BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 246, Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu. Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1992, Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
14
2.1.2. Manfaat Asuransi Asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi tertanggung (insured) antara lain sebagai berikut : 1. Rasa aman dan perlindungan. Dengan memiliki polis asuransi maka tertanggung akan terhindar dari kerugian-kerugian yang mungkin timbul. 2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Semakin besar kemungkinan terjadinya suatu kerugian dan semakin besar kerugian yang mungkin ditimbulkannya, maka
semakin besar pula premi
pertanggungannya. 3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit. 4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan. 5. Alat penyebaran risiko. Dengan asuransi risiko, kerugian dapat disebarkan kepada penanggung. 6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha. Tertanggung akan melakukan investasi atas suatu bidang usaha apabila investasi tersebut dapat ditutup oleh asuransi. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi risiko. Selain dari hal diatas, asuransi adalah suatu mekanisme pengalihan risiko (a risk transfer mechanism), di mana seseorang atau perusahaan dapat memindahkan beberapa ketidakpastian hidupnya kepada orang lain, dengan
15
membayar suatu premi yang telah diketahui jumlahnya (biasanya suatu jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan kerugian potensial).
2.1.3. Prinsip dan Jenis Usaha Asuransi Prinsip-prinsip Asuransi meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Insurable
interest.
Merupakan
hak
berdasarkan
hukum
untuk
mempertanggung-kan suatu risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui secara hukum antara tertanggung dan sesuatu yang dipertanggungkan. Unsur-unsur insurable interest meliputi : a. Harus berupa suatu harta, hak, kepentingan, jiwa atau tanggung gugat. b.Keadaan pada butir a harus merupakan sesuatu yang dapat dipertanggungkan (subject matter of insurance). c. Tertanggung harus memiliki hubungan hukum dengan sesuatu yang dapat dipertanggungkan di mana pihak tertanggung memperoleh manfaat dari tidak terjadinya peristiwa atau kerusakan dan menderita kerugian bila yang dipertanggungkan mengalami kerusakan. d.Antara pihak tertanggung dan sesuatu yang dipertanggungkan harus memiliki hubungan sah menurut hukum. 2. Utmost good faith. Masing-masing pihak, penanggung atau tertanggung diwajibkan memberikan semua informasi baik yang materiil maupun immateriil, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan mengenai
16
kesediaannya menyetujui suatu perjanjian atau kontrak asuransi. Unsurunsur utmost good faith meliputi : a. Non-disclosure. Unsur ini pada dasarnya mengemukakan bahwa tidak diungkapkannya suatu informasi atau fakta karena tidak mengetahui atau karena dianggapnya fakta tersebut tidak diperlukan atau penting merupakan pelanggaran atas prinsip utmost good faith. b. Consealment.
Kesengajaan
tidak
mengungkapkan
atau
menginformasikan suatu fakta yang materiil dengan maksud untuk menyembunyikannya. c. Fraudulent misrepresentation. Kesengajaan memberi gambaran yang tidak sebenarnya atas suatu fakta yang materiil. d. Innocent misrepresentation. Ketidaksengajaan memberi gambaran atau keterangan yang salah tentang fakta materiil. 3. Indemnity. Merupakan suatu mekanisme di mana penanggung memberikan ganti rugi atau kompensasi finansial kepada tertanggung yang dimaksudkan untuk mengembalikan posisi finansial tertanggung sama seperti sebelum terjadi kerugian. Pelaksanaan pemberian ganti rugi dapat dilakukan melalui empat cara sebagai berikut : a. Pembayaran tunai yaitu penggantian kerugian atas suatu klaim dengan penyerahan kepada tertanggung atau pihak ketiga dalam hal asuransi tanggung gugat (liability insurance).
17
b.Penggantian atau replacement yaitu ganti rugi atas klaim dilakukan dengan mengganti barang tertanggung dalam bentuk barang yang sama. c. Perbaikan atau repair yaitu pelaksanaan prinsip ganti rugi dengan cara melakukan perbaikan atas kerugian yang dialami tertanggung. d.Pembangunan kembali (reinstatement) yaitu membangun atau memperbaiki kembali gedung yang rusak dalam property insurance. 4. Proximate
cause.
Merupakan
satu
sebab
aktif,
efisien
yang
mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berantai tanpa intervensi suatu kekuatan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independen. 5. Subrogation and contribution. Subrogation merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian. Contribution merupakan suatu prinsip di mana penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan masingmasing penanggung belum tentu sama besar. Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, jenis usaha perasuransian meliputi : 1.
Usaha asuransi terdiri atas : a. Asuransi kerugian (non life insurance)
18
b. Asuransi jiwa (life insurance) c. Reasuransi
2.
Usaha penunjang usaha asuransi terdiri atas : a. Pialang asuransi yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. b. Pialang reasuransi yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi. c. Penilaian kerugian asuransi yaitu usaha yang memberikan jasa penilaian
terhadap
kerugian
pada
objek
asuransi
yang
dipertanggungkan. d. Konsultan akturia yaitu usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria. e. Agen asuransi yaitu pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
2.1.4. Istilah dan Cara Kerja Asuransi Istilah-istilah Asuransi antara lain :
19
1. Tertanggung
(Insured).
Seseorang/kelompok
perorangan
yang
mengasuransikan jiwa / harta bendanya yang namanya tercantum dalam polis asuransi. 2. Pemegang Polis (Policy Holder). Seseorang/kelompok yang membuat perjanjian pertanggungan dengan perusahaan asuransi dan membayar premi. 3. Polis (Policy). Perjanjian tertulis/kontrak asuransi antara penanggung dan ter-tanggung, yang menyatakan hak, kewajiban/tanggungjawab kedua belah pihak. 4. Nilai Tunai / Nilai Tebus / Harga Tunai. Sejumlah uang yang diberikan kepada pemegang polis/tertanggung, bilamana yang bersangkutan mengundurkan diri dari pertanggungan asuransi jiwa sebelum masa pertanggungannya berakhir. 5. Premi (Premium). Sejumlah uang yang dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung yang jumlahnya sesuai dengan kontrak asuransi. 6. Underwriting. Proses seleksi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi untuk menentukan tingkat risiko yang akan diterima/ditolak dan untuk menentukan besarnya premi yang harus dibayar oleh tertanggung . 7. Agent. Seseorang atau badan hokum, yang kegiatannya memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penaggung. 8. Pialang Asuransi (Broker). Seseorang atau badan hokum, yang kegiatannya membeli jasa asuransi untuk atas nama tertanggung.
20
9. Reasuransi. Perusahaan asuransi yang menerima pembagian risiko dari perusahaan asuransi lain. Dan apabila sebuah perusahaan asuransi tidak sanggup menanggung sendiri risiko yang diterima, maka dia bisa mengalihkan risiko tersebut ke perusahaan reasuransi lain. Dan hal ini disebut “retrocession” (Pengalihan risiko ke perusahaan asuransi lain). 11. Termaslahat (Beneficiary). Orang atau badan yang ditunjuk oleh pemegang polis untuk dan karenanya berhak menerima manfaat asuransi apabila tertanggung meninggal dunia. 12. Uang Pertanggungan (Sum Insured). Nilai uang yang tercantum dalam polis yang merupakan nilai asuransi. 13. Manfaat Asuransi (Benefit). Hak pemegang polis/termaslahat atas suatu nilai uang sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam polis. 14. Surat Pengajuan Asuransi Jiwa (Application Form). Surat pengajuan dari calon pemegang polis untuk diadakan perjanjian asuransi. 15. Batal (Lapse). Status polis dianggap batal jika premi belum dibayar setelah habis grace period. 16. Grace Period.
Tenggat
waktu
yang
diberikan di mana polis
masih berlaku walaupun premi belum dibayar. 17. Pemulihan Polis (Reinstatement). Proses pemulihan kembali polis yang lapse. 18. Extra Premi. Ekstra pembayaran yang ditambahkan karena risiko dianggap lebih tinggi.
