6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bank Syariah Bank syariah, atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariat (hukum) Islam. Menurut Schaik (2001), Bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan sebelumnya. Sudarsono (2004), Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasajasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Definisi Bank Syariah menurut Muhammad (2002) dalam Donna (2006), adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat Islam.
B. Inflasi 1. Pengertiaan Inflasi Infalsi merupakan satu masalah (penyakit) ekonomi yang banyak mendapatkan perhatianm dari pakar ekonomi. Yang di maksud dengan inflasi adalah gejala ekonomi berupa naiknya harga-harga umun secara terus menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan harga yang terjadi hanya sekali saja meskipun dengan persentase yang cukup besar bukanlah merupakan inflasi. 6
7
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga (price index). Bebepara indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain : a. Indeks biaya hidup (consumer price indek ) b. Indeks harga perdagangan besar ( wholesale price indeks) c. gnp deflator. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu kewaktu menunjukan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 yang telah dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memotori harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan dibeberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap jenis barang/jasa disetiap kota. 2. Jenis Infalsi a. Inflasi menurut parah tidaknya Penggolongan inflasi ini merupakan pada parah tidaknya tingkat inflasi, berguna untuk melihat dampak dari inflasi yang bersangkutan. Dalam pengelompokan ini yang diperhatikan adalah berapa besar tingkat inflasi dalam satu periode. 1) Inflasi ringan, yaitu tingkat inflasi besarnya kurang dari 10% pertahun. 2) Inflasi sedang, yaitu apabila tingkat inflasi besarnya antara 10% sampai 30% per tahun. 3) Inflasi berat, yaitu apabila tingkat inflasi besarnya anata 30% sampai 100% per tahun.
8
4) Hiper inflasi, yaitu apabila tingkat inflasi besarnya di atas 100% per tahun. Jika infalsi masih tergolong ringan, maka inflasi ini justru berdampak posotif terhadap keadaan ekonomi satu negara. Inflasi yang tergolong ringan ini dapat mendorong untuk berkembang lebih dari bergairah bekerja atau ada intensif untuk berkerja, menabung, maupun mengadakan investasi. Sebaiknya
pada
masa
inflasi
yang
perekonomiannya
parah
yaitu
menjadi
pada
kacau,
saat
terjadi hiperinflasi,
keadaan
orang
tidak bersemangat
bekerja, menabung maupun mengadakan investasi
dan produksi. b. Inflasi berdasarkan pada sumber penyebabnya 1)
Demand – pull inflation (inflasi tarikan permintaan) Yang dimaksud dengan demand-pull inflation adalah yang disebabkan oleh adanya tarikan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga mendorong harga – harga barang dan jasa semakin meningkat. Tarikan permintaan ini biasanya disebabkan oleh adanya pembelanjaan deficit atau anggaran belanja pemerintah deficit (deficit financing). Berdasarkan
“teori
kuantitas
uang”,
naik
turunnya
tingkat harga disebabkan oleh naik turunya jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Jika jumlah uang yang beredar meningkat, maka saldo kas yang dimiliki rumah-rumah akan meningkat pula. Akibatnya rasio antara jumlah saldo kas dengan besarnya pendapatan menjadi terlalu tinggi.Untuk mengurangi kelebihan saldo kas maka rumah tangga akan berlangsung menggunakan untuk memperbesar pengeluaran mereka.
9
Akibatnya permintaa agegatif akan meningkat dan akan mengakibatkan adanya kenaikan harga (inflasi). 2)
Cost Push Inflation Cost pust inflation adalah inflasi yang timbul oleh adanya desakan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat disebabkan oleh adanya tuntutan kenaikan upah oleh organisasi butuh (wage push inflation), maupun karna perusahan menghendaki kenaikan keuntungan (profit push inflation). Cosh push inflation ini biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply), sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi. 3)
Mixed inflation (inflasi campuran) Inflasi
yang
unsur
penyebabnya
berupa
campuran
antara demand-pull inflation dengan cosh push inflation. c.
Inflasi berdasarkan asalnya 1) Inflasi dari dalam negri (demestic inflation) Kenaikan harga-harga umum yang terjadi karena adanya “stock “ (kejutan) dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat non pemerintah maupun pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga. 2) Inflasi dari luar negri (imported inflation) Kenaikan
harga-harga
barang
mempengaruhi harga-harga dalam negri.
luar
negri,
juga
akan
10
d.
