15
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Analisa Pasar dan Industri Dalam menganalisa pasar (market analysis) dan industri pariwisata, kami
menggunakan beberapa teori diantaranya ialah menganalisa keadaan lingkungan baik dari sisi internal maupun eksternal. Kami menggunakan metode PEST analysis, yang meliputi aspek Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi, untuk mengetahui hubungan yang signifikan yang dapat berpengaruh di dalam kegiatan bisnis ini. Selain metode diatas, kami juga menggunakan model yang dikembangkan oleh Michael E. Porter, Five Forces Model, (Porter, 1980, 2008), untuk menganalisa pasar. Selanjutnya ialah menjelaskan STP (Segmenting, Targeting, Positioning), yaitu membagi pasar kedalam suatu segment berdasarkan profil kelompok dari suatu konsumen dan melihat Market Size (saat ini dan masa mendatang), Market Trends, Market Growth Rate.
2.1.1 Analisa Industri Dalam menganalisa suatu industi kami menggunakan 5 forces model yang dikembangkan pertama kali oleh Michael E. Porter. Model analisa ini biasa digunakan untuk menganalisis bagaimana suatu industri yang kompetitif akan 15
16
berpengaruh terhadap pemasaran suatu produk. model ini digunakan untuk membantu dalam mengetahui keunggulan posisi kompetisi saat ini dan yang akan dihadapi kemudian. Sehingga perusahaan dapat meningkatkan kekuatan, mengantisipasi kelemahan dan akan menghindari perusahaan dalam pengambilan keputusan yang salah.
Gambar 2.1 Porter’s 5 Forces
Ancaman dari Pendatang Baru (Threat of New Entrance) Analisa terhadap ancaman dari pendatang baru, yaitu kompetitor di bidang usaha
sejenis. Tingginya ancaman pendatang baru merupakan indikasi adanya permintaan (demand) dari wisatawan untuk pasar wisata di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur. Faktor ini menjelaskan tentang suatu ancaman dari kompetitor baru. Bagaimana kami menganalisa tingkat kesulitan dan kemudahan bagi terhadap pesaing baru yang masuk ke dalam industri ini. Di dalam analisa kami berdasarkan riset yang telah dilakukan di kawasan Flores, Nusa Tenggara Timur, Persaingan Industri jasa pariwisata disana termasuk tinggi (high level competition), hal ini dipengaruhi oleh
17
semakin tingginya ekploitasi tentang potensi pariwisata di sana yang dilakukan oleh pemerintah dan media (on-line maupun off-line). Dalam hal menghadapi persaingan dengan kompetitor baru di dalam industri ini, TRIPPER merancang strategi bisnis, seperti; -
Produk Inovasi, terhadap jasa yang ditawarkan kepada customer, seperti; memberikan konsep ekoturisme (ecotourism) di dalam bentuk produk kami, dimana wisatawan sebagai customer diberikan kesempatan menikmati kegiatan interaksi sosial langsung dengan masyarakat lokal setempat, melalui kegiatan kesenian dan budaya, seperti ; Seni tarian daerah, ritual upacara adat daerah setempat dan wisatawan dapat ikut berpatisipasi dengan masyarakat lokal untuk program kegiatan, seperti ; melestarikan ekosistem alam di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, contohnya; ikut menanam pohon untuk melestarikan hutan bakau di sekitar Pulau Flores, melepas penyu di habitat asli mereka dan pelestarian terumbu karang.
-
Promosi, Melaksanakan kegiatan promosi secara intens, dalam memperkenalkan brand TRIPPER. Promosi dilakukan dengan memanfaatkan on-line media (Website, E- News Letter), Social Media (Twitter, Facebook, Instagram), Off-line media (Media cetak, flyer dan ruang publik) dan kegiatan - kegiatan di lapangan seperti; event pameran (exhibition).
18
Ancaman dari produk pengganti (Threat of substitute product) Dalam analisa kami faktor ini bisa digolongkan dalam tingkat persaingan yang
tinggi (high level competition), karena pariwisata daerah disana juga dimiliki oleh daerah – daerah yang letak geografisnya berdekatan dengan provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya pulau Flores, seperti; Bali dan Lombok. Potensi pariwisata di daerah Bali dan Lombok, umumnya sudah banyak dikunjungi wisatawan asing maupun lokal, potensi pariwisata di kedua daerah tersebut sudah memiliki akses dan infrastruktur yang lebih memadai, seperti fasilitas transportasi dan akomodasi. Dalam menghadapi ancaman dari produk pengganti, TRIPPER memanfaatkan aspek sumber daya pariwisata yang ada di kawasan Flores, Nusa Tenggara Timur. yang tidak dimiliki oleh kawasan lain, seperti; Taman Nasional, Pantai di kawasan Flores, diving spot, danau dan kawasan pedesaan tradisional. dan sebagainya.
Mengukur kekuatan konsumen (Bargaining power of customer / buyer) Dalam hal ini TRIPPER sebagai perusahaan yang ikut berperan di sektor
industri pariwisata ini, menganalisa berdasarkan karakteristik konsumen, seperti; -
Wisatawan mancanegara dan domestik yang memiliki tujuan untuk berlibur.
-
Wisatawan yang belum mengetahui/pernah berkunjung langsung kesana.
-
Wisatawan yang mempertimbangkan pengeluaran mereka dengan pengalaman (experience) yang akan mereka dapatkan.
19
Menurut analisa yang kami lakukan tingkat persaingan bila dilihat dari aspek ini termasuk dalam tingkat yang sedang (moderate level competition), karena rata – rata wisatawan yang berkunjung ke daerah ini memiliki tipe karakteristik tersebut, khususnya wisatawan mancanegara. Selain itu tipe karakteristik dari pola liburan seperti tidak bisa dijadikan dasaran dalam mengukur kemampuan atau daya beli mereka. Pada umumnya mereka mempertimbangkan biaya yang sesuai dengan pengalaman (experiences) yang akan mereka dapatkan.