21
19. Klaim (Claim). Tuntutan hak pemegang polis. Ada tiga macam klaim, yaitu klaim hidup, klaim cacat dan klaim meninggal. 20. Actuaria. Bagian yang bertanggung jawab untuk merancang produk asuransi dan menentukan besarnya premi. 21. Insurable Interest. Kepentingan mendapatkan perlindungan asuransi dari tertanggung. Cara kerja dari asuransi sebagai berikut : PREMI TERTANGGUNG
PENANGGUNG PROTEKSI
KONDISI : Apabila terjadi : 1. Kerugian, kerusakan, kehilangan 2. Tanggung jawab pihak ketiga 3. Meninggal atau hidupnya Tertanggung
Gambar 2.1. Cara Kerja Asuransi Prinsip Dasar Asuransi Jiwa, 2001
2.1.5. Asuransi Jiwa Asuransi jiwa merupakan suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Pengertian polis asuransi jiwa adalah suatu kontrak yang di dalamnya satu pihak, disebut penanggung, menyetujui pembayaran
22
sejumlah uang kepada pihak lain, disebut tertanggung, apabila tertanggung kehilangan jiwanya karena sebab apapun yang tidak termasuk dalam pengecualian polis apabila tertanggung terus sampai dengan akhir masa kontrak.
Dalam kontrak asuransi jiwa akan melibatkan dua pihak utama, yaitu: 1. Perusahaan asuransi jiwa yang diwakili oleh : - para pegawainya, - para agennya, atau - mereka yang berhak mengerjakan kontrak-kontrak asuransi jiwa. 2. Tertanggung yang diwakili oleh : - tertunjuknya, - orang tua atau walinya, jika tertanggung masih di bawah umur, - siapapun yang diberi hak dan ditunjuk oleh tertanggung. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari asuransi jiwa antara lain penggantian pendapatan, uang pensiun, kelangsungan hidup bisnis, kesejahteraan karyawan/wati, penyelamatan harta benda, sebagai program tabungan dan jaminan bagi suatu pinjaman. Tiga faktor utama untuk menentukan besarnya premi, yaitu : 1. Mortalitas (Table of Mortality) Kemungkinan kematian pada setiap usia/tingkat mortalitas. 2. Faktor Bunga (Compound Interest)
23
Asumsi bunga hasil investasi yang didapat perusahaan dari bagian premi yang diinvestasikan mempengaruhi besarnya premi. 3. Biaya (Expenses) Biaya yang timbul terbagi dalam dua kategori yaitu biaya tahun pertama polis dan biaya setiap tahun selama masa asuransi.
2.1.5.1 Bentuk Akuntansi Asuransi Jiwa PENDAPATAN •
Premi kontrak jangka pendek Premi kontrak jangka pendek (beberapa term life insurance, seperti credit life insurance)diakui sebagai pendapatan dalam periode kontrak sesuai dengan proporsi jumlah proteksi yang diberikan.
•
Premi kontrak jangka panjang Premi kontrak jangka panjang (whole life contracts dan guarranted renewable term life contracts) diakui sebagai pendapatan pada saat jatuh tempo dari pemegang polis.
•
Pendapatan lain Komisi reasuransi dan kimisi keuntungan reasuransi diakui sebagai pendapatan
BEBAN •
Beban Klaim Klaim sehubungan dengan terjadinya peristiwa kerugian terhadap obyek asuransi yang dipertanggungkan, meliputi klaim yang disetujui
24
(Setteled claims), klaim dalam proses penyelesaian (outstanding claims), klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, dan beban penyelesaian klaim (claim settlement expenses), diakui sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim.
•
Beban Akuisisi Biaya akuisisi dialokasikan berdasarkan perhitungan aktuaria karena Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan menggunakan Metode Tingkat Premi Murni (Net Level Premium Method)
AKTIVA •
Investasi Perlakuan akuntansi untuk investasi mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 13 mengenai Akuntansi untuk Investasi dan PSAK Nomor 15 mengenai Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi, kecuali untuk surat berharga (marketable securities) yang perlakuan akuntansinya adalah sebagai berikut:
Sekuritas hutang yang dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo (heldto-maturities) dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi dengan amortisasi premi atau diskonto. Sekuritas hutang dan ekuitas yang dimaksudkan untuk segara diperdagangkan (trading securities), dinyatakan berdasarkan harga pasar.
25
Sekuritas hutang dan ekuitas yang tidak termasuk dalam kedua kategori diatas diklasifikasikan sebagai “sekuritas yang tersedia untuk dijual” (available for sale securities) •
Piutang Reasuransi Piutang reasuransi tidak boleh dikompensasikan dengan hutang reasuransi, kecuali apabila kontrak reasuransi menyatakan adanya kompensasi. Apabila dalam kompensasi tersebut timbul saldo kredit, maka saldo tersebut harus disajikan pada kelompok kewajiban sebagai Hutang Reasuransi.
KEWAJIBAN •
Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan Kewajiban manfaat polis masa depan dinyatakan pada neraca berdasarkan perhitungan aktuaria. Estimasi kewajiban Klaim Estimasi kewajiban klaim atas kontrak jangka pendek, khusus asuransi kesehatan dan kecelakaan dinyatakan sebesar jumlah taksiran berdasarkan perhitungan teknis asuransi. Premi yang belum merupakan pendapatan ditentukan untuk masing-masing jenis pertanggungan dengan cara sebagai berikut:
Secara agregat tanpa memperhatikan tanggal penutupannya dan besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu; atau
26
Secara individual dari tiap pertanggungan dan besarnya premi yang belum merupakan pendapatan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan, selama periode kontrak atau periode resiko. Hutang Reasuransi tidak boleh dikompensasikan dengan piutang reasuransi, kecuali apabila kontrak reasuransi menyatakan adanya kompensasi. Apabila dalam kompensasi tersebut timbul saldo debit, maka saldo tersebut harus disajikan pada kelompok aktiva sebagai piutang reasuransi.
2.1.6. Asuransi Kerugian Perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
2.1.6.1. Bentuk Akuntansi Asuransi Kerugian PENDAPATAN •
Pendapatan Premi Premi yang diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi diakui sebagai pendapatan selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan. Apabila jumlah
27
premi masih dapat disesuaikan maka pendapatan premi diakui sebagai berikut: Apabila jumlah premi dapat diestimasi secara layak, maka premi diakui selama periode kontrak dan estimasi jumlah premi tersebut disesuaikan setiap periode untuk mencerminkan jumlah premi yang sebenarnya. Apabila jumlah premi tidak dapat diestimasi secara layak, maka premi diperlakukan dengan menggunakan metode uang muka (deposit method) sampai jumlah premi dapat diestimasi secara layak. Premi dari polis bersama diakui sebesar pangsa premi yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan asuransi dapat memperoleh ganti rugi atas klaim sehubungan dengan kontrak asuransi yang ditutupnya, dengan melakukan kontrak reasuransi dengan asuradur lain atau reasuradur. Perlakuan akuntansi terhadap transaksi reasuransi tergantung pada apakah suatu kontrak reasuransi tersebut merupakan reasuransi prospektif atau retroaktif. BEBAN •
Beban Klaim Klaim sehubungan dengan terjadinya peristiwa kerugian terhadap obyek asuransi yang dipertanggungkan, meliputi klaim yang
28
disetujui (Setteled claims), klaim dalam proses penyelesaian (outstanding claims), klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, dan beban penyelesaian klaim (claim settlement expenses), diakui sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi. AKTIVA •
Investasi Perlakuan akuntansi untuk investasi mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 13 mengenai Akuntansi untuk Investasi dan PSAK Nomor 15 mengenai Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi, kecuali untuk surat berharga (marketable securities) yang perlakuan akuntansinya adalah sebagai berikut: Sekuritas hutang yang dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo (held-to-maturities) dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi dengan amortisasi premi atau diskonto. Sekuritas hutang dan ekuitas yang dimaksudkan untuk segara diperdagangkan (trading securities), dinyatakan berdasarkan harga pasar. Sekuritas hutang dan ekuitas yang tidak termasuk dalam kedua kategori diatas diklasifikasikan sebagai “sekuritas yang tersedia untuk dijual” (available for sale securities)
29
•
Piutang Reasuransi
Piutang reasuransi tidak boleh dikompensasikan dengan hutang reasuransi, kecuali apabila kontrak reasuransi menyatakan adanya kompensasi. Apabila dalam kompensasi tersebut timbul saldo kredit, maka saldo tersebut harus disajikan pada kelompok kewajiban sebagai Hutang Reasuransi. KEWAJIBAN Hutang klaim diakui pada saat jumlahnya disepakati untuk dibayar. Estimasi klaim retensi sendiri dinyatakan sebesar jumlah taksiran berdasarkan penelaahan secara teknis asuransi. Premi yang belum merupakan pendapatan ditentukan untuk masing-masing jenis pertanggungan dengan cara sebagai berikut: •
Secara agregat tanpa memperhatikan tanggal penutupannya dan besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu; atau
•
Secara individual dari tiap pertanggungan dan besarnya premi yang belum merupakan pendapatan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan, selama periode kontrak atau periode resiko. Hutang Reasuransi tidak boleh dikompensasikan dengan piutang reasuransi, kecuali apabila kontrak reasuransi menyatakan adanya kompensasi. Apabila dalam kompensasi tersebut timbul saldo debit, maka
30
saldo tersebut harus disajikan pada kelompok aktiva sebagai piutang reasuransi.
