BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Piutang Karena berbentuk penjualan kredit maka ada resiko yang tidak tertagih atau gagal bayar, maka dari itu perlu yang namanya manajemen piutang. Manajemen piutang dimulai dengan keputusan perusahaan untuk memberikan kredit kepada pelanggan atau tidak. 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang merupakan tagihan kepada perorangan atau organisasi yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang dagang baru dapat menghasilkan penerimaan kas jika sudah membayar sebagaimana mestinya, perusahaan akan menanggung kerugian dan hal tersebut harus dicantumkan dalam laporan rugi-laba sebagai kerugian karena tidak tertagihnya piutang. Pengertian dari piutang dagang itu sendiri (receivable) adalah sebagai berikut : “klaim uang barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya” (Kieso, 2007:69) Penjualan barang-barang dan jasa-jasa dari perusahaan saat ini banyak dilakukan dengan cara kredit, sehingga tenggang waktu sejak penyerahan barang dan jasa samapai saat diterimanya uang. Dalam tenggang waktu, penjual
6
7
mempunyai target kepada pembeli. Penjualan kredit tersebut pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan atau piutang kepada langganan atau klien. Piutang dagang pada umumnya dikelompokkan sebagai aktiva lancar, yaitu jika piutang itu diharapkan dapat ditagih dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun atau lebih dari satu siklus kegiatan normal perusahaan. Dalam perusahaan, piutang dagang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, sehingga dalam hal ini perusahaan dituntut untuk melakukan pengendalian piutang dalam prosedur yang tepat, manajemen yang baik dan dilaporkannya dalam laporan keuangan seperti yang diatur dalam standar akuntansi keuangan. Apabila pengendalian piutang kurang tepat, maka dapat mengakibatkan besarnya piutang tak tertagih. Pengertian lain mengenai piutang adalah : “Semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perushaan “ (Warren dan Reeve, 2006 : 404). Menurut Martono dan Harjito (2007 : 95), piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan. Secara umum piutang didefinisikan merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada langganannya pada waktu melakukan penjualannya.
Kelonggaran
yang
diberikan
biasanya
dalam
bentuk
memperbolehkan langganan kemudian atas barang atau jasa dilakukan. Penjualan
8
dengan syarat demikian disebut dengan penjulan kredit. Adanya syarat jual beli yang menunjukkan penjualan kredit, misalnya 2/10, n/30. Definisi piutang menurut Benny Alexandri (2009:117) “Piutang adalah sejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli barang dan jasa secara kredit pada perusahaan”. Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa piutang dapat diartikan perusahaan memiliki hak penagihan terhadap pihak lain yang menjadi langganannya dan mengharapkan pembayaran dari mereka agar memenuhi kewajiban terhadap perusahaan. 2.1.2 Jenis Piutang Martono
dan
Harjito
(2007:95)
dalam
Deboro
Siahaan
(2010)
menyebutkan bahwa untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai lancar (jangka pendek) dan tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain digolongkan sebagai piutang tidak lancar. Selanjutnya piutang diklasifikasikan dalam neraca sebagai piutang dagang dan piutang non dagang. a. Piutang Dagang (Trade Receivable) Piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang atau jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal.
9
Piutang dagang di subklasifikasikan lagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih. 1) Piutang Usaha (Account Receivable) Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual.Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam 30 sampai 60 hari. 2) Wesel Tagih (Note Receivable) Wesel tagih (note receivable) adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, atau transaksi lainnya. Wesel tagih dapat digolongkan dalam dua (2) jenis, yaitu: a) Wesel tagih berbunga (interest bearing note) Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus. b) Wesel tagih tanpa bunga (non interest bearing note) Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga. Jadi, nilai sekarang merupakan selisih antara jumlah nominal dan bunga yang
10
dimasukkan dalam wesel tersebut yang kadang-kadang disebut bunga implisit atau bunga efektif. b. Piutang Non Dagang (Nontrade Receivable) Piutang non dagang adalah tagihan-tagihan yang timbul dari transaksi selain penjualan barang atau jasa. Sejumlah contoh piutang non-dagang dari berbagai transaksi misalnya: 1) Uang muka kepada karyawan staf 2) Uang muka kepada anak perusahaan 3) Piutang deviden dan bunga Sedikit berbeda dengan pendapat Niswonger (2005 : 392), jenis piutang dibedakan atas tiga (3) jenis, yaitu: a. Piutang Usaha, merupakan jenis piutang yang diperkirakan dapat ditagih antara 30 - 60 hari. b. Piutang Wesel / Wesel Tagih, merupakan jenis piutang yang periode kreditnya lebih dari 60 hari. c. Piutang Lain-lain, merupakan jenis piutang yang jika dapat ditagih dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Namun jika piutang tersebut tidak dapat ditagih dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.
