6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Individu menggunakan panca indra untuk mengenal lingkungan, sentuhan,pendenganran,
pengecapan,
dan pemantauan.
Mengorganisasikan
informasi dari lingkungan berarti dinamakan persepsi (Gibson dkk, 2007). Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri (Robbins dkk, 2007) (Robbins,2007) menyatakan bahwa : ”perception can be defined as a process by which individuals organize and interpret their sensory impressions in order to give meaning to their environtment.” Menurut kamus besar Bahasa Indonesia dalam penelitian yang dimaksud persepsi adalah proses nyata setiap orang dalam memahami setiap informasi melalui lingkungannya melalui panca indrany. Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses penerimaan rangsangan yang dimulai dari proses
6
7
penglihatan kemudian mengaturnya sehingga membentuk sikap setiap individu yang menggambarkan gambar lingkungannya melalui panca indranya.
2. Pemilihan Persepsi Seseorang yang bereaksi terhadap stimulus akan bergantung pada sebagaimana stimulus yang bersangkutan diproses. Pemrosesan informasi mengacu pada proses suatu stimulus yang diterima, ditafsirkan, disimpan di dalam ingatan dan akhirnya diambil kembali. Cara menyeleksi semua stimulus tersebut dijelaskan oleh prinsip-prinsip pemilihan persepsi sebagai berikut: a. Faktor perhatian dari luar, yang meliputi: intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, gerakan dan hal-hal baru berikut ketidakasingan. b. Faktor-faktor dari dalam. Beberapa faktor dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi proses seleksi persepsi antara lain proses belajar (learning), motivasi, dan kepribadian.
3. Jenis-jenis Persepsi Berdasarakan pemahaman
terhadap
Ensiklopedia rangsangan
atau
bebas
(Wikipedia,2010)
stimulus
yang
diperoleh
proses indra
menyebabkan persepsi menjadi beberapa jenis yakni: a. Persepsi Visual didapatkan dari indra penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya
8
b. Persepsi Auditori didapatkan dari indra pendengaran yaitu telinga. c. Persepsi Perabaan didapatkan dari indra taktil yaitu kulit d. Persepsi penciuman aau olfaktori didapatkan dari panca indra penciuman yaitu hidung. e. Persepsi Pengecapan atau rasa adalah pengecapan yang didapatkan dari indra pengecapan atau lidah.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Menurut (Suryani dkk,2004) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi diantaranya adalah sebagai berikut : a. Pelaku Persepsi Bila seseorang memamandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa
yang dilihatnya, penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh
karakteristik-karakteristik pribadi dari persepsi individual itu. Karakteristik pribadi yang lebih mepengaruhi persepkif adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan (ekspektasi). b. Target Karakteristik dalam target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang akan dipersepsikan. Target tidak berdiri sendiri hubungan antara target dengan latar belakangnya mempengarui persepsi, seperti kecenderungan kita untuk mengelompokan benda-benda yang berdekatan atau mirip. Hal baru,
9
gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan merupkan faktor dari target yang memebntuk cara kita memendang atribut tersebut. c. Situasi Objek-objek atau peristiwa serta unsur-unsur lingkungan akan mempengaruhi persepsi-persepsi kita. Suatu objek dan peristiwa yang dapat mempengaruhi persepsi adalah waktu, lokasi, keadaan atau tempat kerja, keadaan sosial atau setiap jumlah faktor situasional.
5. Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Menilai Persepsi a. Persepsi Selektif Persepsi selektif adalah menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang berdasarkan minat , latar belakang, pengalaman , dan sikap seseorang. b. Efek Halo Efek halo adalah membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu sebuah karakteristik.Ketika membuat sebuah kesan umum tentang seorang individu berdasarkan sebuah karakteristik, seperti kepandaian, keramahan, atau penampilan, efek halo sedang bekerja. Kenyataan akan efek halo diperkuat dalam sebuah penelitian, yaitu saat para pelaku diberi daftar sifat seperti pandai, mahir, praktis, rajin, tekun, dan ramah, kemudian diminta untuk mengevaluasi individu dengan sifat-sifat tersebut diberlakukan. Ketika sifatsifat itu digunakan, individu tersebut dinilai bijaksana, humoris, populer, dan
10
imajinatif. Ketika daftar yang sama dimodifikasi diperoleh serangkaian persepsi yang sama sekali berbeda.
c. Efek Kontras Evaluasi dari karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh -pemandingan dengan orang-orang lain yang baru saja dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik-karakteristik yang sama.
d. Proyeksi Karakteristik-karakteristiknya sendiri ke orang lain. e. Bersterotipe Menilai seseorang atas dasar persepsi seseorang terhadap kelompok seseorang itu.
6. Pemrosesan Informasi Konsumen Pemrosesan informasi konsumen adalah proses dimana para konsumen diekspos untuk menerima informasi, menjadi terlibat dengan informasi tersebut, memperhatikan informasi, memahami informasi, mengingatkan, dan mencari kembali untuk digunakan dimasa mendatang. Terdapat tiga faktor penting yang mempengaruhi pemrosesan informasi, yaitu:
11
a. Persepsi Persepsi adalah proses dimana individu diekspos untuk menerima informasi memperhatikan informasi, dan memahaminya. b. Tingkat keterlibatan konsumen Keterlibatan konsumen akan mempengarujhi apakah konsumen akan bergeser dari eksposur ke perhatian, dan akhirnya sampai pada tahap pemahaman persepsi. Keterlibatan konsumen adalah pribadi yang dirasakan penting dan minat konsumen terhadap perolehan, konsumsi, dan disposisi barang, jasa, atau ide. Dengan semakin meningkatnya keterlibatan konsumen, mereka memiliki motivasi yang lebih besar untuk meperhatikan, memahami dan mengalaborasi informasi tentang pembelian. c. Memori Memori memeainkan peranana penting pada setiap tahapan persepsi. Memeori memandu proses eksplosur dan perhatian dengan membiarkan konsumen mengantisipasi rangsangan yang mereka hadapi. Memori juga membantu proses pemahaman konsumen dengan menyimpan pengetahuan tentang lingkungan.