2.1.7. Risiko dan Ketidakpastian Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi kerugian. Ketidakpastian dan peluang kerugian dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Ketidakpastian ekonomis, yaitu ketidakpastian dari kebijakan ekonomi yang pada gilirannya mempengaruhi pada konsumsi, harga atau terjadinya perkembangan teknologi. 2. Ketidakpastian yang berkaitan dengan alam, yaitu ketidakpastian akan terjadinya badai, banjir, kebakaran atau bencana alam lainnya. 3. Ketidakpastian
yang
manusiawi,
yaitu
ketidakpastian
terhadap
terjadinya perang, pembunuhan atau pencurian dan sebagainya. Jenis-jenis risiko dalam usaha perasuransian antara lain : 1. Risiko murni (pure risk), yaitu risiko yang bilamana terjadi akan memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi, tidak menimbulkan kerugian akan tetapi juga tidak akan memberikan keuntungan. 2. Risiko spekulatif (speculative risk), yaitu risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan yaitu peluang mengalami kerugian finansial atau peluang memperoleh keuntungan.
31
3. Risiko individu (individual risk), yaitu risiko yang dihadapkan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menimbulkan kerugian keuangan. Risiko individu ini dapat dibagi menjadi 3 macam risiko sebagai berikut : a. Risiko pribadi (personal risk), yaitu risiko yang mempengaruhi kapasitas atau kemampuan seseorang memperoleh keuntungan. b. Risiko harta (property risk), yaitu risiko terjadinya kerugian keuangan apabila kita memiliki sesuatu benda atau harta yaitu adanya peluang harta tersebut untuk hilang, dicuri, atau rusak. c. Risiko tanggung gugat (liability risk), yaitu risiko yang mungkin dialami atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau lukanya pihak lain. Dalam menangani risiko, sekurang-kurangnya ada lima cara yang dapat dilakukan antara lain : 1. Menghindari risiko atau risk avoidance. Hal tersebut dapat diartikan bahwa untuk menghindari risiko, jangan melakukan kegiatan apapun yang kemungkinan dapat terjadi atau memberi peluang rugi. 2. Mengurangi risiko atau risk reduction. Merupakan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko kerugian yang mungkin timbul. Artinya kemungkinan rugi tidak dihilangkan, akan tetapi sedapat mungkin diperkecil kemungkinan terjadinya. Pengurangan risiko ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengurangi peluang terjadinya kerugian atau mengurangi jumlah kerugian yang mungkin terjadi.
32
3. Menahan risiko atau risk retention. Hal tersebut berarti tidak melakukan apa-apa terhadap risiko tersebut. Beberapa retensi risiko adalah voluntary, artinya kita tahu bahwa kita memiliki risiko tapi diputuskan untuk tidak melakukan apa-apa terhadapnya. 4. Membagi risiko atau risk sharing. Kadang-kadang bila suatu risiko tidak dapat dihindari, dan retensi akan memberikan peluang kerugian yang amat besar, membagi risiko merupakan salah satu cara menangani risiko sehingga potensi kerugian dapat dibagi dengan pihak yang bersangkutan. 5. Mentransfer risiko atau risk transfer. Berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain, biasanya kepada perusahaan asuransi yang bersedia dan mampu memikul beban risiko. Ciri-ciri risiko yang dapat diasuransikan antara lain risiko tersebut harus dapat dinilai dengan uang, serupa dan dalam jumlah yang memadai, harus bersifat murni, kerugian terjadi dengan kebetulan dan tidak direncanakan, tidak bertentangan dengan kepentingan umum, premi asuransi yang dikenakan cukup wajar dan pihak yang mengasuransikan harus memiliki insurable interest. Pihak yang dapat mengasuransikan suatu benda adalah pihak yang memiliki insurable interest yang pada prinsipnya merupakan semua risiko yang dapat dipertanggungkan. Dalam mengasuransikan suatu risiko, beberapa karakteristik atau ciri yang harus dipenuhi sebagai berikut : (dikenal dengan istilah LURCH)
33
a. Loss. Risiko yang dapat diasuransikan atau insurable risks harus berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerugian (loss). Kerugian tersebut harus dapat diukur dan harus dapat dipastikan waktu dan tempatnya. Harus disebut kapan atau di mana risiko tersebut akan terjadi dan berapa banyak kira-kira jumlah kerugian finansial. b. Unexpected. Selanjutnya, insurable risks tidak dapat diperkirakan bahwa risiko tersebut benar-benar akan terjadi misalnya kecelakaan. c. Reasonable. Risiko yang dapat dipertanggungkan adalah benda yang memiliki nilai baik dari pihak penanggung maupun dari pihak tertanggung.
Kejadian
kerugian
dengan
risiko
khusus,
tingkat
probabilitas terjadinya kerugian, frekuensi kemungkinan akan terjadi kerugian akan mempengaruhi besarnya jumlah biaya pertanggungan yang dikenakan oleh perusahaan asuransi. d. Catastrophic. Risiko tersebut haruslah tidak akan menimbulkan suatu kemungkinan rugi yang sangat besar, yaitu jika sebagian besar pertanggungan kemungkinan akan mengalami kerugian pada waktu yang bersamaan yang menyebabkan suatu bencana. e. Homogeneous. Barang atau benda yang akan dipertanggungkan haruslah homogen artinya banyak barang yang serupa atau sejenis. Hal tersebut berkaitan dengan prinsip bahwa asuransi menutup sejumlah besar risiko supaya dapat membayar beberapa kerugian dari yang dipertanggungkan tersebut.
34
2.1.8. Pengukuran Kinerja Keuangan Asuransi Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan
Reasuransi,
kekayaan
yang
diperkenankan
untuk
perusahaan asuransi sebagai berikut : 1.
Investasi, yang terdiri dari : a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada Bank, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 bulan (satu bank maksimal 20% ; penilaian berdasarkan nilai nominal). b. Saham yang tercatat di bursa efek (satu emiten maksimal 20% ; penilaian berdasarkan nilai pasar). c. Obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A atau yang setara pada saat penempatan (satu penerbit maksimal 20% ; penilaian berdasarkan nilai pasar). d. Surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia (penilaian berdasarkan nilai pasar atau nilai tunai dalam hal nilai pasar tidak tersedia). e. Unit penyertaan reksadana (setiap penerbit maksimal 20% ; penilaian berdasarkan nilai aktiva bersih). f. Penyertaan langsung untuk saham yang tidak tercatat di bursa efek (total maksimal 10% ; penilaian berdasarkan nilai ekuitas).