Menganalisa kekuatan supplier (Bargaining power of supplier) Supplier merupakan input yang menunjang kegiatan bisnis ini. Dalam
penelitian ini kami menganalisa, supplier dapat dikategorikan sebagai penyedia jasa transportasi, akomodasi, penyewaan alat selam dan snorkeling dan juga restaurant dan tempat kuliner. Berdasarkan analisa kami, kesempatan kami besaing di dalam bidang industri ini tergolong tinggi (high level competition), karena pola pemasaran bagi penyedia jasa pariwisata setempat, sebagian besar masih sangat bergantung kepada pelaku jasa tour guide lokal yang biasanya banyak ditemui di area bandara, kegiatan yang mereka lakukan umumnya bekerja untuk diri sendiri tidak ada organisasi yang membawahinya (freelance). Minimnya angkutan transportasi umum yang ada disana juga menjadi faktor kendala yang sangat mempengaruhi dan juga penetapan harga untuk setiap nilai jasa yang akan diterima oleh setiap wisatawan tidak selalu sama, tergantung bagaimana proses negosiasi konsumen dengan pemilik jasa.
20
Persaingan di dalam suatu industri (Competitive rivalry within an industry) Kemungkinan bertumbuhnya pelaku usaha sejenis dengan TRIPPER. Karena
peran pemerintah pusat maupun daerah yang mendukung peningkatan potensi pariwisata di daerah tersebut dan faktor teknologi penyebaran informasi yang semakin modern. Menyebabkan tingkat persaingan yang tergolong tinggi (high level competition). Dipengaruhi dengan perkembangan teknologi, wawasan masyarakat lokal dan infrastruktur yang ada saat ini, tentunya akan banyak muncul beragam bentuk kegiatan bisnis di kawasan pulau Flores, Nusa Tenggara Timur di masa yang akan datang.
2.1.2 Analisa PEST (Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi) Metode analisa yang dikembangkan oleh Professor Francis Aguilar dalam bukunya ‘Scanning The Business Environment’, (Aguilar, 1967). Metode analisa ini mengamati lingkungan bisnis melalui analisa industri dengan melihat faktor – faktor yang mempengaruhi suatu kegiatan/usaha. PEST adalah singkatan dari beberapa faktor Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi. Fungsi dari analisa lingkungan bisnis ini adalah
untuk membantu untuk menentukan keputusan dan memberikan
peringatan dini adanya ancaman yang signifikan terhadap ide bisnis ini. Berikut pemaparan analisa faktor – faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha bisnis ini:
21
Politik Di dalam situasi dan kondisi perpolitikan di Indonesia yang relatif kondusif dan
aman saat ini, Pemerintah mengarahkan kebijakan pada pengembangan industri pariwisata di dalam negeri yang meliputi peningkatan dan pemantapan citra pariwisata Indonesia secara berkelanjutan, maka diperlukan langkah strategis untuk meningkatkan dan memantapkan brand positioning pariwisata sebagai destinasi pariwisata yang aman, nyaman dan berdaya saing. Salah satunya melalui promosi, diplomasi dan komunikasi demi mewujudkan penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri. Berangkat dari tujuan dan arah kebijakan pariwisata Indonesia ini, Kementerian Pariwisata yang melakukan re-launching program branding pariwisata Indonesia nasional bertajuk “Wonderful Indonesia” dan “Pesona Indonesia”. Selain langkah strategis diatas, pemerintah Indonesia juga bersiap untuk mengimplementasikan kebijakan pembebasan visa bagi wisatawan, hal ini bertujuan agar dapat mendatangkan lebih banyak kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Pulau Flores yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki cagar budaya yang telah diakui dunia, melalui 7 Wonder’s Foundations pada bulan Mei 2012, yaitu Taman Nasional Pulau Komodo. Komodo ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia sebagai Simbol Satwa Nasional melalui Keppres No. 4 Tahun 1992 tanggal 9 Januari 1992. Selain itu di kawasan ini juga terdapat Taman Nasional Danau Kelimutu, yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai cagar alam nasional.
22
Peran Pemerintah dalam mempromosikan kawasan ini juga ditunjukan dalam menggelar acara internasional yang bertajuk “Sail Komodo” pada tahun 2013, event ini ditujukan untuk mempromosikan pariwisata daerah di kawasan Flores dan Nusa Tenggara Timur kepada dunia internasional. Pemerintah NTT berkomitmen sangat kuat untuk membangun sektor pariwisata terutama pada obyek-obyek pariwisata yang belum cukup dikenal dan masih “tersembunyi” terutama di kawasan Flores – Nusa Tenggara Timur. Salah satunya Pemerintah NTT menargetkan 273 desa wisata sudah harus dicapai hingga 2018. (Sumber : http://www.floresbangkit.com/2015/05/pemerintah-targetkan-tahun2018-sudah-tercipta-273-desa-wisata-di-ntt/).
2.
Ekonomi Laju perekonomian masyarakat di Floresn Nusa Tenggara Timur banyak
ditunjang melalui kegiatan di sektor industri pariwisata, selain pertanian, kelautan dan sektor industri lainnya. Sejak pemerintah menggelar event yang bertajuk “Sail Komodo” pada tahun 2013, yang bertujuan mengangkat wilayah Flores dan Nusa Tenggara Timur, geliat perekonomian masyarakat dari sektor industri pariwisata di daerah ini tumbuh dan berkembang, menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan potensi pariwisata. Pembangunan infrastruktur daerah seperti ; dibangunnya pusat lembaga konservasi,
rumah
sakit
internasional,
perbaikan
akses
transportasi
darat,
pembangunan bandara yang modern, hotel bertaraf internasional dan sebagainya.
