7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen
keuangan
selalu
mengungkapkan
perkembangan-
perkembangan penting dan terbaru dalam lingkungan keuangan. Perubahan nilai tukar dollar Amerika, misalnya menggambarkan betapa makin pentingnya masalah keuangan internasional. Nilai relatif dollar telah menyebarkan permasalahan yang serius pada beberapa industri dan sekaligus menciptakan tantangan dan peluang baru bagi pihak lain. Dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan ekonomi, baik di pasar domestik maupun di pasar luar negeri, bidang keuangan memegang peran besar dalam mengelola organisasim selain juga bidang disiplin yang lain.
Definisi Manajemen Keuangan menurut Manahan (2005:2) adalah : Tugas dan tanggungjawab manajer keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan.
7
8
Dana diperoleh dari sumber ekstern dan dialokasikan untuk berbagai bentuk penggunaan. Arus dana yang terjadi dalam kegiatan operasi perusahaan harus dipantau. Penyediaan dana akan menerima imbalan dalam bentuk laba usaham pembayaran kembali, produk dan jasa. Dengan demikian tugas pokok manajer keuangan adalah merencanakan untuk memperoleh
dana
dan
menggunakan
dana
tersebut
untuk
memaksimumkan nilai perusahaan.
2. Fungsi-Fungsi Manejemen Keuangan Semua organisasi, mulai dari perusahaan bisnis, hingga unit pelayanan masyarakat, badan sosial seperti Palang Merah dan organisasi nir-laba seperti Museum dan Lembaga Kesenian juga harus menjalankan fungsi manajemen keuangan. Fungsi Manajemen Keuangan menurut Manahan (2005:3), yaitu : Proses perencanaan anggaran (budgeting) yang dimulai dengan peramalan (forecasting) sumber pendanaan (source fund), pengorganisasian kegiatan penggunaan dana secara efektif dan efisien, serta mengantisipasi semua resiko (risk ability). Kegiatan penting lain
yang harus dilakukan manajer keuangan
menyangkut empat aspek : a. Perencanaan dan peramalan, dimana manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain yang ikut bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.
9
b. Manajer Keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya. c. Manajer Keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin. d. Penggunaan pasar uang dan pasar modal, dimana dana dapat diperoleh dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan. Dari empat aspek tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tugas pokok manajer
keuangan
berkaitan
dengan
keputusan
investasi
dan
pembiayaannya. Dalam menjalankan fungsinya, tugas manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
B. Deposito 1. Pengertian Deposito Deposito
merupakan
salah
satu
produk
perbankan
yang
dapat
dimanfaatkan oleh calon nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito disebut sebagai deposan. Kepada setiap deposan akan diberikan imbalan bunga atas penempatan dana depositonya. Bagi pihak bank, bunga yang diberikan kepada para deposan merupakan bunga tertinggi, jika dibandingkan dengan simpanan giro atau gabungan, sehingga deposito oleh sebagian bank dianggap sebagai dana mahal.
10
Keuntungan bagi pihak bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lebih lama, mengingat deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang, yaitu : 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan. Selain itu frekuensi penarikan dana yang juga jarang. Dengan demikian bank dapat dengan leluasa untuk menggunakan kembali dana tersebut untuk keperluan penyaluran kredit. Pengertian Deposito menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah: ”Simpanan yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank” (Kasmir, SE., MM, 2002:93) Penarikan hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu maksudnya adalah jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3 bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo. Sebagai contoh jika seorang deposan yang bernama Tn. Budiman mendepositokan uangnya dalam bentuk deposito pada tanggal 08 April 2009 (open date) untuk jangka waktu 3 bulan mandatang, maka jatuh tempo (maturity date) deposito tersebut adalah setelah 3 bulan yaitu tanggal 08 Juli 2009 dan apabila dicairkan sebelum tanggal tersebut, maka deposan tersebut akan dikenakan denda (penalty rate) yang besarnya tergantung pada kebijaksanaan bank yang bersangkutan.
