9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kredit 1. Pengertian kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan,
maksudnya adalah
apabila seseorang
memperoleh kredit, berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sementara itu, bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali (Kasmir, 2008:72). Dalam undang-undang No.10 tahun 1998 Pasal 1 butir 11 tentang perbankan dinyatakan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpum dana dan penyalur dana masyarakat. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa bank dalam menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan untuk selanjutnya dana tersebut akan di salurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana dalam bentuk penyaluran kredit, sehingga nampaknya jumlah kredit yang disalurkan merupakan salah satu usaha yang penting bagi dunia perbankan. Sehingga dapat dikatakan bahwa hampir 70 % volume usaha bank berupa penyaluran kredit. Dan sumber pendapatan bank pun mayoritas berasal dari kegiatan penyaluran kredit (dalam bentuk hasil bunga), sedangkan sisanya dari pendapatan selain bunga.
9
10
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 butir 11 tentang perbankan disebutkan : “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Menurut Hasibuan (2002:87) pengertian kredit adalah “semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”, sementara itu definisi lain dari “kredit adalah suatu pemberian prestasi yang mana balas prestasinya (kontra prestasinya) akan terjadi pada suatu waktu di hari yang akan datang” (Rachmat 2003 : 2). Sedangkan pengertian kredit atau hutang – piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 54 Paragraf 4 adalah sebagai berikut: Hak kontarktual untuk menerima uang atau suatu kewajiban kontraktual untuk membayar kas berdasarkan permintaan atau pada tanggal yang ditentukan, yang tercantum sebagai asset atau kewajiban dalam neraca debitur atau kreditur pada saat restrukturisasi kredit dilaksanakan. Dengan demikian kredit itu dapat pula berarti bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang, atau jasa kepada pihak lain, sedangkan kontraprestasi akan diterima kemudian (dalam jangka waktu tertentu). 2. Fungsi Kredit Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang dominan dalam perekonomian. Hampir semua kegiatan perekonomian dalam masyarakat membutuhkan kredit. Jadi usaha pokok dari suatu bank adalah membrikan kredit, dan kredit yang diberikan oleh bank mempunyai
11
pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang kehidupan, khususnya dibidang ekonomi. Fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian, pedagangan dan keuangan menurut Muchdarsyah (2001:21) adalah sebagai berikut berikut : a) b) c) d) e) f) g)
Kredit dapat meningkatkan daya guna (Utility) dari uang. Kredit dapat meningkatkan daya guna (Utility) dari barang. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Fungsi kredit tersebut diatas menyebutkan kredit bukan hanya
bermanfaat bagi bank dan debitur tetapi juga berpengaruh didalam segala bidang kehidupan khususnya bidang ekonomi. Karena kredit juga berfungsi untuk meningkatkan peredaran uang dan menggairahkan dunia usaha di masyarakat. 3. Unsur Perjanjian Kredit Berdasarkan
UU No. 10 Tahun 1998 terdapat beberapa unsur
perjanjian kredit yaitu : 1) Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. Unsur pertama dari Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu; uang di sini seiogianya ditafsirkan sebagai sejumlah dana (tunai dan saldo rekening giro) baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. 2) Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain. Unsur kedua dari kredit adalah persetujuan atau kesepakatan antara bank dan debitur.Sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata, agar suatu perjanjian menjadi sah diperlukan empat syarat, yaitu kesepakatan para pihak, kecakapan untuk membuat perjanjian, terdapat obyek tertentu dan ada suatu kausa (cause) yang halal. 3) Terdapat kewajiban pihak peminjam untuk melunasi utangnya dalam jangka waktru tertentu.