23
Merupakan faktor yang turut mempengaruhi laju perekonomian penduduk di Flores, Nusa Tenggara Timur.
3.
Sosial Kawasan Flores sendiri dibagi menjadi 8 kabupaten; dari barat ke timur
sebagai berikut: Manggarai Barat dengan ibukota Labuan Bajo, Manggarai Tengah dengan ibukota Ruteng, Manggarai Timur dengan ibukota Borong, Ngada dengan ibukota Bajawa, Nagekeo dengan ibukota Mbay, Ende dengan ibukota Ende, Sikka dengan ibukota Maumere,Flores Timur dengan ibukota Larantuka dan kabupaten (lembata) dengan ibukota lewoleba. Kehidupan masyarakat di Flores dibagi dua, yaitu; masyarakat pesisir yang tinggal di daerah pantai dan umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan masyarakat gunung yang berprofesi sebagai petani. Interaksi sosial bagi masyarakat yang tinggal di antara dua kawasan yang dibagi berdasarkan letak geografisnya, yaitu; pesisir pantai dan pegunungan. 80% penduduk disana adalah pemeluk agama Katolik dan sisanya sebagian besar memeluk agama Islam, namun akulturasi budaya dan toleransi yang tinggi memiliki nilai tersendiri bagi kekayaan kultur budaya di daerah ini.
4.
Teknologi Kemajuan teknologi dan wawasan masyarakat terhadap teknologi, ikut
mempengaruhi aspek kehidupan sosial di Nusa Tenggara Timur khususnya di kawasan Flores. Pembangunan infrastruktur modern seperti ; Jaringan telekomunikasi dan internet dinilai sangat menunjang bagi sektor industri pariwisata yang ada disana.
24
Selain itu teknologi bertransaksi melalui mesin ATM, telah tersebar di kawasan tersebut. Hal ini tentu sangat mempengaruhi cara hidup penduduk lokal yang semakin memahami teknologi. Dengan adanya pembangunan yang berbasis teknologi modern seperti Telekomunikasi dan e-transaction service, tentunya dapat menjadi faktor yang mendukung suatu tempat pariwisata.
2.1.3 Analisa Pasar Di dalam bukunya yang berjudul “Marketing Management” (2012:32), Kotler dan Keller, STP (Segmenting, Targeting, Positioning) sebagai dasar
untuk
merancang strategi pemasaran yang efektif. STP merupakan proses yang diawali dari pembagian pasar kedalam segmen yang memiliki kesamaan profil, dilanjutkan dengan pemilihan salah satu atau beberapa segmen pasar yang akan dijadikan target market. Selanjutnya adalah penetapan posisi (positioning) dalam benak konsumen, agar konsumen dapat membedakan produk atau jasa yang ditawarkan dengan kompetitor.
-
Segmenting Di dalam buku “Marketing Management” (2012:236), Kotler dan Keller,
dijelaskan bahwa “Market segmentation divides a market into well-defined slices. A market segmentation consists of a group of customers who share a similar set of needs and wants”, atau dengan kata lain Market Segmentation, ialah membagi sebuah
25
pasar menjadi potongan – potongan yang terdefinisi dengan baik. Sebuah segmen pasar yang terdiri dari sekumpulan pelanggan yang saling berbagi kebutuhan dan ketertarikan yang sama. Sebagai pemasar adalah mengidentifikasi jumlah dan sifat dari suatu segmen pasar dengan tepat dan menetapkan target market. Suatu pasar dibagi menjadi kelompok konsumen yang di segmentasikan berdasarkan kesamaan aspek, yaitu; aspek geografis, demografis, psikografis dan behavioral.
-
Geografis - Pasar wisata dipilah berdasarkan daerah asal wisatawan, seperti wisatawan yang berasal dari wilayah kawasan, seperti; Eropa, Amerika, Australia, Asia, wisatawan regional seperti; Asia Tenggara, Timur Tengah dan Asia Timur, atau bahkan lebih spesifik berdasarkan Negara, seperti; Jerman, Belanda, Perancis, Amerika, Kanada, Australia, Selandia Baru, Jepang, Cina, Korea dan sebagainya.
-
Demografis - Pasar wisata dipilih berdasarkan aspek demografis wisatawan, seperti; usia, profesi, tingkat pendidikan, dan sebagainya.
-
Psikografis - Pasar wisata dipilah menurut minat dan keinginannya terhadap hal – hal yang menjadi daya tarik baginya. Kami membagi kelompok ini ke dalam aspek berdasarkan minat wisatawan, seperti; wisatawan penyuka obyek pegunungan, pantai atau budaya dan kesenian masyarakat lokal.
-
Behaviorial - Pasar wisata dikelompokan ke dalam segmen berdasarkan hal – hal seperti; manfaat yang dicari, frekuensi berwisata, dan sebagainya. Dalam aspek ini kami mengelompokan pasar kedalam segmen, seperti; penyuka
26
tantangan alam, penikmat obyek alam, penggemar shopping (cinderamata dan kuliner) dan dapat juga dikelompokan berdasarkan frekuensi dalam melakuan perjalanan berwisata, sepert; sering melakukan perjalanan wisata atau jarang. Dalam proses pengembangan bisnis model ini variable kami membagi segmen pasar wisatawan dengan menggunakan variable demografis, dimana wisatawan dibagi berdasarkan basis wilayah, seperti; wisatawan Eropa, Amerika, Asia, dan Australia, dan dibagi berdasarkan variable Behaviorial, seperti jenis liburan yang disukai dan perilaku berlibur.
