BAB II LANDASAN TEORI
II.1.
Akuntansi Akuntansi berasal dari bahasa Inggris yaitu “to account” yang artinya
menghitung atau mempertanggungjawabkan sesuatu yang ada kaitannya dengan pengelolaan bidang keuangan dari sesuatu perusahaan kepada pemiliknya atas kepercayaan yang telah diberikan kepada pengelola tersebut untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Perngertian lain akuntansi merupakan kumpulan prosedur berupa kegiatan mencatat, mengikhtisarkan, mengklasifikasikan, dan melaporkan keuangan dalam bentuk laporan keuangan dalam satu periode waktu. Laporan keuangan yang dihasilkan ini harus dapat pertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (V. Wiratna Sujarweni ; 2016 : 1). Kebutuhan akan informasi yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan tidak hanya muncul dari pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor, supplier, pemerintah, atau calon investor, tetapi juga muncul dari pihak internal organisasi. Pemakai laporan keuangan perusahaan, akuntansi dibagi dua yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen (Rudianto ; 2012 : 4).
II.2.
Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi adalah sistem yang bertujuan untuk
mengumpulkan dan memproses data serta melaporkan informasi yang berkaitan
12
13
dengan saksi keuangan. Lingkup sistem informasi akuntansi dapat dijelaskan dari manfaat yang didapat dari informasi akuntansi. Manfaat atau tujuan sistem informasi akuntansi tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Mengamankan harta / kekayaan perusahaan. Harta / kekayaan di sini meliputi kas perusahaan, persediaan barang dagangan, termasuk aset tetap perusahaan.
2.
Menghasilkan beragam informasi untuk pengambilan keputusan. misal, pengelola toko swalayan memerlukan informasi mengenai barang apa saja yang diminati oleh konsumen. Membeli barang yang kurang laku berarti kas akan terjebak dalam persediaan dan berarti kehilangan kesempatan untuk membeli barang dagangan yang laku.
3.
Menghasilkan informasi untuk pihak eksternal. Setiap pengelola usaha memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Besarnya pajak yang dibayar tergantung pada omset penjualan (jika pengelola memilih menggunakan norma dalam perhitungan pajaknya) atau tergantung pada laba rugi usaha (jika pengelola memilih untuk tidak menggunakan norma dalam perhitungan pajaknya).
4.
Menghasilkan informasi untuk penilaian kinerja karyawan atau divisi. Sistem informasi dapat juga dimanfaatkan untuk penilaian kinerja karyawan atau divisi.
5.
Menyediakan data masa lalu untuk kepentingan audit (pemeriksaan). Data yang tersimpan dengan baik sangat memudahkan proses audit (pemeriksaan).
14
6.
Menghasilkan
informasi
untuk
penyusunan
dan
evaluasi
anggaran
perusahaan. Anggaran merupakan alat yang sering digunakan perusahaan untuk mengendalikan pengeluaran kas. 7.
Menghasilkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian. Selain berguna untuk membandingkan informasi yang berkaitan dengan anggaran dan biaya standar dengan kenyataan seperti yang telah dikemukakan. Sistem informasi akuntansi memiliki peranan yang penting dalam proses
bisnis karena sistem informasi akuntansi mengidentifikasi, mengukur dan mencatat proses bisnis tersebut dalam suatu model yang sedemikian rupa sehingga informasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan. Dari sudut pandang akuntansi, model proses bisnis tersebut diwujudkan dalam bentuk siklus transaksi. Pengelompokkan siklus transaksi biasanya berkaitan dengan beberapa kejadian yang berurutan. Sebagai contoh, siklus transaksi penjualan pada perusahaan dagang dimulai dari pemesanan barang oleh pelanggan, diikuti dengan pengiriman barang yang dipesan, lalu pembuatan laporan penjualan dan dilanjutkan dengan penagihan. Untuk lebih memperjelas keterkaitan sistem informasi akuntansi dengan proses bisnis, marilah kita bahas mengenai organisasi sebagai pelaku dalam proses bisnis tersebut. Organisasi merupakan suatu sistem yang tersusun dari sub sistem seperti yang telah dibahas sebelumnya. Sub sistem dalam organisasi meliputi manajemen, operasi dan informasi. Sub sistem tersebut berkaitan baik
15
dengan pihak internal perusahaan, seperti pelanggan dan instansi pemerintah (Anastasia Diana ; 2011 : 6).
