BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Stres 2.1.1 Pengertian Stres Menurut Lazarus (Dalam Lumongga, 2009), stres merupakan bentuk interakasi antara individu dan lingkungan yang dinilai individu sebagai sesuatu yang membebani atau melampaui kemampuan yang dimilikinya, serta mengancam kesejahteraan. Dengan kata lain, stres merupakan fenomena individu terhadap tuntutan lingkungan. Ardani (2007) menyatakan stres adalah tekanan internal maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan (an internal and eksternal pressure and other troublesome condition in life). Orang sering kali mengalami hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif, dan keinginan. Hambatan tersebut dapat berasal dari hal-hal internal maupun eksternal dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Nevid (2003) menyatakan stres adalah suatu tuntutan yang mendorong organisme untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri. Stres berimplikasi secara luas pada masalah fisik maupun psikologis, sumber-sumber psikologis dari stres tidak
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
hanya menurunkan kemampuan untuk menyesuaikan diri, tetapi secara tajam juga mempengaruhi kesehatan. Menurut Krantz & Mc Ceney (dalam John, 2009) menyatakan ketika tubuh terpapar bahaya atau ancaman, hasilnya adalah sekumpulan perubahan fisiologis yang secara umum disebut respons stres atau stres saja. Semua stressor ( Pengalaman yang menginduksi respons stres), yang bersifat psikologis (misalnya kecemasan karena kehilangan pekerjaan ) atau fisik (misalnya, paparan dingin dalam waktu lama), menghasilkan pola inti perubahan fisiologis yang serupa tetapi, stres psikologis kronis (misalnya dalam bentuk ketakutan kronis adalah yang paling sering terimplikasi dalam kesehatan) . Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa stres adalah suatu kondisi dimana individu mengalami suatu tekanan dan hambatan dalam beradaptasi dan menyesuaikan diri. Selain itu stress juga berimplikasi secara luas pada masalah-masalah fisik maupun psikologis.
2.1.2 Teori-Teori Stres Dalam psikologi istilah stres (stress) digunakan untuk menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu /organisme agar ia beradaptasi atau menyesuaikan diri. Sumber stres disebut stresor (stressor). Istilah stres perlu dibedakan dengan istilah distres (distress). Istilah distres mengacu pada penderitaan fisik atau mental.
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Lazarus (dalam Lumongga, 2009) dampak negatif dari stres bagi individu dapat meliputi aspek fisiologis dan psikologis, seperti berikut ini : 1) Dampak fisiologis stres adalah dapat mengganggu kesehatan, stres dapat menyebabkan
timbulnya
penyakit-penyakit
karena
terganggunya
sistem
kekebalan tubuh atau sistem imun. 2) Dampak Psikologis stres adalah dapat menimbulkan gangguan-gangguan seperti gangguan kecemasan atau depresi. Sedangkan pada ibu hamil stres tidak hanya berdampak kepada ibunya namun akan berpengaruh juga kepada janin yang sedang dikandung. Salah satunya adalah akan menyebabkan bayi lahir prematur. Dampak dan faktor-faktor stres diatas akan dibahas lebih dalam lagi pada teori-teori stres dibawah ini : a. Teori Stres Cannon Teori stres bermula dari penelitian Cannon (1929) yang kemudian di adopsi oleh Mayer (1951) yang melatih para dokter untuk menggunakan riwayat hidup penderita sebagai saran diagnostik karena banyak dijumpai kejadian traumatik pada penderita yang menjadi penyebab penyakitnya. b. Teori Stres Hans Selya Dalam penelitian modern tentang stres dimulai pada tahun 1956 saat seorang dokter Canada yang bernama Hans Selye (1907-1982) mempublikasikan the stress of life.Selye adalah ilmuwan pertama yang berusaha menjelaskan cara stresor eksternal “ menyusup” dan membuat sakit. Selye mengambarkan respons tubuh 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terhadap segala jenis stresor eksternal sebagau sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome), serangkaian reaksi fisiologis yang terjadi dalam tiga tahapan: 1)
Fase alam ( the alarm phase), ini adalah fase saat tubuh menggerak sistem saraf simpatetik untuk menghadapi ancaman langsung.
2)
Fase penolakan (the resistance phase), saat tubuh berusaha menolak atau mengatasi stresor yang tidak dapat dihindari.