-
Targeting Menurut Kotler dan Keller di dalam bukunya “Marketing Management” ,
(2012:253), dijelaskan “Once the firm has identified its market-segment opportunities, it must decide how many and which ones to target”. Jika diartikan Setelah perusahaan telah mengidentifikasi peluang segmen pasar, maka ia harus memutuskan berapa banyak dan menentukan target pasar. Targeting adalah mengenal segmen pasar yang telah ditentukan dan merencanakan strategi yang optimal agar segmen pasar memberikan kemungkinan respon
paling
besar
untuk
membeli
produk
atau
jasa
yang
akan
ditawarkan/dipasarkan. Penentuan targeting tergantung pada karakter sebuah produk, karakter segmentasi pasar dan tingkat persaingan pada segmen yang sudah dipilih.
27
Kami menargetkan wisatawan mancanegara adan domestik sebagai target market kami. Berdasarkan aspek geografisnya target market kami adalah Wisatawan Mancanegara seperti Eropa, Amerika, Australia dan Asia. Wisatawan mancanegara seperti Eropa (Jerman, Perancis, Belgia dan Belanda) dan Amerika, Australia, Kanada, Selandia Baru dan wisatawan Asia (Jepang, Cina dan Korea) dan wisatawan domestik sendiri yang umumnya sering melakukan perjalanan liburan. Kawasan wisata yang beriklim tropis adalah tujuan favorit mereka dalam melakukan kegiatan berlibur. Umumnya mereka senang melakukan liburan yang bersifat adventure, dengan mempertimbangkan pengeluaran biaya dan durasi waktu yang fleksibel.
-
Positioning Menurut Kotler dan Keller dalam bukunya “Marketing Management” (2012:
298), “Positioning is the act of designing a company’s offering and image to occupy a distinctive place in the minds of the target market”. Positioning adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan untuk menempati tempat khusus dalam benak target pasar.
Secara
umum
tugas
positioning terdiri dari tiga tahap yaitu: -
Mengidentifikasikan sejumlah kemungkinan keunggulan bersaing untuk membangun posisi.
-
Memilih keunggulan bersaing yang tepat.
-
Mengkomunikasikan secara efektif dan menyampaikan pesan ke pasar.
28
Fokus utama Positioning adalah persepsi pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan dan bukan sekedar produk fisik. Positioning sangat ditentukan oleh kemampuan suatu perusahaan untuk memberi differensiasi produk dan suatu nilai. Dalam hal ini, TRIPPER melakukan kegiatan bisnis jasa trip organizer, dengan
konsep
sebagai
perencana
perjalanan
wisata
yang memberikan
rekomendasi tentang destinasi tempat - tempat wisata yang unik dengan menggabungkan unsur sosialisasi dengan lingkungan sekitar melalui misi echo tourism. Dalam hal ini TRIPPER melayani kebutuhan customer/wisatawan seperti ; mengurus keperluan wisata, seperti ; akomodasi dan transportasi dan menyediakan pemandu wisata (travel guide). Keunggulan yang dipilih di dalam bisnis ini ialah kami mengembangkan konsep Ekowisata (ecotourism) di dalam konsep bisnis kami, yaitu kegiatan yang mengedepankan pada aspek intelektual dengan sosialisasi dan pengenalan pada budaya dan kesenian masyarakat lokal dengan mengusung nilai “human Spirit”, disini wisatawan ikut berperan secara langsung untuk berpartisipasi di dalam kegiatan pelestarian alam, kesenian dan kebudayaan yang ada di lingkungan masyarakat setempat, melalui konservasi alam, kesenian daerah setempat dan budaya masyarakat lokal. Melalui perkembangan teknologi saat ini, sebagai salah satu strategi yang kami manfaatkan untuk melakukan kegiatan promosi dan pemasaran.
29
2.1.4 Market Segmentation Market Segmentation adalah mengklasifikasikan konsumen ke dalam kelompok
individu,
berdasarkan
pada
aspek
Geographic,
Demographic,
Psychographic dan Behaviorial.
Dalam hal Kami menjelaskan kepada siapa produk TRIPPER ini kami tawarkan dan siapa target market utama di dalam kegiatan bisnis ini. TRIPPER membagi konsumen berdasarkan beberapa karakteristik wisatawan, seperti; -
Wisatawan Mancanegara dan domestik.
-
Usia antara 20 – 40 tahun.
-
Dari
berbagai
macam
latar
belakang
profesi
(mahasiswa
maupun
pekerja/professional). -
Senang melakukan perjalanan/berlibur dengan jarak yang jauh, umumnya melakukan liburan dengan durasi waktu yang panjang.
-
Selalu menggunakan pertimbangan dalam mengeluarkan biaya untuk berlibur ke suatu tempat.
-
Biasanya melakukan liburan sendiri atau dengan kelompok kecil.
-
Senang memperhatikan kesenian dan budaya setempat seperti; kuliner dan sebagainya.
-
Memiliki antusiasme terhadap liburan yang bersifat adventure.
30
2.1.5 Market Size Market Size ialah ukuran jumlah pengguna suatu produk, Jumlah pembeli dan penjual di dalam suatu pasar. Dalam hal ini kami mencoba menganalisa berdasarkan pengumpulan sumber – sumber informasi yang relevan dengan industri pariwisata di Indonesia dan data kuantitatif yang kami dapat dari data kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMPENPAREKRAF) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
No.
