piutang yang tidak tertagih sering disebut kerugian piutang. Hal ini wajar dalam dunia usaha, apalagi bila penjualan dilakukan secara kredit”.
5. Piutang Tak Tertagih Menurut Reeve, Warren, dkk. (2009 : 439) menjelaskan bahwa: “Terdapat dua metode akuntansi untuk piutang tak tertagih: metode penghapusan langsung dan metode penyisihan. Metode penghapusan langsung (direct write-off method) mencatat beban piutang tak tertagih hanya pada saat suatu piutang dianggap benarbenar tak tertagih. Metode penyisihan (allowance method) mencatat beban piutang tak tertagih dengan mengestimasi jumlah piutang tak tertagih pada akhir periode akuntansi”.
Pencatatan untuk kerugian piutang dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu : a) Metode Penghapusan Langsung Penggunaan metode ini ketika piutang usaha benar-benar diyakini tidak dapat ditagih lagi. Maka rekening Kerugian Piutang Usaha didebit dan rekening Piutang Usaha dikredit.
Ayat jurnal untuk mencatat penghapusan piutang usaha : Kerugian Piutang Usaha Piutang Usaha
xxx xxx
19
b) Metode Cadangan Menurut Hadri (2010 : 203) metode cadangan / estimasi merupakan metode yang masih mengasumsikan bahwa sebagian atau keseluruhan dari piutang tidak tertagih akan dapat diterima kembali pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, anggapan terhadap piutang tidak tertagih masih merupakan sebuah estimasi atau taksiran dimana pada masa yang akan datang masih bisa tetap ditagih. Apabila terdapat piutang tidak tertagih, diakhir tahun periode akuntansi akan dijurnal dengan cara mendebitkan “Beban Piutang Tidak Tertagih” dan mengkredit “Cadangan Piutang Tidak Tertagih”.
Secara jurnal maka akan terlihat sebagai berikut : Beban Piutang Tidak Tertagih
xxx
Cadangan Piutang Tidak Tertagih
xxx
6. Penilaian Resiko Kredit Resiko kredit adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para pelanggan. Sebelum perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh para pelanggan, kita perlu mengadakan evaluasi resiko kredit dari para pelanggan. Untuk
menilai
resiko
kredit,
credit
manager
harus
mempertimbangkan berbagai faktor yang menentukan besar kecilnya
20
kredit tersebut. Pada umumnya perusahaan dalam mengadakan penilaian resiko kredit adalah dengan memperhatikan lima ”C”. Lima ”C’ tersebut adalah : a)
Character, menunjukkan kemungkinan atau probabilitas dari langganan untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajibankewajibannya. Faktor ini adalah sangat penting, karena setiap transaksi kredit mengandung kemampuan untuk membayar.
b) Capacity, ialah pendapat subyektif mengenai kemampuan dari langganan untuk membayar hutangnya. Ini diukur dengan record tahun sebelumnya, dilengkapi dengan observasi fisik pada pabrik dan toko pelanggan (dilihat dari aktiva dan jumlah hutang). c)
Capital, dilihat dari jumlah modal sendiri yang dimiliki perusahaan dari suatu periode.
d) Collateral, dicerminkan oleh aktiva dari langganan yang dijadikan jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada para pelanggan. e)
Conditions, menunjukkan impact (pengaruh langsung) dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang mempunyai efek
terhadap
kemampuan langganan untuk memenuhi kewajibannya.(Menurut Dermawan Sjarial : 2006).
21
C. Pengertian Kas Kas merupakan perkiraan aktiva yang paling likuid dibandingkan dengan perkiraan-perkiraan aktiva lainnya. Apabila kita lihat pada neraca, maka perkiraan kas ditempatkan pada urutan teratas pada posisi aktiva lancar. Ini menunjukkan bahwa kas merupakan perkiraan yang paling likuid, karena susunan aktiva lancar dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditasnya sebuah perkiraan. Semua perusahaan pasti membutuhkan kas untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu, untuk lebih mengenal tentang kas, akan dibahas di bawah ini. Pengertian kas menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2010 : 342) adalah sebagai berikut : “Kas yaitu aktiva yang paling liquid, merupakan media pertukaran standar dan dasar pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya. Pada umumnya kas diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kas terdiri dari uang logam, uang kertas, dan dana yang tersedia pada deposito di bank. Instrumen yang dapat dinegosiasikan seperti pos wesel (money order), cek yang disahkan (certified check), cek kasir (cashier check), cek pribadi, dan wesel bank (bank draft) juga dipandang sebagai kas.” Pengertian
kas
menurut
Waluyo (2009 : 58) adalah sebagai
berikut : “Dalam akuntansi komersial, kas diartikan sebagai alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang, dapat pula diterimanya sebagai setoran ke bank.”
