BAB II LANDASAN TEORI
Perbankan, khususnya bank umum, merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta, maupun perorangan untuk menyimpan dana-dananya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta membantu kelancaran mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Dengan memberikan kredit kepada beberapa sektor perekonomian, bank membantu kelancaran arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen kepada konsumen. Bank merupakan pemasok (supplier) dari sebagian besar uang yang beredar yang digunakan sebagai alat tukar atau alat pembayaran, sehingga mekanisme kebijakan moneter dapat berjalan. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa bank, terutama bank umum merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian dan perdagangan. Peranan bank seperti yang telah disebutkan diatas telah dibuktikan juga oleh bank-bank di Indonesia dalam keikutsertaannya membangun ekonomi nasional selama ini.
2.1. Pengertian Bank Definisi dari bank pada dasarnya tidak berbeda satu dengan lainnya. Meskipun ada perbedaan, hanya nampak pada tugas atau usaha bank. Ada yang memberikan 13
definisi bank sebagai suatu badan yang tugas utamanya adalah untuk menghimpun uang dari pihak ketiga. Sedangkan definisi lain mengatakan, bank adalah suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan permintaan dan penawaran kredit pada waktu yang ditentukan. Ada pula yang mendefinisikan bank merupakan suatu badan yang usaha utamanya adalah menciptakan kredit. Prof. G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik mengatakan, “bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral”. A. Abdurrachman dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan menjelaskan bahwa, “bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan, dan lain-lain”. Berdasarkan atas fungsinya, bank dapat juga didefinisikan sebagai, “intermediasi keuangan dalam menerima dana dari pihak luar dan memberikan pinjaman kepada sejumlah pihak tertentu yang membutuhkan, disamping memberikan pelayanan jasa keuangan lainnya”. (Rose, Peter S., 2002, Commercial Bank Management, hal. 4)
14
Definisi bank menurut Undang-Undang No. 14 tahun 1967, Pasal 1 tentang Pokok-Pokok Perbankan adalah, “lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu-lintas pembayaran dan peredaran uang”. Sedangkan, Lembaga Keuangan menurut Undang-Undang tersebut adalah, “semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat”. Berdasarkan atas fungsi pokoknya, berbagai macam definisi tentang bank itu dapat dikelompokkan menjadi tiga (3), yaitu: 1. Bank Sebagai Penerima Kredit. Dalam pengertian pertama ini, bank menerima uang serta dana-dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk: a. Simpanan atau tabungan biasa yang dapat diminta atau diambil kembali setiap saat oleh nasabah yang bersangkutan. b. Deposito berjangka, yang merupakan tabungan atau simpanan yang penarikannya kembali hanya dapat dilakukan oleh deposan yang bersangkutan setelah jangka waktu yang ditentukan telah berakhir. c. Simpanan dalam rekening koran atau giro atas nama si penyimpan giro (giran), yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan menggunakan warkat (cek atau bilyet giro) atau perintah tertulis kepada bank. 2. Bank Sebagai Pemberi Kredit. Dalam pengertian kedua ini, bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif. Menurut Mac Leod, “bank is a shop for the sales of credits”. Rumusan yang sama diberikan oleh R.G. Hawtrey yang mengatakan bahwa, “banking
15