II.2.1. Konsep Sistem Informasi Akuntansi Konsep perancangan sistem seharusnya mencerminkan prinsip-prinsip perusahaan. Berikut ini dasar-dasar yang perlu diperhatikan dalam prioritas perancangan sistem : 1.
Tujuan dalam perencanaan sistem dan usulan proyek seharusnya dicapai untuk menghasilkan kemajuan dan kemampuan sistem yang lebih besar.
2.
Mempertimbangkan trade-off yang memadai antara manfaat dari tujuan perancangan sistem dengan biaya yang dikeluarkan.
3.
Berfokus pada permintaan fungsional dari sistem.
4.
Melayani berbagai macam tujuan.
5.
Perancangan sistem memperhatikan keberadaan dari pengguna sistem (user).
Sedangkan Barry E. Cushing (1983) mengemukakan bahwa : 1.
Kesesuaian desain sistem dengan tujuan sistem informasi dan organisasi.
2.
Berdasarkan kelayakan ekonomis, berarti sistem memiliki net present value positif.
3.
Kelayakan operasional, input dikumpulkan ke sistem dan output-nya dapat digunakan.
4.
Kelayakan perilaku, berarti sistem berdampak pada kehidupan kualitas kerja users.
16
5.
Kelayakan teknis, ketersediaan teknologi untuk mendukung sistem serta teknologi mudah diperoleh atau dikembangkan.
6.
Disesuaikan dengan kebutuhan informasi users (Dwi Fitri Khasanah ; 2013 : 2).
II.2.2. Data dan Informasi Akuntansi Setiap sistem informasi akuntansi melaksanakan lima fungsi utama, yaitu pengumpulan data, pemrosesan data, manajemen data, pengendalian data (termasuk security), dan penghasil informasi. 1.
Pengumpulan Data Fungsi pengumpulan data terdiri atas memasukkan data transaski melalui
formulir, mensyahkan serta memeriksa data untuk memastikan ketepatan dan kelengkapannya. Jika data bersifat kuantitatif, data dihitung dahulu sebelum dicatat. Jika data jauh dari lokasi pemrosesan, maka data harus ditransmisikan lebih dahulu. 2.
Pemrosesan Data Pemrosesan data terdiri atas proses pengubahan input menjadi output. Fungsi
pemrosesan data terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut : a. Pengklasifikasian atau menetapkan data berdasar kategori yang telah ditetapkan. b. Menyalin data ke dokumen atau media lain. c. Mengurutkan, atau menysusn data menurut karaktersitiknya. d. Mengelompokkan atau mengumpulkan transaski sejenis. e. Menggabungkan atau mengkombinasikan dua atau lebih data atau arsip.
17
f. Melakukan penghitungan. g. Peringkasan, atau penjumlahan data kuantitatif. h. Membandingkan data untuk mendapatkan persamaan atau perbedaan yang ada. 3.
Manajemen Data Fungsi manajemen data terdiri atas tiga tahap, yaitu: penyimpanan,
pemutakhiran dan pemunculan kembali (retrieving). Tahap penyimpanan merupakan penempatan data dalam penyimpanan atau basis data yang disebut arsip. Pada tahap pemutakhiran, data yang tersimpan diperbaharui dan disesuaikan dengan peristiwa terbaru. Kemudian pada tahap retrieving, data yang tersimpan diakses dan diringkas kembali untuk diproses lebih lanjut atau untuk keperluan pembuatan laporan. Manajemen data dan pemrosesan data mempunyai hubungan yang sangat erat. Tahap pengelompokkan data dan pengurutan data dari fungsi pemrosesan data, misalnya sering dilakukan sebagai pendahuluan sebelum dilakukan tahap pemutakhiran dalam fungsi manajemen data. Manajemen data dapat dipandang sebagai bagian dari pemrosesan data. Manajemen data akan menunjang pencapaian efisiensi aktivitas dalam proses menghasilkan informasi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen terutama mengenai informasi aktivitas dan informasi kebijakan manajemen. 4.
