BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Mesin PWHT (Post Weld Heat Treatment) PWHT adalah bagian dari process heat treatment yang bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa yang terbentuk setelah proses welding-an selesai. Material terutama carbon steel akan mengalami perubahan struktur dan grain karena efek dari pemanasan dan pendinginan. Struktur yang tidak homogen ini menyimpan banyak tegangan sisa yang membuat material tersebut memiliki sifat yang lebih keras namun ketangguhannya lebih rendah. Untuk mengembalikan kembali kepada sifat yang diinginkan terutama dalam ketangguhan maka struktur yang berubah tadi dikembalikan lagi ke struktur semula melalui pemanasan pada waktu tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula. Tergantung dari jenis material dan ketebalan material.
6
7
Gambar 2.1 Mesin PWHT di PT.Komatsu Indonesia Proses PWHT dapat dilakukan dengan dua cara yaitu memasukkan benda uji kedalam dapur atau melakukan pemanasan setempat didekat daerah weldingan saja. Metode mana yang akan dilakukan lebih bersifat kepada pertimbangan ekonomis saja. Di penelitian ini PWHT dilakukan dengan metode memasukkan benda kedalam dapur ruangan PWHT. Parameter parameter dalam PWHT yang perlu dijaga adalah : 1. Heating rate . 2. Holding temperature 3. Cooling Rate 2.2 Excavator PC3000 dan Excavator PC4000 ( Big Size) Excavator PC3000 dan PC4000 merupakan Excavator dengan ukuran yang sangat besar dengan berat operasi masing-masing yaitu PC3000 beratnya 300 ton dan PC4000 beratnya 400 ton. Unit ini biasanya digunakan di tambang-tambang yang besar. Dalam penelitian ini komponen PC3000 dan PC4000 yang melewati
8
proses PWHT yaitu ARM dan BOOM. Excavator PC3000 dan PC4000 mempunyai 2 tipe yaitu tipe Backhoe seperti pada gambar 2.2 dan tipe Shovel seperti pada gambar 2.3
BOOM
ARM
Gambar 2.2 Excavator PC3000 Backhoe
ARM
BOOM
Gambar 2.3 Excavator PC4000 Shovel
9
2.3 Biaya Standard (Standard Cost) Biaya standar merupakan penentuan biaya ditentukan di muka, disusun berdasar aliran biaya (Mas’ud, 1993:135). Biaya standard adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuata satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu (Mulyadi, 2005:387). Standard dapat digolongkan atas dasar tingkat keketatan atau kelonggaran sebagai berikut (Mulyadi, 2005:394): 1. Standard teoritis : standard yang ideal yang pelaksanaannya sulit untuk dicapai. Asumsi yang mendasari standard teoritis ini adalah bahwa standar merupakan tingkat yang paling efisien yang dapat dicapai oleh para pelaksana kabaikan standard. 2. Rata-rata biaya waktu yang lalu : standard yang longgar sifatnya. Rata-rata biaya waktu yang lalu dapat mengandung biaya-biaya yang tidak efisien, yang seharusnya tidak boleh dimasukkan sebagai unsur biaya standard. 3. Standard Normal : didasarkan atas taksiran biaya dimasa yang akan datang dibawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang normal. Standard normal beguna bagi manajemen dalam perencanaan kegiatan jangka panjang dan dalam pengambilan keputusan yang bersifat jangka panjang. 4. Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai (attainable high performance) : standar jenis ini banyak digunakan dan merupakan criteria yang paling baik untuk menilai pelaksanaan. Standard ini didasarkan pada tingkat pelaksanaan
terbaik
yang
dapat
dicapai
ketidakefisienan kegiatan yang tidak dapat dihindari.