35
g. Bangunan dengan hak strata (strate title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi (total maksimal 20% ; penilaian berdasarkan NJOP). h. Pinjaman
hipotik
(total
maksimal
20%,
diberikan
kepada
perorangan, dijamin hipotik pertama dan besarnya pinjaman maksimal 75% dari NJOP ; penilaian berdasarkan nilai sisa pinjaman). i. Pinjaman polis (setiap pinjaman maksimal 80% dari nilai tunai polis ; penilaian berdasarkan nilai sisa pinjaman). 2. Bukan investasi, yang terdiri dari : a. Kas dan bank (penilaian berdasarkan nilai nominal). b. Tagihan premi penutupan langsung (umurnya tidak lebih dari 2 bulan ; penilaian berdasarkan nilai sisa tagihan). c. Tagihan reasuransi (umurnya tidak lebih dari 2 bulan ; penilaian berdasarkan nilai sisa tagihan). d. Tagihan hasil investasi (umurnya tidak lebih dari 2 bulan ; penilaian berdasarkan nilai sisa tagihan). e. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk dipakai sendiri (maksimal 30% dari modal sendiri ; penilaian berdasarkan NJOP). f. Perangkat keras komputer (maksimal 20% dari modal sendiri ; penilaian berdasarkan nilai buku).
36
Besarnya cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan bagi jenis Asuransi Kerugian, paling sedikit sebesar 10% dari Premi Neto untuk polis dengan masa pertanggungan tidak lebih dari 1 bulan dan 40% dari Premi Neto untuk polis dengan masa pertanggungan lebih dari 1 bulan. Pembentukan cadangan premi Asuransi Jiwa termasuk anuitas, harus menggunakan metode prospektif, dengan ketentuan besarnya cadangan premi dimaksud tidak kurang dari besarnya cadangan premi yang dihitung dengan metode prospektif premi neto dengan biaya tahun pertama yang diamortisasikan 30/1000 dari uang pertanggungan dan tingkat bunga yang diterapkan tidak melebihi 9% untuk pertanggungan dalam mata uang Rupiah dan tidak melebihi 5% untuk pertanggungan dalam mata uang asing. Perusahaan Asuransi harus memiliki retensi sendiri untuk setiap penutupan risiko yang didasarkan pada Modal Sendiri. Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Reasuransi hanya dapat memiliki Premi Neto paling banyak 300% dari Modal Sendiri periode berjalan. Perusahaan Asuransi Jiwa hanya dapat memiliki Premi Neto untuk asuransi kecelakaan diri, asuransi kesehatan, dan asuransi kematian ekawarsa, paling banyak 300% dari Modal Sendiri periode berjalan. Jumlah Deposito Jaminan minimum yang harus dimiliki Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Reasuransi paling sedikit 20% dari modal setor minimum yang dipersyaratkan ditambah dengan 1% dari Premi Neto. Sedangkan bagi Perusahaan Asuransi Jiwa, paling sedikit memiliki jumlah Deposito Jaminan sebesar 20% dari modal setor minimum yang
37
dipersyaratkan ditambah dengan 5% dari cadangan premi, termasuk cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan.
2.2 Pasar Modal Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang tentang pasar modal Nomor 8 tahun 1995 adalah: “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Seorang pemodal dapat melakukan unvestasi pada aktiva riil atau real assets seperti membangun pabrik, membuat produk baru, menambah saluran distribusi dan lain-lain, atau pada financial assets atau securities seperti membeli sertifikat deposito, saham, obligasi, sertifikat reksadana. Pasar modal adalah pasar untuk berbagai sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Pasar modal dijumpai pada banyak negara yang menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam menjalankan fungsi ekonominya, pasar modal mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana (investor)
dengan
pihak
yang
memerlukan
dana
(emiten).
Dengan
menginvestasikan kelebihan dana yang dimiliki investor mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Sebaliknya emiten dapat melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi
38
perusahaan. Dengan demikian fungsi pasar modal sesungguhnya tidak berbeda dengan perantara (intermediary) keuangan seperti perbankan. Fungsi kedua pasar modal adalah fungsi keuangan, yaitu para investor memiliki keinginan memeproleh imbalan (return) dengan investasi yang ditanamkannya sesuai dengan risiko yang bervariasi. Pada dasarnya terdapat empat peranan strategis dari pasar modal bagi perekonomian suatu negara, yaitu: 1. Sebagai sumber perhimpunan dana. Pasar modal berfungsi sebagai alternatif sumber perhimpunan dana selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media perhimpunan dana yang konvensional. Jika suku bunga tinggi sebagai akibat dari kebijakan moneter, maka akan menambah beban biaya bunga bagi perusahaan. Tetapi dengan adanya pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan surat berharga, baik surat hutang (obligasi/bonds) maupun saham. Dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar modal, perusahaan dapat terhindar dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi. 2. Sebagai alternatif investasi para pemodal. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, karena para investor dapat melakukan pemindahan dananya dari suatu perusahaan ke perusahaan lain, atau dari satu industri ke industri lain sesuai dengan keinginan keuntungan yang
diharapkan
seperti
dividen
dan
capital
mempertimbangkan risiko dari saham tersebut. 3. Biaya perhimpunan dana melalui pasar modal relatif rendah.
39
gain
setelah
Dalam melakukan perhimpunan dana, perusahaan membutuhkan biaya yang relatif kecil jika diperoleh melalui penjualan saham daripada meminjam ke bank.. Sebagai contoh, bank menawarkn deposito sebesar 5% per tahun sedangkan memberikana kredit dengan bunga 11% maka ada spread suku bunga sebesar 6%. Sedangkan biaya-biaya yang ditanggung perusahaan dalam rangka proses emisis misalkan hanya 3,5% yang ditanggung selama usia sekuritas. Jadi lebih menguntungkan jika perusahaan memperoleh tambahan dana dari penerbitan saham dibandingkan dengan meminjam di bank. 4. Bagi negara, pasar modal akan mendorong perkembangan investasi. Setiap perusahaan pasti inign meluaskan usahanya, maka dari itu perusahaan berusahsa mendapatkan dana tambahan dari investor. Semakin baik kinerja perusahaan serta adanya transparai maka investor akan semakin berminat menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Dengan adanya ekspansi udaha berarti akan ada penambahan penyerapan tenaga kerja, kenaikan jumlah produksi, kenaikan omset penjualan, kenaikan pendapatan dan tentunya pajak bagi negara. Jenis-jenis sekuritas yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta, menurut Suad Husnan (p36) adalah: 1. Saham biasa (common stock) Saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh si pemegang saham adalah dari pembayaran dividen dan kenaikan harga saham. Besar kecilnya dividen
40
yang akan diterima oleh pemegang saham tidak tetap, tergantung pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pemegang saham biasa mempunyai hak suara (voting rights) jika dilakukan pemungutan suara dalam RUPS untuk keputusan-keputusan yang memerlukan voting. 2. Saham preferen (preference stock) Saham preferen akan menerima dividen terlebih dahulu daripada saham biasa, pemilik saham ini tidak memiliki hak suara. 3. Obligasi (bond) Obligasi merupakan surat tanda hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah. Obligasi ini membayarkan bunga yang dapat dilihat pada kupon yang menyertai obligasi tersebut. 4. Obligasi konversi (convertible bond) Obligasi konversi adalah obligasi yag dapat dikonversi atau ditukar dengan surat berharga lain. 5. Sertifikat right (right issue) Sertifikat right adalah surat berharga yang memberikan hak kepada pemegang saham lama jika diterbitkan saham beru sehingga prosentase kepemilikan dari pemegang saham lama bisa dipertahankan. 6. Waran (warrant) Waran adalah surat berharga yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham dari perusahaan yang menerbitkan waran tersebut dengan harga tertentu pada waktu tertentu.
41
Aktifitas evaluasi bagi pada investor di pasar modal melalui badan-badan perantara pasar modal yang biasa diesbut pialang (broker), memiliki kepentngan yang tinggi terhadap informasi keuangan emiten, untuk memutuskan guna melakukan investasi di masa depan.