Negara
Jumlah Wisatawan Mancanegara (Juta Orang) 2013
2018
1
INDONESIA
8,8
20
2
MALAYSIA
25
26,3
3
SINGAPURA
15
15,6
4
THAILAND
24,5
26,5
Tabel 2.1 Kunjungan wisman di kawasan regional ASEAN tahun 2013 dan proyeksi jumlah wisatawan mancanegara di tahun 2018. ( Sumber : Kementrian Keuangan, http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ )
31
Tabel 2.2 Tabel Distribusi Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal Provinsi Yang Dikunjungi (dalam persentasi) ( Sumber : Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif)
2.1.6 Market Trend Market Trends adalah ukuran suatu produk / jasa diminati oleh pasar. Dapat dilihat pada Grafik (Jumlah wisatawan mancanegara, rata-rata lama tinggal, rata-rata pengeluaran per orang dalam satu hari dan satu kunjungan.
RATA - RATA PENGELUARAN PER ORANG TAHUN
JUMLAH WISMAN
RATA - RATA LAMA TINGGAL PER - HARI
PER - KUNJUNGAN
2009
6,323,730
7,69
129,57
995,93
2010
7,002,944
8,04
135,01
1,085,75
2011
7,649,731
7,84
142,69
1,118,26
2012
8,044,462
7,70
147,22
1,133,81
2013
8,802,129
7,65
149,31
1,142,24
Tabel 2.3 Data Perjalanan Wisatawan Mancanegara, pengeluaran perjalanan dan total pengeluaran. (Data dari : Pusdatin Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, www.parekraf.go.id )
32
Tabel 2.4 Jumlah Wisatawan Mancanegara yang berkunjung ke NTT, berdasarkan negara asal, bulan Januari - Oktober 2013, (Data dari : Badan Pusat Statistik, Provinsi NTT, www.bps.go.id )
2.1.7 Market Growth Rate Market Growth Rate digunakan untuk menganalisa tingkat pertumbuhan industri, Pertumbuhan pasar pariwisata di Indonesia tiap tahunnya selalu meningkat terlihat dalam tren kedatangan wisatawan mancanegara terus naik dengan rata-rata petumbuhan 4,56%, sejak tahun 2009 sampai tahun 2013.
Tabel 2.5 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, Tahun 2009 - 2013. (Sumber dari: PUSDATIN Kementrian Pariwisata dan BPS)
33
2.2 Model Business Canvasing Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, di dalam buku Business Model Generation: A Handbook for Visionaries, Game Changers, and Challengers, (2010), menjelaskan apa yang dimaksud dengan model bisnis secara sederhana dan mudah untuk dimengerti. “A business model describes the rationale of how an organization creates, delivers, and captures value”, atau gambaran rasional tentang bagaimana suatu perusahaan menciptakan, menyampaikan dan menangkap sebuah nilai.Intinya bahwa model bisnis itu terdiri dari 9 elemen yang disebut sebagai 9 building blocks.
Gambar 2.2 Business Model Canvas: 9 Building Blocks (Sumber : Business Model Generation (2010), Alexander Osterwalder & Yves Pigneur)
34
2.2.1 Customer Segments Osterwalder & Pigneur (2010), mendefinisikan sejumlah kelompok atau orang kedalam suatu segmen bertujuan untuk menjangkau dan melayani. Menjelaskan siapa saja target-target market kita. Mendeskripsikan segmen pasar akan menentukan produk dan jasa yang nantinya akan kita berikan kepada konsumen.
Mass Market, Model bisnis yang berfokus pada pasar secara massal (mass market), tidak membedakan hubungan antara segmen pelanggan, value proposition, saluran distribusi (channel), dan customer relationship, semua fokus pada satu kelompok besar pelanggan dengan kebutuhan luas dan masalah yang sama.
Niche Market - Model bisnis ini menargetkan kepada niche market, pasar yang lebih spesifik saja. value proposition, saluran distribusi (channel), dan customer relationship, disesuaikan dengan kebutuhan untuk pasar yang lebih spesifik saja.
Segmented - Beberapa model bisnis membedakan antara segmen pasar dengan kebutuhan yang sedikit berbeda.
Diversified - Sebuah organisasi dengan model bisnis pelanggan yang terdiversifikasi melayani dua segmen pelanggan yang tidak berhubungan dengan kebutuhan yang berbeda .
35
Multi-sided platforms (or multi-sided markets) - Model bisnis yang melayani dua atau lebih segmen pelanggan, yang memiliki ketergantungan antara satu sama lainnya.
2.2.2 Value Propositions Value Propositions dalam building blocks menjelaskan gabungan antara produk dan layanan (service) yang memberikan nilai bagi segmen pelanggan tertentu atau keseluruhan kegiatan gambaran produk atau jasa yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan para customer. Contohnya ; pemberian layanan jasa kepada customer, diferensiasi produk yang ditawarkan kepada customer terhadap kompetitor, dan sebagainya.
2.2.3 Channels Channels di dalam building blocks menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen pelanggan untuk menyampaikan value propositions kepada pelanggan. Osterwalder & Pigneur (2010), Channels berfungsi untuk meningkatkan awareness pelanggan terhadap produk/layanan, Sebagai tempat bagi konsumen untuk membeli atau mendapatkan produk / jasa, menyampaikan value proposition. Lima tahapan dalam channels yaitu;
Awareness - kemampuan perusahaan dalam menciptakan ingatan dan mengenali produk kita ke dalam benak konsumen atau calon pembeli.
36
Evaluation - Mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap layanan, untuk terus meningkatkan kualitas produk/jasa.
Purchase - Cara pelanggan dalam melakukan pembelian untuk mendapatkan produk/jasa.
Delivery - Penyampaian nilai jasa yang diberikan kepada konsumen oleh perusahaan.
After sales - Penyampaian layanan purna jual kepada konsumen.