Pengendalian Data Fungsi pengendalian data mempunyai dua tujuan dasar : a. untuk menjaga dan menjamin keamanan aset perusahaan, termasuk data, dan
18
b. untuk menjamin bahwa data yang diperoleh akurat dan lengkap serta diproses dengan benar. Berbagai teknik dan prosedur dapat dipakai untuk menyelenggarakan pengendalian dan keamanan yang memadai. 5.
Penghasil Informasi Fungsi penghasil informasi ini terdiri atas tahapan pemrosesan informasi
seperti penginterprestasian, pelaporan dan pengkomunikasian informasi (Dwi Fitri Khasanah ; 2013 : 3).
II.3.
Persediaan Persediaan merupakan simpanan material yang dapat berupa bahan
mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Dari sudut pandang sebuah perusahaan maka persediaan adalah investasi modal yang dibutuhkan untuk menyimpan material pada kondisi tertentu. Persediaan sebagai meliputi barang – barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal, atau persediaan barang – barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, atau pun persediaan bahan baku dasar yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan sebagai sumber daya yang menganggur yang menunggu proses lebih lanjut. Yang disebut proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur atau kegiatan pemasaran. Persediaan merupakan masalah yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada suatu resiko dimana perusahaan mengalami kendala karena tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang membutuhkan
19
barang maupun jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Akan tetapi persediaan dapat menimbulkan banyak biaya penyimpanan (seperti biaya pegawai, biaya operasional pabrik, biaya gedung, dll). Karena itulah persediaan hanya diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut lebih besar dari pada biaya-biaya yang ditimbulkan. Persediaan barang diartikan sebagai barang yang diperoleh perusahaan untuk dijual kembali atau diolah lebih lanjut dalam rangka menjalankan kegiatan perusahaan. Perusahaan yang dapat mengendalikan sistem persediaan dengan tepat akan memudahkan perusahaan untuk bertahan dalam kegiatan operasional dan menjaga kelancaran operasi perusahaan.Untuk itu persediaan barang menjadi hal yang penting, sebab sukses tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan suatu perusahaan, salah satunya pada penentuan keuntungan perusahaan. Untuk dapat meminimalkan biaya persediaan diperlukan perencanaan yang baik dalam mengoptimalkan jumlah barang yang harus dipesan. Jika pengendalian berjalan dengan optimal, kebutuhan barang perusahaan dapat terpenuhi, dan perusahaan dapat meminimalkan total biaya persediaan. Yang harus diperhatikan dalam pengendalian persediaan adalah waktu ke datangan barang yang akan dipesan kembali. Jika barang yang dipesan membutuhkan waktu yang cukup lama pada periode tertentu maka persediaan barang tersebut harus disesuaikan hingga barang tersebut ada setiap saat hingga barang yang dipesan selanjutnya ada. Di samping itu jumlah barang yang akan dipesan juga harus disesuaikan dengan kapasitas
20
penyimpanan, jumlah barang yang terlalu banyak akan menyebabkan pemborosan namun jika terlalu sedikit akan mengakibatkan hilangnya keuntungan karena perusahaan gagal memenuhi permintaan pelanggan (Indroprasto ; 2012 : 305).
II.4.
Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan (HPP) adalah salah satu komponen dari
laporan
laba rugi, yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam
mengendalikan operasional perusahaan. Umumnya terdapat temukan 3 macam harga pokok, yaitu harga pokok persediaan, harga pokok produksi dan harga pokok penjualan. Ketiganya adalah penting, namun dalam pengambilan keputusan perlu jelas harga pokok mana yang dimaksud. Permasalahan itu timbul karena perbedaan kebutuhan masing-masing tingkat manajemen. Manajer bagian pembelian (Purchase Manager) lebih fokus pada harga pokok persediaan, manajer produksi (production manager) atau manajer operasional (Operation Manager) lebih fokus pada harga pokok produksi. Manajemen tingkat puncak tentunya akan lebih cenderung fokus pada harga pokok penjualan. Dalam penentuan harga pokok penjualan, informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah informasi mengenai persediaan awal barang, pembelian dan persediaan akhir barang, ketiga aspek tersebut sangat berpengaruh dalam melakukan perhitungan harga penjualan karena harga penjualan yang diterapkan oleh perusahaan akan mempengaruhi jumlah pembelian pada perusahaan, dan
21
jumlah pembelian pada perusahaan akan secara otomatis mempengaruhi jumlah persediaan barang. Komponen yang paling besar dalam operasional perusahaan pada perusahaan dagang maupun perusahaan industri adalah persediaan. Karena harga pokok persediaan adalah bagian dari persediaan yang telah di gunakan, jadi perhatian lebih besar di tujukan pada harga pokok persediaan cukup beralasan. Namun hal itu tidak cukup bagi manajer operasional karena komponen biaya produksi baik biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead pabrik juga merupakan komponen penting yang berada dalam ruang lingkup tugasnya. Karena itu manajer produksi atau manajer operasional pada perusahaan industri akan fokus pada harga pokok produksi yaitu harga pokok persediaan di tambah biaya produksi. Perusahaan jasa tidak memiliki kedua komponen tersebut sehingga pada perusahaan jasa jelas hanya harga pokok yang terdiri dari biaya operasional (Zinia Th ; 2013 : 456).
II.5.
Metode Perpetual Metode perpetual adalah pengelolaan persediaan di mana arus masuk dan
arus keluar persediaan dicatat secara terinci. Dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan kartu stok yang mencatat secara rinci keluar masuknya barang di gudang beserta harganya. Metode ini dipilah lagi kedalam beberapa metode, antara lain : a. FIFO (First In First Out)
22
Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diproduksi) terlebih dahulu akan dikeluarkan (dijual) pertama kali, sehingga yang tersisa akhir periode adalah barang yang berasal dari pembelian atau produksi terakhir. b. LIFO (Last In First Out) Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/produksi paling akhir akan dikeluarkan/dijual paling awal), sehingga barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang berasal dari pembelian atau produksi awal periode. c. Moving Average Dalam metode ini, barang yang dikeluarkan/dijual maupun barang yang tersisa dinilai berdasarkan harga rata-rata bergerak. Jadi, barang yang tersisa pada akhir periode adalah yang memiliki nilai rata-rata. Karena metode perpetual mengharuskan perusahaan memiliki kartu stok, maka setiap arus keluar barang dapat diketahui beban pokoknya. Jadi, dalam membuat jurnal transaksi penjualan, metode perpetual mengharuskan akuntan mencatat harga pokok penjualannya dari setiap transaksi penjualan yang dilakukan. Dengan demikian, dari setiap jurnal transaksi penjualan, dapat diketahui laba kotor yang diperoleh perusahaan (Rudianto ; 2012 : 225). Tabel II.1. Jurnal Umum
Jurnal Transaksi
Metode Perpetual
23
Pembelian barang dagang
Penjualan barang dagang
Persediaan Kas
xxx
Kas Penjualan HPP Persediaan
xxx
xxx
xxx xxx xxx
(Sumber : Rudianto ; 2012 : 225)
Ilustrasi berikut ini mungkin dapat memperjelas keterangan sebelumnya mengenai metode perpetual atau pencatatan persediaan dan pengaruhnya terhadap perolehan laba perusahaan : PT. DoReMi adalah distributor monitor komputer yang berlokasi di Jakarta. Pada akhir bulan Maret 2012, perusahaan tersebut memiliki jumlah persediaan monitor sebanyak 40 unit @Rp800.000. Transaksi pembelian dan penjualan yang dilakukan perusahaan selama bulan April 2012 adalah sebagai berikut : -
5 April
Membeli 50 unit monitor
@Rp 900.000
-
8 April
Membeli 40 unit monitor
@Rp 1.000.000
-
10 April
Menjual 70 unit monitor
@Rp 1.200.000
-
14 April
Membeli 30 unit monitor
@Rp 1.200.000
-
22 April
Menjual 65 unit Monitor
@Rp 1.400.000
Berdasarkan data tersebut, kartu persediaan PT. DoReMi untuk bulan April 2012 dengan menggunakan metode moving average.