Inflasi berdasarkan tingkat intensitasnya 1) Inflasi merayap (creeping inflation) Bila kenaikan harga-harga umum hanya terjadi secara perlahanlahan. 2) Inflasi Hiper (Hyper inflation) Bila kenaikan harga-harga umum terjadi dengan cepat.
3. Dampak Inflasi Dampak inflasi tehadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan. Orang atau golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap, akan dirugikan adanya inflasi tersebut. Begitu juga orang-orang
yang
menumpuk
kekayaannya
dalam
bentuk
uang
kas,
akan menderita kerugian akibat inflasi tersebut. Begitu juga orang-orang yang menabung, dengan suku bunga yang lebih rendah dari tingkat inflasi, akan dirugikan oleh inflasi ini.
4. Kebijakan Panaggulangan Inflasi a.
Tigh Money Policy (kebijakan uang ketat) Baik kaum klasik maupun keynes setuju, bahwa inflasi ada kaitannya dengan jumlah uang yang beredar, maupun jumlah barang yang tersedia dalam perekonomian. Oleh karena itu untuk menanggulangi jumlah uang yang beredar.
b. Income Policy dan Tax Incentive Plan Kebijakan penghasilan untuk menanggulangi ini menghendaki adanya penekanan tingkat upah secara cepat, baik dengan perundang-undangan maupun dengan himbauan (persuasion). Kebijakan yang lain adalah rencana
11
intensif pajak (Tax Incentive Plan). Disini pemerintah mengenakan pajak tambahan terhadap perusahan-perusahaan yang menaikkan tingkat upah, dan justru mengurangi pajak terhadap perusahaan yang tidak menaikkan upah.
C. Suku Bunga 1.
Pengertian suku bunga Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut “pokok hutang “ (principal). Persentase dari pokok yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut “ suku bunga “. Menurut (manullang 2000:70) ada beberapa teori yang menerangkan mengenai terjadinya suku bunga: a. Teori Klasik Menurut teori ini suku bunga merupakan harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan (inable fund). Harga ini terjadi di pasar dan investasi, istilah pasar dana investasi dapat dijelaskan bahwa dalam suatu periode ada suatu anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi kebutuhan konsumsinya. Masyarakat tersebut kemudian menabung melebihi pendatannya, jumlah seluruh tabungan mereka berbentuk penawaran akan dana yang akan dipinjamkan. Dipihak lain, dalam periode yang sama ada anggota masyarakat atau pengusaha yang memerlukan dana untuk investasi.
12
b. Teori Keynes Teori ini dikemukakan oleh Keynes ini lebih dikenal dengan liquidity preference menurut teori ini ada 3 motif mengapa orang memegang uang tunai. 3 motif tersebut antara lain : 1)
Motif Transaksi (Transaction Motive )
2)
Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive )
3)
Motif Spekulasi ( Speculation Motive ) Ketiga motof inilah yang menyebabkan tumbuhnya permintaan
akan uang, yang oleh keynes diberi nama liquidity preference. Teori keynes berlandasan bahwa konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid dalam memenuhi ketiga faktor tersebut. Keinginan untuk tetap likuid inilah yang menbuat orang bersedia membayar harga tersebut disebut bunga dengan umur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. 2. Fungsi Suku Bunga a. Sebagai daya tarik bagi para penabung baik individu, institusi atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk investasi. b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat control bagi pemerintah terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi. c. Tingkat suku bunga dapat sebagai brameter dalam rangka pengendalian penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.
13
d. Permintaan
dapat
memanipulasi
tingkat
suku
bunga
untuk
meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat suku bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi. Suku Bunga Indonesia diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolahan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga pasar uang antara Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan disuku bunga PUAB ini diharapkan akan diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada dibawah sasaran yang telah ditetapkan. 3. Jenis Suku Bunga a.
Suku bunga tetap adalah suku bunga pinjaman tersebut tidak berubah sepanjang masa kredit.
b.
Suku bunga mengambang adalah suku bunga yang berubah-ubah selama masa kredit berlangsung dengan mengikuti suatu kurs refere nsi tertentu seperti misalnya LIBOR dimana cara perhitungana
14
dengan menggunakan system penambahan marjin terhadap kurs referensi. Kombinasi atas suku bunga tetap dan mengambang ini mungkin serta sering digunakan. Misalnya pada suatu kredit pemilikan rumah dimana disepakati bahwa hingga tahun ketiga bunganya adalah tetap dan bunga untuk tahun selanjutnya akan ditetapkan mengambang.