2.3 Saham Saham sebagai surat berharga mempunyai nilai dan dapat diperjual belikan. Dilihat dari sudut fungsinya nilai dari suatu saham ada tiga macam, yaitu: 1. Nilai Nominal (Par Value) Biasa disebut juga nilai pari, yaitu nilai yang dicantumkan pada saham yang bersangkutan, ini digunakan untuk tujuan akuntansi. 2. Harga Dasar (Base Price) Harga dasar dari saham yang baru diterbitkan biasa juga disebut juga harga perdana atau Initial Public Offering (IPO). Harga dasar ini akan berubah sesuai dengan aksi emiten yang dilakukan seperti stock split. 3. Harga Pasar (Market Price) Harga pasar ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Harga pasar suatu saham dapat dilihat pada pasar yang sedang berlangsung di lantai bursa, biasanya harga ini akan bergerak naik atau turun terutama untuk saham yang aktif. Harga pasar saham saat pasar bursa efek ditutup disebut harga penutupan (closing price).
42
Klasifikasi saham dapat dilakukan berdasarkan atas beberapa hal, yaitu: 1. Cara Peralihan Hak. a. Saham atas nama (registered stock) Pemilik saham ini ditulis atau didaftar dengan jelas pada perusahaan tersebut sehingga saat menghitung pembagian dividen sudah jelas siapa yang akan menerimanya. Cara peralihan dokumen saham melalui suatu prosedur tertentu yaitu dengan dokumen peralihan dan nama pemilik dicatat dalam butku perusahaan yang berisi nama pemegang saham. Jika sertifikat ini hilang, pemiliki dapat meminta penggantian. b. Saham atas unjuk (bearer stock) Nama pemilik saham tidak dicatat atau didaftar pada perusahaan, sehingga mudah dipndahtangankan dari satu investor ke ke investor lain. Pihak yang memegang saham atas unjuk secara resmi adalah pemilik saham tersebut. 2. Hak Tagihan (Claims) a. Saham biasa (Common Stock) Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling bawah (junior) terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan, apabila perusahaan tersebut likuidasi. b. Saham Preferen (Preference Stock)
43
Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena mampu menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga kemungkinan tidak memperoleh hasil seperti yang diharapkan investor. 3. Kinerja (Performance) a. Blue chip stock Merupakan jenis saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader pada indusri sejenis, umumnya memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Income stock Merupakan jenis saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. c. Growth Stocks (Well-known) Merupakan jenis saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan tinggi, sebagai leader pada industri sejenis dan memiliki reputasi tinggi. Selain itu juga ada Growth Stocks (Lesser-Known) yang memiliki ciri khas yang hampir sama dengan Well-Known, namun tidak begitu populer. d. Speculative stock Merupakan jenis saham dari suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
44
kemungkinan memiliki kemampuan penghasilan yang tinggi pada masa datang.
e. Counter cyclical stock Merupakan jenis saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi makro maupun situasi bisnis secara umum. f. Emerging-Growth Stocks Merupakan jenis saham yang dikeluarkan suatu perusahaan yang relatif kecil dan memiliki daya tahan yang kuat, meskipun dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung. g. Defensive Stocks Merupakan jenis saham perusahaan yang dapat bertahan lama dan tetap stabil, dari suatu periode atau kondisi yang tidak menentu serta resesi.
2.4 Laporan Keuangan Setiap perusahaan perlu membuat suatu laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban atas kinerja perusahaan. Laporan keuangan ini dapat dikatakan sebagai suatu hasil akhir dari suatu proses sistem akuntansi, sehingga laporan keuangan dapat dikatakan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. “Laporan keuangan yaang lengkap biasanaya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
45
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004, p2) “All the players – the shareholders, lenders, directors, management, and employees have a stake in the company’s success and all therefore need to monitor its progress. For this reason the company prepares regular financial accounts and arranges for an independent firm of auditors to certify that these accounts present a “true and fair view”.“ (Brealey, Myers, Marus, 2001, p34) Jadi dapat disimpulkan tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisis keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat untuk sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya sehingga pemakai laporan dapat melakukan penilaian sebagai bahan pertimbangan untuk membuat atau mengambil keputusan ekonomi. Keputusan ini bisa berupa keputusan untuk membeli atau melakukan investasi dalam perusahaan, menahan atau menjual investasi yang dimiliki dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Oleh karena itu, manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Manajemen juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
46
meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi: (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004, p2-3) 1. Investor Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereke membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinakn mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 3. Pemberi Pinajaman
47
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 5. Pelanggan Para pelanggan berkepantingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktifitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagian dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya,
perusahaan
dapat
memberikan
kontribusi
berarti
pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
48
membantu mesyarakta dengan menyediakan informasi keuangan (trend) dan perkembangan
terakhir
kemakmuran
perusahaan
serta
rangkaian
aktivitasnya.
2.4.1 Karakterisitik Kualitatif Laporan Keuangan Karakterisitk kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu: (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004, p7) 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pamakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan mmiliki pengetahian yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansim serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. 2. Relevan Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalau, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi, hasil valuasi mereka di masa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan
49
penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aktiva yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka
berusaha
meramalkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan. 3. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan materialm dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapka dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutuan tersebut. 4. Dapat diperbandingkan Pemakai harus dapt memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi den
50
kinerja perusahaan untuk mengeveluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pegukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
2.5 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang bisa digunakan untuk menganalisis serta menginterpretasikan kinerja keuangan dan kondisi suatu perusahaan. Karena rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbang antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya yang terdapat dalam laporan keuangan baik itu neraca maupun laporan laba-rugi. Rasio keuangan membantu kita dalam mendefinisikan keuatankekuatan maupun kelemahan-kelemahan finansial suatu perusahaan. Terdapat dua cara dalam membuat perbandingan-perbandingan yang berarti pada data keuangan perusahaan, yaitu: (Keown, Martin, Petty, Scoot, 2002, p31) 1. Kita dapat memeriksa rasio selama beberapa periode (3 tahun, 5 tahun, dsb) untuk mengidentifikasikan trend yang ada. 2. Kita dapat membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Analisis terhadap kinerja perusahaan diperlukan agar investor atau calon investor dapat mengetahui kondisi perusahaan yang akan menjadi sarana
51
investasinya, atau untuk menentukan perusahaan mana yang dapat memberikan keuntungan atas penanaman modal mereka. Perusahaan yang kinerjanya baik akan mampu memberikan keuntungan bagi investornya.
2.5.1 Risk Based Capital (RBC) Sebagai ukuran kecukupan modal, Risk Based Capital (RBC) memiliki peranan yang penting dalam sistem penyeleksian solvabilitas. Hal ini
disebabkan
modal
aktual
(surplus)
perusahaan
asuransi
bila
dibandingkan dengan kebutuhan RBC akan menyediakan informasi mengenai kekuatan finansial perusahaan tersebut. RBC merupakan persentase perbandingan antara indeks solvabilitas dengan kebutuhan indeks solvabilitas minimum, yang dirumuskan sebagai berikut : RBC =
x Solvability Index Min. Solvability Index Requirement
100%
Solvability Index = allowed assets + liabilities (without subordination loans) Minimum Requirement for Solvability Index = failure in assets organization + assets & liabilities in foreign exchange rate + real claims and potential claims + reinsured risk Batas Tingkat Solvabilitas, yaitu suatu jaminan minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan yaitu sebesar jumlah dan yang dibutuhkan untuk menutup kemungkinan terjadinya risiko kerugian yang timbul sebagai
52
akibat dari deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Risk Based Capital (RBC) merupakan indikator kesehatan perusahaan asuransi, yang diperoleh dari hasil membandingkan selisih kekayaan yang diperkenankan dan kewajiban dengan batas minimum tingkat solvensi, bisa dilihat sebagai kemampuan perusahaan asuransi dalam menanggung segala risiko klaim. Sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
No.424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi pasal 43, penyesuaian pemenuhan ketentuan mengenai batas tingkat solvabilitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Sejak triwulan III tahun 2003, batas tingkat solvabilitas paling sedikit 75% dari batas tingkat solvabilitas minimum. b. Sejak akhir tahun 2003, batas tingkat solvabilitas paling sedikit 100% dari batas tingkat solvabilitas minimum. c. Sejak akhir tahun 2004, batas tingkat solvabilitas paling sedikit 120% dari batas tingkat solvabilitas minimum. Sesuai pasal 32, Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi harus memiliki kekayaan dalam bentuk investasi yang telah memenuhi ketentuan mengenai jenis, penilaian, dan pembatasan kekayaan yang diperkenankan, paling sedikit sebesar jumlah cadangan teknis dan kewajiban pembayaran klaim retensi sendiri.