24
Tabel II.2. Kartu Stok Moving Average
TGL A 1 P 5 R 8 I L 10 14 2 0 22 1 2
Unt
MASUK Harga Nilai
50 40
900 1.000
Unt
45.000 40.000 #70
30
1.200
KELUAR Harga HPP
900.000
63.000
36.000 #65 1.000 65.000 H 128.000 P P (Sumber : Rudianto ; 2012 : 230)
Keterangan :
Unt 40
SALDO Harga Nilai 800 32.000
50 40 *130 *60 30 *90 *25
900 1.000 900.000 900.000 1.200 1.000 1.000
45.000 40.000 *117.000 *54.000 36.000 *90.000 *25.000
# = Volume dan HPP penjualan pada tanggal tertentu *= Saldo Volume dan nilai persediaan pada tanggal tertentu
Jika digunakan metode Moving Average (rata-rata bergerak), maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencatat volume dan nilai persediaan pada kolom saldo awalnya, yaitu sebanyak 40 unit dengan harga beli Rp800.000 per unit dan nilai total sebesar Rp32.000.000. Setelah itu pada tanggal 5 April 2012, dilakukan transaksi pembelian 50 unit monitor dengan harga beli Rp900.000 per unit dan nilai total sebesar Rp45.000.000 yang dicatat di kolom pembelian. Demikian pula pada tanggal 8 April 2012, dilakukan transaksi pembelian 40 unit monitor dengan harga Rp1.000.000 per unit. Pembelian pada tanggal 5 dan 8 April ini lalu dipindahkan ke kolom saldo, sehingga pada tanggal 8 April 2012, perusahaan memiliki saldo persediaan monitor sebanyak 130 unit degan nilai Rp117.000.000. Jika nilai total persediaan pada tanggal ini sebesar Rp117.000.000 dibagi dengan jumlah
25
persediaan monitor sebanyak 130 unit, maka akan diperoleh harga beli rata-rata persediaan sebesar Rp900.000 per unit. Harga beli rata-rata inilah yang dijadikan dasar untuk menghitungg harga pokok penjualan pada saat terjadi transaksi penjualan. Jika kemudian pada tanggal 10 april terjadi transaksi penjualan monitor sebanyak 70 unit, maka 70 unit yang dijual tersebut dikalikan dengan harga beli rata-rata sebesar Rp900.000 per unit sehingga diperoleh nilai harga pokok penjualan sebesar Rp63.000.000. Saldo persediaan akhir pada saat itu adalah 60 unit dengan nilai total Rp54.000.000. Kemudian pada tanggal 14 April dilakukan pembelian 30 monitor dengan harga Rp1.200.000 per unit. Pembelian tersebut dimasukkan di kolom pembelian dan ditambahkan di kolom saldo, sehingga pada saat ini perusahaan memiliki persediaan sebanyak 90 unit monitor dengan nilai total Rp90.000.000. Jika nilai persediaan sebesar Rp90.000.000 ini dibagi dengan volume persediaan sebanyak 90 unit, maka akan diperoleh harga pokok persediaan rata-rata sebesar Rp1.000.000 per unit. Transaksi penjualan 65 unit monitor yang terjadi pada tanggal 22 April 2012 itu dihitung dengan mengkalikan 65 unit monitor dengan harga rata-rata per unit sebesar Rp1.000.000 sehingga diperoleh harga pokok penjualan sebesar Rp65.000.000. Pada saat ini, saldo persediaan monitor adalah 25 unit dengan nilai Rp25.000.000 (Rudianto ; 2012 : 230).