11
Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito bergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito mengandung beberapa perbedaan, sehingga diperlukan sarana yang berbeda pula. Sebagai contoh untuk deposito berjangka, penarikannya menggunakan bilyet deposito, sedangakn untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito. 2. Jenis-Jenis Deposito Dalam prakteknya deposito yang ditawarkan terdiri dari beragam jenis, baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang valuta asing. Masingmasing jenis deposito memiliki keunggulan tersendiri, sehingga deposan dapat memilih sesuai dengan selera mereka. Saat ini jenis-jenis deposito yang ditawarkan oleh bank dan yang ada di masyarakat adalah : a. Deposito Berjangka Definisi Deposito Berjangka menurut Kasmir, SE., MM (2002:95) adalah : Deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Jangka watu deposito biasanya bervariasi, dimulai dari 1, 3, 6, 12 dan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama perorangan ataupun lembaga. Artinya di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga. Kepada setiap deposan diberikan bunga yang besarnya sesuai dengan berlakunya bunga pada saat deposito berjangka dibuka.
12
Pencairan bunga deposito dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Penarikan dapat dilakukan secara tunai maupun non tunai. Untuk menarik minat para deposan, biasanya bank menyediakan berbagai insentif atau bonus. Insentif diberikan untuk jumlah nominal tertentu, biasanya dalam jumlah nominal yang besar. Insentif dapat berupa special rate (bunga yang lebih tinggi dari bunga yang berlaku secara umum). Apabila deposan menghendaki agar depositonya dapat diperpanjang secara otomatis, maka pihak bank dapat memberikan fasilitas ARO (Automatic Roll Over). Bunga atas deposito berjangka ini dapat ditarik tunai setiap jangka waktu tertentu ataupun ditransfer ke rekening deposan. Pada dasarnya sebelum jatuh tempo simpanan ini tidak dapat ditarik, namun apabila pihak deposan tetap menginginkan penarikan sebelum jatuh tempo, maka biasanya bank mengenakan denda atau biaya administrasi atas penarikan tersebut. Kelebihan dana deposito ini bagi bank adalah bank mempunyai kepastian kapan dana itu akan ditarik, sehingga pihak bank dapat mengantisipasi kapan harus menyediakan dana dalam jumlah tertentu. Sebagai konsekuensi dari kelebihan tersebut, maka bank harus membayar dana ini dengan tingkat bunga yang relatif lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga yang relatif lebih besar dibandingkan dengan simpanan dalam bentuk yang lain. Dengan
13
kata lain simpanan dalam bentuk deposito berjangka tidak bisa disebut sebagai sumber penghimpunan dana bagi bank yang murah. Di sisi deposan, nasabah cenderung lebih menyukai menyimpan kelebihan dananya dalam bentuk deposito berjangka sesuai dengan jangka waktu yang diinginkan, karena simpanan ini menawarkan tingkat bunga yang relatif lebih tinggi. b. Sertifikat Deposito Definisi Sertifikat Deposito menurut Drs. Slamet Riyadi, MSi (2007:80) adalah : Surat berharga sertifikat milik bank yang disebut Sertifikat Deposito. Pada hakekatnya sama dengan surat tanda bukti menyimpan uang pada bank dalam jangka waktu tertentu. Dimana bunga atas simpanan uang tersebut bisa dibayar di muka dalam arti bunga tersebut dipotong dari harga nominalnya pada waktu sertifikat deposito tersebut dibeli. Daya tarik sertifikat deposito antara lain mudah diperjual belikan, sebab nama pemiliknya tidak dicantumkan, sehingga termasuk surat berharga atas unjuk setiap kali sertifikat deposito itu dijual, dapat diserahkan dari tangan ke tangan dan tentu harganya dipotong bersama bunganya. Apabila pemiliknya memerlukan uang tunai, tetapi tidak ingin menjual sertifikatnya, Ia dengan mudah dapat menggadaikannya kepada bank.
14
Tabel 2.1. Perbedaan Sertifikat Deposito dan Deposito Berjangka Sertifikat Deposito
Deposito Berjangka
Bunga dibayar di muka
Bunga dibayar kemudian atau setiap akhir bulan
Sertifikat Deposito atas ”unjuk”
Deposito berjangka atas “nama”
Sertifikat Deposito mudah diperjual belikan
Deposito berjangka tidak dapat diperjual belikan.
c. Deposito On Call Definisi Deposito On Call menurut Kasmir, SE., MM (2002:98) adalah : Simpanan atas nama bank (pihak ke tiga bukan bank) dalam jumlah uang besar, tetap berada di bank selama deposan belum menggunakannya, dan penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat pemberitahuan sebelumnya. Pemberitahuan nasabah kepada bank untuk penarikan tersebut dapat dilakukan misalnya : sehari, tiga hari, seminggu atau jangka waktu lainnya yang disepakati atau pihak bank meminta schedul atas keperluan uang tunai kepada nasabah agar bank dapat menyediakan dananya tepat pada waktunya sesuai dengan kebutuhan nasabah.