B. Perbankan 1. Pengertian Bank Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari kata blanco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda
12
berharga seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya (Sudarsono, 2005) Dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 pengertian bank disempurnakan menjadi : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarap hidup rakyat banyak.
Sedangkan dalam pandangan Islam Bank tidak dikenal. Suatu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat, dalam literatur Islam dikenal dengan istilah baitul mal atau baitul tanwil. Istilah lain yang digunakan untuk sebutan Bank islam adalah Bank Syari’ah.secara akademik istilah islam dan Syariah berbeda, namun secara teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syariah mempunyai pengertian yang sama. Adapun pengertian Bank syariah secara umum adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah ( Sudarsono, 2005). Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip syariah sesuai dengan Undang-undang nomor 10 pasal 1 butir 13 adalah: Aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah, antara lain pembiayaan
13
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pemilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain /ijarah wa iqtina. Perbankan Syariah adalah bank yang berasaskan kemitraan, keadilan, transparasi, dan universal serta melkukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah (Wiyono, 2005). Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 bank islam/syariah yaitu bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalu lintas pembayaran. Akuntansi Syariah adalah ilmu sosial profetik yang menurunkan ajaran normatif Alquran (khususnya Qs Al-Baqarah (2): 282) dalam bentuk yang lebih konkret). Dengan langkah derivasi ini, maka perintah normatif untuk melakukan pencatatan transaksi dapat dilakukan dengan baik pada takaran praktis. Dengan demikian, Akuntansi Syariah merupakan bagian takterpisahkan dari trilogi iman (faith), ilmu (knowledge), dan amal (action). Artinya, wujud keberimanan seseorang harus diekspresikan dalam bentuk perbuatan (amal atau aksi). Dimana perbuatan tadi harus didasari dan dituntun oleh ilmu (dalam hal ini adalah ilmu sosial profetik, yaitu : Akuntansi Syariah) (Iwan Triyono,2006) Ajaran normatif agama sejak awal keberadaan Islam telah memberikan persuasi normatif bagi para pemeluknya untuk melakukan pencatatan atas segala
14
transaksi dengan benar atau adil sebagaimana yang difirmankan oleh Allah swt dalam Alquran Al-baqarah (2) : 282: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu tertentu, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu menimlakkan (apa yang aka ditulis itu), dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Rabbnya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada utangnya... (Qs al-baqarah (2) :282)
Falsafah dasar perbankan syariah mengacu kepada ajaran Agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an, Alhadist dan Al-Ijtihad. Islam mengajarkan tentang ikhtiar Untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, untuk mencapai kebahagiaan lahir dan bathin. Hal ini berarti dalam mencapai kebahagiaan dunia harus dilakukan juga untuk mencapai kebahagiaan akhirat.
Ayat inilah yang sebetulnya memberikan dorongan kuat para Muslim untuk menggunakan akuntansi dalam setiap bisnis dan transaksi yang dilakukannya. Ayat-ayat tersebut sangat berpengaruh terhadap cara berbisnis dan berprilaku umat Islam dalam dunia nyata. Ayat tersebut bukan sekedar norma, tetapi adalah praktik yang bisa membumi dalam bentuk perilaku kehidupan
15
manusia. Umat islam menangkap ayat-ayat Alquran tidak berhenti pada tingkat normatif, tetapi diterjemahkan pada tatanan praktik sehingga menjadi nyata dalam dunia empiris. Upaya menurunkan ayat normatif ke dalam kehidupan umat Islam yaitu: dalam konteks negara dan individu manusia (Iwan Triyuwono, 2006:21)
2. Landasan Hukum Perbankan Syariah adalah sebagai berikut:
Landasan hukum lahirnya perbankan syariah adalah sebagai berikut:
a. Al Quran dan Al Hadist
b. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No 7 Tahun 1992 tentang perbankan.
c. Peraturan Bank Indonesia No 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum berdasrkan prinsip Syariah sebagaimana diubah dengan peraturan Bank Indonesia No 7/35/PBI/2005
d. Peraturan Bank Indonesia, No 8/21/PBI/2006 tentang penilaian kualitas aktiva produktif Bank umum yang melaksanakan kegiatan uasaha berdasarkan prinsip syariah .
16
e. Peraturan Bank Indonesia NO 7/46/PBI/2005 tentang akad perhimpunan dan penyaluran dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
f. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No 07/DSNMUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah (Qirad).
g. Kepurusan Fartwa Majelis Ulama Indonesia No 1 Tahun 2004 tentang bunga (interst/fa idah).
h. Surat Edaran BI No 25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993 tentang penjabaran prinsip bagi hasil.