53
2.5.2 Return On Asset (ROA) Return on Assets (ROA) atau yang sering juga disebut dengan return on investment (ROI) merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset perusahaan. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai dua hal. Pertama, rasio ini mengukur kemampuan pihak manajemen perusahaan dan tingkat efisiensi dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Kedua, rasio ini menggambarkan tingkat pengembalian total yang akan diterima oleh semua pihak penyedia modal (hutang dan saham), terlepas dari mana sumber modal tersebut berasal. Semakin tinggi nilai ROA, akan mengindikasikan jika pihak manajemen perusahaan dapat mengelola aset perusahaan secara efektif dan semakin baik pihak manajemen dalam menghasilkan tingkat pengembalian bagi pemilik modal Untuk mendapatkan ROA dilakukan perhitungan melalui pembagian antara net profit (net income) yang dilaporkan dengan total aset yang terdapat di neraca. Net Profit ROA = Total Assets Dalam perhitungan ROA ini, total aset yang digunakan akan lebih tepat bila menggunakan rata-rata dari total aset (awal tahun dan akhir tahun) selama periode perhitungan daripada hanya menggunakan total aset pada akhir tahun. Menggunakan rata-rata total aset akan memberi nilai tambah
54
bagi investor karena akan mengetahui pertumbuhan, penurunan, atau faktor signifikan lainnya dalam suatu bisnis. Melalui metode Du Pont, perhitungan ROA dapat diperoleh melalui : ROA = Net profit margin x Total Assets Turnover
ROA =
Net income Sales x Sales Total assets
2.5.3 Return On Equity (ROE) Return on Equity adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas saham biasa. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa. Semakin tinggi Return on Equity maka semakin rendah risiko perusahaan. Semakin rendah Return on Equity maka semakin tinggi risiko perusahaan
Net Income Return on Equity = Total Equity Agar lebih memahami tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
Return on Equity maka akan dilakukan dekomposisi untuk menjabarkan Return on Equity yang dikenal dengan nama Du Pont System. Net Income ROE =
Pretax Profits x
Pretax Profits
EBIT x
EBIT
Sales x
Sales
Assets x
Assets
Equity
ROE = Tax-Burden Ratio x Interest Burden Ratio x Profit Margins x Asset Turnover x Leverage Ratio
55
2.5.4 Rasio Likuiditas (Current Ratio) Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam membiayai operasi dan memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi. Sehingga rasio likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Pada penulisan thesis ini, untuk mengukur rasio likuiditas, rasio yang dipakai adalah rasio lancar Current Ratio (Current Ratio), karena dalam
pengukurannya
perusahaan
tidak
menggunakan
persediaan
(Inventory). Rasio lancar (Current Ratio) dicari dengan membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka pendek dari para kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu dekat. Aktiva Lancar Rasio Lancar = Kewajiban Lancar Aktiva lancar meliputi : kas, surat-surat berharga, piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar meliputi : utang usaha, wesel bayar jangka pendek, utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam setahun, pajak penghasilan akrual, dan beban akrual atau beban terutang (terutama upah).
56
2.6 Keterbatasan Analisis Rasio Brigham dan Weston (1990, p313-314) mengatakan bahwa meskipun analisis rasio dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan keadaan keuangan perusahaan, namun didalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang memerlukan kehati-hatian dan pertimbangan. Sebagian dari masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1.Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca-nilai yang tercatat di neraca kerap kali sangat berbeda dari nilai yang “sebenarnya”. Lebih jauh lagi, karena inflasi mempengaruhi baik beban penyusutan maupun biaya persediaan maka laba juga tentu dipengaruhi. 2.Faktor-faktor musiman juga menyebabkan ketimpangan pada analisis rasio. Misalnya, rasio perputaran persediaan bagi pabrik pengolah makanan akan sangat berbeda apabila angka persediaan yang digunakan adalah angka persediaan persis sebelum proses pengalengan selesai atau persediaan persis setelah proses pengalengan selesai. 3.Perusahaan dapat menggunakan teknik “window dressing” agar laporan keuangannya kelihatan lebih baik daripada sesungguhnya. 4.Perbedaan praktek operasi dan metode pencatatan akuntansi dapat menyebabkan distorsi dalam perbandingan seperti metode penilaian persediaan dan penyusutan dapat mempengaruhi laporan keuangan dan karena itu mendistorsikan perbandingan di antara perusahaan.
57
5. Sukar menentukan secara pasti apakah suatu rasio “baik” atau “buruk”. Misalnya, rasio lancar yang tinggi mungkin menunjukkan posisi likuiditas yang kuat tetapi bisa juga menandakan adanya kas berlebih yang tentunya tidak baik (karena tidak produktif).
2.7 Pengukuran Imbal Hasil Dan Risiko Saham Dalam aktifitas investasi, baik investasi pada financial assets seperti saham dan obligasi, maupun real assets seperti tanah bangunan, pada umumnya mengandung dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu risiko (risk) dan tingkat imbal hasil (return). 1. Imbal hasil Realisasi (Realized Return) Merupakan imbal hasil yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis, sebagai salah satu faktor penting yang digunakan dalam pengukuran kinerja dari suatu persahaan, dan digunakan sebagai dasar penentuan tingkat keuntungan yang diharapkan (Expected Return), serta risiko yang akan dihadapi pada masa datang. Rumus yang digunakan dalam memperoleh tingkat imbal hasil realisasi ini adalah:
Pi – Pi-1 ri = Pi-1
58
Dimana:
ri
= Tingkat imbal hasil (return) realisasi pada saham i
Pi
= Harga penutupan (closing price) pada hari ke i
Pi-1 = Harga penutupan (closing price) pada hari i-1
2. Imbal Hasil yang Diharapkan (Expected Return) Merupakan imbal hasil yang belum pasti terjadi tetapi diharapkan akan dapat terjadi dan mampu diperoleh pemodal (investor) pada masa yang akan datang. Rumusan yang digunakan dalam memperoleh tingkat imbal hasil yang diharapkan ini, adalah:
E(Pi) – E(Pi-1) E(Ri) = n Dimana:
E(Ri) = Tingkat imbal hasil (return) yang diharapkan pada saham i E(Pi) = Harga penutupan (closing price) pada hari ke i E(Pi-1) = Harga penutupan (closing price) pada hari i-1 n
= Jumlah observasi
3. Risiko (Risk)
59
Merupakan penyimpangan (deviasi) antara tingkat imbal hasil yang diperoleh terhadap imbal hasil yang diharapkan. Oleh karenanya, dimensi risiko terbagi menjadi dua, yaitu menyimpang lebih kecil atau menyimpang lebih besar. Risiko merupakan variabilitas tingkat imbal hasil realisasi terhadap tingkat imbal hasil yang diharapkan. Risiko diwujudkan dalam bentuk standard deviasi (ukuran penyebaran) yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan tingkat imbal hasil yang diperoleh menyimpang terhadap imbal hasil yang diharapkan. Rumusan untuk standar deviasi adalah: n
Σ (Xi - X) i=1
SD =
n-1
Dimana: SD
= Standar deviasi
Xi
= Nilai ke-i
X
= Nilai rata-rata
n
= Jumlah observasi
Notasi untuk standard deviasi adalah σ
2.8 Pengujian Statistik
60
2
2.8.1 Korelasi (Correlation) Korelasi digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya hubungan antara suatu variabel (variabel X) dengan variabel lainnya (variabel Y). Jika kedua variabel dapat bergerak secara bersamaan, maka dapat dikatakan bahwa kedua varibel tersebut berkorelasi. Kecenderungan besarnya pengaruh korelasi antara dua variabel dapat dilihat melalui koefisien korelasinya yang dinotasikan dengan r, dimana: a.