dengan
perhitungan
10
Pengembangan biaya standar adalah merupakan dasar untuk menyusun budget. Setelah perusahaan berpengalaman dalam menyusun budget, yaitu untuk menetapkan apa yang diharapkan di masa yang akan datang, maka penyusunan biaya standar merupakan jalan pintas untuk menyusun rencana dimasa mendatang. Budget adalah suatu pengertian yang menyangkut seluruh aspek operasi termasuk pelaksanaannya dan hasil yang diharapkan, oleh sebab itu angka-angka budget harus disusun secara terperinci dan jelas. Angka-angka dari budget adalah merupakan dasar dari pengukuran statistik dari hasil yang diperoleh.Yang khas dari biaya standar dibandingkan biaya yang lain adalah kenyataannya bahwa biaya standar ditentukan sebelum adanya kegiatan produksi. Kata yang paling penting dalam definisi biaya standar adalah ditentukan lebih dahulu. Penetapan biaya standar sangat bermanfaat bagi manajemen dalam perencanaan dan pengendalian aktifitas perusahaan. Adapun manfaat biaya standar antara lain (Rony, 1990) yaitu : 1. Dasar pertimbangan pembuatan budget. 2. Pengendalian biaya dan mengukur efisiensi 3. Mendorong kemungkinan pengurangan biaya. 4. Memudahkan dalam pencatatan dan pelaporan biaya. 5. Merencanakan biaya bahan baku, pekerjaan dalam proses maupun produk jadi. 6. Sebagai penetapan harga penawaran dalam suatu proyek atau kontrak tertentu. Teknik biaya standar adalah persiapan dan pemakaian biaya standar, perbandingannya dengan biaya sebenarnya, dan analisa mengenai penyimpangan untuk mencari sebab dan akibatnya. Kata yang paling penting dalam definisi sistem biaya standar adalah perbandingan. Perbandingan merupakan inti dari
11
sistem biaya standar, karena dengan ini dapat menilai apakah biaya itu lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang diharapkan. Bila membicarakan biaya, biasanya yang dimaksud adalah bahwa barang yang dibuat atau dihasilkan ada biayanya, dan biaya yang dimaksud disini adalah biaya produk, dan karenanya biaya tersebut kita sebut biaya per unit. Biaya standar biasanya diartikan sebagai biaya standar untuk setiap unit barang. Tentu saja dapat dibuat perbandingan yang perlu antara biaya standar per unit dan biaya sebenarnya per unit. Biaya yang sebenarnya akan memberi gambaran tentang apa yang telah terjadi, dan inilah yang akan dikendalikan. Untuk mendapatkan biaya per unit yang sebenarnya terlebih dahulu harus mengalokasikan atau membagi semua pengeluaran yang sebenarnya kepada setiap barang. Hal ini sangat mahal dan banyak memakan waktu. Sebagai contoh bahan mentah tertentu dari biaya standar per unit dapat dilihat antara lain berapa yang harus dikeluarkan untuk bahan mentah untuk satu unit barang, jika dikalikan jumlah barang yang diproduksi misalnya dalam satu bulan dengan biaya standar bahan mentah per unit produk, dapat dilihat, berapa banyak bahan mentah yang harus dihabiskan dalam satu bulan, dinyatakan dalam rupiah. Jumlah barang yang diproduksi dikalikan dengan biaya standar bahan mentah per unit barang menunjukkan berapa seharusnya nilai bahan yang dipakai selama periode yang bersangkutan, dan ini disebut standar. Standar ini kemudian dibandingkan dengan nilai bahan mentah yang sebenarnya dipakai secara keseluruhan. Pengalaman menunjukkan bahwa nilai standar dan nilai sebenarnya, jarang atau bahkan tidak pernah sama. Jadi hampir selalu terjadi suatu pengeluaran yang lebih rendah atau lebih tinggi. Tentu saja biaya pembuatan barang tidaklah terbatas pada bahan mentah saja ada biaya
12
biaya lain, atau unsur-unsur biaya yang lain. Jika prosedur memungkinkan standar itu dilakukan untuk semua unsur biaya, kita menilai produksi untuk bulan itu berdasarkan biaya standar per unit. dan ini disebut nilai standar produksi (SVP = standar value produced) atau NSP. Nilai standar produksi adalah alat pengukur yang dipakai, perbandingan antara pengeluaran yang sebenarnya dengan nilai standar produksi akan menunjukkan pengeluaran yang lebih rendah atau lebih tinggi yang disebut penyimpangan, dengan cepat penyimpangan akan menunjukkan hal-hal yang tidak beres, dan kemudian dapat diambil tindakan perbaikan. Teknik yang merupakan salah satu manfaat utama dari sistem biaya standar, dikenal dengan nama manajemen berdasarkan perkecualian, yaitu teknik yang dapat dipakai untuk dengan mudah dan cepat mengetahui daerah-daerah persoalannya dan kemudian mengambil tindakan koreksinya. Banyaknya pos pengeluaran akan menunjukkan adanya penyimpangan, maka harus menentukan mana yang penting dan mana yang tidak. Memang selalu ada kecenderungan untuk mencoba memperhitungkan semua penyimpangan, tetapi bahwa sebelum dapat menyelesaikan semua penyimpangan dan persoalan untuk suatu bulan tertentu, penyimpangan itu akan menjadi tanggung jawab, dan tugas kita sekarang adalah membuat suatu daftar prioritas,