3. Prinsip Dasar bank Syariah
Alquran sebagai sumber hukum dalam agama Islam cukup banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan keuangan. Akan tetapi, Alquran tidak secara spesifik berbicara tentang bentuk lembaga keuangan. Pembahasan Alquran berkaitan dengan akhlak atau etika yang berkaitan dengan masalah keuangan, antara lain menjaga kepercayaan (amanah), keadilan (’adalah), kedemawanan (ikhlas), perintah menjauhi yang haram dan mengakan yang baik (amar ma’ruf nahi munkar), dan teguran (tawsiah). Lembaga keuangan syariah yang berwujud dalam sebuah institusi adalah ketika Rasulullulah Muhammad SAW mendirikan Bitulmal saat pemerintahan Islam dibentuk di Madinah. Baitulmal di zaman
17
Rasulullah merupakan lembaga penyimpanan kekeyaan negara. Pada saat itu, Baitukmal
memiliki
fungsi
menerima
pendapatan
dan
mengeluarkan
pembelanjaan negara (Rizal yaya, 2009)
Kerangka dasar sistem perbankan islam adalah satu set aturan dan hukum, yang secara bersama disebut sebagai syariah. Syariah merupakan aturan yang diturunkan dari al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad (Setiawan, 2006). Larangan terhadap transaksi yang mengandung barang atau jasa yang diharamkan sering dikaitkan dengan prinsip muamalat yang ketiga, yaitu keharusan menghindar dari kemudaratan. Alquran dan Sunah Nabi Muhammad SAW, sebagai sumber hukum dalam menetukan keharaman suatu barang dan jasa, menyatakan secara eksplisit berbagai jenis bahan yang dinyatakan haram untuk dimakan, diminum dan dipakai oleh seorang muslim. Bagi industri perbankan syariah, pelarangan terhadap transaksi yang haram zatnya tersebut diwujudkan dalam bentuk larangan memberikan pembiayaan yang terkait dengan aktivitas pengadaan jasa, produksi makanan, minuman, dan bahan konsumsi lain yang diharamkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam pemberian pembiayaan, bank syariah dituntut untuk selalu memastikan kehalalan jenis usaha dibantu pembiayaan oleh bank syariah. Dengan demikian, pada bank ayriah tidak akan ditemukan adanta pembiayaan untuk usaha yang bergerak dalam bidang peternakan babi, minuman keras, ataupun bisbis pornografi dan lainnya yang diharamkan (Rizal yaya,2009).
18
Selain melarang transaksi yang haram zatnya, agama Islam juga melarang
transaksi
yang
diharamkan
sistem
dan
prosedur
perolehan
keuntungannya. Beberapa hal yang masuk kategori transaksi yang diharamkan karena sistem dan prosedur perolehan keuntungan tersebut adalah (Rizal yaya,2009). 1. Tadlis Adalah transaksi yang mengandung suatu hal pokok yang tidak diketahui oleh salah satu pihak (unknown to one party). 2. Gharar Transaksi gharar memiliki kemiripan dengan tadlis. Dalam gharar ketiadaan informasi terjadi pada keduabelah pihak yang bertransaksi jual beli. 3. Bai’ Ikhtikar Merupakan bentuk lain dari transaksi jual beli yang dilarang oleh syariah Islam,. Ikhtikar dalah mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan cara emnimbun. Dengan demikian, penjual akan memperoleh keuntungan yang besar karena memperoleh keuntungan yang besar karena telah menjual dengan harga yang jauh lebih tinggi dibanding dengan harga sebelumnya harga kelangkaan terjadi. Pelarangan tindakan ini, selain memiliki dalil naqli, juga didasarkan atas kaidah fikih terkait dengan keharusan memelihara nilai keadilan serta menghindari unsur-unsur penganiyaan dan unsur-unsur penganbilan kesempatan dalam kesempitan. 4. Bai’ Najasy
19
Bai’ Najasy adalah tindakan menciptakan permintaan palsu, seolaholah ada bnyak permintaan terhadap suatu produk, sehingga harga jual akan naik. 5. Maysir Ulama dan fuqaha mendefinisikan maysir adalah judi atau gambling sebagai sebuah permainan dimana satu pihak akan memperoleh keuntungan sementara pihak lainnya akan menderita kerugian (Ibnu Qudama: Al Mughni, 13/408). 6. Riba Secara bahasa, Riba bermakna tambahan, tumbuh, atau membesar. Definisi riba yang banyak digunakan dalam literatur ekonomi syariah adalah definisi yang dirumuskan oleh Imam Sarakhsi dalam Mabsut juz XII, hlm.109 sebagai berikut. ”Riba adalah tambahan yang disyratkan dalam transaki bisnis tanpa adanya pendanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.” Riba dalah bentuk transaksi ynag dilarang dalam Islam dab bersinggungan langsung dengan praktik perbankan konvesional. Pada akhir tahun 2003, MUI secara resmi menfatwkan haramnya bunga Bank Konvesional. Sumber hukum tentang riba didasari pada Q.S Al- Baqarah 278-279 dengan terjemahan sebagai berikut.
20
”Hai orang- orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimun pokok hartamu. Kamu tidak menganiyaya dan tidak pula dianiyaya.”
C. Peranan Bank Syariah Fungsi dan peran Bank Syari’ah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan Standar Akutansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting And Auditing Organization For Islamic Financial Institution), sebagai berikut (Heri Sudarsono, 2006) a.Manajer Investasi Bank Syari’ah dapat mengelola Investasi Dana Nasabah. b.Investor Bank Syari’ah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. c.Penyedia Jasa, lalu lintas keuangan dan lalu lintas Pembayaran Bank Syari’ah dapat melakukan kegiatan layanan jasa Perbankan sebagaimana lazimnya. d.Pelaksanaan kegiatan Sosial, sebagai ciri yang melekat pada Entitas
21
Keuangan Syari’ah,
Bank Islam juga
memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (Menghimpun, Mengadministrasi dan Mendistribusikan) Zakat serta Dana-Dana Sosial lainnya.