26
Tabel II.3. Laporan Laba Rugi Komparatif
Keterangan
Moving Average
Penjualan
Rp175.000.000
Harga Pokok Penjualan : Laba Kotor
(Rp128.000.000) Rp47.000.000
(Sumber : Rudianto ; 2012 : 232)
II.6.
Visual Studio 2010 Aplikasi yang digunakan untuk melakukan perancangan sistem informasi
akuntansi ini menggunakan aplikasi visual studio 2008. VB.NET adalah salah satu bahasa pemrograman tingkat tinggi yang mendekati bahasa manusia. Kemunculan bahasa
VB.NET
ini
sebagai
jawaban
untuk
menyederhanakan
bahasa
pemrograman pada platform .NET yang diluncurkan tahun 2002 dan untuk menjembatani programmer Visual Basic. Bahasa VB.NET secara teknis mengadopsi sintak bahasa Visual Basic. Konsistensi API membuat bahasa VB.NET menjadi pilihan dalam membuat kode program diatas platform Windows. Fitur baru bahasa VB.NET dibandingkan Visual Basic bahwa bahasa VB.NET mendukung object-oriented dan juga dynamics programming. Ini menambah daftar kemudahan untuk belajar bahasa VB.NET (Agus Kurniawan ; 2013 : 10).
II.7.
SQL Server SQL Server 2008 adalah sebuah RDBMS (Relational Database
Management System) yang didevelop oleh Microsoft, yang digunakan untuk menyimpan dan mengolah data. Pada SQL Server 2008, kita bisa melakukan
27
pengambilan dan modifikasi data yang ada dengan cepat dan efesien. Pada SQL Server 2008, bisa membuat object yang sering digunakan pada aplikasi bisnis, seperti membuat database, table, function, stared procedure, trigger dan view. Selain object, berfungsi juga menjalankan perintah SQL (Structured Query Language) untuk mengambil data (Cybertron Solution ; 2010 : 101).
II.8.
Entity Relationship Diagram (ERD) Entity Relationship Diagram atau ERD merupakan salah satu alat (tool)
berbentuk grafis yang populer untuk desain database. Tool ini relatif lebih mudah dibandingkan dengan Normalisasi. Kebanyakan sistem analis memakai alat ini, tetapi yang jadi masalah, kalau kita cermati secara seksama, tool ini mencapai 2NF (Yuniar Supardi ; 2010 : 448).
Entitas
Atribut/Field
Link (hubungan)
Himpunan Relasi/Interface
Gambar. II.1. Bentuk Simbol ERD (Sumber : Yuniar Supardi ; 2010 : 448)
II.9.
Teknik Normalisasi Normalisasi adalah teknik perancangan yang banyak digunakan sebagai
pemandu dalam merancang basis data relasional. Pada dasarnya, normalisasi adalah proses dua langkah yang meletakkan data dalam bentuk tabulasi dengan menghilangkan kelompok berulang lalu menghilangkan data yang terduplikasi
28
dari tabel rasional.Teori normalisasi didasarkan pada konsep bentuk normal. Sebuah tabel relasional dikatakan berada pada bentuk normal tertentu jika tabel memenuhi himpunan batasan tertentu. Ada lima bentuk normal yang telah ditemukan (Janner Simarmata ; 2010 : 76).
II.9.1.Bentuk-bentuk Normalisasi 1.
Bentuk tidak normal Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan direkam, tidak ada keharusan mengikuti format tertentu, dapat saja tidak lengkap dan terduplikasi. Data dikumpulkan apa adanya sesuai keadaanya.
2.