22
Pengertian
kas
menurut
Hery (2008 : 168) adalah sebagai
berikut : “Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, pos wesel (kiriman uang lewat pos, money orders), dan deposito.”
Berdasarkan pengertian kas di atas maka dapat disimpulkan bahwa kas merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang sifatnya liquid yang digunakan sebagai alat pertukaran, baik untuk pembayaran utang, pembelian bahan baku, dan transaksi lainnya.
D. Pengendalian Kas Menurut Hadri (2010 : 185) menjelaskan tentang pengendalian kas sebagai berikut : “Pengendalian terhadap kas dapat dilakukan dari dua sisi yaitu dari penerimaan kas dan dari pengeluaran kas. Dasar perancangan pengendalian penerimaan kas dapat dilihat dari urutan-urutan kegiatan penerimaan kas itu sendiri.”
Menurut Hadri (2010 : 187) umumnya urutan kegiatan penerimaan kas terdiri dari : 1. Penerimaan kas dari pelanggan. 2. Pencatatan kas. 3. Penyimpanan kas. 4. Penyetoran kas ke bank.
23
E. Pengertian Arus Kas Arus kas (cash flow) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta saldonya setiap periode. Laporan arus kas (statement of cash flows) merangkum perubahanperubahan yang terjadi dalam posisi kas sebuah perusahaan. Laporan ini memisahkan aktivitas-aktivitas menjadi tiga kategori : (Brigham & Houston, 2009 : 59) 1) Aktivitas operasi, yang meliputi laba bersih, depresiasi, dan perubahan dalam aktiva lancar dan kewajiban lancar di luar kas dan utang jangka pendek. 2) Aktivitas investasi, yang meliputi investasi atau penjualan aktiva tetap. 3) Aktivitas pendanaan, yang meliputi kas yang dihimpun selama tahun berjalan dengan menerbitkan utang jangka pendek, utang jangka panjang, atau saham.
1. Keunggulan Laporan Arus Kas Hery (2009 : 229) menjelaskan tentang keunggulan laporan arus kas adalah laporan arus kas dibutuhkan karena : a.
Kadang kala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.
24
b.
Seluruh informasi mengenai kinerja perusahaan selama periode tertentu dapat diperoleh lewat laporan ini.
c.
Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas perusahaan di masa mendatang.
d.
Dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis apakah rencana perusahaan dalam hal investasi maupun pembiayaan telah berjalan sebagaimana mestinya.
e.
Dapat digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung dan merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan di masa yang akan datang.
2. Klasifikasi Arus Kas Aliran kas atau arus kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : a. Aliran kas awal (initial cash flow) merupakan aliran kas yang berakitan dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi. Aliran kas awal dapat dikatakan aliran kas keluar (cash out flow). Misalnya : pembelian tanah, gedung, biaya pendahuluan, dan sebagainya. b. Aliran kas operasional (operational cash flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan operasional proyek, seperti penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab itu, aliran kas operasional
25
merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar (cash out flow). c. Aliran kas akhir (terminal cash flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan nilai sisa proyek (nilai residu) seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan peralatan proyek.
Menurut Hans, dkk. (2012 : 203) mengungkapkan bahwa sumber dan penggunaan arus kas dibedakan atas tiga golongan, yaitu yang bersumber dari : a.
Aktivitas Operasi Para pemangku kepentingan bukan saja perlu mengetahui apakah suatu entitas mampu menghasilkan laba, tapi juga perlu mengetahui apakah kegiatan operasi entitas mampu menghasilkan arus kas positif, artinya penerimaan operasi melampaui pengeluaran operasi. Arus kas yang bersumber dari aktivitas operasi adalah arus kas yang paling penting untuk mengevaluasi kemampuan entitas dalam mengelola dan menghasilkan arus kas untuk membelanjai operasi perusahaan, melunasi liabilitasnya secara tepat waktu, membayar deviden, serta melakukan investasi baru atau ekspansi secara mandiri, tanpa mengandalkan pembelanjaan dari luar yaitu melalui pinjaman dari pihak ketiga atau penyetoran modal baru dari pemilik.