12
Unsur ketiga dari kredit adalah adanya kewajiban debitur untuk mengembalikan jumlah keseluruhan kredit yang dipinjam kepada kreditur dalam jangka waktu tertentu. 4) lunasan utang yang disertai dengan bunga. Unsur yang terakhir adalah adanya pengenaan bunga terhadap kredit yang dipinjamkan. Bunga merupakan nilai tambah yang debitur atas sejumlah uang yang dipinjamkan kepada debitur dimaksud. 4. Unsur-unsur Kredit Menurut Thomas Suyatno dan kawan-kawan (2001 : 14) dalam pengertian kredit tersebut diatas terkandung unsur-unsur kredit itu sendiri yaitu unsur: a)
Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya. b) Kepercayaan, yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada debitur, bahwa setelah jangka waktu yang tertentudebitur akan mengembalikannya sesuai kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak. c) Peneyerahan, yang menyatakan bahwa kreditur menyerahkan nilai ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikannya setelah jatuh tempo. d) Resiko, yang menyatakan adanya resiko yang mungkin timbul sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya. e) Persetujuan, atau perjanjian, yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian. 5. Jenis – jenis Kredit Setelah mengetahui pengertian kredit, selanjutnya jenis-jenis kredit Menurut Kasmir (2008 : 277 – 279) yaitu : a)
Dari segi kegunaan 1) Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan investasi. Kredit investasi biasanya diberikan untuk waktu jangka panjang. 2) Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan modal kerja. Kredit modal kerja diberikan dalam waktu yang relatif pendek dan satu kali siklus operasi.
13
b)
Dari segi tujuan 1) Kredit produktif merupakan kredit yang diberikan untuk menghasilkan sesuatu (proses produksi), baik barang maupun jasa. 2) Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan untuk digunakan secara pribadi atau dipakai (dikonsumsi) sendiri. 3) Kredit perdagangan merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang. c) Dari segi jangka waktu 1) Kredit jangka pendek merupakan kredit yang memiliki jangka waktu maksimal satu tahun atau kurang dari satu tahun. 2) Kredit jangka menengah merupakan kredit yang memiliki jangka waktu satu sampai tiga tahun, namun dewasa ini banyak bank yang mengklasifikasikan menjadi kredit jangka panjang. 3) Kredit jangka panjang merupakan kredit yang memiliki jangka waktu lebih dari satu atau tiga tahun. Artinya ada bank yang mengklasifikasikan yang lebih dari satu tahun menjadi kredit jangka panjang, namun ada pula yang mengklasifikasikan lebih dari tiga tahun menjadi jangka panjang. d) Dari segi jaminan 1) Kredit dengan jaminan merupakan kredit yang syarat untuk memperolehnya harus memiliki jaminan tertentu, baik harta bergerak, tidak bergerak, atau jaminan lainnya. 2) Kredit tanpa jaminan merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan apa pun secara riil, namun sebenarnya meskipun tidak ada jaminan, dalam praktiknyaada jaminan kemampuan membayar dari nasabah, misalnya pegawai tetap yang memiliki penghasilan tertentu. e) Dari segi sektor usaha 1) Kredit sektor pertanian merupakan kredit yang diberikan kepada para petani, baik tanaman jangka pendek yang kurang atau maksimal satu tahun maupun jangka panjang (lebih dari satu tahun atau tuga tahun sesuai persyaratan bank). 2) Kredit sektor industri merupakan kredit yang diberikan kepada industri, baik industri kecil, menengah maupun besar. 3) Kredit sektor perumahan merupakan kredit yang diberikan untuk kepemilikan rumah atau property lainnya. 4) Kredit sektor profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada profesioanal seperti dokter, pengacara, dosen, dan lainnya. 5) Kredit sektor pertambangan merupakan kredit yang diberikan untuk pengusaha yang bergerak dalam bidang pertambangan seperti emas, batubara, timah, atau tambang lainnya. 6) Kredit sector pendidikan merupakan kredit yang diberikan dunia pendidikan, seperti kredit mahasiswa, dan 7) Kredit sektor lainnya.