3)
Fase kelelahan (the exhaustion phase), saat stress berkelanjutan mengurus energi tubuh, meningkatkan kerentanan terhadap masalah fisik dan pada akhirnya akan memunculkan penyakit . Selye juga pertama kali mendeskripsiakan respons stres pada 1950-an dan
dengan cepat menengarai sifat gandanya. Dalam jangka pendek, stres menghasilkan perubahan adaptif yang membantu untuk merespon stresornya (misalnya mobilisasi sumber energi ) tetapi , dalam jangka panjang ia menghasilkan perubahan-perubahan yang maladaptif (misalnya, kelenjar adrenal yang membesar) (de Kloet, Joels, dan Holsboer, 2005). Fitur utama teori Selye adalah pendapat bahwa stresor fisik maupun psikologis menginduksi respons stres yang secara umum sama. Pendapat ini tidak seluruhnya benar. Ada cukup banyak barang bukti bahwa semua jenis stresor psikologis pada umumnya seperti kehilangan pekerjaan, akan menempuh ujian akhir, atau putus hubungan bertindak seperti stresor fisik. Akan tetapi, pendapat Selye bahwa hanya ada satu respons stres terbukti terlalu disederhanakan. Respon
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
stres kompleks dan bervariasi, respon hanya bergantung pada stresornya, kapan waktunya, sifat orang yang mengalami stres, dan bagaimana orang yang mengalami stres bereakasi terhadap stresornya (Miller, Chen, & Zhou, 2007). Selye dalam penelitiannya menggunakan stimulus untuk menimbulkan reaksi fisiologik yang ia sebut GAS (General Adaption Syndrome). Menurut teorinya stresor fisik maupun psikologik akan mengakibatkan tiga tingkat gejala adaptasi umum: tahap reaksi alarm (alarm reaction), resistensi (resistance) dan tahap kehabisan tenaga (exhaustion). c. Psikoneuroimunologi Perubahan penting dalam studi tentang stres dan kesehatan datang 1970-an dengan adanya penemuan bahwa stres dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit-penyakit infeksi, sampai saat itu dianggap “ strictly physical ” . Penemuan bahwa stres dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi ini terjadi pada awal 1980-an dengan munculnya sebuah bidang baru biopsikologis. Bidang ini adalah Psikoneuroimunologi studi tentang interaksi antara faktor psikologis, sistem saraf, dan sistem imun (sistem kekebalan) (Fleshner & Laudenslager, 2004). Sistem kekebalan adalah mikroorganisme yang menyukai iklan nutritif tubuh yang hangat dan lembab (Ploegh, 1998).
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
d. Teori hubungan Stres dan Penyakit Di dalam stres juga terdapat teori hubungan stres dan penyakit, teori ini menjelaskan bagaimana stres menyebabkan atau memperparah penyakit fisik. Menurut Watson dan Penbekkers (dalam Gerald 2006), setelah melakukan kajian literatur secara ekstensif, menyimpulkan bahwa hubungan pasti antara emosi negatif dan penyakit dituturkan. Hubungan stres dan penyakit merupakan hal yang nyata, namun dimensinya secara tidak langsung melalui perubahan perilaku sehat dan bukan melalui efek biologis langsung dari stres. Ada beberapa teori yang membahas hubungan antara stres dan penyakit diantaranya adalah : a. Teori Biologis Respons biologis terhadap stres merupakan bagian dari respons yang sehat dan rutin. Kerusakan fisiologis hanya dapat terjadi bila respons biologi terhadap stres terus menerus diaktifkan, atau proses counter-regulatory tidak mengembalikan sistem tubuh kekondisi sebelum stres. 1) Teori Kelemahan Somatik (Somatic Weak Theory) Faktor genetik, penyakit yang pernah diderita sebelumnya, diet, dan sejenisnya dapat mengganggu sistem organ tertentu, yang kemudian menjadi lemah dan tidak memiliki daya tahan terhadap stres.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2) Teori Reaksi Spesifik (Spesific Reaction Theory) Telah ditemukan bahwa setiap orang memiliki pola respons otonomik terhadap stres yang bersifat individual. Pada seseorang reaksinya dapat berupa detak jantung menjadi lebih cepat, namun tidak mengalami percepatan detak jantung. 3)
Pemaparan Jangka Panjang pada Hormon Stres Teori yang lebih mutakhir berupaya menjelaskan fakta bahwa berbagai perubahan biologis yang ditimbulkan oleh stres bersifat adaptif dalam jangka pendek, contohnya mobilisasi sumber daya energi dalam persiapan aktivitas fisik, namun berbahaya dalam jangka panjang.