Donnely Jr, sebagaimana dikutip Ratih Huriyati, menjelaskan bahwa terdapat Enam karakteristik pemasaran jasa Perbankan yang mempengaruhi distribusinya, yaitu sebagai berikut:
a. Intangibility (Tidak Berwujud) Bisnis Perbankan berkaitan dengan unsur kepercayaan. Pada hakekatnya nasabah menaruh kepercayaan kepada Bank dalam hal Pengelolaan Investasi Keuangannya. Hal tersebut sulit untuk dilihat seperti halnya pemasaran barang, sehingga mempengaruhi kebijakan promosi jasa Perbankan. b. Inseparability (Ketergantungan) Jasa Perbankan tidak dapat dipisahkan dari individu penjualnya, karena jasa tersebut dibuat dan disalurkan langsung pada saat yang sama. c. Perishability (Tidak Tahan Lama) Jasa merupakan suatu hal yang tidak dapat disimpan, dijual atau dikembalikan, dan mudah usang, sehingga terjadi permasalahan jika permintaan akan jasa tersebut berfluktuasi. d. High Individualized Marketing System. Pemasar yang baik akan menggunakan suatu sistem pemasaran yang dapat dimanfaatkan, khusus dan cocok dengan jenis produk yang akan dipasarkan.
22
e. Lack Of Need For Logistic Function. Bank memasarkan produk yang tidak berwujud, maka penghapusan atau pengurangan fungsi marketing tertentu sangat dimungkinkan.hal ini dapat terlihat dari sisi logistik dimana para Pemasar Jasa Bank tidak memerlukan perhatian khusus pada tempat Penyimpanan, Transportasi, dan Inventori Kontrol. f. Client Relationship. Transaksi Perbankan memungkinkan hubungan antara Penjual dan Pembeli sangat erat, dan bukan sekedar hubungan langganan biasa saja akan tetapi lebih erat lagi sehingga merupakan “Client Relationship”.
D. Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah Bank Syari’ah sebagai lembaga perantara keuangan juga harus melaksanakan mekanisme Penghimpunan dan Penyaluran Dana secara seimbang, yaitu harus sesuai dengan ketentuan Perbankan yang berlaku. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan mengenai Sistem Operasional Bank Syari’ah. Secara umum, konsep Sistem Operasional Bank Syari’ah adalah: 1. Bank Syari’ah sebagai lembaga penghimpun dana dari pihak yang surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan uangnya kepada Bank untuk disimpan dan dikelola sesuai dengan Prinsip Syari’ah. Yang dimaksud dana adalah dana dari pihak Pertama (Pemodal dan Pemegang Saham), dana dari pihak Kedua (Pinjaman dari Bank dan bukan Bank, serta dari Bank Indonesia), dan dana dari pihak Ketiga (Nasabah).
23
2. Bank Syari’ah sebagai Penyalur Dana bagi pihak yang membutuhkan berupa pembiayaan. Secara umum, pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syari’ah meliputi Tiga kerangka, yaitu Pembiayaan Tijarah (Jual Beli), Pembiayaan Syirkah (Kerjasama atau Kongsi) dan Pembiayaan Al- Qardul Hasan (Kebijakan) (Muhammad, 1999).
E. Produk Perbankan Syariah Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Produk Penyaluran Dana a. Prinsip Jual Beli Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property) (Zuhdi, 2007). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang, yaitu : 1). Pembiayaan Murabahah Murabahah bi tsaman ajil atau lebih dikenal sebagai murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya (Zuhdi, 2007).
24
Murabahah juga dapat didefinisikan sebagai suatu akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh pejual dan pembeli (Muhammad, 2005) Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan maupun tanpa pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat dan tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai dan cicilan, dan didalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda (Muhammad, 2005). Dalam bai’ al murabahah syariah memperbolehkan bank untuk mengambil keuntungan/laba atas transaksi tersebut. Dalam menentukan keuntungan ada beberapa cara, yakni sebagai berikut (Wiyono, 2005) : a). Bank menentukan keuntungan dari jumlah dana yang dipinjam oleh nasabah untuk membeli barang ke bank tersebut sebesar yang disepakati oleh kedua belah pihak. b). Atas dasar dana yang dipinjam oleh nasabah, bank syariah menerapkan keuntungan transaksi, misal 20%, kemudian kalau dibayar satu atau dua tahun maka untuk menstabilkan daya beli uang tersebut bank syariah dapat menambahkan sejumlah 2 kali inflasi dua tahun yang akan datang. Misalnya, diperkirakan inflasi 5% per tahun maka faktor stabilizer daya beli untuk dua tahun = 2 x
25
5%=10%. Jadi selama dua tahun nasabah mengangsur pokok pinjaman ditambah keuntugan dan inflasi, yaitu 10% + 20% = 30%. 2). Salam Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, tapi dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti (Zuhdi, 2007). Sedangkan menurut Slamet Wiyono (2005 : 98) pengertian Salam adalah : Akad jual beli barang pesanan (muslam fiih), dengan penangguhan pengiriman oleh penjual (muslam ilaihi), dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Dalam hal jual beli dalam bentuk salam, ada beberapa ketentuan umum yang harus dipatuhi, yaitu : a). Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas, seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. b). Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad maka produsen (pabrik/toko) harus bertanggung jawab dengan cara mengembalikan uang yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.
26
c). Dimunginkan bagi bank untuk melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua) seperti Bulog, pedagang pasar induk dan rekanan. PSAK 103 Akuntansi Salam. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi salam. Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi salam, baik sebagai penjual atau pembeli. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah
(sukuk)
yang
menggunakan akad salam. Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan entitas yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008. 3). Istishna Istishna adalah akad jual beli antara pembeli (al-mustashni) dan as shani (produsen yang juga sebagai pembeli). Berdasarkan akad ini, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan barang pesanan (al-mashnu) sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan penjualnya dengan harga yang disepakati (Wiyono, 2006).
27
Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Biasanya jenis ini dipergunakan di bidang manufaktur (Sudarsono, 2004).