r = 0, menunjukkan tidak adanya hubungan korelasi antara dua variabel, atau dengan kata lain tidak adanya hubugan linier antara dua variabel acak tersebut.
b.
r = 1, menunjukkan adnya korelasi linier positif (+) sempurna antara dua variabel, dimana jika terjadi peningkatan pada variabel X akan berpengaruh terhadap peningkatan pada variabel Y, atau jika terjadi penurunan pada variabel X akan berpengaruh terhadap penurunan pada variabel Y.
c.
r = -1, menunjukkan adnya hubungan korelasi linier negatif (-), sempurna antara dua variabel, dimana jika terjadi peningkatan pada variabel X akan berpengaruh terhadap penurunan pada variabel Y, atau jika terjadi penurunan pada variabel X akan berpengaruh terhadap peningkatan pada variabel Y. Dengan menggunakan data cardinal yang merupakan sekumpulan
data-data yang dinyatakan dalam ukuran kuantitatif serta koefisien korelasi
61
Pearson (Pearson preoduct-moment correlation coefficient), maka rumusan koefisien korelasi yang digunakan adalah:
n ΣXY – ΣX ΣY r=
√{[n ΣX² - (ΣX)²] [n ΣY² - (ΣY)²]} Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara suatu variabel (variabel X) dengan variabel lainnya (variabel Y), dapat dilakukan melalui pengujian hipothesis (hypothesis testing), yaitu: H0: ρ = 0 (Tidak ada hubungan antara variabel X dan Variabel Y) H1: ρ = 1 (Ada hubungan antara variabel X dan variabel Y) Dimana statistik uji (test statistic) yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut:
r
t(n-2) =
√ (1 - r²) / (n-2) Hasil dari statistik uji ini kemudian dibandingkan dengan t(α/2,
n-2)
dan nilai yang dapat dilihat pada tabel distribusi t.
2.8.2 Regresi Sederhana (Simple Regression) Suatu model regresi dianggap sederhana, jika hanya mempersoalkan pengaruh antara dua variabel, yaitu variabel terikat Y dan variabel bebas X. Tujuannya adalah untuk dapat mengukur intensitas pengaruh antara dua
62
variabel tersebut dan membuat prediksi serta dugaan nilai Y atas dasar nilai X. Garis linier yang ditarik atau diterapkan melalui titik-titik koordinat seringkali dinamakan garis duga (estimating line) atau garis regresi (regression line). Karena adanya variasi hasil pemilihan sampel, maka nilainilai pasangan berurut (Xi, Yi) hasil observasi tidak akan seluruhnya terletak pada garis regresinya. Umumnya, nilai-nilai tersebut akan menyebar sekitar garis regresinya. Garis regresi merupakan garis yang menghubungkan rata-rata Y dengan seluruh kemungkinan nilai-nilai X. Sedangkan konstanta atau parameter A dan B masing-masing merupakan titik potong terhadap nilai rata-rata Y jika X = 0, dan condong (slope) garis regresi terhadap sumbu X yang menunjukkan perubahan rata-rata Y terhadap perubahan X. Perlu juga diperhatikan, adanya kesalahan atau selisih (error) yang merupakan variabel acak yang bersifat bebas yang didistribusikan secara normal. Kesalahan yang demikian itu dapat dianggap sebagai hasil penjumlahan dari dua komponen, yaitu kesalahan pengukuran (measurement error) yang disebabkan oleh kurang tepatnya pengukuran atau pencatatan hasil observasi, dan kesalahan acak (random error) yang merupakan kesalahan yang tidak dapat diduga sebelumnya. Untuk memperoleh hasil estimasi regresi terbaik atas parameter β0 dan β1, dapat digunakan metode kuadrat terkecil (method of least squares)
63
untuk dapat menghasilkan estimasi asumsi linier terbaik (Best Linear
Unbiased Estimator - BLUE) atas parameter regresi β0 dan β1 yang memiliki kemungkinan nilai varian terkecil dari seluruh estimasi asumsi dari parameter regresi yang digunakan, dan berupa kumpulan titik-titik yang terletak didalam atau lebih dekat dengan garis lurus regresi kuadrat terkecil. Model regresi linier sederhana mencakup dua parameter, yaitu
intercept parameter yang dinotasikan dengan β0, dan slope parameter yang dinotasikan dengan β1. Rumusan untuk regresi linier sederhana, adalah:
Y = β0 + β1X + ε Dimana:
Y
= Variabel terikat (dependent variable).
β0
= Konstanta (intercept parameter).
β1X = Slope variabel bebas (independent variable). ε
= Standard Error. Dimana interval keyakinan (confidence interval) yang dapat
digunakan adalah t(α/2,
n−2),
dengan nilai yang dapat dilihat pada tabel
distribusi t. Derajat bebas (degree of freedom) untuk mengetahui kesalahan dalam regresi sederhana dinyatakan dengan n - 2 karena dari jumlah n data dimana hanya ada dua parameter (β0 dan β1) akan diperkirakan. Untuk mengetahui adanya atau tidak adanya pengaruh linier antara suatu variabel (variabel X) dengan variabel lainnya (variabel Y) dapat
64
dilakukan melalui pengujian hipothesis (hypothesis testing) yang merupakan pengujian dua arah (two-tailed test), yaitu: H0: β1 = 0 (Tidak ada pengaruh linier antara variabel X dan variabel Y). H1: β1 ≠ 0 (Ada pengaruh linier antara variabel X dan variabel Y). Statistik uji (statistic test) yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut:
b1 t(n − 2) =
s (b1)
Dimana: t(n − 2) = Distribusi t dengan derajat bebas (degree of freedom) adalah n−2. b1
= Penduga parameter.
s (b1) = Standard error dari penduga parameter.
2.8.3 Regresi Berganda (Multiple Regression) Bilamana pengujian hipothesis yang dilakukan menunjukkan adanya pengaruh dari beberapa variabel-variabel bebas sebagai predictor variables (variabel X) terhadap variabel terikat sebagai hasil estimasi (variabel Y), maka teknik regresi yang dilakukan merupakan regresi berganda (multiple
regression), dengan rumusan sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ... + βiXi + ε Dimana:
65
Y
= Variabel terikat (dependent variable)
β0 = Konstanta (intercept parameter) βi
= Koefisien Slope (Slope Coefficient)
Xi
= Variabel bebas (Independent Variable)
ε
= Standard Error.
Untuk menghitung b0,b1,b2...bn digunakan persamaan sebagai berikut :
∑ y = nb + b ∑ x + b ∑ x ∑ x y = b ∑ x +b ∑ x +b ∑ x x ∑ x y = b ∑ x +b ∑ x x +b ∑ x 0
1
1
2
2
2
1
0
2
0
1
2
1
1
1
2
1 2
1 2
2
2
2
Sedangkan untuk mengukur korelasi antara ketiga variabel atau lebih, digunakan koefisien determinasi atau R Square, yang juga berfungsi mengetahui seberapa layak (fit) suatu model regresi berganda, dengan rumus sebagai berikut :
R2 =
r 2 yx1 + r 2 yx 2 + 2ryx1 .ryx2 .rx1 x 2 1 − r 2 x1 x 2
R Square berfungsi untuk menilai performans suatu model regresi namun memiliki batasan. Suatu nilai R Square bisa menyesatkan dikarenakan nilainya yang akan semakin meningkat dan tidak akan berkurang, seiring penambahan variabel independen dalam suatu model regresi berganda. Oleh karena itu diperlukan indikator penilaian yang lebih tepat untuk menilai korelasi antar ketiga variabel atau lebih dalam model
66
regresi, yaitu koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) dengan rumus sebagai berikut: 2
R =1 − (1 − R 2 )
n −1 n − (k + 1)
Suatu model regresi berganda semakin fit apabila nilai Adjusted R Square-nya semakin mendekati nilai satu, yang artinya semakin besar variasi pada variabel dependen yang bisa dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam model persamaan regresi. Mengingat adanya lebih dari satu slope variabel bebas, maka pengujian statistik yang dapat digunakan adalah F-test dengan jumlah derajat bebas adalah n-1, dan derajat bebas untuk error adalah n-(k+1).