are merely dealer in credits”. Maka, fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi kredit, tanpa asumsi permasalahan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang diterimanya atau bersumber pada penciptaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri. 3. Bank Sebagai Pemberi Kredit Bagi Masyarakat. Dalam pengertian ketiga ini, bank melaksanakan penyaluran kredit bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat, maupun melalui penciptaan uang bank. Peter S. Rose dalam buku Commercial Bank Management mengatakan bahwa, paling tidak ada sepuluh fungsi pokok yang dapat dilayani lembaga keuangan bank dan selain bank, yaitu: Fungsi pembayaran, fungsi tabungan, fungsi investasi, fungsi kepercayaan, fungsi pengelolaan kas, fungsi sebagai merchant, fungsi penjamin, fungsi perantara, fungsi perlindungan, dan fungsi pinjaman. Pinjaman (The Credits) Perlindungan (The Insurances) Perantara (The Brokerages)
Pembayaran (The Payments) Tabungan (The Savings)
Lembaga Keuangan (Full-Services)
Investasi (The Investments) Kepercayaan (The Trusts)
Penjamin (The Underwriters) Bank Merchant (Temporary Stocks Investment Function) Gambar 2.1. Fungsi Lembaga Keuangan
16
Pengelolaan Kas (The Cash Managements)
Disamping fungsi pokok yang telah disebutkan diatas, lembaga keuangan (bank) juga memiliki peran dalam perekonomian suatu negara, diantaranya adalah: 1. Perantara (The Intermediation Role). Memindahkan tabungan yang diterima dari masyarakat pada sektor bisnis (peminjam) untuk pembiayaan pembangunan gedung, perlengkapan, dan barang-barang modal lainnya. 2. Pembayar (The Payment Role). Melakukan pembayaran barang dan jasa yang dilakukan oleh konsumen dengan menggunakan warkat (cek atau bilyet giro), kartu debit, kartu kredit, dan lainnya. 3. Penjamin (The Guarantor Role). Menjadi penjamin nasabah yang melakukan transaksi impor barang dan jasa, seperti letter of credit. 4. Pengelola Risiko (The Risk Management Role). Membantu nasabah dalam menghadapi risiko kerugian uang baik terhadap hak kepemilikan hartanya ataupun terhadap diri sendiri. 5. Penasihat Investasi (The Savings or Investments Advisor Role). Membantu nasabah dengan memberikan nasihat keuangan serta memberikan alternatif untuk keamanan penyimpanan hartanya.
17
6. Keamanan (The Safekeeping or Certification of Value Role). Menjaga keamanan atas penitipan dan penyimpanan harta nasabah serta melakukan penilaian terhadap nilai pasar sebenarnya atas sejumlah harta tersebut dengan mengeluarkan jenis sertifikasi tertentu. 7. Wakil (The Agency Role). Membantu nasabah dalam mengelola dan melindungi kekayaan maupun sekuritas yang dimilikinya. 8. Kebijakan (The Policy Role). Melayani dan mengatur kebijakan pemerintah dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan berbagai tujuan sosial ekonomi lainnya. (Rose, Peter S., 2002, Commercial Bank Management, hal. 9) Dalam masa sekarang ini, tuntutan kemampuan bank untuk melakukan berbagai macam inovasi keuangan semakin kompetitif. Hal ini dapat terlihat sejak dilakukannya inovasi keuangan pada tahun 1960-an yang semakin berkembang pesat mulai dekade 1980-an, yang pada akhirnya berpengaruh pada peranan seluruh lembaga-lembaga keuangan di dunia. Menurut Bank for International Settlements, inovasi keuangan dapat dilihat dari inovasi bank dalam mentransfer risiko harga, inovasi yang mentransfer risiko pinjaman, inovasi yang memicu likuiditas, inovasi yang memicu pinjaman, dan inovasi yang memicu ekuitas. Beberapa faktor yang mendorong inovasi keuangan adalah usaha untuk menghindarkan diri dari peraturan dan menemukan celah dalam ketentuanketentuan pajak, serta dapat pula didorong oleh kebutuhan akan munculnya
18
instrumen-instrumen yang lebih efisien demi penyebaran risiko diantara pelaku pasar. Inovasi yang telah teruji oleh waktu dan tidak tenggelam hingga kini merupakan inovasi yang mampu memberikan efisiensi yang lebih tinggi dalam menyebarkan risiko. Dalam kenyataannya, yang mempengaruhi perkembangan inovasi keuangan adalah: Meningkatnya ketidakstabilan tingkat harga, tingkat bunga, inflasi, nilai tukar, dan harga ekuitas, perkembangan informasi, tekhnologi, dan telekomunikasi, meningkatnya pendidikan dan pelatihan profesional, meningkatnya tingkat persaingan antar lembaga keuangan, insentif untuk menghadapi peraturan dan hukum, serta perubahan pola global dalam pengelolaan keuangan.