sehingga
dapat
mengambil
tindakan
terhadap
penyimpangan-
penyimpangan yang paling penting terlebih dahulu, tetapi bagaimana caranya kita menentukan apa yang penting, dan apa yang tidak. Pertama-tama kita periksa penyimpangannya dan menghubungkannya dengan jumlah yang seharusnya dikeluarkan.
Jadi
yang
kita
lihat
adalah
jumlah
yang
relatif
dari
penyimpangannya. Salah satu petunjuk mengenai pentingnya suatu penyimpangan
13
adalah nilai relatifnya, dan dalam mempertimbangkan jumlah penyimpangan kita lihat nilai mutlaknya. Jadi ada dua faktor yang perlu dipertimbangkan besarnya angka penyimpangan yang relatif dan yang mutlak. Penyimpangan memberikan gambaran bahwa kenyataan tidak sesuai dengan rencana, dan dengan sendirinya kita ingin memperbaiki ini. Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa tujuan dari penggunaan
biaya
standar
bukanlah
mencari
penyimpangan
melainkan
menentukan tindakan untuk menyehatkan perusahaan kembali. 2.4 Biaya Aktual Biaya aktual merupakan biaya yang sesungguhnya terjadi dalam memproses suatu produk, pesanan atau jasa yang dihasilkan. Perhitungan biaya aktual ini hanya dapat dilakukan pada akhir periode tertentu. Seperti halnya dengan biaya standar perhitungan biaya aktual juga terdiri dari biaya aktual bahan baku, biaya aktual tenaga kerja langsung, biaya aktual overhead pabrik. 2.5 Analisis Selisih Biaya Untuk mendapatkan suatu patokan biaya yang baik, terlebih dahulu harus diketahui biaya-biaya apa saja yang diperlukan dan berapa nilai dari masingmasing biaya tersebut. Oleh karena itu, sebelum produksi dimulai, terlebih dahulu masing-masing unsur biaya (biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead) harus dianalisa untuk mengetahui berapa besarnya masingmasing biaya seharusnya dalam suatu keadaan tingkat harga dan cara produksi yang normal. Biaya yang seharusnya dan ditetapkan secara ilmiah ini dinamakan biaya standar (Hartanto, 1981). Biaya standar ini merupakan target yang dituju dan sekaligus merupakan patokan yang dipakai untuk mengukur dan menilai biaya sesungguhnya. Biaya
14
standar juga membantu manajemen dalam bidang perencanaan, khususnya mengenai
biaya
pabrikasi
dapat
dilakukan
sampai
unsur
biaya
yang
sekecilkecilnya. Jika kita membandingkan biaya standar dengan biaya sesungguhnya (biaya aktual), maka biasanya akan terdapat perbedaan-perbedaan (Garrison dan Eric, 1997). Selisih tersebut dapat dibedakan menjadi selisih harga dan selisih jumlah. Alasan pembedaan analisis selisih ini adalah karena keputusan pengendalian yang berkaitan dengan harga dan pengendalian yang berkaitan dengan jumlah dilakukan pada waktu yang berbeda. 2.6 Biaya Produksi Menurut Riwayadi (2006:64), biaya produksi adalah biaya yang terjadi pada fungsi produksi, dimana fungsi produksi merupakan fungsi yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Menurut Mulyadi (2005:14), merupakan biayabiaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya Depresiasi mesin dan peralatan, biaya bahan baku; biaya bahan penolong; biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tida langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut obyek pengeluaranya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Selain biaya produksi ada biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum . Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Biaya administrasi & umum merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
15
Pengumpulan biaya produksi sangat ditentukan oleh cara produksi secara garis besar cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam : produksi atas dasar pesanan dan produksi massa. Perusahaan yang memproduksi berdasarkan pesanan. Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produksi massa melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di gudang umumnya produknya berupa produk standard. Dalam perusahaan yang memproduksi massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut: Produk yang dihasilkan merupakan produk standard, produk yang dihasilkan dari bulan-ke bulan adalah sama, kegiatan produksi dimulai dengan terbitnya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standard untuk jangka waktu tertentu. 2.7 Metode Full Costing Menurut Mulyadi(1999) metode Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan Full Costing terdiri unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi, dan umum).