4)
Stres dan Sistem Imun Pada level umum, stresor memiliki banyak efek pada berbagai macam sistem tubuh dan sistem saraf otonom, level hormon dan aktivitas otak. Salah satu bidang utama yang menjdi perhatian dewasa ini adalah sistem imun, yang berperan dalam penyakit infeksi, kanker, dan alergi serta dalam penyakit otoimun, diamana sistem menyerang tubuh.
b. Teori psikologis Berbagai teori psikologi berupaya menjelaskan perkembangan berbagai macam gangguan psikofisiologis dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kondisi emosional yang tidak didasari, karakteristik, kepribadian, penilaian kognitif, gaya coping tertentu terhadap stres.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Teori Psikoanalisis Dari beberapa teori psikoanalisis yang telah mempelajari psikofisiologis, Franz Alexander
memberikan
dampak
terbesar
menurutnya
setiap
gangguan
psikofisiologis merupakan akibat kondisi emosional yang tidak disadari yang spesifik bagi gangguan tersebut. d. Faktor-faktor Kognitif dan Behavioral Level kognisi tinggi yang terdapat pada manusia melalui evolusi juga menciptakan pikiran negatif, yang dapat menimbulkan perubahan fisik yang bertahan lama dari yang diinginkan. Kapasitas mental yang lebih tinggi, demikian diteorikan, membuat tubuh berada dalam badai fisik yang tidak dapat ditanggung oleh tubuh.
2.1.3. Sumber-Sumber Stres Sumber stres disebut stresor (stressor). Stressor menyangkut faktor psikologis seperti ujian sekolah, masalah hubungan sosial, dan perubahan hidup seperti kematian orang tercinta, perceraian, atau pemutusan hubungan kerja (PHK). Stresor menyangkut pula masalah sehari-hari seperti kemacetan lalu lintas dan faktor lingkungan fisik seperti kebisingan dan suhu udara yang terlalu panas/dingin. Sedangkan didalam kehamilan terdapat banyak sumber-sumber stres. Masa kehamilan adalah masa yang paling rentan bagi para ibu yang mengandung maupun bayi yang dikandungnya banyak hal yang dapat terjadi pada ibu dan bayi dimasa kehamilan. 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada masa kehamilan biasanya calon ibu akan mengalami fase “ ngidam” yaitu banyak hal yang diinginkan oleh ibu. Pada fase ini peranan suami sangat di butuhkan agar selama masa
kehamilan
istri dapat merasa nyaman dan tidak
mengalami stres. Hal ini dikarenakan sikap suami terhadap istri yang sedang mengandung sangat mempengaruhi kondisi psikologis istri dan bayi yang sedang dikandung. Selain itu masalah lainnya yang juga menjadi penyebab stres pada ibu hamil adalah kesiapan seorang wanita menjadi calon ibu karena kesiapan itu sangat mempengaruhi seberapa diinginkannya kehamilan tersebut. Jika calon ibu, merasa dirinya siap menjadi seorang ibu maka ia dapat menjalani masa kehamilannya dengan baik. Namun sebaliknya jika tidak ada kesiapan maka akan banyak hal yang akan menjadi hambatan pada masa kehamilan dan akan menyebabkan stres yang akan berpengaruh pada bayi yang sedang dikandung.
2.1.4. Tahapan Stres Van Ambreg (dalam Dadang Hawari, 2001) dalam penelitiannya membagi tahapantahapan stres sebagai berikut : Stres tahap I Tahap ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut : a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting ) b. Penglihatan “ tajam” tidak sebagaimana biasanya 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula. d. Merasa senang
dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat,
namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
Stres tahap II Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut : a. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang c. Lekas merasa capai menjelang sore hari d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman ( bowel discomfort ) e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya ( berdebar-debar) f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang g. Tidak bisa santai
Stres tahap III Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II tersebut diatas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu : 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Gangguan lambung dan usus semakun nyata; misalnya keluhan “maag“ (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare) b. Ketegangan otot-otot semakin terasa c. Perasaan tidak tenang dan ketegangan emosional semakin meningkat d. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau bangun terlalu pagi / dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia) e. Koordinasi tubuh terganggu ( badan terasa doyong dan mau pingsan)
Stres tahap IV Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III diatas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul : a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit b. Aktivitas perkejaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit c. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk me respons secara memadai ( adequate) d. Ketidak mampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari e. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
f. Seringkali menolak ajakan (negativism) karena semangat dan kegairahan g. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun h. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat di jelaskan apa penyebabnya .