Bentuk normal tahap pertama (1” Normal Form) Definisi : Sebuah table disebut 1NF jika : - Tidak ada baris yang duplikat dalam tabel tersebut. - Masing-masing cell bernilai tunggal. Catatan: Permintaan yang menyatakan tidak ada baris yang duplikat dalam sebuah tabel berarti tabel tersebut memiliki sebuah kunci, meskipun kunci tersebut dibuat dari kombinasi lebih dari satu kolom atau bahkan kunci tersebut merupakan kombinasi dari semua kolom.
3.
Bentuk normal tahap kedua (2nd normal form) Bentuk normal kedua (2NF) terpenuhi jika pada sebuah tabel semua atribut yang tidak termasuk dalam primary key memiliki ketergantungan fungsional pada primary key secara utuh.
29
4.
Bentuk normal tahap ketiga (3rd normal form) Sebuah tabel dikatakan memenuhi bentuk normal ketiga (3NF), jika untuk setiap ketergantungan fungsional dengan notasi X -> A, dimana A mewakili semua atribut tunggal di dalam tabel yang tidak ada di dalam X, maka : - X haruslah superkey pada tabel tersebut. - Atau A merupakan bagian dari primarykey pada tabel tersebut.
5.
Bentuk Normal Tahap Keempat dan Kelima Penerapan aturan normalisasi sampai bentuk normal ketiga sudah memadai untuk menghasilkan tabel berkualitas baik. Namun demikian, terdapat pula bentuk normal keempat (4NF) dan kelima (5NF). Bentuk Normal keempat berkaitan dengan sifat ketergantungan banyak nilai (multivalued dependency) pada suatu tabel yang merupakan pengembangan dari ketergantungan fungsional. Adapun bentuk normal tahap kelima merupakan nama lain dari Project Join Normal Form (PJNF).
6.
Boyce Code Normal Form (BCNF) - Memenuhi 1st NF - Relasi harus bergantung fungsi pada atribut superkey (Janner Simarmata ; 2010 : 76).
II.10. UML (Unified Modeling Language) Menurut Windu Gata (2013 : 4) Hasil pemodelan pada OOAD terdokumentasikan dalam bentuk Unified Modeling Language (UML). UML
30
adalah bahasa spesifikasi standar yang dipergunakan untuk mendokumentasikan, menspesifikasikan dan membangun perangkat lunak. UML merupakan metodologi dalam mengembangkan sistem berorientasi objek dan juga merupakan alat untuk mendukung pengembangan sistem. UML saat ini sangat banyak dipergunakan dalam dunia industri yang merupakan standar bahasa pemodelan umum dalam industri perangkat lunak dan pengembangan sistem. Alat bantu yang digunakan dalam perancangan berorientasi objek berbasiskan UML adalah sebagai berikut : 1. Use case Diagram Use case diagram merupakan pemodelan untuk kelakukan (behavior) sistem informasi yang akan dibuat. Use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem informasi yang akan dibuat. Dapat dikatakan use case digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sistem informasi dan siapa saja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi tersebut. Simbol-simbol yang digunakan dalam use case diagram, yaitu :
Gambar
Tabel II.4. Simbol Use Case Keterangan Use case menggambarkan fungsionalitas yang disediakan sistem sebagai unit-unit yang bertukar pesan antar unit dengan aktor, biasanya dinyatakan dengan menggunakan kata kerja di awal nama use case.
31
Aktor adalah abstraction dari orang atau sistem yang lain yang mengaktifkan fungsi dari target sistem. Untuk mengidentifikasikan aktor, harus ditentukan pembagian tenaga kerja dan tugas-tugas yang berkaitan dengan peran pada konteks target sistem. Orang atau sistem bisa muncul dalam beberapa peran. Perlu dicatat bahwa aktor berinteraksi dengan use case, tetapi tidak memiliki control terhadap use case. Asosiasi antara aktor dan use case, digambarkan dengan garis tanpa panah yang mengindikasikan siapa atau apa yang meminta interaksi secara langsung dan bukannya mengidikasikan aliran data. Asosiasi antara aktor dan use case yang menggunakan panah terbuka untuk mengidinkasikan bila aktor berinteraksi secara pasif dengan sistem. Include, merupakan di dalam use case lain (required) atau pemanggilan use case oleh use case lain, contohnya adalah pemanggilan sebuah fungsi program. Extend, merupakan perluasan dari use case lain jika kondisi atau syarat terpenuhi. (Sumber : Windu Gata ; 2013 : 4)
2.