11
2.1.3 Investasi Dalam Piutang (Syamsuddin, 2011) diakui atau tidak, penanaman modal dalam piutang mempunyai biaya-biaya tertentu. Semakin besar piutang semakin besar pula biaya-biayanya (carrying cost), demikian pula sebaliknya. Bilamana perusahaan memperlunak standar kredit yang digunakan maka rata-rata jumlah piutang akan memperkecil rata-rata piutang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlunakan standar kredit akan memperbesar carrying cost, dan apabila sebaliknya, biaya-biaya tersebut akan semakin kecil. Perubahan rata-rata piutang yang dikaitkan dengan perubahan standar kredit disebabkan oleh dua faktor yaitu : a. Perubahan volume penjualan b. Perubahan dalam kebijaksanaan pengumpulan piutang Singkatnya, perubahan dalam volume penjualan dan pengumpulan piutang secara bersama-sama memperbesar biaya (carrying cosy) bilamana standar kredit diperlunak, dan akan menurunkan carrying cost bilamana standar kredit diperketat. 2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Piutang Bambang Riyanto (2008:85-87), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah sebagai berikut :
12
a. Volume penjualan kredit Makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kesil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang. b. Syarat penbayaran penjualan kredit Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang. c. Ketentuan tentang pembatasan kredit Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga semakin besar. d. Kebijakan dalam pengumpulan piutang Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijakannya secara pasif. e. Kebiasaan membayar dari para pelanggan Semua piutang yang diperkirakan akan terealisasikan menjadi kas dalam setahun di neraca disajikan dalam pada bagian aktiva lancar. Menurut Martono dan Agus Harjito (2008:95) besarnya investasi pada piutang yang muncul di perusahaan ditentukan oleh dua faktor. Pertama, adalah besarnya persentase penjualan kredit terhadap penjualan total. Kedua, adalah
13
kebijakan penjualan kredit dan jangka waktu pengumpulan piutang (jangka waktu penagihan piutang). 2.1.5 Kebijaksanaan Pengelolaan Piutang Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam hal kebijaksanaan piutang menurut Gunawan Adisaputra (2003:64), antara lain : a. Dibentuknya unit kerja atau seksi yang khusus digunakan mengurusi piutang, yang mana tugasnya meliputi : 1) Mencari langganan potensial yang dapat diberikan kredit. 2) Menyeleksi calon debitur. 3) Membukukan transaksi kredit yang terjadi. 4) Melakukan penagihan piutang. 5) Membukukan piutang. 6) Menyusun dan mengklasifikasikan piutang outstanding menurut usianya masing-masing. 7) Membuat analisa dan evaluasi piutang sebagai salah satu bentuk investasi. 8) Menyusun dan memperkirakan arus kas masuk dari piutang. 9) Membuat laporan tentang pengelolaan piutang baik para pengambil keputusan tentang piutang. b. Digariskannya kebijakan piutang yang jelas untuk digunakan sebagai pedoman bagi unit kerja yang mengurusi piutang, yang meliputi : 1) Penentuan plafond kredit untuk berbagai jenis / tingkatan debitur. 2) Penentuan jangka waktu kredit.