Stres tahap V Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut : a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion) b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana c. Gangguan pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder) d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
Stres tahap VI Tahap ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik ( panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut :
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Debaran jantung teramat keras b. Susah bernafas ( sesak dan megap-megap) c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan e. Pingsan atau kolaps (collapse).
Sedangkan stres yang dialami ibu pada masa kehamilan dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu :
1. Tahap pertama adalah pada triwulan pertama, yaitu pada saat usia kehamilan satu hingga tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu belum terbiasa dengan keadaannya, di mana adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kejiwaan ibu, sehingga ibu sering merasa kesal atau sedih. Selain itu, ibu hamil ada juga yang mengalami mual-mual dan morning sickness, yang mengakibatkan stres dan gelisah. 2. Tahap kedua saat triwulan kedua, yaitu pada saat usia kehamilan empat hingga enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu sudah merasa tenang, karena telah terbiasanya dengan keadaannya. Di tahap ini, ibu hamil sudah dapat melakukan aktivitas, termasuk aktivitas hubungan suami istri. 3. Pada tahap ketiga yakni trimester ketiga, stres pada ibu hamil akan meningkat kembali. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang kurang
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
nyaman dan mudah terserang rasa lelah dan semakin bertambah dekatnya waktu persalinan pun akan membuat tingkat stres ibu semakin tinggi. Perasaan cemas muncul bisa dikarenakan si ibu memikirkan proses melahirkan serta kondisi bayinya. 2.1.5. Gejala atau Reaksi Stres Guna mengetahui apakah seorang ibu mengalami stres, bisa dilihat dari beberapa gejalanya. Oleh para ahli, gejala atau reaksi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu (Abdullah, 2007) : a. Gejala atau Reaksi Fisik Yang termasuk gejala bersifat fisik antara lain adalah : sakit kepala, darah tinggi, sakit jantung atau jantung berdebar-debar, sulit tidur, sakit lambung, mudah lelah, keluar keringat dingin, kurang nafsu makan, sering buang air kecil. b. Gejala atau Reaksi Psikis Adapun yang termasuk gejala stres bersifat psikis antara lain adalah : gelisah atau cemas, kurang konsentrasi bekerja, sering melamun, sikap masa bodoh, sikap pesimis, selalu murung, malas bekerja, bungkam seribu bahasa, hilang rasa humor, mudah marah, bersikap agresif, seperti kata-kata kasar yang menghina atau menempeleng, menendang, membanting pintu dan suka memecahkan barang-barang.
Robbins (2003) membagi gejala stres dalam tiga kategori umum, yaitu gejala fisiologis, gejala psikologis, gejala perilaku
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Gejala Fisiologis Stres dapat menciptakan perubahan metabolisme, meningkatkan laju detak jantung dan
pernapasan,
meningkatkan
tekanan
darah,
menimbulkan
sakit
kepala,
menyebabkan serangan jantung. b. Gejala Psikologis Stres berkaitan dengan psikologis dapat menimbulkan rasa tidak puas dalam melakukan pekerjaan, stres muncul dalam keadaan psikologis lain misalnya : ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, perasaan frustasi dan suka menunda-nunda sesuatu. c. Gejala perilaku Dikaitkan dengan perilaku seperti perubahan produktivitas, bicara cepat, gelisah, gangguan tidur, berkurangnya antusiasme, bersikap sinisme, mengabaikan informasiinformasi baru. 2.2. Kelahiran Prematur 2.2.1. Pengertian Kelahiran Prematur. Bayi yang dilahirkan kurang dari kehamilan minggu ke-37 dan beratnya kurang dari 2,5 kg serta panjangnya kurang dari 46 cm disebut bayi prematur (Surasmi, 2002). Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan sebelum menyelesaikan 37 minggu masa kehamilan (Papilia, 2009). Bayi dengan berat badan dibawah normal bisa jadi preterm atau small fordate. Bayi yang lahir sebelum sempurna 37 minggu disebut Preterm (premature) 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
infant (bayi prematur), yang mungkin saja prematur atau tidak, memiliki ukuran yang sesuai dengan masa kehamilannya. Bayi Small-for-date (terlalu kecil untuk usia kandungan), yang mungkin saja prematur atau tidak, memiliki berat badan kurang dari 90 persen bayi dengan usia kandungan yang sama. Kecilnya ukuran fisik mereka biasanya disebabkan oleh kekurangan nutrisi pada waktu prenatal yang memperlambat pertumbuhan janin. Semua ibu di dunia ini tentu mengharapkan kelahiran anaknya dengan sehat, namun bila dikaruniai seorang anak yang lahir prematur bukan berarti tidak menerima keberadaanya sepenuh hati. Penyebab terjadinya kelahiran prematur umumnya tidak di ketahui. Namun, 15% dari kelahiran prematur di temukan pada kehamilan ganda (di dalam rahim terdapat lebih dari satu janin). Beberapa pakar medis menyebutkan, jarak kehamilan terlalu dekat, aktivitas fisik berlebihan, dan perilaku (buruk) ibu seperti perokok berat, pecandu minuman keras dan obat-obatan terlarang, juga berpotensi mengundang persalinan prematur.