14
Sedangkan
menurut
Farid
dan
Soetatwo
(1999:307-308)
penggolongan kredit berdasarkan kriteria lembaga pemberi dan penerima kredit, dapat dibedakan menjadi : 1. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha atau konsumsi. 2. Kredit likuiditas adalah kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank swasta dan bank-bank negara yang selanjutnya digunakan untuk sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditan. Kredit likuiditas ada 2 yaitu likuiditas darurat dan likuiditas khusus. Kredit likuiditas darurat adalah kredit likuiditas yang diberikan oleh BI kepada pihak bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas dalam opersinya baik karena faktor ekstern maupun intern. Sedangkan kredit likuiditas diberikan untuk mengatasi kesulitan likuiditas karena operasinya baik karena faktor ekstern maupun intern. Sedangkan kredit likuiditas khusus diberikan untuk mengatasi kesulitan likuiditas karena faktor intern. 6.
Analisis Kredit Secara keseluruhan dalam analisis kredit, cakupan analisis paling tidak harus memuat analisis lima C (5 0f C), yang merupakan standar minimal yang lazim digunakan dikalangan perbankan untuk menentukan kelayakan suatu kredit. Menurut Kasmir (2008:285) lima macam faktor atau 5 of C adalah sebagai berikut : 1)
2)
3)
Character (Watak) Adalah sifat atau watak nasabah. Analisis ini untuk mengetahui sifat atau watak seorang nasabah pemohon kredit, apakah memiliki watak atau sifat yang bertanggung jawab terhadap kredit yang diambilnya. Capacity (Kemampuan) Yaitu analisis yang digunakan untuk melihat kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Kemampuan ini dapat dilihat dari penghasilan pribadi untuk kredit konsumtif dan usaha yang dibiayai untuk kredit perdagangan atau produktuf. Kemampuan ini penting untuk dinilai agar bank tidak mengalami kerugian. Capital (Modal) Adalah untuk menilai modal yang dimiliki oleh nasabah untuk membiayai kredit. Hal ini penting karena bank tidak akan membiayai
15
4)
5)
kredit tersebut 100%. Artinya harus ada modal dari nasabah. Tujuannya adalah jika nasabah juga ikut memilki modal yang ditanamkan pada kegiatan tersebut, nasabah juga akan merasa memiliki sehingga memotivasi untuk bekerja sungguh-sungguh agar usaha tersebut berhasil, dan mampu untuk membayar kewajiban kreditnya. Condition (Kondisi) Yaitu kondisi umum saat ini dan yang akan datang tentunya. Kondisi yang akan dinilai terutama kondisi ekonomi saat ini, apakah layak untuk membiayai kredit untuk sector tertentu. Misalnya kondisi produksi tanaman tertentu sedang membludak pasaran (jenuh). Maka, kredit untuki sektor tersebut sebaiknya dikurang. Collateral (Jaminan) Merupakan jaminan yang diberikan nasabah kepada bank dalam rangka pembiyaan kredit yang diajukannya. Jaminan ini digunakan sebagai alternatif terakhir bagi bank untuk berjaga-jaga kalau terjadi kemacetan terhadap kredit yang dibiayai. Dalam menganalisis lima C tersebut, keseluruhan kemungkinan
resiko yang dapat terjadi telah mendapatkan perhatian. Dari hasil analisis dimaksud, tentunya para pengambil keputusan di bidang perkreditan diharapkan telah mengambil keputusan dengan baik. Dan Kasmir (2008:287) juga mengatakan bank dalam memberikan kredit, selain menerapkan prinsip 5 0f C juga menerapkan apa yang dinamakan dengan 7 of P, yaitu : 1) 2)
3) 4)
5) 6)
Personality atau kepribadian merupakan penilaian yang digunakan untuk mengetahui kepribadian si calon nasabah. Purpose, yaitu tujuan mengambil kredit. Seperti diketahui sebelumnya bahwa tujuan untuk mengambil kredit ada tiga yaitu, pertama, untuk usaha yang produktif, kedua, untuk digunakan sendiri (konsumtif), ketiga, untuk perdagangan. Penilaian ketiga tujuan ini sedikit berbeda. Oleh karena itu, jangan sampai pemberian kredit yang dikucurkan oleh bank disalahgunakan oleh nasbah. Party, artinya dalam menyalurka kredit, bank memilah-milah menjadi beberapa golongan. Payment, adalah cara pembayaran kredit oleh nasabah. Penilaian yang dilakukan untuk menilai cara nasabah dalam membayar kredit, apakah dari penghasilan (gaji) atau dari sumber objek yang dibiayai. Dari penilaian ini akan terlihat kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Prospect, yaitu untuk memilai harapan ke depan terutama terhyadap objek kredit yang dibiayai. Profitability, artinya kredit yang dibiayai oleh bank akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, baik bank ataupun nasabah.