Ketentuan umum dalam pelaksanakaan akad istishna adalah : a). Spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti jenis, macam, ukuran, dan jumlah. b). Harga jual telah disepakati tercantum dalam akad istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. c). Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditanda tangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (sub kontraktor) untuk menediakan barang pesanan dengan cara istishna, maka hal ini disebut istishna paralel. Istishna paralel dapat dilakukan degan syarat sebagai berikut : a). Akad kedua antara bank dan sub kontraktor terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli akhir.
28
b). Akad kedua dilakukan setelah akad kedua sah. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari produsen/penjual atas jumlah yang telah dibayarkan dan atas penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu. Produsen/penjual juga mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan bahwa harga yang disepakati akan dibayar tepat waktu. Perpindahan kepemilikan barang pesanan dari produsen/penjual ke pembeli dilakukan pada saat penyerahan sebesar jumlah yang disepakati. PSAK 104 Akuntansi Istishna'. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi istishna’. Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi istishna’, baik sebagai penjual maupun pembeli. Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’). Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang pesanan (mashnu’) sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan cara pembayaran di muka atau tangguh. Spesifikasi dan harga barang
29
pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan entitas yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008. b. Prinsip Sewa (Ijarah) Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Bila pada jual beli obyek transaksi adalah barang, maka pada ijarah objeknya jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Harga jual dan harga sewa disepakati pada awal perjanjian. Dalam kegiatan perbankan Syariah pembiayaan melalui Ijarah dibedakan menjadi dua yaitu: a). Didasarkan atas periode atau masa sewa biasanya sewa peralatan. Peralatan itu disewa selama masa tanam hingga panen. Dalam perbankan Islam dikenal sebagai Operating Ijarah. b). Ijarah Muntahiyyah Bit-Tamlik dibeberapa negara menyebutkan sebagai Ijarah Wa Iqtinah’ yang artinya sama juga yaitu menyewa dan setelah itu diakuisisi oleh penyewa (finance lease). Oleh karena Ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi pemindahan kepemilikan, maka banyak orang menyamaratakan ijarah dengan leasing. Hal ini disebabkan karena kedua itilah tersebut sama-sama mengacu pada hal-ihwal sewa menyewa. Karena aktivitas perbankan pada umum tidak
30
diperbolehkan melakukuan leasing, maka perbankan syariah hanya mengambil Ijarah Muntahiyyah Bit-Tamlik yang artinya perjanjian untuk manfaatkan (sewa) barang antara bankk dengan nasabah dan pada akhir sewa, maka nasabah wajib membeli barang yang telah disewanya. Jenis barang Ijarah muntahiyyah Bittamlik adalah barang yang disewakan kepada nasabah umumnya berjenis aktiva tetap atau fixed assets seperti : gedung-gedung, kantor, mesin, rumah-rumah petak atau barang bergerak yang memiliki specific fixed. Rukun Ijarah Muntahiyyah Bittamlik a). Penyewa (musta’jir) b). Pemilik Barang (mu’ajjir) c). Barang atau objek sewaan (ma’jur) d). Harga sewa atau manfaat sewa (ajran/ujran) e). Ijab Qabul Syarat Ijarah Muntahiyyah Bittamlik a). Pihak yang terlibat harus saling ridho b). Barang atau Objek benda (Ma’jur) c). Manfaat tersebut dibenarkan agama atau halal d). Manfaat tersebut dapat dinilai dan diukur atau diperhitungkan e). Manfaat dapat diberikan kepada pihak yang menyewa f). Ma’jur wajib dibeli Musta’jir
31
c. Prinsip Bagi Hasil Prinsip bagi hasil dibagi menjadi dua yaitu: a). Musyarakah Transaksi Musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Ketentuan umum Musyarakah semua modal disatukan untuk dijadikan model proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam mentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana pelaksanaan proyek. b). Mudharabah Adalah bentuk kerja sama anatar dua atau lebih pihak dimana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Ketentuan umum Mudharabah: 1). Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus secara tunai, dapat berupa uang tunai atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Jika modal diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan dapat disepakati bersama. 2). Hasil pengelolaan diperhitungkan dengan dua cara a). Revenue Sharing, yang berasal dari pendapatan proyek b). Profit Sharing, dari keuntungan proyek
32
3). Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tak berhak mencampiri urusan pekerjaan atau usaha nasabah. 2. Produk Penghimpun Dana Kegiatan utama Bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat, adapun produk yang ditawarkan oleh bank syariah dalam penghimpunan dana yaitu diantaranya : a. Penghimpuna Dana Prinsip Wadiah Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya (Harahap, 2006). Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya. Bank sebagai penerima titipan tidak ada kewajiban untuk memberikan imbalan dan bank syariah pun dapat mengenakan biaya penitipan barang tersebut. Berdasarkan kebijakannya bank syariah dapat memberikan “bonus “ kepada penitip dengan syarat : 1). Bonus merupakan kebijakan dari bank sebagai penerima titipan 2). Bonus tidak diisyaratkan sebelumnya dan jumlah yang diberikan, baik dalam prosentase maupum nominal, tidak ditetapkan dimuka. Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah (Harahap, 2006) adalah : 1). Barang yang dititipkan
33
2). Orang yang menitipkan / penitip 3). Orang yang menrima titipan/ penerima titipan 4). Ijab qabul Wadiah terdiri dari dua jenis, yaitu : 1). Wadiah Yad Al Amanah, Wadiah Yad Al Amanah merupakan titipan murni, barang yang dititipkan tidak boleh digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang menerima titipan tidak dibebani tanggung
jawab,
sebagai kompensasi atas
tanggung
jawab
pemeliharaan dapat dikenakan biaya titipan. 2). Wadiah Yad Ad Dhamanah Wadiah Yad Ad Dhamanah
merupakan pengembalian dari
Wadi’ah Yad Al Amanah yang disesuaikan dengan aktifitas perekonomian. Penerima titipan diberi izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut. Sebagai imbalan kepada pemilik barang/ dana dapat diberikan semacam insentif berupa bonus, yang tidak diisyaratkan sebelumnya. Aplikasi prinsif wadiah dalam perbankan adalah untuk produk tabungan wadiah dan giro wadiah. 1). Giro Wad’iah
34
Dalam Undang-undang no 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 6 disebutkan yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Dalam Fatwa Dewa Syariah Nasional ditetapkan ketentuan tentang Giro Wadiah ( Himpunan Fatwa, Edisi kedua, hal 6-7 ) sebagai berikut : (a). Bersifat titipan (b). Titipan bisa diambil kapan saja (on call) (c). Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank. 2). Tabungan Wad’iah Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan tentang Tabungan Wadiah (Himpunan Fatwa, Edisi kedua, hal 14) sebagai berikut : (a). Bersifat simpanan (b). Simpanan bias diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.