2.2.4 Customer Relationship Customers Relationship di dalam building blocks adalah tipe hubungan yang dibangun sebuah perusahaan untuk menjalin hubungan spesifik dengan pelanggan. Osterwalder & Pigneur (2010), Tipe Customer Relationship dapat kategorikan sebagai berikut;
Personal Assistance - Hubungan didasarkan pada interaksi manusia. Penjual dapat berkomunikasi dengan pelanggan untuk mendapatkan bantuan selama proses penjualan atau setelah pembelian selesai. Hal ini bisa terjadi tapak pada titik penjualan, melalui call center, melalui e-mail, atau melalui cara lain.
Dedicated personal assistance - Hubungan ini melibatkan peran khusus untuk klien individu. Ini merupakan jenis terdalam dan paling intim dari hubungan dan biasanya berkembang selama jangka waktu yang panjang.
37
Self Service - Tipe hubungan, dimana perusahaan mempertahankan hubungan langsung dengan pelanggan. Dengan menyediakan semua sarana yang diperlukan bagi pelanggan untuk membantu diri mereka sendiri.
Automated Service - Jenis hubungan melibatkan bentuk teknologi yang lebih canggih dari self-service pelanggan dengan proses otomatis.
Communities - perusahaan memanfaatkan kelompok masyarakat pengguna untuk lebih terlibat dan memfasilitasi hubungan antara anggota masyarakat.
Co-creation - Hubungan antara pelanggan dan penjual untuk bersamamenciptakan nilai bersama.
2.2.5 Revenue Stream Revenue Streams di dalam Building Block, merupakan kas perusahaan yang dihasilkan dari setiap pelanggan (biaya harus dikurangi dari pendapatan untuk menghasilkan laba), atau hal-hal yang membuat suatu kegiatan bisnis mendapatkan pemasukan dari para pelanggannya. Osterwalder & Pigneur (2010), Beberapa cara dalam merancang revenue stream, sebagai berikut; Asset sale - Revenue Stream yang berasal dari menjual hak kepemilikan menjadi produk fisik. Usage Fees - Revenue Stream yang dihasilkan dari penggunaan layanan. Semakin banyak layanan yang di gunakan, maka konsumen harus membayar lebih.
38
Subscription fees - Revenue Stream yang diperoleh dari penjualan akses yang berkelanjutan dari sebuah layanan. Lending, Renting, Leasing - Revenue Stream yang diciptakan dengan memberikan hak ekslufif bagi konsumen, untuk menggunakan asset dalam jangka waktu tertentu. Licensing - Revenue Stream yang dihasilkan dengan memberi izin konsumen untuk menggunakan property perusahaan dan konsumen membayar biaya licensing.
2.2.6 Key Resources Key Resources di dalam building blocks menjelaskan tentang aset - aset penting yang diperlukan untuk menjalankan model bisnis. Osterwalder & Pigneur (2010). Sumber daya (resources) ini membantu dalam menciptakan value propositions, menggapai pasar (market) dan menjaga hubungan dengan konsumen. Key Resources dapat dikategorikan sebagai berikut ;
Physical - Aset fisik, seperti ; Kantor, kendaraan, mesin, sistem, point of sales system dan distribusi.
Intellectual - Sumber intelektual, seperti ; Merek, Proprietary knowledge, hak paten, customer data-base, dan sebagainya, yang merupakan komponen penting dalam membangun model bisnis.
39
Human - Sumber daya manusia yang di butuhkan di dalam sebuah perusahaan.
Financial - Financial mencakup elemen - elemen seperti ; Kas, kredit, stock option tool, dan sebagainya.
2.2.7 Key Activities Key Activities di dalam building blocks menjelaskan tentang kegiatan utama yang dijalani oleh perusahaan untuk menggerakan business model. Osterwalder & Pigneur (2010). Dalam menciptakan hubungan/mitra dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis motivasi, yaitu ; Production - Kegiatan merancang, membuat dan menyampaikan sebuah produk. Problem Solving - Proses pemecahan masalah atau menemukan solusi baru. Platform / Network - Jaringan terkait di dalam proses key activities.
2.2.8 Key Partnership Key Partnership di dalam building blocks menjelaskan tentang hubungan antara supplier dengan partner yang membuat bisnis model itu berkerja. Osterwalder & Pigneur (2010). Aktivitas yang berhubungan dengan supplier, distributor, atau partner dalam hal lain. Dalam business model ini juga turut digambarkan agar nantinya dapat mengurangi ketidakpastian dan resiko bisnis yang terkait dengan partner. Key Partnership dapat dibagi menjadi 4 tipe berbeda, yaitu ;
40
Optimization and economic scale - Hubungan kemitraan antara buyer dan supplier berfungsi mengoptimalkan alokasi dari sumber daya dan aktifitas.
Reduction of risk and uncertainity - Hubungan kemitraan dapat membantu mengurangi resiko pada lingkungan kompetitif yang menggambarkan ketidakpastian.
Acquisition of particular resources and activities - Beberapa perusahaan memiliki semua sumber daya atau melakukan semua kegiatan yang dijelaskan oleh model bisnis mereka.
2.2.9 Cost Structure Cost Structure di dalam building blocks menjelaskan tentang biaya - biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan kegiatan model bisnis tersebut. Seluruh biaya yang dikeluarkan digunakan untuk menghitung key resources, key partnership dan key activities di dalam suatu perusahaan. Cost Structure dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu;
Cost Driven - Memangkas biaya dengan metode efesiensi. Menjaga agar cost structure tetap minimal, menggunakan value proposition yang rendah, otomatisasi yang maksimal dan extensive outsourcing.
41
Value Driven - Value Driven adalah penciptaan nilai. Karakteristik dari bentuk model bisnis ini adalah premium value propositions dan personalize service tingkat tinggi.
2.3 Value Proposition & Idea Generation Kami mengimplementasikan Value Proposition bisnis ini ke dalam Business Model Canvas yang kami rancang dan memberikan gambaran pada Idea Generation di dalam menjalankan kegiatan bisnis ini.