15
Tabel 2.2. Perbedaan Deposito On Call dan Deposito Berjangka Deposito On Call
Deposito Berjangka
Apabila deposan ingin menguangkan simpanan berjangkanya, maka deposan harus memberitahukan kepada pihak bank terlebih dahulu.
Apabila deposan ingin menguangkan depositonya sebelum jatuh tempo, deposan akan dikenakan denda penalty.
d. Perhitungan Suku Bunga Deposito Perhitungan suku bunga deposito menurut Denny Lie (2005 : 30) adalah : Suku bunga yang dibebankan pada nasabah pada dasarnya dapat dilakukan secara negosiasi tergantung pada jumlah simpanan, jangka waktu dan kualifikasi nasabah apakah nasabah utama (prime customer) atau bukan (non prime customer). Perhitungan bunga deposito berjangka dan sertifikat deposito adalah sebagai berikut : Rumus Deposito Berjangka : Nominal x Bunga x Jumlah Hari 365
Contoh : Seorang nasabah menempatkan danaNya dalam bentuk Deposito pada tanggal 08 April 2009 sebesar Rp.100.000.000,00 dalam jangka waktu 3 bulan dengan tingkat suku bunga 11 % p.a.
16
Pada tanggal 08 Juli 2009 nasabah tersebut akan mencairkan deposito berjangka (IDR) nya. (setelah tanggal jatuh tempo) Perhitungan Bunga : Bunga sebelum pajak : Rp.100.000.000,00 x 11 % x 92 hari 365 Hasilnya :
Rp.2.772.602,74
Bunga setelah dipotong pajak : Rp.2.772.602,74 x 20 % Hasilnya :
Rp.554.520,55
Nominal Bunga yang diperoleh setelah dipotong pajak : Rp.2.772.602,74 – Rp.554.520,55 Hasilnya :
Rp.2.218.082,19
Nominal yang diterima oleh Nasabah : Rp.100.000.000,00 + Rp.2.218.082,19 Hasilnya :
Rp.102.218.082,19
17
Contoh soal pencairan deposito setelah jatuh tempo : Seorang nasabah menempatkan danaNya dalam bentuk Deposito pada tanggal 08 April 2009 sebesar Rp.100.000.000,00 dalam jangka waktu 3 bulan dengan tingkat suku bunga 11 % p.a. Pada tanggal 09 Juli 2009 nasabah tersebut akan mencairkan deposito berjangka (IDR) nya. (sebelum tanggal jatuh tempo) Perhitungan Bunga : Bunga sebelum pajak : Rp.100.000.000,00 x 11 % x 92 hari 365 Hasilnya :
Rp.2.772.602,74
Bunga setelah dipotong pajak : Rp.2.772.602,74 x 20 % Hasilnya :
Rp.554.520,55
Nominal Bunga yang diperoleh setelah dipotong pajak : Rp.2.772.602,74 – Rp.554.520,55 Hasilnya :
Rp.2.218.082,19
18
Nominal yang diterima oleh Nasabah : Rp.100.000.000,00 + Rp.2.218.082,19 Hasilnya :
Rp.102.218.082,19
Contoh soal pencairan deposito sebelum jatuh tempo : Nominal deposito
: Rp.100.000.000,-
Jangka waktu : 3 bulan (Per 08 April – 09 Juli 2009, 92 hari) Suku bunga
: 11 % p.a.