16
7) Protection, artinya perlindungan terhadap oibjek kredit yang dibiayai B. Penyisihan Kerugian Pemberian Kredit 1. Pengertian Penyisihan Kerugian Pemberian Kredit Penyisihan kerugian kredit menurut Rachmat dan Maya (2003:17) adalah sebagai berikut: “penyisihan kerugian kredit adalah penyisihan yang dibentuk dalam rupiah maupun mata uang asing untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit”. Dasar pengaturan penyisihan kerugian dibentuk sebesar estimasi kerugian kredit yang tidak dapat ditagih sesuai dengan mata uang denominasi yang diberikan (PSAK 31 paragraf 16). Pada umumnya penyisihan terdiri atas penyisihan umum dan penyisihan khusus. Penyisihan umum untuk keseluruhan portofolio kredit dilakukan berdasarkan pengalaman dan prospek industri. Penyisihan khusus ditentukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kredit, seperti prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas, kemampuan membayar debitur, dan agunan yang dikuasai. Penyisihan kerugian dibentuk sesuai dengan mata uang denominasi kredit yang diberikan. Jika kredit diberikan dalam rupiah, penyisihan kerugian pun dibentuk dalam rupiah. Jika kredit diberikan dalam mata uang asing, penyisihan kredit juga dibentuk dalam mata uang asing tersebut (PSAK 31 paragraf 17).
17
Adapun besarnya penyisihan kerugian kredit ditentukan dengan memperhatikan (Rachmat dan Maya,2003:179) : a) b)
c) d)
Kualitas kredit yang diberikan berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas dan kemampuan membayar debitur. Nilai agunan yang tersedia yang di perhitungkan antara lain, berdasarkan jenis anggunan, harga pasar, umur penilaian (jika aktiva tetap), dan adanya penilaian yang telah dilakukan oleh penilai independen. Keyakinan atau penilaian bank terhadap kemungkinan dapat ditagihnya kredit tersebut. Jumlah minimal penyisihan kerugian kredit yang wajib dibentuk bank ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pengakuan dan Pengukuran Penyisihan kerugian Menurut Rachmat dan Maya (2003:179-180) bahwa pengakuan dan pengukuran penyisihan kerugian dilakukan dengan cara yaitu: a) Bank wajib membentuk penyisihan kerugian kredit sebagai berikut : 1) Kredit dengan kualitas lancar dan dalam perhatian khusus sebesar persentase tarif dikali saldo poko kredit yang risikonya ditanggung oleh bank. 2) Kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet sebesar persentase tarif dikali saldo pokok kredit yang risikonya ditanggung oleh bank setelah dikurangi nilai agunan yang dapat diperhitungkan oleh bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b) Pembentukan penyisihan dapat dilakukan setiap saat atau pada setiap tanggal laporan keuangan. 1) Jika terjadi perubahan kualitas kredit setelah tanggal neraca tetapi sebelum pemeriksaan lapangan oleh auditor eksternal selesai dilakukan, maka peubahan tersebut dianggap sebagai peristiwa setelah tanggal neraca yang memepngaruhi tanggal neraca dan diakui sebagai koreksi saldo laba 2) Jika perubahan kualitas kredit terjadi setelah tanggal neraca dan pemeriksaan lapangan oleh auditor eksternal telah selesai dilakukan, maka perubahan tersebut dianggap sebagai perubahan estimasi dan diakui sebagai koreksi dalam laporan laba rugi tahun berjalan.