2.3.1 Business Model Canvasing implementation Sesuai dengan teori Business Model Canvas diatas, maka kami membuat Business Model Canvas TRIPPER, sebagai berikut: A. Customer Segment Customer Segment dari TRIPPER memiliki karakteristik yaitu; wisatawan yang gemar melakukan perjalanan jauh, mempertimbangkan pengeluaran/ biaya, memiliki durasi waktu yang fleksibel untuk berlibur atau umumnya lebih panjang, senang dengan liburan yang bersifat petualangan (adventure), memacu adrenaline dan menggemari lokasi pariwisata yang unik dan eksotik dengan biaya yang terjangkau. Customer Segment dari kegiatan bisnis ini adalah dari wisatawan mancanegara, khususnya dari Eropa, Amerika, Australia dan Selandia Baru. mereka umumnya memiliki karakteristik seperti yang telah dijelaskan diatas, selain wisatawan dari
42
kawasan Asia, seperti; Jepang, China dan Korea yang juga gemar melakukan liburan di Indonesia dan berikutnya adalah wisatawan domestik, yang saat ini banyak terpengaruh trend dengan karakteristik liburan seperti diatas.
B. Value Proposition Berikut beberapa Proporsi Nilai (Value Proposition) yang akan kami berikan kepada konsumen pengguna layanan jasa (customer), ditentukan oleh customer segment dari bisnis ini.
Service Terbaik bagi wisatawan (customer) - Berguna untuk membangun brand loyality bagi para wisatawan.
Sumber daya pariwisata daerah dan masyarakat - Sumber daya pariwisata yang dijual dalam bisnis ini adalah spot / tempat wisata, seperti ; Taman nasional, diving spot, pantai, danau, air terjun, dan sebagainya. dan sumber daya masyarakat, seperti; kebudayaan dan kesenian masyarakat lokal setempat, seperti ; upacara dan ritual adat, seni tari, cinderamata dan kuliner khas daerah.
Full Arrangement Services - TRIPPER memberikan layanan Full Arrangement Service bagi customer, yaitu dengan melakukan kegiatan menyusun, mengakomodir, mempersiapkan akomodasi dan fasilitas transportasi yang dibutuhkan oleh wisatawan dan juga memberikan referensi tempat berlibur bagi wisatawan di wilayah Flores, Nusa Tenggara Timur.
43
C.
Channels
Untuk meningkatkan awareness pelanggan terhadap produk layanan jasa, TRIPPER memiliki beberapa elemen Channel sebagai berikut;
Identitas Merek (Brand Identity) - Brand Identity TRIPPER berupa logo yang menarik, berupa gambar matahari dengan tagline ”An Adventure of Different World”. Hal ini menggambarkan potensi wisata yang diusung oleh TRIPPER yang menjanjikan pengalaman (experiences).
Online Media dan Print Media - Sebagai sarana promosi dan pemasaran dalam kegiatan bisnis TRIPPER.
Public Area - Sarana berpromosi offline misalkan menyebarkan brosur tentang TRIPPER.
Bank - Selain sebagai jasa bertransaksi, Bank juga dapat di ajak bekerja sama dalam mempromosikan bisnis TRIPPER.
Pelaku Industri Penunjang Kegiatan - Pelaku industri seperti pengusaha kuliner, pedagang souvenir, Sewa alat selam dan snorkeling, usaha jasa rental transportasi laut dan darat dan juga industri perhotelan. selain dapat dijadikan sebagai mitra bisnis juga berguna sebagai business influencer.
44
D.
Customer Relationship Dalam membangun hubungan dengan customer, TRIPPER menggunakan
beberapa aspek dalam penyampaian produknya, seperti;
Online Communication - Penggunaan Website dan email untuk penyampaian informasi dan promosi.
Merchandise - Sebagai Brand loyalty yang diberikan kepada customer yang telah menggunakan jasa, tujuannya meletakan awareness di benak konsumen.
Customer Service & Call Center - Bentuk penyampaian informasi verbal kepada masyarakat melalui media Telepon. Tujuannya agar masyarakat mendapatkan informasi secara jelas.
E.
Revenue Stream Revenue stream atau pendapatn dari kegiatan bisnis yang dijalani oleh
TRIPPER didapat melalui ; -
Sewa Jasa dari wisatawan, sebagai sumber pendapatan utama di dalam bisnis ini.
-
Profit Sharing dari partner bisnis yang bergerak di industri penunjang pariwisata.
45
F.
Key Resources Sumber daya yang dimiliki oleh TRIPPER, untuk menunjang kegiatan bisnis
ini ialah ; -
Sumber daya manusia, meliputi ; Tenaga kerja manajemen (finansial, accounting, Sales dan marketing, IT), Tenaga kerja lapangan (Tour guide, Driver)
-
Sumber daya fisik, meliputi ; kantor, peralatan kantor, coorporate identity, website, dan kendaraan.
-
Sumber daya Finansial, meliputi; modal usaha
-
Sumber daya Intelektual, meliputi ; merek (Brand), pengetahuan teknologi, customer data base dan hak paten.
G. Key Activities Aktivitas utama yang dijalani oleh TRIPPER ialah ; -
Mempromosikan dan memasarkan produk jasa kepada masyarakat baik secara online maupun offline.
-
Merancang kegiatan berlibur bagi wisatawan yang ingin melakukan liburan di Flores, Nusa Tenggara Timur.
46
-
Menjalin hubungan dengan beberapa channel seperti ; industri penunjang kegiatan pariwisata seperti; Perusahaan rental mobil dan sewa kapal, jasa sewa alat diving dan snorkeling, Hotel dan restaurant.