Sedangkan untuk melakukan pengujian hipotesis (hypothesis testing) dapat diformulasikan sebagai berikut: H0: β1 = β2 = β3 = ... = βi = 0 (Tidak ada pengaruh dari variabel-variabel X
terhadap variabel Y) H1: βi ≠ 0 (Ada pengaruh dari sedikitnya satu variabel X terhadap variabel
Y). Untuk melihat besarnya pengaruh explanatory power masing-masing variabel Xi (variabel bebas) terhadap variabel Y (hasil estimasi) dapat dilakukan pengujian signifikansi parameter slope regresi individu (test of the significance of individual regression slope parameters), βi dengan rumus:
67
t[n-(k+1)] =
bi - 0 s(bi)
Dimana:
t[n-(k+1)] = Distribusi t dengan derajat bebas adalah n-(k+1). bi
= Slope parameter ke-i
s(bi)
= Standard error dari slope parameter ke-i
2.8.4 Uji Problem Regresi 2.8.4.1 Multikolinearitas (Multicollinearity) “A problem that arises when some of your explanatory (X) variables are too similar. The individual regression coefficients are too poorly estimated because there is not enough information to decide which one (or more) of the variables is doing the explaining.” (Siegel, 2000, p494) Multikolinearitas
adalah
keadaan
dimana
variabel-variabel
independen dalam persamaan regresi mempunyai korelasi (hubungan) yang erat satu sama lain. Parameter yang mudah ditenggarai dari adanya multikolinearitas: 1. Biasanya regresi mempunyai persamaan dengan nilai R2 yang tinggi atau sangat tinggi, Fhitung tinggi, tetapi banyak variabel bebas yang tidak signifikan (thitung-nya rendah).
68
2. Terdapat beberapa variabel yang mempunyai nilai Eigenvalue mendekati nol dan nilai Condition Index lebih besar dari 15. 3. Variabel-variabel independen mempunyai nilai VIF lebih besar dari 2 dan nilai Tolerance yang mendekati 0. Multikolinearitas menyebabkan timbulnya masalah-masalah, yaitu: 1.
Koefisien regresi yang bertanda positif dalam regresi sederhana bisa berubah negatif dalam regresi berganda atau sebaliknya.
2.
Fluktuasi nilai estimasi koefisien regresi sangat besar.
3.
Jika variabel-variabel independen terkorelasi satu sama lain, variabel-variabel tersebut menjelaskan varian yang sama dalam mengestimasi
variabel
dependen,
jadi
penambahan
variabel
independen tidak berpengaruh apa-apa. Multikolineritas terkadang dapat dihilangkan dengan cara: 1. Memperbanyak jumlah sampel 2. Melakukan transformasi terhadap hubungan fungsional, dan/atau 3. Menghilangkan variabel independen yang memiliki kolinearitas tinggi. Metode terakhir dapat berarti penghilangan harga sebagai variabel penjelas yang kadang dapat menimbulkan permasalahan baru yang lebih serius dibandingkan masalah multikolinearitas itu sendiri.
2.8.4.2 Autokorelasi (Autocorrelation)
69
“Succesive observations of the depedent variable are uncorrelated. Violation of this assumption is caled autocorrelation. Autocorrelation often happens when data are collected successively over periods of time.” (Lind, Marchal, Mason, 2003, p511) Autokorelasi bisa digunakan untuk dua tujuan: 1.Untuk mendeteksi ketidak-acakan (non-randomness) dalam datadatanya. 2.Untuk mengidentifikasi dan memberikan time-series model yang sesuai jika data-datanya tidak acak (random). Dengan definisi pengukuran yang dilakukan, Y1, Y2, ..., YN pada waktu X1, X2, ..., XN, dengan lag dari k sebagai fungsi autokorelasi, maka:
Walaupun variabel waktu X tidak digunakan dalam rumus autokorelasi, asumsinya adalah bahwa observasinya adalah equi-spaced. Autokorelasi
adalah
koefisien
korelasi,
bagaimanapun
dibandingkan dengan korelasi antara dua variabel, korelasinya antara dua nilai dari variabel yang sama pada waktu Xi dan Xi+k. Pada saat autokorelasi digunakan untuk mendeteksi ketidak-acakan (non-randomness), biasanya hanya pada bagian pertama (lag 1) dari autokorelasi yang menjadi perhatian Jika pada saat autokorelasi digunakan untuk mengidentifikasi dan memberikan time-series model yang sesuai, autokorelasi biasanya direncanakan untuk lag yang banyak.
70
Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara sejumlah penelitian dalam waktu yang berurutan. Oleh karenanya masalah autokorelasi sering timbul pada data rentet waktu (time series). Autokorelasi seringkali disebut dengan istilah korelasi serial, misalnya data pertama berkorelasi dengan data kedua, data kedua berkorelasi dengan data ketiga, dan selanjutnya, hal ini disebut korelasi serial derajat pertama. Model regresi yang baik tentunya mengandung asumsi bahwa tidak terdapat korelasi serial diantara error term-nya (e). Salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah menggunakan Durbin-Watson d Statistic, dengan rumus sebagai berikut:
∑ d=
n i=2
(ei − ei −1 ) 2
∑
n
2 i =1 i
e
Dimana: ei
= residual (selisih antara Y observasi dengan Y prediksi/Y-Ŷ)
ei -1 = residual satu periode sebelumnya Korelasi serial diantara error term dapat terjadi karena berbagai faktor antara lain sebagai berikut: 1. Data observasi dari suatu situasi kelesuan sehingga data observasi selanjutnya yang menaik jelas dipengaruhi oleh data sebelumnya.
71
Dalam situasi seperti ini, data observasi yang dahulu dengan yang belakangan kemungkinan besar bersifat interdependen. 2. Tidak memasukkan variabel bebas tertentu yang sebenarnya turut mempengaruhi variabel dependen. Adapun akibat adanya autokorelasi diantara error terms terhadap penaksiran regresi ialah: 1.
Varian residual (error term) akan diperoleh lebih rendah daripada semestinya sehingga mengakibatkan koefisien determinasi (R2) menjadi lebih tinggi daripada yang seharusnya.
2.
Pengujian statistik dengan menggunakan t-statistics dan F-statistics akan menyesatkan. Dengan menggunakan Durbin-Watson Test, nilai yang dihasilkan akan berkisar antara 0 sampai dengan 4. •
Semakin nilai d mendekati nilai 0 (nol) menandakan semakin cukup bukti untuk dikatakan adanya autokorelasi positif.
•
Tetapi jika nilai d semakin mendekati nilai 4 (empat) menandakan cukup bukti untuk dikatakan adanya autokorelasi negatif.
•
Jika nilai d semakin mendekati nilai 2 (dua) menandakan semakin terbukti tidak adanya autokorelasi. Sedangkan pengambilan keputusan menurut aturan Durbin-Watson
Test adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. Pengambilan keputusan berdasarkan Durbin-Watson Hipotesis nol (H0)
Keputusan
72
Jika (If)
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak H0
0
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada keputusan
dL
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak H0
4-dL
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada keputusan
4-dU
Tidak ada autokorelasi positif ataupun negatif
Tidak ada keputusan
dU
Ada dua nilai kritis (two critical d values) yang dihasilkan oleh Durbin-Watson Test, yaitu batas atas (upper limit) dU dan batas bawah (lower limit) dL. Keputusan bisa diambil apabila nilai d yang dihasilkan berada diluar batas antara dU dan dL.
2.8.4.3 Heteroskedastisitas (Heteroscedasticity) Tujuan uji heteroskedastisitas adalah menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas pada model regresi dapat dilihat dengan menggunakan scatterplot, yang melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik, menggunakan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
73
•
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.
•
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
74