18
Dari pengertian dan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa penyisihan kerugian dapat mengurangi pendapatan bank yang pada akhirnya akan mempengaruhi laba yang akan diperoleh. Menurut Dahlan (2004 : 174) kredit bermasalah adalah : “pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan atau karena faktor-faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur” Berdasarkan SE-09/PJ.42/1999 pengertian kredit yang digolongkan "Lancar", "Perhatian Khusus", "Kurang Lancar", "Diragukan", dan "Macet", disesuaikan dengan pengertian yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia a) Kredit digolongkan sebagai kredit "Lancar", apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif; 3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral). b) Kredit digolongkan sebagai kredit dalam "Perhatian Khusus", apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 (sembilan puluh) hari; 2) Kadang-kadang terjadi cerukan; 3) Mutasi rekening relatif aktif; 4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; 5) Didukung oleh pinjaman baru. c) Kredit digolongkan sebagai kredit "Kurang Lancar", apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 (sembilan puluh) hari; 2) Sering terjadi cerukan; 3) Mutasi rekening relatif rendah; 4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 (sembilan puluh) hari; 5) Terdapat likuidasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; 6) Dokumentasi pinjaman lemah
19
d)
e)
Kredit digolongkan sebagai kredit "Diragukan", apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari; 2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen; 3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 (seratus delapan puluh) hari; 4) Terjadi kapitalisasi bunga; 5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan. Kredit digolongkan sebagai kredit "Macet", apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari; 2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; 3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar. Dengan demikian terjadinya masalah dalam kredit yang disalurkan
misalnya terjadi kemacetan pengembalian pokok dan bunga dalam jumlah relatif besar, maka hal ini tidak hanya akan merugikan bank, melainkan juga akan merugikan nasabah penyimpan dana. Kemacetan kredit dalam jumlah tertentu tidak hanya membahayakan likuiditas bank melainkan juga akan berdampak terhadap menurunnya kepercayaan masyarakat pada bank.
C. Return On Equity (ROE) Secara umum dapat diketahui tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, begitu pula halnya dengan sebuah bank sebagai lembaga keuangan mempunyai tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimal, karena keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan merupakan ukuran sukses bagi perusahaannya.
20
Pengertian Profitabilitas menurut Dewi (2004 : 36) “Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang. Rasio profitabilitas terdiri atas rasio marjin laba penjualan , rasio pengembalian atas total aktiva yang dikenal dengan return on asset ratio , rasio pengembalian atas ekuitas saham biasa atau dikenal dengan return on equtity ratio” Sedangkan menurut Kasmir (2010 : 196) “Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan”. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa analisis rasio adalah suatu cara dalam mengevaluasi keadaan keuangan perusahaan dari hasil usahanya dengan menghubungkan antara laporan keuangan yang satu dengan yang lain, jadi harus ada dua laporan keuangan, misalnya membandingkan laba yang ada pada laporan laba/rugi dengan modal yang ada di neraca. Berikut ini, beberapa pendapat tentang rasio profitabilitas suatu bank : Menurut Lukman (2000:119) bahwa rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai loleh bank yang bersangkutan. Sedangkan menurut Kasmir (2008:218) rasio rentabilitas bank merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank dalam suatu periode tertentu.