Tanggal 19 Juni 2009 (72 hari) nasabah akan mencairkan deposito berjangkanya, maka penalty yang dikenakan adalah : Perhitungan Bunga : Bunga sebelum pajak : Rp.100.000.000,00 x 11 % x 72 hari 365 Hasilnya :
Rp.2.169.863,01
Bunga setelah dipotong pajak : Rp.2.169.863,01 x 20 % Hasilnya :
Rp.433.972,60
19
Nominal Bunga yang diperoleh setelah dipotong pajak : Rp.2.169.863,01 – Rp.433.972,60 Hasilnya :
Rp.1.735.890,41
Nominal yang diterima oleh Nasabah : Rp.100.000.000,00 + Rp. 1.735.890,41 Hasilnya :
Rp.101.735.890,41
Rumus Perhitungan Sertifikat Deposito a. Nilai Jual Sertifikat Deposito Nilai Jual Sertifikat Deposito x 365 365 + (suku bunga x jumlah hari bunga)
a. Jumlah bunga diskonto Sertifikat Deposito sebelum dipotong pajak :
Nilai Nominal Sertifikat Deposito – Nilai Jual Sertifikat Deposito
b. Pajak atau bunga Sertifikat Deposito yang harus dibagi
Pajak x Jumlah bunga diskonto Sertifikat Deposito
20
c. Jumlah dana yang harus disetorkan nasabah pada saat penerbitan Sertifikat Deposito :
Nilai Jual Sertifikat Deposito + Pajak atas bunga
Contoh Soal Setifikat Deposito : Nominal Sertifikat Deposito : Rp.100.000.000,Jangka Waktu
: 08 April – 09 Mei 2009 (31 hari)
Suku bunga
: 11 % p.a.
Pajak
: 20 %
a. Nilai Jual Sertifikat Deposito Rp.100.000.000,- x 365 = Rp.36.500.000.000,- = Rp.99.074.400,80 365 + (11 % x 31)
368,41
b. Jumlah Bunga Diskonto sebelum dipotong pajak Rp.100.000.000,- – Rp. 99.074.400,80 = Rp.925.599,20 c. Pajak atas Bunga Diskonto Rp.925.599,20 x 20 % = Rp.185.119,84 d. Jumlah dana yang harus disetor oleh Nasabah Rp.99.074.400,80 + Rp.185.119,84 = Rp.99.259.520,64
21
Contoh Sertifikat Deposito sebelum jatuh tempo Nominal Sertifikat Deposito : Rp.100.000.000,Jangka Waktu
: 3 bulan (Per 08 April – 09 Juli
2009, 92 hari) Suku Bunga
: 11 % p.a.
Tanggal 09 Mei 2009 (31 hari) nasabah mencairkan Sertifikat Deposito, maka penalti yang dikenakan adalah sebagai berikut : a. Bunga Diskonto untuk periode bulan saat dilakukan pencairan : = Rp.100.000.000 – (Rp.100.000.000 x 365) 365 + (11 % x 31) = Rp.100.000.000 – (Rp.36.500.000.000) 368,41 = Rp.100.000.000 – Rp.99.074.400,80 = Rp.925.599,20 b. Denda tambahan dari sisa jangka waktu Rp.100.000.000 x (16 % – 11 %) x 31 hari = Rp.424.657,53 365 c. Total Penalti Rp.99.074.400,80 – Rp.424.657,53 = Rp.98.649.743,27 d. Total uang yang dibayarkan kepada Nasabah Rp.100.000.000 – Rp.98.649.743,27 = Rp.1.350.256,73
22
Catatan : Bunga diskonto selama 2 bulan (18/08/03-18/10/03) tetap dibayar, sedangkan bunga diskonto yang tidak dibayar adalah 1 bulan (18/10/03-18/11/03 = 31 hari), sehingga bunga diskonto yang telah dibayar kepada nasabah yang 1 bulan harus diperhitungkan kembali.
C. Penghimpunan Dana 1. Pengertian Penghimpunan Dana Menurut Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A. Tatok Budi Santoso (2003:83) ”Kegiatan usaha yang utama bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Penyaluran dan dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun”. Penghimpun dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan : a. Kepercayaan Masyarakat Tindakan sebuah bank secara umum di kota sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat pada bank tersebut. b. Perkiraan Tingkat Pendapatan Semakin tinggi tingkat pendapatan yang diperkirakan oleh calon penghimpun dana ini, akan semakin mudah sebuah bank untuk menarik dana dari calon penghimpun dananya.
23
c. Resiko Penghimpunan Dana Apabila sebuah bank dapat memberikan tingkat kepastian yang tinggi atas dana masyarakat untuk dapat ditarik lagi sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan, maka masyarakat semakin bersedia untuk menempatkan dananya di bank tersebut. d. Pelayanan yang diberikan oleh bank Pelayanan yang baik akan membuat penyimpan dana merasa dihargai, diperhatikan dan dihormati, sehingga merasa senang untuk terus bertransaksi keuangan dengan bank tersebut. Pelayanan ini bisa berupa pelayanan dari petugas bank, pemberian hadiah atau pemberian fasilitas lain.