D. Kinerja Bank Muamalat 1. Pengertian Kinerja Kinerja keuangan bank merupakan salah satu dasar penilaian terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dan pengelola dana masyarakat. Perbaikan kondisi kinerja keuangan perbankan nasional membawa kepada suatu alam persaingan yang ketat diantara bankbank umum dari suatu periode ke periode berikutnya,sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasi dan penyusunan rencana kerja anggaran bank, untuk memonitor pelaksanaan dari suatukebijakan perusahaan yang telah diterapkan, sehingga dapat diadakan perbaikan di masa yang akan datang. Jenis rasio keuangan pada bank terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian dapat dikemukakan bebarapa hal yaitu bahwa tidak ada kaitan langsung antara tingkat perekonomian suatu negara dengan kinerja bank-bank pada negara tersebut, kecuali menyangkut jumlah asset bank pada negara tersebut. Semakin tinggi tingkat perekonomian suatu negara semakin tinggi jumlah rata-rata asset bank pada negara tersebut dan sebaliknya. Bank-bank
15
diIndonesia walaupun memiliki jumlah asset yang lebih rendah, namun memiliki kinerja operasional yang relatif lebih baik khususnya dari sisi Net Interest Margin (NIM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) meskipun kualitas asset produktif tergolong lebih rendah yang tercermin dari tingkat pencadangan piutang yang lebih tinggi. Hal yang perlu diperhatikan oleh industri perbankan di Indonesia, selain peningkatan efisiensi kegiatan operasional mengingat cost to income ratio yang lebih tinggi juga perlu untuk mendorong pertumbuhan kredit ke sektor riil. Tingginya NIM pada bank-bank di Indonesia patut di waspadai kaerena hal ini mengindikasikan masih tingginya jumlah kredit yang disalurkan ke sektor komsumtif. Menurut Forum Kajian Ekonomi dan Bank Islam (2008), Bank Muamalat dan sejumlah BPR Syari’ah yang menarapkan sistem bagi hasil selamat dari bagai krisis tersebut. Hal ini disebabkan karena bank syari’ah menerapkan sistem bagi hasil Penerapan bagi hasil di bank syari`ah, membuat bank-bank syari`ah lebih tangguh dan tahan dari pengaruh gejolak moneter, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini disebabkan karena bank syari`ah tidak dibebani membayar bunga simpanan nasabah. Bank syari`ah hanya membayar bagi hasil yang jumlahnya sesuai dengan tingkat keuntungan perbankan syari`ah. Dengan sistem bagi hasil tersebut, maka jelas bank-bank syari`ah selamat dari negative spread. Menurut Hatta (2008), secara empirik, pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari krisis tahun 1997-1998 yang mengakibatkan terganggunya sektor riil. Krisis ini diawali dari krisis di sektor moneter (depresiasi nilai tukar rupiah dengan dolar) yang kemudian merambat kepada semua sektor tanpa terkecuali.20 Tingkat Inflasi ketika itu sebesar
16
77,60% yang diikuti pertumbuhan ekonomi minus 13,20%. Adapun terganggunya sektor riil tampak pada kontraksi produksi pada hampir seluruh sektor perekonomian. Tahun 1998, seluruh sektor dalam perekonomian (kecuali sektor listrik, gas, dan air bersih. Inflasi sesungguhnya mencerminkan kestabilan nilai sebuah mata uang. Stabilitas tersebut tercermin dari stabilitas tingkat harga yang kemudian berpengaruh terhadap realisasi pencapaian tujuan pembangunan ekonomi suatu negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan, perluasan kesempatan kerja, dan stabilitas ekonomi. Menurut Agustianto (2008) Tak bisa dibantah, bahwa bunga (interest) telah menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian banyak negara dan fakta itu terjadi di mana-mana. Bunga memainkan peranan penting dalam mengakibatkan timbulnya krisis. Sistim ekonomi ribawi telah menimbulkan ketidakadilan dalam masyarakat terutama bagi para pemilik modal yang pasti menerima keuntungan tanpa menangung resiko. Keburukan bunga juga disebabkan karena bunga menambah biaya produksi bagi para businessman yang menggunakan modal pinjaman. Biaya produksi yang tinggi tentu akan memaksa perusahaan untuk menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi pula. Melambungnya tingkat harga, pada gilirannya, akan mengundang terjadinya inflasi akibat semakin lemahnya daya beli konsumen. Semua dampak negatif sistim ekonomi ribawi ini secara gradual, tapi pasti, akan mengkeroposkan sendi-sendi ekonomi umat. Krisis ekonomi tentunya tidak terlepas dari pengadopsian sistim ekonomi ribawi.