2.1.1. Mekanisme Transaksi Peranan lembaga keuangan adalah sebagai perantara keuangan (financial intermediations) antara unit surplus sebagai net savers yang disebut juga sebagai penabung, kreditur, atau ultimate lenders dan unit defisit sebagai net borrowers yang disebut juga sebagai peminjam, debitur, atau ultimate borrowers. Berikut ini akan diberikan gambaran mengenai mekanisme sederhana aliran dana dengan perantara lembaga keuangan serta mekanisme transaksi bank dan lembaga keuangan lainnya. Unit Surplus (net savers)
Utang dan Modal
Lembaga Keuangan (Financial Intermediation)
Utang dan Modal
Unit Defisit (net borrowers)
Kas Kas Gambar 2.2. Mekanisme Sederhana Aliran Dana dengan Perantara Lembaga Keuangan
19
Dari Gambar 2.2. Mekanisme Sederhana Aliran Dana dengan Perantara Lembaga Keuangan dapat diilustrasikan, aliran dana-dana yang dimiliki oleh penabung diterima oleh bank dan lembaga keuangan lainnya kemudian didisribusikan kepada peminjam melalui mekanisme pasar keuangan yang berfungsi sebagai: Perantara pembeli dan penjual yang menentukan harga aset keuangan yang diperdagangkan (price discovery processes), penyedia mekanisme investor untuk menjual aset-aset keuangannya pada berbagai pasar (liquidities), dan menurunkan biaya transaksi khususnya biaya mencari dan biaya informasi (reduce the costs of transaction). (Juli Irmayanto dkk, 2002, Bank & Lembaga Keuangan, hal. 9)
Unit Surplus: Konsumen Produsen Pemerintah
Lembaga Keuangan Bank: 1. Bank Sentral 2. Bank Umum, BPR, Bank Syariah Lembaga Keuangan Lainnya: 1. Leasing, Uang Plastik, Anjak Piutang, Pembayaran Konsumen, Modal Ventura. 2. Asuransi. 3. Dana Pensiun. 4. Pegadaian. 5. Pasar Modal. 6. Pasar Uang.
Unit Defisit: Konsumen Produsen Pemerintah
Gambar 2.3. Mekanisme Transaksi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
20
Penjelasan singkat untuk gambar 2.3. Mekanisme Transaksi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya dapat diberikan dengan melihat klasifikasi bank secara ringkas, berdasarkan atas fungsi, kepemilikan, jenis transaksi untuk valuta asing, struktur organisasi, jenis usaha, geografi, serta perhitungan biaya dan pendapatan, diantaranya adalah: 1. Menurut Fungsi: a. Bank Sentral. Merupakan bank milik pemerintah yang memegang otoritas moneter, dengan tujuan menjaga kestabilan nilai mata uang dalam negeri. b. Bank Umum. Merupakan bank yang menerima simpanan dana masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito, serta memberikan kredit dalam jangka pendek dan jangka panjang, dikenal juga sebagai bank komersial. c. Bank Perkreditan Rakyat. Merupakan bank yang hanya menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan, lingkup operasinya pada umumnya berada di pedesaan. 2.
Menurut Kepemilikan:
a. Bank Pemerintah Pusat. Merupakan bank dimana seluruh sahamnya atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah pusat.
21
b. Bank Pemerintah Daerah. Merupakan bank dimana seluruh sahamnya atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah. c. Bank Swasta Nasional. Merupakan bank dimana seluruh sahamnya atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. d. Bank Asing. Merupakan bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak asing yang membuka kantor cabangnya di Indonesia, sedangkan kantor pusatnya berada di luar negeri. e. Bank Campuran. Merupakan bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan sebagian dimiliki oleh pihak swasta nasional. 3. Menurut Jenis Transaksi Valuta Asing: a. Bank Devisa. Merupakan bank yang menggunakan lebih dari satu jenis mata uang dalam transaksi perbankan. b. Bank Non Devisa. Merupakan bank yang hanya menggunakan satu jenis mata uang (rupiah) dalam transaksi perbankan.
22
4. Menurut Struktur Organisasi: a. Bank Unit (Unit Bank). Merupakan bank yang menggunakan satu kantor saja untuk melayani seluruh jasa keuangan (one full-services office). b. Bank Cabang (Branch Bank). Merupakan bank yang melayani beberapa lokasi, sehingga ada satu kantor pusat dan beberapa kantor cabang. c. Holding Company Bank. Merupakan sebuah bentuk bank yang memiliki satu atau lebih bank. 5.