16
Gambar 2.4 Harga Pokok Produksi dan Total Harga Pokok Produk menurut metode Full Costing (Mulyadi, 1993)
Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Full Costing terdiri dari unsur biaya produksi sebagai berikut : Biaya bahan baku
: xxx
Biaya tenaga kerja langsung
: xxx
Biaya overhead pabrik variable
: xxx
Biaya overhead pabrik tetap
: xxx
Harga pokok produksi
: xxx
Dalam metode Full Costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variable, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya( unsur hara pokok penjualan)
17
apabila produk jadi tersubut telah terjual. Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan overhead labih( overapplied factory overhead ) atau pembebanan overhead kurang ( underapplied factory overhead ). Jika produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan biaya overhead pabrik labih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akutansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan rugi laba sebelum produknya laku dijual 2.8 Depresiasi Aktiva tetap dicatat sebesar pengorbanan sumber ekonomik yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh aktiva, sampai dengan aktiva tersebut siap digunakan. Oleh karena aktiva tetap yang diperoleh memiliki manfaat lebih dari satu periode akutansi dan semakin lama kemampuan potensial aktiva tersebut semaikin berkurang, maka cost aktiva tetap harus dialokasikan secara sistematik dan rasional. Baik secara langsung maupun tidak langsung kos aktiva tetap harus dialokasikan ke periode-periode yang menerima manfaat aktiva tersebut. Proses alokasi ini dinamakan Depresiasi, kos aktiva tetap , yang umur manfaatnya terbatas harus di depresaiasikan. Secara fisik ketinggalan jaman dan keusangan
18
dari operasi merupakan elemen yang penting yang sebagai penyebab perlu dilakukan Depresiasi. Depresiasi adalah proses alokasi cost aktiva tetap menjadi biaya yang dilakukan secara sistematik dan rasional pada periode-periode yang menikmati manfaat dari pemanfaatan aktiva tersebut. Depresiasi bukan merupakan penilaian, tetapi alat untuk mengalokasikan cost. Penentuan beban Depresiasi tergantung pada pemilihan metode Depresiasi yang sering di gunakan adalah metode yang perhitungannya sistematik dan rasional. Metode-metode Depresiasi diklasifikasikan sebagai berikut : a. Metode-metode Depresiasi yang berdasarkan waktu : 1. Metode pembebanan sama -
Metode garis lurus (straight-liner)
2. Metode pembebanan menurun -
Metode Jumlah Angka Tahun (sum of the year digits)
-
Metode Penurunan Ganda (double declining method)
2. Metode-metode Depresiasi berdasarkan kegiatan (activity method) -
Metode unit output
-
Metode unit jasa
3. Metode-metode Depresiasi khusus -
Metode persediaan
-
Metode penggantian dan persediaan
-
Metode grup dan umur komposit
-
Metode nilai tunai
19
Metode garis lurus (straight-liner) Metode garis lurus merupakan metode yang paling sederhana. Depresiasi di bebankan dalam jumlah yang sama, selama taksiran manfaat ekonomis aktiva tetap. Depresiasi (tahun) diperoleh denganberdasarkan perhitungan berikut: D = Tingkat Depresiasi garis lurus x cost aktiva di Depresiasikan D = 1 x (Harga perolehan – Nilai residu) N Harga Perolehan – Nilai residu D = ------------------------------------------Umur ekonomis aktiva tetap
Metode Jumlah Angka Tahun (sum of the year digits) Berdasarkan metode ini, Depresiasi ditentukan dengan dasar pecahan (fraction) yang semakin menurun dikalikan dengan cost diDepresiasikan (kos-nilai residu). Semua pecahan menggunakan jumlah angka-angka tahun sebagai penyebut sedangkan angka-angka tahun selama umur manfaat aktiva tetap digunakan sebagai pembilang. Langkah-langkah perhitungan: 1. Tentukan jumlah angka tahun (JAT) JAT = n ( n + 1) 2
20