17
2. Manfaat Kinerja a.
Mengelolah operasi organisasi secara efektif dan efesien melelui pemotivasikan karyawan secara maksimum.
b.
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperi promosi, transfer dan pemberhentian.
c.
Mengindentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
d.
Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
e.
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
3. Analisis Rasio Sebagai Alat Pengukur kinerja Menurut Moeljadi (2006 : 67) tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga saham, bukan memeksimalkan laba per lembar saham. Data akuntansi sangat mempengaruhi harga saham dan untuk memahami bagaimana kinerja bank
dan Laporan keuangan sangat diperlukan oleh
manajer untuk meningkatkan kinerja bank. Sedangkan bagi investor laporan keuangan berguna untuk mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman dan bagi pemegang saham berguna untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham. Analisis terhadap kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dengan menganalisis laporang keuangan, yang mencakup perbandingan kinerja bank dengan bank lain dalam industri yang sama mengevaluasi kecendrungan posisi keuangan sepanjang waktu. Beberapa teknik analisis yang dapat digunakan
18
untuk menilai kinerja bank, namun yang paling penting umum dan sering digunakan adalah analisis rasio. a. Net Interest Margin ( NIM ) Menutut Selamet (2006) NIM adalah perbandingan antara Interest Income (pendapatan bunga bank yang diperoleh) dikurangi Interest expenses (biaya bunga bank yang menjadi beban) dibagi dengan average Interest Earning Assets (rata-rata aktiva produktif yang digunakan) . Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut . NIM
= Pendapatan Bunga Bersih X 100 % Aktiva Produktif Dimana Pendapatn bersih = Pendapatan bunga beban , aktiva
produktif merupakan penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valas dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan antara bank, penyertaan termasuk komitmen dan produktif yang menghasilkan bunga (Interst Bearing Assets). b. Return On asset (ROA) Menurut Lukman (2005), rasio ini digunakan untuk mengukur manajemen bank dalam memperoeh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin bail pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. ROA
=
Laba Sebelum Pajak X 100% Total Akiva (Rata-rata)
19
c. Return On Equity (ROE) Menutut Lukman (2005), ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. ROA
= Laba Setelah Pajak X 100% Modal inti
E. Penelitian Sebelumnya
Novianto (2007) Hasil penelitian ini bahwa inflasi sebagai variabel bebas tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kinerja perbankan yaitu ROA, ROE,dan NIM. Namun inflasi dapat bepengaruh secara signifikan terhadap pembentukan ROE. Hal ini dapat dilihat dari rata- rata besaran koeefisien dan t – test yang dilakukan pada hasil regresi model tersebut. Pada penelitian ini variabel Suku Bunga memberikan pengaruh yang sigifikan terhadap ROA dan ROE namun lebih dominan memberikan pengaruh terhadap NIM Tingkat Inflasi lebih mempengaruhi ROA dan ROE sedangkan suku bunga lebih mempengaruhi terhadap NIM. Hasil penelitian Diana (2005) menunjukan bahwa inflasi dan suku bunga tidak memiliki pengaruh yterhadap kinerja (ROA) hal ini dapat di lihat dari besarnya nilai signifika yaitu 0,318 yang berarti lebih dari 0,05. Pada koefisien determinasi diperoleh sebesar 68,2%
yang menunjkan kontribusi suku bunga dan inflasi
menjelaskan variabel (ROA) 68,2% dan sisanya 31,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Jika dilihat dari koefisien berdasarkan uji t maka antara inflasi sebesar -0,545 dan suku bunga sebesar -0,843 dari nilat tersebut yang paling dominant dalam pembentuka ROA adalah Inflasi. Inflasi mempengaruhi ROA karena dengan adanya kenaikan inflasi maka diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga denga
20
tingginya tingkat suku bunga maka diharapkan para calon nasabah bersedian menepatkan dananya di Bank karena bunga yang diperoleh lebih tinggi