2. Sumber-Sumber Penghimpun Dana Menurut Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A. Tatok Budi Santoso (2003:90) pada dasarnya suatu bank mempunyai tiga alternatif untuk menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu : a. Dana Sendiri Meski untuk suatu usaha bank proporsi dana sendiri ini relatif kecil apabila dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total aktivanya, namun dana sendiri ini tetap merupakan hal yang penting untuk kelangsungan usahanya. Modal sendiri akan dengan cepat habis untuk menutup kerugian dan ketika kerugian telah melebihi modal sendiri, maka kemampuan bank tersebut untuk memenuhi
24
kewajiban
kepada
masyarakat
menjadi
sangat
diragukan.
Kemampuan untuk mengembalikan dana simpanan masyarakat juga dapat diragukan. Penurunan kemampuan ini sangat mungkin untuk menurunkan tiingkat kepercayaan masyarakat pada bank tersebut dan penurunan tingkat kepercayaan terhadap suatu bank ini selanjutnya sangat membayakan kelangsungan usaha bank tersebut. Seperti halnya badan usaha lain penghimpunan dana sendiri ini antara lain : berupa modal disetor, dana dari penjualan saham di bursa efek, akumulasi laba ditahan, cadangan-cadangan dan agio saham. Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992, bank umum dapat melakukan mobilisasi dana dengan cara melakukan emisi saham dan obligasi melalui bursa efek Indonesia.
b. Dana Dari Deposan Menurut Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A. Tatok Budi Santoso (2003:85), pada dasarnya sumber dana dari masyarakat dapat berupa: tabungan, giro, dan deposito berjangka yang berasal dari nasabah perorangan atau badan. 1. Giro Rekening giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau dengan bilyet giro untuk pemindah bukuan. Cek dan Bilyet Giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat
25
pembayaran. Karena sifat penarikannya yang dapat dilakukan setiap saat tersebut, maka sumber dana dari rekening giro ini merupakan sumber dana jangka pendek yang jumlahnya relatif lebih dinamis atau berfluktuasi dari waktu ke waktu. Bagi nasabah pemegang rekening giro, sifat penarikan tersebut sangat membantu dalam membiayai kegiatan nasabah secara lebih efisien. Nasabah dapat melakukan pembayaran sewaktuwaktu tanpa harus beresiko menggunakan uang tunai dalam jumlah besar, tanpa harus datang langsung ke bank dan tanpa harus menunggu tanggal jatuh tempo tertentu.
2. Tabungan Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang disepakati dan tidak dengan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan dengan itu. Cara penarikan rekening tabungan yang paling banyak digunakan saat ini adalah dengan buku tabungan, cash card atau kartu ATM dan Debit Card. Persaingan ketat dalam penghimpunan danan melalui tabungan antar bank-bank telah banyak memunculkan cara-carabaru untuk menarik nasabah melalui produk tabungan.
26
Cara-cara yang digunakan antara lain : hadiah atas tabungan, fasilitas asuransi atas tabungan, fasilitas kartu ATM dan fasilitas Debit Card.
3. Deposito Berjangka Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu, sesuai dengan tanggal yang disepakati di awal penempatan dana antara pihak deposan dan pihak bank. Mengingat simpanan ini hanya dapat dicairkan pada saat jatuh tempo, maka deposito berjangka ini merupakan simpanan atas nama dan bukan atas unjuk.
c. Dana Pinjaman Menurut Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A. Tatok Budi Santoso (2003:105), dana pinjaman yang diperoleh bank dalam rangka menghimpun dana antara lain dapat berupa : a. Call Money Call Money merupakan sumber dana yang diperoleh bank berupa pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui intern bank call money market. Sumber dana ini sering digunakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, seperti bila terjadi kalah kliring atau adanya rush. Dana dari call money ini berjangka waktu relatif pendek,
27
yaitu satu hari atau overnight sampai dengan 180 hari dengan tingkat bunga yang berfluktuasi serta sangat dipengaruhi oleh permintaan dan ketersediaan dana di pasar pada suatu saat. Apabila likuiditas perbankan secara umum di suatu area sedang sulit, maka tingkat bunga call money bisa menjadi lebih tinggi, jauh lebih tinggi daripada tingkat bunga pinjaman umum. Call money dapat juga dimanfaatkan oleh bank yang sedang mengalami kelebihan likuiditas untuk menyalurkan dananya dalam jangak pendek, sehingga kelebihan likuiditas tersebut menjadi dana yang produktif menghasilkan penerimaan bagi bank. b. Pinjaman antar bank Kebutuhan pendanaan kegiatan usaha suatu bank dapat juga diperoleh dari pinjaman jangka pendek dan menengah dari bank lain. Berbeda dengan call money seperti apa yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Pinjaman ini dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, melainkan untuk memenuhi suatu kebutuhan dana yang lebih terencana dalam rangka pengembangan usaha atau meningkatkan penerimaan bank.