2. Tentukan besar penyusutan Besar Penyusutan = AT x (HP-NS) JAT AT= Angka tahun / umur ekonomis JAT = Jumlah angka Tahun HP = Harga perolehan NS = Nilai sisa/ residu Metode Penurunan Ganda (double declining method) Metode menurun ganda disebut juga metode Double Declining Balance Methode, menurut metode ini maka penyusutan aktiva tetap ditentukan berdasarkan persentase tertentu yang dihitung dari harga buku pada tahun yang bersangkutan. Persentase penyusutan dapat dicari atau dihitung dengan mengalikan persentase penyusutan dengan metode garis lurus dengan angka 2 (dua). Dengan ungkapan lain persentase penyusutan besarnya 2x Persentase atau tarif penyusutan metode garis lurus. Rumus penyusutan aktiva tetap metode menurun ganda Penyusutan = {2 x (100% : umur ekonomis)} x Harga buku aktiva tetap 2.9 Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaaan (Brigham dan Gapenski, 2006). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada suatu periode akuntansi. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba
21
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva atau dengan modal (ekuitas). Dalam hal ini dapat dijelaskan untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan adalah sangat penting bagi manajemen sehingga dapat menentukan kebijakan ke depan dengan baik. Menurut Sartono (2001:122) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan, yaitu : 1) Jenis Perusahaan Profitabilitas perusahaan akan sangat bergantung pada jenis perusahaan, jika perusahaan menjual barang konsumsi atau jasa biasanya akan memiliki keuntungan yang stabil dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi barang-barang modal. 2) Umur Perusahaan Sebuah perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih stabil bila dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri. Umur perusahaan ini adalah umur sejak berdirinya perusahaan hingga perusahaan tersebut masih mampu menjalankan operasinya. 3) Skala Perusahaan Jika skala ekonominya lebih tinggi, berarti perusahaan dapat menghasilkan produk dengan biaya yang rendah. Tingkat biaya rendah tersebut merupakan cara untuk memproleh laba yang diinginkan. 4) Harga Produksi Perusahaan yang biaya produksinya relatif lebih murah akan memiliki keuntungan yang lebih baik dan stabil daripada perusahaan yang biaya produksinya tinggi.
22
Dalam penelitian ini faktor ini yang dibahas dalam mempengaruhi profitabilitas perusahaan. 5) Habitat Bisnis Perusahaan yang bahan produksinya dibeli atas dasar kebiasaan (habitual basis) akan memperoleh kebutuhan lebih stabil dari pada non habitual basis. 6) Produk yang Dihasilkan Perusahaan yang bahan produksinya berhubungan dengan kebutuhan pokok biasanya penghasilan perusahaan tersebut akan lebih stabil daripada perusahaan yang memproduksi barang modal. 2.10
Pengendalian Biaya Perusahaan (bekerja dengan tujuan) untuk mencari laba. Laba adalah
kelebihan penerimaan penjualan terhadap biaya atau pengeluaran. Manajer perusahaan biasanya hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak dapat mengendalikan harga penjualan dan karenannya perhatiannya harus tercurah pada biaya atau pengeluaran. Pimpinan menerima laporan periodik (biasanya bulanan) tentang biaya yang benar-benar dikeluarkan, dan ia harus menilai ini untuk menentukan apakah biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diharapkan, atau kurang lebih sama. Ia akan tertarik kepada biaya yang lebih tinggi dari pada yang diharapkan, sehingga dengan demikian dapat dilakukan tindakan untuk menekannya. Tetapi ia juga tertarik kepada biaya yang lebih rendah untuk melihat apakah penghematan itu dapat dipertahankan. Untuk dapat menentukan apakah biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah ia harus mengetahui berapa besar biaya yang diharapkan (Murphy 1973).