35
(c). Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
b. Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah Istilah “mudharabah“ merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh bank-bank Islam. Mudharabah adalah perjanjian atau suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama (shahih al’mal) menyediakan dana, dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha (Harahap, 2006). Hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah (porsi bagi hasil) yang telah disepakati bersama secara awal. Dalam transaksi dengan prinsip mudharabah harus dipenuhi rukun mudharabah yaitu : 1). Shahibul maal / Rabulmal (pemilik dana / nasabah ) 2). Mudharib ( pengelola dana / pengusaha / bank ) 3). Amal ( Usaha / Pekerjaan ) 4). Ijab Qabul Dilihat dari segi kuasa yang diberikan kepada pengusaha, mudharabah terbagi menjadi 2 jenis (Harahap, 2006), yaitu ; 1). Mudharabah Muthlaqah (Investasi Tidak Terikat) 2). Mudharabah Muqaidah / muqayyadah (Investasi Terikat) Syarat-syarat
yang
ditentukan
(karakteristik transaksi mudharabah) yaitu :
dalam
akad
mudharabah
36
1). Dana Mudharabah Dana mudharabah yang dihimpun harus dalam bentuk uang tunai dan bukan piutang serta dinyatakan dengan jelas, jumlahnya dan harus diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkan melakukan usaha. 2). Keuntungan Pembagian keuntungan harus didasarkan sesuai dengan nisbah yang disepakati pada awal dan dituangkan dalam akad. 3). Peranan bank islam dalam hal pencampuran harta dan bermudharah dengan pihak ketiga, merupakan hal penting dalam bidang operasinya. Prinsip-prinsip mudharabah mutalaqah dapat diaplikasikan dalam kegiatan usaha perbankan untuk produk tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. 1). Tabungan Mudharabah Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu. 2). Deposito Mudharabah Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan dengan bank yang bersangkutan.
37
F. Jasa Layanan Perbankan Syariah Kepada Nasabah
Pelayanan merupakan syarat utama bagi kelangsungan hidup suatu bank, khususnya bank syariah. Dengan pelayanan yang baik serta kenyamanan yang diberikan kepada nasabah dapat menentukan laju pertumbuhan suatu bank. Dalam dunia perbankan pelayanan dan profit ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Pelayanan yang baik akan berpenganruh terhadap profit dan berkorelasi dengan hasil yang akan didapat sebuah bank. Artinya, pelayanan yang baik kan menciptaka suasana kesinambungan (sustainable). Jika sebuah bank menginginka profit yang besar, maka bank harus mendapatkan nasabah yang prospeknya bagus. Nasabah tersebut membutuhkan tingkat pelayanan yang lebih komplit dari pada nasabah biasa. Nasabah yang prospeknya baik akan menanamkan /menyimpan dananya di bank, meminjam atau menginvestasikan uangnya dalam jumlah yang besar dan dengan waktu yang lama. Pelayanan adalah bagian dari marketing. Sebuah bank dapat memasarkan produknya dengan memberikan pelayana yang baik. Dengan begitu, bank tidak perlu memasang iklan. Nasabah akan datang dengan sendirinya karena mengetahuin baiknya pelayaan suatu bank kepada nasabah . Pemasaran yang begitu efektif adalah pemasaran dari mulut ke mulut. Jika persepsi seorang nasabah terhadap suatu bank itu dapat dinyatakan baik atau puas, maka nasabah tersebut akan memberitahuakan kerabat atau rekan, atau teman bisnis, bahwa pelayanan Bank X sangat bagus. Dan dapat dipastikan jumlah nasabah akan bertambah dikarenakan pengaruh dari kepuasan pelayanan yang didapati nasabah. Manfaat lain bagi nasabah yang telah lama bergabung di bank tesebut menjadi loyal dan merasa memiliki bank tersebut.
38
Indikator kepuasan itu bermcam-macam diantaranya proses pelayanan sikap, pelayanan pegawai, kecepatan pelayanan, sosok pelayanan. Disamping itu, nasabah pun memilki pendapat berbeda-beda mengenai dimensi terpenting dalam kepuasan. Dahulu orang mengatakan puas jika gedungnya megah. Tapi belum tentu, karena tidak selalu menjadi faktor terpenting bagi nasabah. Menurut (Hadi Purwanto, 2008) senyum hanyalah bagian terkecil dalam aspek sebuah pelayanan. Tapi pelayanan menyangkut produk yang ditawarkan, kemudian produk yang ditawarkan suatu bank, sistem teknnologi yang dimiliki bank. Keramahan dan empati petugas, proses pelayana return atau bagi hasil, termasuk kategori umum tercapainya kepuasan nasabah. Menurut (Hadi Purwanto, 2008) ada beberapa poin yang dapat disampaikan mengenai pelayanan yang “ideal” kepada nasabah, yaitu: 1. Untuk memberikan service plus kepada para nasabah, dapat dimulai dari dari kondisi bangunan. Akses ke kantor bank yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Akses kekantor bank yang mudah dijangkau oleh masyaraka, kenyamanan dan keamanan tempat parkir kendaraan yang disediakan. Penataan letak (Lay Out) yang diatur secara rapi sehingga memiliki fungsi yang teratur antara bangunan kantor, lapangan parkir, pelatakan mesin ATM, Musholla,
keadaan
toilet
yang
bersih,
dan
lain-lain.