14
3) Pedoman melakukan seleksi calon kerja debitur. 4) Penentuan jumlah piutang ragu-ragu maksimal yang dapat dibenarkan sebagai dasar penentuan besarnya cadangan piutang ragu-ragu. 5) Penentuan jumlah anggaran yang digunakan untuk administrasi piutang. c. Penentuan kriteria untuk mengukur efektivitas dan efisiensi pengelolaan piutang Berbagai kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator efektivitas dan efisiensi pengelolaan piutang, antara lain : 1) Tingkat perputaran piutang. 2) Persentase piutang yang tak tertagih 3) Biaya pengelolaan piutang, yang terdiri dari : a) Biaya modal b) Biaya adminstrasi piutang c) Biaya piutang yang tak tertagih Biaya ini berbeda dari waktu ke waktu karena :
Perbedaan jumlah langganan yang harus dilayani
Perbedaan nilai piutang keseluruhan yang harus dikelola
Perbedaan fungsi piutang atau penjualan kredit dari waktu ke waktu berhubungan dengan adanya perbedaan kondisi dan situasi ekonomi secara umum.
Perbedaan jangka waktu kredit yang diberikan.
15
2.1.6 Kebijaksanaan Pengumpulan Piutang Kebijaksanaan pengumpulan piutang suatu perusahaan adalah merupakan prosedur yang harus diikuti dalam mengumpulkan piutang-piutangnya bilamana sudah jatuh tempo. Sebagian dari kefektivan perusahaan dalam menerapkan kebijaksanaan pengumpulan piutangnya dapat dilihat dari jumlah kerugian piutang atau debt expenses, karena jumlah piutang yang dianggap sebagai kerugian tersebut tidak hanya tergantung pada kebijaksanaan pengumpulan piutang tetapi juga kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan penjualan kredit yang diterapkan. Apabila perusahaan akan mengubah kebijakan manajemen piutang, misalnya diberikan potongan tunai bagi pelanggan yang membayar pada periode tertentu, maka akan terjadi perubahan hal-hal antara lain sebagai berikut : a. Hari rata-rata pengumpulan piutang (average collection period), diharapkan akan berkurang, karena pelanggan yang tadinya memperoleh potongan tunai, sekarang dapat memanfaatkannya. Hal ini berarti terjadi pembayaran lebih awal sehingga perusahaan akan mempunyai kesempatan lebih awal untuk menggunakan dana tersebut. b. Kerugian piutang (bad debts expenses) diharapkan akan menurun pula karena banyaknya pelanggan yang memanfaatkan potongan tunai yang ditawarkan perusahaan, maka proftabilitas kerugian piutang akan semakin berkurang sehingga keuntungan perusahaan jadi meningkat.
16
c. Aspek negatif dari potongan tunai adalah menurunnya sumber dana yang berasal dari penerimaan piutang bilamana semakin banyak pelanggan yang memanfaatkan potongan tunai yang ditawarkan perusahaan. 2.1.7 Teknik Pengumpulan Piutang Sejumlah teknik pengumpulan piutang yang biasanya dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut: a. Melalui Surat. Bilamana waktu pembayaran utang dari langganan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat dengan nada “mengingatkan” langganan yang belum membayar tersebut bahwa utangnya sudah jatuh tempo. b. Melalui Telepon. Apabila setelah dikirimkan surat teguran ternyata utangutang tersebut belum juga terbayar, maka bagian kredit dapat menelepon langganan dan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. c. Kunjungan Personal. Teknik pengumpulan piutang dengan jalan melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat langganan seringkali digunakan karena dirasakan sangat efektif dalam usaha-usaha pengumpulan piutang. d. Tindakan Yuridis. Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar utang-utangnya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.
17
2.2 Administrasi Piutang Manajemen piutang dapat dikatakan efektif apabila administrasi piutang dengan sistem pengelolaan dan pengendaliannya disusun secara teratur dan terarah. Hal ini mengakibatkan seluruh piutang dapat diketahui dan dikontrol dengan baik, sehingga penyelewengan atau kebocoran dana khususnya dalam hal ini dana piutang dapat dihindari atau diminimalkan. Selain itu, juga dapat mempercepat dan mempermudah pelayanan kepada pelanggan khususnya pelanggan kredit sehingga menjadi daya tarik sendiri yang dimiliki perusahaan 2.2.1 Tujuan Administrasi Piutang Tujuan administrasi piutang adalah : a. Memberikan informasi penagihan untuk tepat waktu. b. Meyakinkan jumlah piutang itu memang ada, dan bukan fiktif c. Menentukan tingkat kecairan, untuk pengelompokkan ke aktiva lancar atau aktiva lain - lain. d. Untuk mendapat dasar dalam membuat cadangan dan pengapusahan piutang. e. Untuk mengontrol apakah maksimum kredit masing - masing langganan terlampaui atau tidak. f. Sebagai sumber penelitian kondisi debitur. g. Sebagai kontrol terhadap saldo buku besar piutang.