23
Pada dasarnya fungsi manajemen mencakup aspek perencanaan dan pengendalian semua aktifitas suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh organisasi itu sendiri. Usaha manajemen mencapai tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh sejauh mana manajemen mampu menjalankan fungsi perencanaan dan pengendalian atas keseluruhan aktivitas perusahaan(Rony 1990). Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilaksanakan, bagaimana menentukan strategi pencapaiannya dengan mempertimbangkan kemampuan yang ada guna mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan. Untuk ini memerlukan adanya data-data yang berkaitan dengan aktivitas produksi meliputi pengelolaan material, pengelolaan buruh dan pengelolaan peralatan produksi, serta perencanaan penjualan dan kegiatan administratif. Pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur, metode serta langkah yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik mencapai sasaran yang ditetapkan. Pengendalian biaya yang efektif mempunyai dua aspek pokok yaitu, pengendalian operasional dan pengendalian akuntansi. Pengendalian dibutuhkan pada setiap pekerjaan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan agar sesuai dengan yang direncanakan. Menurut Rony (1990), pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur, metode dan langkah yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Biaya produksi harus dapat dikendalikan agar tidak terjadi pemborosan. Maka dari itu diperlukan suatu metode yang dapat mengendalikan biaya produksi agar berjalan secara efisien. Menurut Kuswandi (2005), penentuan biaya standar
24
dilakukan untuk mencapai produktivitas yang maksimum dengan biaya serendahrendahnya.
Info Biaya Masa Lalu
Perencanaan
Prediksi
Perencanaan Biaya
Model Keputusan Biaya dan Biaya Yang Relevan
Realisasi atau Implementasi Pelaksanaan & Pengendalian
Hasil dan Umpan Balik
Kegiatan
Gambar 2.5 : Proses Penggunaan Informasi Biaya Pengendalian biaya yang efektif bergantung kepada pengumpulan data serta penyajian laporan yang relevan. Pengendalian biaya dimulai dengan melakukan pencatatan-pencatatan semua
transaksi
yang
dilakukan oleh
perusahaan. Untuk pengendalian biaya yang efektif, diperlukan adanya sistem akuntansi biaya, yang mencatat dan melaporkan semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan (Sembiring 1990). Budget merupakan alat pengendalian yang efektif bagi perusahaan dalam melakukan perencanaan yang diharapkan, oleh karena itu dalam penentuan budget harus objektif. Penentuan pos-pos budget yang efektif akan memberikan hasilm yang bermanfaat
dalam tahun
25
penggunaanya. Adanya selisih-selisih terhadap rencana biaya yang telah ditetapkan sebelumnya, maka harus dilakukan analisis mengenai sebab-sebab terjadinya dan melakukan tindakan revisi kembali, sehingga dapat disesuaikan kembali dengan rencana yang sebenarnya. Berdasarkan tinjauan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian biaya mengandung pengertian suatu metode pencatatan, pengumpulan, dan penyajian yang berkaitan dengan sistem mengenai perencanaan terhadap biaya-biaya yang telah dikeluarkan agar dapat mencapai sasaran yang ditetapkan. 2.11
Keterkaitan dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian yang berkaitan dengan, biaya dan harga pokok sudah banyak
dilakukan sebelumnya, Hasil dari setiap penelitian sangat beragam, namun terdapat kesamaan pada metode analisis yang digunakan. Kesamaan lain yaitu dari tujuan yang ingin dicapai, yaitu menentukan suatu penetapan harga pokok, biaya, dan tingkat volume produksi yang sesuai bagi perusahaan. Sedangkan yang dilakukan di penelitian ini memperbaiki standard cost yang salah pada salah satu mesin dan membandingkan perhitungan overhead yang diterapkan perusahaan dengan metode perhitungan Full Costing. Analisis biaya dan penetapan harga pokok produksi kayu gergajian (Sawn Timber) hutan rakyat CV. Sinar Kayu Bogor, Jawa Barat dilakukan Permata (2008). Hasil analisis selisih biaya standar dan biaya aktual terdapat selisisih yang defisit, baik dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Selisih biaya bahan baku dari kedua jenis bahan baku merupakan selisih yang defisit dimana biaya aktual yang sebenarnya terjadi lebih besar dari biaya standar yang ditetapkan.Analisis struktur biaya pada CV Sinar