Di
dalam
ruangan terdapat mesin antrian nasabah, peletakan brosur, slip setoran dan penarikan yang tertata baik dan kenyamanan banku untuk menunggu antrian nasabah, ruang yang dilengkapi dengan pendingin ruangan yang membuat nasabah nyaman berada di bank. 2. Produk yang ditawarkan nasabah kepada merupakan pengembangan dari produk –produk yang diinginkan nasabah pada saat ini. Tidak selamanya bank syariah melakukan pemasaran produk melalui pendekatan “haram-halal”
39
kepada nasabah. Namun pada saat ini, nasabah yang dibutuhkan adalah produk yang halal dan memberikan keuntungan lebih dari bank yang lain serta kemudahan yang diperoleh dari pemakaian produk bank syariah. Biasanya kebutuhan nasabah terhadap produk-preoduk bank, yaitu nasabah menginginkan suatu produk baik tabungan, deposito, dan produk lainnya yang memiliki tingkat bagi hasil yang tinggi atau kompetitif dengan produk-produk perbankan yang lainnya. Teknologi yang mendukung dari produk itu seperti tabungan yang dilengkapi fasilitas ATM yangdapat ditarik diseluruh ATM yang on-line diseluruh Indonesia atau dan ketika nasabah di luar negeri dapat menarik uang di ATM. Melalui ATM bank nasabah dapat melakukan pembayaran berbagai macam tagihan sehingga memberika kemudahan kepda nasabah. Teknologi yang saat ini dikembangkan sebuah bank pada saat in yaitu nasabah tidak perlu lagi ke ATM untuk mentransfer uang dan membayar berbagai macam tagihan, hingga dapat mengisi pulsa dengan menggunakan Handphone dan fasilitas lain dari sebuah kartu selular. Produk tesebut merupakan bentuk kerjasama dari sebuah bank dengan suatu Operator selular, penggunaan
fasilitas
ini
memberikan
kemudahan
kepada
nasabah.
Pengembangan produk ini memberikan nilai tambah bagi sebuah bank. Bank dapat berinovasi dengan produk-produk yang baru yang berbeda dengan produk-produk perbankan yang ada bahkan lebih baik. Dan dengan tidak mengurangi rasa aman dan manfaat yang lebih kepada nasabah yang menyimpan dananya di bank. Pemberian hadiah dapat dilakukan kepada nasabah yang mau membuka rekening tabungan, deposito maupun giro, serta bagi nasabah lama pun dapat diberikan hadiah yang menarik dengan tidak terlalu membebani biaya oprasional bank dan nilai –nilai syariah. 3. Dari pelayanan front liner
40
a Dari pintu masuk, sikap satpam yang membuka pintu menyapa dan memberikan senyuman kepaa nasabah yang masuk maupun nasabah yang kan keluar dari bank. bCostumer
service,
yang
memiliki
pemahaman
produk
(Produck
Knowledge) yang akan dijual kepda nasabah sehingga ketika nasabah bertanya mengenai produk bank tersebut, maka customer service dapat memaparkan produk dengan jelas dan komplit baik itu kemudahan, keunggulakan serta tingkat keutungan atau bagi hasil yang didapat. Denagn pemahaman produkyang baik Customer Service juga dapat melakukan Cross Selling terhdadap produk lainnya yang dimilki bank. Kemampuan lain yang dimilki Customer service yaitu, mampu menerima complain dari nasabah dan cara menyelesaikannya, kemampuan berkomunikasi baik dalam teepon maupun bertemu langsung dengan nasabah serta keahlian lainnya. c. Teller, sikap seorang teller ketika melayani nasabah yaitu dengan cepat, akurat tanpa ada kesalahan dalam meng-entry data transaksi nasabah ke komputer dan tanpa ada kesalahan lain, tanpa mengurangi rasa keramahan teller kepada nasabah. Poin-poin diatas merupakan poin yang terpentig karena dalam kegiatan oprasional bank. Bagian yang terpenting adalah bagian frontline, karena pada bagian ini karyawan berhadapan langsung dengan nasabah. Bagian ini merupakan ujung tombak suatu pelayanan nasabah bank. Ketika teller memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah maka kesan baik tesebut kan terasa hingga ke manajemen bank hinggga pemilik saham. Namun sebaliknya, jika pelayanan frontliner kurang baik maka kesan buruk yang
41
didapat bukan hanya pada manajemen bank dan dapat sampai pada masyarakat luas. Agar tetap menjaga kualitas pelayanan bank dapat membuat divisi khusus yang bertugas mengembangkan SDM. Setiap fronliner diberikan berbagai macam training yang dapat membuat karyawan memilki Inner Voice atau talenta dalam melayani nasabah. Pelatihan yang dapat diberikan seperti Training Sevice Exelence. Adapun pelatihan ini dapat meningkatkan pelayana kepada nasabah. Bisa juga bank membuat suatu buku yang membuat standar pelayanan kepada nasabah, sehingga menjadi standar pelayanan baik di kantors pusat maupun dikantor-kantor cabang. Buku tesebut dapat menjelaskan bagaimana berbusana muslim kantor yang baik (office look) dan bagaiman sikap karyawan kepada nasabah, serta standar pelayanan lainnya. Dan untuk pengawsan mengenai pelayanan dapat dilakukan Service Quality Control oleh divisi yang ditunjuk sehingga service quality terjaga. Sitem pengontrolan dapat dievaluasi setiap triwulan sekali atau persemster. Bagi kryawan yang memberikan pelayanan yang baik atau memuaskan nasabah mendapatkan reward dari manajemen bank. Melaui penilaian indeks pelayanan karyawan dengan berbagai poin-poin penilain seperti kecepatan, keramahan, dan poin lainya yang berkenaan dengan penilaian pelayanan. Bank juga dapat menerima keluhan nasabah mengenai pelayanan bank, dengan membuka kotak kritik dan saran yang dletakan di tempat stategis di ruangan bank dan juga bisa melalui telepon atau bias melalui sms. Setiap complain nasabah mengenai pelayanan-pelayanan bank dapat dibahas melalui morning breefing atau sharing moment oleh manajemen bank dan dapat memberikan solusi kedepannya agar kinerja pelayanan bank kepada nasabah dapat terjaga.