18
2.2.2 Prosedur Administrasi Piutang Prosedur administrasi piutang yang umum dikenal menurut Samsul (2004 : 106) : a. File dokumen b. Kartu piutang c. Buku piutang Untuk setiap metode di atas, langganan dapat dikelompokkan menurut : a. Nama dan alamat pelanggan b. Tanggal jatuh tempo pembayaran c. Kombinasi keduanya 2.3 Rasio Keuangan Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut Munawir (2010:67), selain membandingkan rasio keuangan dengan standar rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan rasio keuangan pada beberapa tahun
19
penilaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemunduran kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut. Menurut Munawir (2010:31), pengukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai beberapa tujuan diantaranya : a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih. b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. c. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan aset atau ekuitas secara produktif. d. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar pokok utang dan beban bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan. Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu : a. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.
20
b. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang. c. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. d. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan. 2.4 Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over ) Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya.Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Piutang yang terdapat dalam perusahaan akan selalu dalam keadaan berputar. Perputaran piutang akan menunjukkan berapa kali piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali ke dalam kas perusahaan. Definisi perputaran piutang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini : Drs. Munawir (2004:75) mengatakan bahwa: “Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang turn over receivable yaitu, dengan membagi total penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata”. Sedangkan menurut Warren Reeve (2005:407) perputaran piutang adalah “Usaha (account receivable turn over) untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun”.
21
Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan piutang akhir periode dibagi dua. Adakalanya angka penjualan kredit untuk suatu periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang digunakan sebagai penjualan kredit adalah angka total penjualan. Dari uraian di atas maka perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut :
=
…… (1)
Dimana, untuk menghitung rata-rata piutang adalah,
Rata-rata Piutang =
Saldo Awal Piutang + Saldo Akhir Piutang 2
…… (2)
Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan perubahan penjualan dengan perubahan piutang. Perubahan perputaran piutang dari tahun ke tahun atau perbedaan perputaran piutang antar perusahaan merupakan refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat kemampuan dalam pengumpulan piutang.
22
2.5 Umur Rata-rata Piutang (Average Collection Period) Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas. Hasil yang ditetapkan dari perhitungan ini akan dihubungkan dengan jumlah hari yang ditetapkan sebagai standar kredit jika lebih kecil atau sama dengan, maka berarti pengendalian piutang dapat dikatakan berhasil dan sebaliknya, maka berarti beberapa pelanggan kredit melakukan penunggakan atau melanggar standar kredit yang ditetapkan perusahaan. Rasio periode penagihan rata-rata dihitung dengan cara membagi angka 365 (jumlah hari dalam setahun) dengan rasio perputaran piutang. Jika ditulis dalam bentuk formula, jadinya sebagai berikut:
=
…… (3)
Menurut Munawir (2010:76), kalau rata-rata periode pengumpulan piutang lebih dari 60 hari menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian penagihan, sehingga tidak mampu menagih piutang pada saatnya, atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit yang terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar rasio ini bagi suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.
23
2.6 Rasio Tunggakan Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa jumlah piutang yang telah jatuh tempo dari sejumlah penjualan kredit yang dilakukan dari piutang yang belum tertagih. Menghitung rasio tunggakan :
Rasio Tunggakan=
Saldo Piutang Tertunggak Akhir Periode Total Piutang Pda Periode yg Sama
×100% …… (4)
2.7 Rasio Penagihan Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas penagihan yang dilakukan atau berapa besar piutang yang tak tertagih dari total piutang yang dimiliki perusahaan. Menghitung rasio penagihan :
ℎ
=
× 100% …… (5)
24
2.8 Kerangka Pemikiran Bagan Kerangka Pemikiran PT. Esham Dima Mandiri Tradisional Market Depo Kapuk
Laporan Piutang dan Penjualan Kredit
1. Efektivitas Piutang 2. Pengelolaan Piutang
Alat Analisis : 1. Receivable Turn Over (RTO) 2. Average Collection Period (ACP) 3. Rasio Tunggakan 4. Rasio Penagihan
Hasil Analisis