Diagram Aktivitas (Activity Diagram) Activity Diagram menggambarkan workflow (aliran kerja) atau aktivitas dari
sebuah sistem atau proses bisnis. Simbol-simbol yang digunakan dalam activity diagram, yaitu :
Gambar
Tabel II.5. Simbol Activity Diagram Keterangan Start point, diletakkan pada pojok kiri atas dan merupakan awal aktifitas. End point, akhir aktifitas. Activites, menggambarkan suatu proses/kegiatan bisnis
32
Fork (Percabangan), digunakan untuk menunjukkan kegiatan yang dilakukan secara parallel atau untuk menggabungkan dua kegiatan pararel menjadi satu. Join (penggabungan) atau rake, digunakan untuk menunjukkan adanya dekomposisi.
Decision Points, menggambarkan pilihan untuk pengambilan keputusan, true, false.
New Swimline
Swimlane, pembagian activity diagram untuk menunjukkan siapa melakukan apa. (Sumber : Windu Gata ; 2013 : 6)
3.
Class Diagram (Diagram Kelas) Merupakan hubungan antar kelas dan penjelasan detail tiap-tiap kelas di
dalam model desain dari suatu sistem, juga memperlihatkan aturan-aturan dan tanggng jawab entitas yang menentukan perilaku sistem. Class diagram juga menunjukkan atribut-atribut dan operasi-operasi dari sebuah kelas dan constraint yang berhubungan dengan objek yang dikoneksikan. Class diagram secara khas meliputi: Kelas (Class), Relasi, Associations, Generalization
dan
Aggregation,
Atribut
(Attributes),
Operasi
(Operations/Method), Visibility, tingkat akses objek eksternal kepada suatu operasi atau atribut. Hubungan antar kelas mempunyai keterangan yang disebut dengan multiplicity atau kardinaliti. Tabel II.6. Multiplicity Class Diagram Multiplicity Penjelasan 1 Satu dan hanya satu 0..* Boleh tidak ada atau 1 atau lebih
33
1..* 0..1 n..n
4.
1 atau lebih Boleh tidak ada, maksimal 1 Batasan antara. Contoh 2..4 mempunyai arti minimal 2 maksimum 4 (Sumber : Windu Gata ; 2013 : 9)
Diagram Urutan (Sequence Diagram) Sequence diagram menggambarkan kelakuan objek pada use case dengan
mendeskripsikan waktu hidup objek dan pesan yang dikirimkan dan diterima antar objek. Simbol-simbol yang digunakan dalam sequence diagram, yaitu : Tabel II.7. Simbol Sequence Diagram Gambar Keterangan EntityClass, merupakan bagian dari sistem yang berisi kumpulan kelas berupa entitas-entitas yang membentuk gambaran awal sistem dan menjadi landasan untuk menyusun basis data. Boundary Class, berisi kumpulan kelas yang menjadi interface atau interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem, seperti tampilan formentry dan form cetak. Control class, suatu objek yang berisi logika aplikasi yang tidak memiliki tanggung jawab kepada entitas, contohnya adalah kalkulasi dan aturan bisnis yang melibatkan berbagai objek. Message, simbol mengirim pesan antar class.
Recursive, menggambarkan pengiriman pesan yang dikirim untuk dirinya sendiri. Activation, activation mewakili sebuah eksekusi operasi dari objek, panjang kotak ini berbanding lurus dengan durasi aktivitas sebuah operasi. Lifeline, garis titik-titik yang terhubung dengan objek, sepanjang lifeline terdapat activation. (Sumber : Windu Gata ; 2013 : 7)