42
Agar bank syariah menjadi bank yang terkemuka dan menjadi mitra yang aman bagi ansabah, dapat mengembangkan berbagai produk sesuai kebutuhan nasabah, baik aspek manajemen bank, mutu pelayanan, serta teknologi yang mendukung oprasional maupun produk bank.bank dapat berinovasi dan meng-update semua aspek disetiap tahunnya, sehingga masyarakat menjadikan bank syariah sebagai bank pilihan utama bagi setiap masayarakat.
G. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara yang keberadaanya harus diuji secara empiris. Hipotesis memberikan keterangan sementara mengenai fenomena (gejala) yang diteliti, dalam hal ini adalah hubungan antara varaibel bebas dan variabel terikat. Hipotesis terbagi menjadi Hipotesis 0 (nol) dan Hipotesis alternatif (Ha)., yang berguna untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah: Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho1=Tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan
pada Mahasiswa
Muslim dan Non Muslim terhadap Perbankan Syariah Ha1=Terdapat perbedaan persepsi yang signifikan pada Mahasiswa Muslim dan Non Muslim terhadap Perbankan Syariah Ho2=Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada Mahasiswa Muslim dan Non Muslim terhadap perkembangan Perbankan Syariah
43
Ha2=Terdapat
perbedaan
yang
signifikan
pada
mahasiswa
terhadap
perkembangan syariah Ho3=Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada Mahasiswa Muslim dan Non Muslim terhadap produk Perbankan Syariah Ha3=Terdapat perbedaan yang signifikan pada Mahasiswa Muslim dan Non Muslim terhadap produk Perbankan Syariah Ho4=Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada Mahasiswa Muslim dan Non Muslim terhadap pelayanan Perbankan Syariah Ha4=Terdapat perbedaan yang signifikan pada Mahasisiwa Muslim dan Non Muslim terhadap pelayanan Perbankan Syariah Ho5=Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada Mahasiswa Muslim dan Non Muslim secara keseluruhan Ha5=Terdapat perbedaan yang signifikan pada Mahasiswa Muslim dan Non Muslim secara keseluruhan
Dalam pengujian hipotesis ini metode statistik yang digunakan adalah uji Independent sample t-test dengan α = 0.05, yaitu uji yang digunakan untuk menguji dua kelompok sample yang saling independen.
44
H. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winardi, SE pada tahun 2009 yang berjudul Persepsi Mahasiswa Muslim dan Non Muslim Tentang Perbankan Syariah menyatakan bahwa: a. Mahasiswa muslim mempunyai persepsi atau pemahaman yang lebih tinggi terhadap perkembangan perbankan syariah secara umum/perkembangannya dari pada mahasiswa non muslim. b. Mahasiswa muslim mempunyai persepsi atau pemahaman yang lebih tinggi terhadap produk perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh nasabah daripada mahasiswa non muslim. c. Mahasiswa muslim mempunyai persepsi atau pemahaman yang lebih tinggi/baik terhadap layanan perbankan syariah daripada mahasiswa non muslim. d. Mahasiswa
muslim
dan
non
muslim
mempunyai
persepsi
atau
pemahaman/pengetahuan yang baik terhadap perbankan syariah ditinjau dari perkembangan bank syariah secara umum, produk perbankan syariah dan pelayanan bank syariah. e. Terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara mahasiswa muslim dan mahasiswa non muslim terhadap perbankan syariah, baik dari segi perbankan syariah secara umum/perkembangannya, produk perbankan syariah, maupun layanan perbankan syariah.
45
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dian Ariani tentang Persepsi Masyarakat Umum Terhadap Bank Syariah Di Medan, 2007 menyatakan bahwa: 1. Pengujian secara serempak (Uji F) menunjukan bahwa pendidikan, usia, dan pelayanan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan pada α = 5% dan α = 1% terhadap persepsi masyarakat umum pada bank syariah di Medan. 2. Dari ketiga variabel bebas, terlihat bahwa variabel pelayanan merupakan variabel utama yang memberikan kontribusi paling besar dalam hubungannya dengan hasil persepsi masyarakat umum terhadap Bank Syariah di Medan. 3. Pengujian secara parsial menunjukan bahwa pendidikan, usia dan pelayanan berpengaruh positif dan siginifikan masyarakat tentang persepsi Bank Syariah di Medan. 4. R² = 0,233 berarti adalah variabel tertentu (pendidikan, usia, dan pelayanan) mempunyai pengaruh sebesar 23,3% terhadap persepsi responden pada Bank Syariah di Medan, sedangkan sisanya 76,7% adalah disebabkan faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.