-
Menjalin hubungan dengan Tour Guide lokal, untuk membantu menjalankan kegiatan bisnis TRIPPER dalam menjalankan kegiatan pariwisata.
-
Bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam kegiatan memajukan sektor industri pariwisata lokal.
H. Key Partnership Key Partnership atau mitra usaha dalam menjalankan kegiatan bisnis yang dimiliki TRIPPER sebagai jasa trip organizer ialah ;
Pemerintah TRIPPER
bekerjasasama
dengan
pemerintah
sebagai
partner
dalam
komitmennya membantu Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur dalam mengangkat potensi pariwisata daerah.
Industri Perhotelan Industri perhotelan adalah salah satu komponen penting dalam menjalankan kegiatan bisnis TRIPPER di bidang pariwisata, terutama sebagai penyedia layanan akomodasi bagi wisatawan.
47
Jasa Transportasi Jasa transportasi sebagai salah satu komponen penting selain Industri perhotelan di dalam bidang pariwisata, jasa transportasi lokal salah satu elemen di dalam menunjang kegiatan berwisata. Jasa transportasi tersebut adalah ; perusahaan jasa rental mobil dan sewa Kapal.
Masyarakat Lokal Masyarakat lokal adalah partner dalam usaha menjalankan kegiatan bisnis ini, seperti tour guide lokal, penyelenggara kegiatan budaya dan kesenian lokal seperti ritual adat dan seni tari. Dalam hal ini menjadi bagian penting dalam mengemas ecotourism.
Perusahaan Tour and Travel Asing Bekerjasama dengan TRIPPER dalam menjaring customer khususnya wisatawan mancanegara yang ingin mencari referensi liburan di Indonesia.
I.
Cost Structure Komposisi biaya keseluruhan, yang di keluarkan oleh TRIPPER di dalam
menjalankan kegiatan bisnis ini. Cost structure ini terdiri dari ; Fixed Cost (biaya sewa ruangan (kantor), gaji karyawan, aktivitas pemasaran , promosi, biaya cetak brosur dan flyer, kartu nama, tarif dasar listrik dan air, tarif telepon dan internet, pajak usaha Kebersihan dan keamanan) dan Variable Cost (biaya bahan bakar (BBM), insentif marketing, biaya paket wisata).
48
2.3.2 Idea Generation Dalam suatu proses menyatukan produk atau jasa di dalam suatu kegiatan untuk dikreasikan menjadi suatu nilai spesifik dalam membidik Customer Segment, Sesuai dengan positioningnya, TRIPPER yaitu memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan dalam menikmati obyek dan daya tarik wisata secara efektif, efisien dalam pengeluaran dana serta memberikan pengalaman (experiences) yang optimal. Disini TRIPPER sebagai usaha yang bergerak di bidang industri jasa pariwisata, menawarkan sebuah gagasan konsep bisnis yang memberikan layanan jasa dengan menggabungkan tiga (3) unsur konsep, yaitu; Uniquely Destinations, dengan mengajak wisatawan untuk mengeksplorasi destinasi tempat - tempat liburan yang unik yang hanya dapat di temui di kawasan Flores, Nusa Tenggara Timur, Ecotourism, mengajak wisatawan untuk peduli dengan lingkungan, berinteraksi sosial dengan masyarakat lokal yang bertujuan memperkenalkan kultur budaya masyarakat melalui budaya dan seni yang ada disana dan Private customized trip with affordable budget, memberikan rekomendasi tentang destinasi pariwisata yang ada di kawasan Flores, Nusa Tenggara Timur, dengan tujuan destinasi yang fleksibel dan layanan private tour dengan jumlah peserta yang tidak dibatasi dengan harga yang disesuaikan (affordable price) dengan budget dan kebutuhan wisatawan. Kami melihat adanya peluang di lokasi lainnya dimana Indonesia kaya tempat wisata. Diantaranya ratusan kota dan objek wisata. Kami juga melihat bahwa peluang TRIPPER untuk jenis usaha ini yang lebih memfokuskan pada wisatawan mancanegara
dengan
adanya
program
dari
Pemerintah
Indonesia
melalui
49
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Indonesia menargetkan 20 juta wisatawan mancanegara dan menangguk devisa senilai Rp. 240 triliun, maka TRIPPER berpeluang untuk menjalankan usaha ini dengan memanfaatkan kekayaan budaya dan keindahan alam yang berlimpah ruah di Indonesia serta mengemasnya menjadi destinasi wisata eksotis yang memikat wisatawan mancanegara. Ide bisnis TRIPPER di masa depan ialah dengan mengajak wisatawan untuk mengeksplorasi daerah-daerah yang memiliki potensi wisata yang belum terangkat secara keseluruhan dengan konsep ‘One Brand One Village’ agar masing-masing desa wisata yang tersebar di seluruh Indonesia dapat digali dan dikemas keunikannya dan kekhasan masing-masing daerah untuk memikat wisatawan mancanegara untuk datang. TRIPPER akan mengemas produk pariwisata dengan mengeksplorasi eksotisme desa-desa wisata. Dalam hal ini kami menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah setempat, masyarakat setempat, komunitas forum backpacker/wisatawan mancanegara, dan kedutaan asing. Yang dimaksud dengan desa wisata dalam hal ini adalah lokasi atau destinasi baru dimana yang kami jual tidak hanya destinasi tempat wisata namun juga menjual budaya dan kultur sosial masyarakat, dimana masih banyak potensi wisata di daerah yang belum banyak terjamah. Tujuannya adalah memberikan pengalaman yang berbeda bagi wisatawan asing dengan menjual budaya dan kearifan lokal dari lokasi baru. Selain menawarkan panorama dan keindahan alam, daya pikat desa wisata juga terletak pada keunikan budaya dan kearifan lokal.