28
c. Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sesuai dengan namanya Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama kepada bank yang sedang mengalami kesulitan likuiditas. Masalah kesulitan likuiditas ini bisa terjadi karena kalah kliring atau adanya rush (penarikan dana oleh nasabahnasabah suatu bank). Untuk kepentingan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan secara umum, maka BI akan berusaha memberikan bantuan likuiditas kepada
bank
tersebut
sepanjang
bank
tersebut
masih
memungkinkan untuk diselematkan.
d. Sumber Dana Lain Selain dapat berasal dari dana sendiri, dana dari deposan dan dana pinjaman sumber penghimpunan dana dapat juga berasal dari sumber-sumber lain yang tidak dapat digolongkan dalam jenis dana di atas. Menurut Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A. Tatok Budi Santoso (2003:108), “Sumber dana yang lain ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan usaha perbankan dan perekonomian secara umum”.
29
Sumber-sumber tersebut antara lain : a. Setoran Jaminan Setoran jaminan atau sering disingkat menjadi Storjam, merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank. Nasabah tersebut perlu menyerahkan storjam karen jasa-jasa yang diberikan oleh bank mengandung resiko finansial tertentu yang ditanggung oleh pihak bank. Dengan adanya storjam, nasabah diharapkan mempunyai komitmen untuk berperilaku positif sehingga di kemudian hari bank tidak harus mengalami kerugian karena menanggung resiko yang timbul. Jasa-jasa bank yang biasanya memerlukan storjam antara lain adalah letter of credit (LC) dan bank garansi (BG). b. Dana Transfer Salah satu jasa yang diberikan bank adalah pemindahan dana. Pemindahan
dana
bisa
berupa
pemindahbukuan
antara
rekening, dari uang tunai ke suatu rekening, atau dari suatu rekening untuk kemudian ditarik tunai. Sebelum dana transfer ini ditarik oleh si penerima dana atau selama masih mengendap di bank, dana ini dapat digunakan oleh bank untuk mendanai kegiatan usahanya. Dana ini jelas hanya akan mengendap di bank untuk jangka waktu yang sangat singkat. Namun sumber dana ini digolongkan sebagai sumber dana yang tidak berbiaya.
30
Dana transfer yang tersimpan di bank tidak menimbulkan kewajiban bagi bank untuk memberikan imbal jasa berupa bunga, sehingga dana ini merupakan dana murah bagi bank. c. Surat Berharga Pasar Uang Salah satu akibat adanya serangkaian paket deregulasi perbankan sejak tahun 1980 an adalah diperkenalkannya Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai salah satu instrumen yang digunakan pihak bank untuk menghimpun dana. SBPU merupakan surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan dengan cara didiskonto oleh Bank Indonesia. Pada saat suatu bank mempunyai kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam SBPU dan menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas. d. Diskonto Bank Indonesia Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh Bank
Indonesia dengan cara pembelian
promes
yang
diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto. Fasilitas diskonto ini merupakan upaya terakhir bank dan merupakan bantuan bank sentral sebagai leader of last resort.
31
Fasilitas diskonto ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Fasilitas Diskonto I Fasilitas
Diskonto
I
disediakan
dalam
rangka
memperlancar pengaturan dana bank sehari-hari. 2) Fasilitas Diskonto II Fasilitas Diskonto II diberikan untuk memudahkan bank dalam
menanggulangi
kesulitan
pendanaan
karena
rencana pengerahan dana tidak sesuai dengan penarikan kredit jangka menengah atau jangka panjang oleh nasabah.