26
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah : 1) Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa. 2) Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain. 3) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. 4) Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan. 5) Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain. 6) Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi. 7) Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing).
b. Aktivitas Investasi Penerimaan dan pengeluaran haruslah digolongkan sebagai aktivitas investasi, bila merupakan sumber daya yang menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah : 1) Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tak berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri.
27
2) Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tak berwujud, dan aset jangka panjang lain. 3) Pembayaran kas untuk membeli instrument utang atau instrument ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrument yang dianggap setara kas atau instrument yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan). 4) Penerimaan kas dari penjualan instrument
utang dan
instrument ekuitas entitas lain dan kepemilikan ventura bersama. 5) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain.
c.
Aktivitas Pendanaan Penerimaan dan pembayaran yang berkaitan dengan kegiatan pendanaan haruslah dilaporkan secara terpisah agar dapat terungkap arus penerimaan yang berasal dari penyandang dana, liabilitas terhadap penyandang masing-masing dana baik pemilik maupun kreditur, serta pembayaran kembali pinjaman atau modal maupun pembayaran bungan dan dividen yang dilakukan selama periode. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah : 1) Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrument modal lain.
28
2) Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas. 3) Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek. Dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang. 4) Pelunasan pinjaman. 5) Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.
3. Manfaat Arus Kas Adapun kegunaan dalam menyusun setimasi arus kas dalam perusahaan sangat berguna bagi beberapa pihak terutama manajemen. Manfaat tersebut terdiri dari : a.
Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan
rencan
keuangan
perusahaan
dan
transaksi
yang
menyebabkan perubahan kas. b.
Sebagian dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang dan memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit.
c.
Membantu manajer untuk mengambil keputusan kebijakan finansial.
d.
Untuk kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit yang diberikan kepadanya.
29
4. Keterbatasan Arus Kas Arus kas (cash flow) mempunyai beberapa keterbatasan-keterbatasan antara lain : a.
Komposisi penerimaan dan pengeluaran yang dimasukan dalam cash flow hanya yang bersifat tunai.
b.
Perusahaan hanya berpusat pada target yang mungkin kurang fleksibel.
c.
Apabila terdapat perubahan pada situasi internal maupun eksternal dari perusahaan yang dapat mempengaruhi estimasi arus kas masuk dan keluar yang seharusnya diperhatikan, maka akan terhambat karena manager hanya akan terfokus pada budget kas. Misalnya : kondisi ekonomi yang kurang stabil, terlambatnya customer dalam memenuhi kewajibannya.
F. Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus kas yang paling utama dari perusahaan adalah terkait dengan aktivitas operasi. Ada dua metode yang dapat digunakan di dalam menghitung dan melaporkan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi, yaitu metode tidak langsung dan metode langsung. Contoh aktivitas operasi adalah penjualan barang atau pemberian jasa (merupakan sumber arus kas masuk yang utama), pendapatan bunga, dividen, dan penjualan sekuritas yang diperdagangkan. Adapun arus kas keluar meliputi pembayaran untuk membeli barang dagangan, membayar gaji/upah,
30
beban pajak, bunga, beban utilitas, sewa, dan pembelian sekuritas yang diperdagangkan.
G. Pengertian Laporan Arus Kas Menurut Arif Nurhudadi dalam blogs pribadinya menjelaskan pengertian laporan arus kas sebagai berikut : “Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan.”
H. Tujuan Laporan Arus Kas Menurut Kieso, dkk (2008 : 212) mengungkapkan tujuan laporan arus kas adalah sebagai berikut : “Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode.”
Untuk meraih tujuan ini, laporan arus kas melaporkan : 1. Kas yang mempengaruhi operasi selama suatu periode, 2. Transaksi investasi, 3. Transaksi pembiayaan, dan 4. Kenaikan atau penurunan bersih kas selama satu periode.
31
Laporan arus kas menyediakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sederhana tetapi penting berikut : (Menurut Kieso, dkk. 2010 : 213) 1. Dari mana kas berasal selama suatu periode ? 2. Berapa kas yang digunakan selama suatu periode ? 3. Berapa perubahan saldo kas selama suatu periode ?
I.
Isi dan Format Laporan Arus Kas Kieso, dkk (2010 : 213) menjelaskan tentang isi dan format laporan arus kas yaitu : “Penerimaan
kas
dan
pembayaran
kas
selama
suatu
periode
diklasifikasikan dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas berbeda”.