21
Agnes (2001:31) mengungkapkan tujuan rasio profitabilitas adalah: “untuk mengetahui kemampuan bank dalam menganalisis laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahannya” Menurut Kasmir (2008:197-198) tujuan rasio profitabilitas, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnyadengan tahun sekarang. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. dan tujuan lainnya. Dari berbagai pendapat diatas dapat diketahui bahwa rasio
profitabilitas adalah suatu alat untuk mengukur keefektifan dan kesuksesan manajemen dalam menghasilkan suatu laba pada suatu periode tertentu sehingga dapat meningkatkan sumber modal. Menurut Kasmir (2008 : 204) mengatakan hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut :
22
Earning After Interest and Tax Return on Equity (ROE) = Equity Rumus ini digunakan bagi pemilik bank atau pemegang saham untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih, yang dicerminkan dari pembagian deviden kepada pemegang saham. Dan dalam penelitian ini menggunakan rumus rasio profitabilitas Return On Equity (ROE).
D. Kerangka Pemikiran Bank adalah suatu badan usaha perantara keuangan yang usaha pokoknya menerima dan menyalurkan dana masyarakat. Maka kontinuitas bank akan terpelihara dengan baik, bila bank dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Bank yang secara individual sehat artinya dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perkembangan ekonomi akan berpengaruh positif dan sebaliknya bank yang secara individual tidak sehat akan berpengaruh negatif terhadap kepercayaan masyarakat. Tingkat kesehatan suatu bank dapat diukur salah satunya dengan rasio return on equty (ROE). Dalam usaha mencapai laba yang maksimal maka bank harus meningkatkan pendapatan operasionalnya. Salah satu sumber pendapatan operasional bank adalah berasal dari pendapatan bunga yang dipeoleh dari jumlah kredit yang disalurkan. Adapun dampak yang akan ditimbulkan bila
23
bank kurang hati-hati dalam memberikan kredit kepada para nasabahnya adalah berkurangnya laba yang diperoleh. Hal ini dapat terjadi karena adanya kredit bermasalah. Maka perlu dibentuk penyisihan kerugian. “Penyisihan kerugian kredit adalah penyisihan yang dibentuk, baik dalam rupiah maupun mata uang asing untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit” (Rachmat dan Maya (2003:178). Penyisihan kerugian kredit ini akan dapat berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh oleh bank. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah kredit yang disalurkan
dan
penyisihan
kerugian
pemberian
kredit
akan
mempengaruhi bank dalam menghasilkan laba. Bagan Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Jumlah Kredit yang Disalurkan (X1)
Penyisihan Kerugian Pemberian Kredit (X2)
Return on Equity (Y)
dapat
24
E. Hipotesis Berdasarkan kerangka teori dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan tersebut, maka hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Ha1 :
Jumlah kredit yang disalurkan mempunyai pengaruh terhadap return on equty (ROE) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
Ha2 :
Penyisihan kerugian pemberian kredit mempunyai pengaruh terhadap return on equty (ROE) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
Ha3 :
Jumlah kredit yang disalurkan dan Penyisihan Kerugian Pemberian Kredit secara simultan mempunyai pengaruh terhadap return on equty (ROE) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
F. Penelitian Sebelumnya Penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari jumlah kredit yang disalurkan dan penyisihan kerugian pemberian kredit untuk mendukung di dalam penelitian ini penulis menyajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang membahas variable tersebut secara terpisah di beda tempat.
25
1. Isma Wahyuni (2001) Dalam penelitian Isma Wahyuni (2001) berjudul Hubungan Antara Kredit Dengan Profitabilitas Pada Bank-Bank Umum Swasta Nasional. Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah kredit yang disalurkan dan variable dependennya adalah profitabilitas (ROE). Hasil penelitian menunjukan bahwa antara jumlah kredit yang disalurkan berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROE). 2. Tri Yunawati (2004) Dalam penelitian Tri Yunawati (2004) berjudul Pengaruh Jumlah Kredit yang Disalurkan Dan Penyisihan Kerugian Pemberian Kredit Terhadap Profitabilitas. Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah kredit yang disalurkan dan penyisihan kerugian pemberian kredit. Variabel dependennya adalah profitabilitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa antara jumlah kredit yang disalurkan dan penyisihan kerugian pemberian kredit berpengaruh negatif yang signifikan terhadap profitabilitas (ROE).