D. Bunga Bank 1. Pengertian Bunga Bank Definisi bunga bank menurut Kasmir, SE., MM (2002:133) adalah : Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konversional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
32
Dalam kegiatan perbankan konversional sehari-hari, ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu : a. Bunga Simpanan Merupakan harga beli yang harus dibayar oleh bank kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai balas jasa, kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai contoh : Jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito. b. Bunga Pinjaman Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank, bunga pinjaman merupakan harga jual. Contoh harga jual adalah bunga kredit. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagi contoh : seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.
33
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bunga Besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi, di samping pengaruh faktor-faktor lainnya, seperti : jaminan, jangka waktu, kebijakan pemerintah dan target laba. Menurut Kasmir, SE., MM (2002:134), faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga secara garis besar sebagai berikut : a. Kebutuhan dana Apabila bank kekurangan dana (sangat sedikit), sementara permohonan pinjaman meningkat maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan meningkatnya suku bunga simpanan akan menarik nasabah untuk menyimpan uang di bank. Dengan demikian kebutuhan dana dapat dipenuhi. Sebaliknya jika bank kelebihan dana, di mana simpanan banyak akan tetapi permohonan kredit sedikit, maka bank akan menurunkan bunga simpanan sehingga mengurangi minat nasabah untuk menyimpan. Atau dengan cara menurunkan juga bunga kredit sehingga permohonan kredit meningkat.
34
b. Persaingan Dalam memperebutkan dana simpanan, maka di samping faktor promosi, yang paling utama adalah pihak perbankan harus memperhatikan pesaing (competitor). Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% per tahun, maka jika hendak kita simpan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan di atas bunga pesaing, misalkan 17% per tahun. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada di bawah bunga pesaing. c. Kebijaksanaan Pemerintah Dalam kondisi tertentu pemerintah dapat menentukan batas maksimal atau minimal suku bunga, baik bunga simpana maupun bunga pinjaman. Dengan ketentuan batas minimal atau maksimal bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. d. Target Laba yang Diinginkan Target laba yang diinginkan, merupakan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh bank. Jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu pihak bank harus hati-hati dalam menentukan persentase laba atau keuntungan yang diinginkan.
35
e. Jangka Waktu Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan oleh besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah. f. Kualitas Jaminan Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh dengan jaminan sertifikat deposito bunga pinjaman akan lebih rendah jika dibandingkan dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah. g. Reputasi Perusahaan Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit juga sangat menentukan tingkat sukku bunga yang akan dibebaskan nantinya, karena biasanya perusahaanyang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya. h. Produk yang Kompetitif Maksudnya adalah produk yang dibiayai kredit tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang
36
kurang kompetitif. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengembalian kredit terjamin, karena produk yang dibiayai laku di pasaran. i. Hubungan Baik Biasanya pihak bank menggolongkan nasabahnya menjadi dua, yaitu : nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama, biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa. j. Jaminan Pihak Ketiga Dalam hal ini, pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung segala resiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitas terhadap bank, sehingga bunga yang dibebankan pun juga berbeda. Demikian pula sebaliknya, jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.
37
E. Nasabah 1. Pengertian Nasabah Menurut Soejitno Irmim dan Abdul Rochim (2004:40), yaitu “Nasabah adalah bagian vital dunia perbankan, karena itu wajib hukumnya bagi kita sebagai karyawan untuk memberikan yang terbaik kepada mereka”. Kalau kita mau jujur, hidup mati kita amat tergantung pada nasabah. Wajarlah jika memperlakukan mereke dengan sebaik-baiknya, sebagai balas jasa atau budi baiknya kepada kita selama ini. Agar kita dapat memberikan pelayanan yang prima, kita harus mengenal karakteristik nasabah dengan baik. Tipe-tipe nasabah beraneka ragam, ada beberapa di antaranya dapat kita sebut sebagai tipe pemimpin, tipe pembujuk, tipe penyabar, tipe pendiam, tipe hati-hati dan tipe bebas. Masingmasing tipe ini harus kita dekati dengan metode yang berbeda pula. Misalnya ketika kita menghadapi yang memiliki tipe pemimpin, tipe ini biasanya menginginkan pelayanan yang serba cepat dan baginya setiap detik waktu sangat berarti, cara berbicaranya juga langsung pada inti pembicaraan (to the point), cepat, tidak banyak variasi dan tanpa diplomasi serta basa-basi. Untuk menaklukan hatinya kita bisa mengimbanginya dengan kerja keras dan melayani dengan “sedikit bicara banyak bekerja”. Berbeda dengan nasabah yang bertipe hatihati. Nasabah seperti ini penuh perhitungan dan pertimbangan, setiap langkah dan tindakannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tipe
38
ini tergolong orang yang arif dan bijaksana, tetapi juga sangat memperhatikan keselamatan. Dengan kata lain tidak mau banyak resiko. Cara menghadapinya adalah dengan hati-hati dan cermat dalam bekerja. Jangan sampai merusak kepercayaannya, jadi jangan banyak janji jika dirasa janji itu sulit untuk ditepati. Dan tentunya kita harus bisa menunjukkan kepadanya bahwa kita telah bekerja dengan profesional. Di samping kita harus mengenal karakteristik nasabah, kita juga harus mempertimbangkan
faktor
jenis
kelamin.