26
Kayu menjelaskan bahwa terjadi perbedaan dalam penetapan kebijakan harga jual antara secara eceran ke konsumen langsung dan distributor. Harga jual yang ditetapkan dengan system penjualan ke distributor lebih rendah jika dibandingkan dengan harga jual dengan sistem penjualan ke konsumen langsung. Harga pokok produksi berdasarkan biaya standar untuk kaso 57 Rp 4.316,92 per unit sedangkan produk kaso 46 adalah Rp 3.103,28 per unit. Dengan demikian keuntungan per unit yang ingin di peroleh oleh CV Sinar Kayu untuk produk kaso 57 lebih besar jika dibandingkan penjualan produk kaso 46 untuk ke dua sistem penjualan. Penelitian tentang penetapan harga pokok produksi dilakukan oleh Roslinawati (2007) dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi Pada PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Dari hasil perhitungan didapatkan rata-rata harga pokok produksi metode perusahaan menghasilkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata harga pokok produksi dengan menggunakan metode Full Costing dan variabel costing. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam menganalisis biaya. Pada metode perusahaan memasukkan biaya pengemasan kedalam perhitungan harga pokok produksinya, yang seharusnya tidak dilakukan karena biaya pengemasan merupakan biaya pemasaran dan bukan termasuk biaya produksi. Yulianti (2007) melakukan penelitian dengan judul Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Meises Cokelat (kasus : PT G di Bandung, Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukan bahwa perhitungan harga pokok produk meises cokelat 818 biru dengan menggunakan metode Full Costing periode tahun 2006 yaitu Rp 6.282 per kg atau Rp 78.530 per dus. Harga pokok meises dengan menggunakan metode Full Costing lebih tinggi dari pada harga pokok produk
27
dengan metode PT G, disebabkan karena metode Full Costing mengakumulasikan seluruh biaya termasuk biaya tetap dan biaya variabel. Ivana Eva (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Penentuan Harga Pokok Produksi Karkas dengan menggunakan metode Full Costing, variable costing, dan ABC costing pada studi kasus rumah potong ayam Asia Afrika, Bogor Jawa Barat. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa rata-rata harga pokok untuk menghasilkan 1 kg karkas dengan menggunakan metode variable costing merupakan harga pokok rata-rata yang paling rendah dan laba kotor ratarata tertinggi, hal ini disebabkan dalam metode variabel costing komponen pembentuk harga pokok produksi adalah biaya produksi yang bersifat variable yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel, sehingga total biaya produksi yang akan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan metode lain. Harga pokok rata-rata yang tertinggi dan laba kotor terendah diperoleh dengan menggunakan metode Full Costing, hal ini disebabkan dalam metode Full Costing penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap dan variabel, sehingga total biaya produksi akan menjadi lebih besar bila dibandingkan metode yang lain. Harga pokok dan laba kotor rata-rata yang menggunakan metode ABC costing tidak menghasilkan nilai yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, hal ini disebabkan dalam metode ABC penentuan harga pokok produksi berdasarkan biaya aktivitas-aktivitasnya yang dilakukan untuk menghasilkan produk, sehingga dalam metode ABC harga pokok produksi yang dihasilkan benar-benar mencerminkan konsumsi sumber daya aktivitas yang
28
dikeluarkan untuk menghasilkan harga pokok yang undercosted untuk produk yang diproduksi dalam volume tinggi dan overcosted untuk produk yang diproduksi dalam volume rendah.