Klasifikasi ini didefinisikan sebagai berikut : 1. Aktivitas operasi (operating activities) meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih. 2. Aktivitas investasi (investing activities) meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik utang maupun ekuitas) serta property, pabrik, dan peralatan. 3. Aktivitas pembiayaan (financing activities) melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi : a)
Perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasinya, dan
b) Peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya.
32
Tabel 2.1 Contoh Format Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas Arus kas dari aktivitas operasi
xxx
Arus kas dari aktivitas investasi
xxx
Arus kas dari aktivitas pembiayaan
xxx
Kenaikan (penurunan) bersih kas
xxx
Kas awal tahun
xxx
Kas akhir tahun
xxx
Sumber : Kieso, dkk. (2010 : 213)
J.
Pembuatan Laporan Arus Kas Menurut Kieso, dkk (2010 : 214) menjelaskan tentang pembuatan laporan arus kas sebagai berikut : Informasi untuk membuat laporan arus kas biasanya berasal dari : 1.
Neraca komparatif,
2.
Laporan laba-rugi periode berjalan, dan
3.
Data transaksi terpilih
33
Pembuatan laporan arus kas dari sumber-sumber ini melibatkan langkah-langkah berikut : 1. Penentuan kas yang disediakan oleh aktivitas atau digunakan dalam operasi. 2. Penentuan kas yang disediakan oleh atau digunakan dalam aktivitas investasi dan pembiayaan. 3. Penentuan perubahan (kenaikan atau penurunan) kas selama periode berjalan. 4. Rekonsiliasi perubahan kas dengan saldo kas awal dan saldo kas akhir.
K. Kerangka Pemikiran Teoritis Berorientasi pada landasan teori, maka dibuat suatu kerangka konseptual dimana terdapat faktor dependent (arus kas operasional) dan faktor independent (piutang usaha dan penjualan) yang dapat mempengaruhi arus kas operasional. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi arus kas operasional, dengan demikian penelitian mengambil variable yang tertera di bawah ini :
34
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Independent
Dependent
Penjualan H1
Arus Kas Operasional Piutang Usaha
H2
L. Penelitian Terdahulu Penulis mengambil judul penelitian ini berdasarkan hasil-hasil dari penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi, sebagai berikut : 1.
Indrajit Wicaksana (2011) dengan Judul Analisis Pengaruh Pengendalian Piutang Terhadap Efektivitas Arus Kas (Studi Kasus Pada PT. Z). Berdasarkan analisis cash conversion cycle menunjukkan perusahaan masih memiliki angka cash coversion cycle yang negatif dan berarti bahwa perusahaan belum memiliki kas yang cukup banyak untuk mendanai seluruh aktivitas perusahaan secara optimal.
35
2.
Rian Muharsyah (2012) dengan judul Tingkat Pertumbuhan Penjualan Dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Otomotif Dan Komponennya yang Terdaftar di BEI. Berdasarkan uji t, variabel pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap likuiditas sedangkan perputaran piutang berpengaruh terhadap likuiditas.
3.
Abd. Rahman Raden (2014) dengan judul Pengaruh Pengelolaan Piutang Terhadap Efektivitas Arus Kas Pada PT. Columbia Cabang Gorontalo. Berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pengelolaan piutang dengan arus kas.
Berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian terdahulu dapat dijelaskan dalam tabel 2.2 di bawah ini :
36
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti No.
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel X adalah pengendalian piutang. Variabel Y adalah efektivitas arus kas.
1. Secara keseluruhan, berdasarkan analisis cash conversion cycle, menunjukkan perusahaan masih memiliki angka cash conversion cycle yang negatif dan berarti bahwa perusahaan belum memiliki kas yang cukup banyak untuk mendanai seluruh aktifitas perusahaannya secara optimal.
Variabel X adalah pertumbuhan penjualan dan perputaran piutang. Variabel Y adalah Likuiditas.
1. Berdasarkan uji t, terdapat pengaruh antara piutang terhadap likuiditas sedangkan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap likuiditas.
Rahman Variabel X adalah Raden (2014) pengelolaan piutang. Variabel Y adalah efektivitas arus kas.
1. Berdasarkan uji t terdapat pengaruh signifikan antara piutang terhadap efektivitas arus kas.
(Tahun) 1. Indrajit Wicaksana (2011)
2. Rian Muharsyah (2012)
3. Abd.