Dalam
memberikan
pelayanan kita harus membedakan antara wanita dan pria. Masingmasing memiliki kecenderungan yang berbeda. Misalnya wanita, biasanya sukar dibujuk untuk tertarik pada produk yang kita tawarkan, wanita cenderung tidak mudah percaya, namun ia cepat menilai suasana kantor. Wanita juga tidak begitu hirau dengan masalah teknis produksi, namun ia sukar menentukan pilihan. Sebaliknya dengan nasabah
pria,
biasanya
lebih
mudah
dibujuk
dan
lebih
mempertahankan gengsinya. Pria relatif lebih gegabah dan cepat mengambil kesimpulan, serta tidak sabar dalam menentukan pilihan. Karena itu hendaknya ia segera dilayani dan memberikan penjelasan yang tidak bertele-tele.
39
2. Hubungan Tingkat Bunga Deposito Terhadap Jumlah Dana Nasabah Menurut Siswanto Sutojo (2007:237) yaitu : Reputasi bank dalam mengelola operasi bisnisnya pada masa lampau, mempunyai
pengaruh
besar
terhadap
kesediaan
nasabah
mendepositokan dananya. Nasabah mereka aman mendepositokan dananya. Nasabah merasa aman mendepositokan dananya pada bank yang terkenal berhasil dalam mengelola bisnisnya secara sehat. Latar belakang tokoh-tokoh pimpinan mereka ikut mempengaruhi reputasi bank di masyarakat. Bank yang dipimpin oleh tokoh-tokoh yang telah lama terkenal sebagi bankir yang berhasil menimbulkan rasa aman di hati para deposan. Tingkat suku bunga deposito merupakan faktor lain yang menentukan pilihan bank mana nasabah mendepositokan uangnya. Oleh karena itu, walaupun mempunyai reputasi bisnis yang baik, bank tidak boleh mengabaikan tingkat suku bunga deposito. Di samping tingkat suku bunga yang ditentukan bank saingan. Bank wajib mengamati tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh instrumen pasar uang dan pasar modal lain. Tingkat suku bunga tinggi belum tentu menarik hati calon deposan. Bahkan bagi deposan yang kritis (termasuk deposan korporasi), suku bunga deposito yang terlalu tinggi menimbulkan keraguan atas kesehatan pengelolaan dana oleh bank yang menawarkan. Kita juga memahami bahwa efektifitas persaingan dengan suku bunga sebagai
40
variabelnya tidaklah baik. Masyarakat kita saat ini hampir dapat dikatakan sebagai well educated society khususnya bankable society, sehingga suku bunga tinggi di luar batas kewajaran menjadi tidak menarik bahkan menimbulkan kesan bahwa bank tersebut kurang sehat. Memiliki bank yang tangguh merupakan harapan kita bersama. Lebih baik memilki hanya sedikit bank umum namun kualifikasinya baik. Sistem moneter dan penataan ekonomi makro yang berbasis perbankan yang selalu patut diwujudkan dalam waktu dekat ini. Kita harus memilih : memiliki sistem moneter yang sehat yang ditopang oleh perbankan yang sehat atau mengelola sistem moneter berdasarkan kondisi perbankan yang ada. Kalau kita amati langkah-langkah yang diambil oleh BI, mengedepankan sistem moneter yang baik sepertinya menjadi mutlak. Perbankanlah yang harus menjadi pengikut dalam aturan moneter tersebut dan apabila tidak, maka seleksi alam akan menjadi penentu, maka bank yang harus tetap beroperasi, mana yang harus merger dan mana yang harus tereliminasi.