2.2.2. faktor - faktor yang meningkatkan kecenderungan wanita memiliki bayi dengan berat badan dibawah normal. Beberapa faktor yang meningkatkan kecenderungan wanita memiliki bayi dengan berat badan dibawah normal adalah : 1) Faktor demografis dan sosioekonomis, seperti berusia dibawah 17 tahun atau lebih dari 40 tahun, miskin, lajang, atau tidak berpendidikan. 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2)
Faktor medis penghambat kehamilan, seperti tidak ingin memiliki anak lebih dari empat, berpostur pendek atau kurus, telah memiliki bayi dengan berat badan normal atau keguguran kembar, dilahirkan dengan barat badan dibawah normal, atau memiliki abnormalitas urinary atau genital atau darah tinggi kronis.
3)
Perilaku prenatal atau faktor lingkungan, gizi yang buruk, kurangnya perawatan prenatal, merokok, mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan, stres, hidup didataran tinggi, atau tekanan racun.
4)
Kondisi medis yang dikaitkan dengan kehamilan, seperti pendarahan vaginal, infeksi, tekanan darah rendah atau tinggi, anemia, terlalu kurus, dan telah melahirkan enam bulan sebelum ini atau lebih dari sepuluh tahun Martin, Halminton, et.al (Dalam Papalia, 2008 ).
Banyak dari faktor diatas saling berkaitan satu dengan yang lain. Namun, diantara berbagai faktor diatas status ekonomi yang rendah mendominasi. Jarak waktu yang paling aman antar kehamilan adalah 18-23 bulan Zhu, et.al ( Dalam Papalia, 2008). Dari beberapa faktor – faktor kelahiran prematur diatas stres merupakan salah satu faktor disamping faktor-faktor medis lainnya yang dapat menyebabkan bayi lahir prematur.stres dapat dialami ibu selama masa kehamilan maupun pada tahap-tahap tertentu baik secara fisik atau psikologis.
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3. Kerangka Pemikiran ( Theoritical Framework ) Sebelum penelitian ini dilakukan ada beberapa anggapan dasar yang muncul baik dari peneliti pribadi atau dari orang lain ataupun dari para ahli sebagai berikut : 1) Stres merupakan suatu hal yang bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia. Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang ingin di capai, yang terjadi secara berbenturan juga bisa menjdi penyebab timbulnya stres. 2) Bayi yang dilahirkan kurang dari kehamilan minggu ke-38 dan berat kurang dari 2,5 kg disebut prematur. Prematur disebabkan oleh ke tidak seimbangan kelenjar dalam tubuh ibu. Ke tidak seimbangan ini sering disebabkan oleh stres emosional yang berkepanjangan. Gambar 2.1.: Kerangka Pemikiran Penelitian Bayi Lahir Prematur
Kehamilan
Pengertian Kelahiran Prematur Faktor-Faktor yang menyebabkan kelahiran prematur
Stres Pengertian Stres Teori-Teori Stres Sumber-Sumber Stres Tahapan Stres
Bayi Lahir Normal Stress Pada Masa Kehamilan
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dimana rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah peneltian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoristis terhadap rumusan masalah penelitian, sebelum jawaban empirik. Karena masalah yang diteliti ini merupakan usaha untuk mencari ada tidaknya perbedaan, maka ada dus hipotesis yang muncul, yakni: a. Hipotesis Kerja (Ha) Terdapat perbedaan stres pada masa kehamilan antara ibu yang melahirkan bayi prematur dengan ibu yang melahirkan bayi normal. b. Hipotesis Nihil (H0) Tidak ada perbedaan stres pada masa kehamilan antara ibu yang melahirkan bayi prematur dengan ibu yang melahirkan bayi normal.
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/