Menurut Jenis Usaha: a. Bank Bisnis (Wholesales Bank). Merupakan bank yang memilih sektor usaha menengah ke atas sebagai fokus sasaran pasarnya. b. Bank Konsumen (Retail Bank). Merupakan bank yang memilih konsumen dan sektor usaha kecil-menengah sebagai fokus sasaran pasarnya. c. Wholesales dan Retail Bank. Merupakan bank yang melayani semua pelaku ekonomi.
6.
Menurut Geografi: a. Bank Lokal (Community atau Local Bank). Merupakan bank yang beroperasi secara terbatas didaerah (desa) tertentu. b. Bank Regional (Regional Bank). Merupakan bank yang beroperasi di pasar perkotaan (regional).
23
c. Bank Multinasional (Money-Center atau Multinational Bank). Merupakan bank yang lingkup operasinya hingga tingkat nasional maupun internasional. 7.
Menurut Perhitungan Biaya dan Pendapatan: a. Bank Komersial. Merupakan bank yang menggunakan sistem bunga sebagai sumber pendapatan dan biaya bank. b. Bank Bagi Hasil (Syariah). Merupakan bank yang menggunakan sistem bagi hasil antara penabung (kreditur), peminjam (debitur), dan bank dalam perhitungan biaya dan pendapatan. (Juli Irmayanto dkk, 2002, Bank & Lembaga Keuangan, hal. 53-59) Pasar
keuangan
berdasarkan
atas
perspektif
wilayah
negara
dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu pasar eksternal (pasar internasional, atau offshore market, atau euromarket) yang merupakan tempat perdagangan sekuritas internasional dengan dua ciri khas yaitu sekuritas ditawarkan secara simultan kepada investor diberbagai negara pada saat bersamaan dan sekuritasnya diterbitkan diluar yurisdiksi dari negara emiten yang bersangkutan, serta pasar internal (pasar nasional) yang dapat dibagi menjadi dua yaitu pasar dalam negeri (domestik), dimana para emiten dalam pasar sekuritasnya berdomisili didalam negeri, dan pasar luar negeri, dimana para emiten dalam pasar sekuritasnya tidak berdomisili didalam negara yang menjadi tempat transaksi. Disamping
24
pengelompokkan dilakukan berdasarkan atas perspektif wilayah negara, ada pula beberapa cara pengelompokkan lainnya, seperti berdasarkan atas: 1. Sifat atau Jenis Klaim (Nature of Claims). Terdiri atas pasar utang (debt market) dan pasar ekuitas (equity market). 2. Jangka Waktu Klaim (Maturity of Claims). Terdiri atas pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market). 3. Penerbitan Klaim (Seasoning of Claims). Terdiri atas pasar primer (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). 4. Waktu Pengiriman (Immediate Delivery atau Future Delivery). Terdiri atas pasar tunai atau spot (cash atau spot market) dan pasar derivatif (derivative market). 5. Struktur Organisasi (Organizational Structure). Terdiri atas pasar lelang (auction market), pasar parallel atau pasar tidak terdaftar (over-the-counter market), dan pasar perantara (intermediary market). (Juli Irmayanto dkk, 2002, Bank & Lembaga Keuangan, hal. 10) Dalam mengatur terselenggaranya sistem keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya menjadi lebih baik, Pemerintah Republik Indonesia juga melakukan revisi terhadap Undang-Undang No. 14 tahun 1967 menjadi UndangUndang No. 7 tahun 1992 serta Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang meliputi Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, dan Bank Bagi Hasil (Syariah). Karena tuntutan perkembangan dan dinamika perekonomian nasional dan internasional yang semakin terintegrasi, maka disusunlah Undang-
25
Undang baru yang memberi status, tujuan, dan tugas Bank Indonesia selaku otoritas moneter. Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahwa tugas pengaturan dan pengawasan bank dipegang penuh oleh BI hingga terbentuknya Lembaga Pengawas Jasa Keuangan (LPJK) sebagai sebuah lembaga independent selambat-lambatnya 31 Desember 2002 untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan akibat fungsi regulasi dan supervisi. Berikut ini akan diberikan gambaran umum mengenai sistem keuangan Indonesia baru berdasarkan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Sistem keuangan Baru
Sistem Moneter / Perbankan
Sistem Lembaga Keuangan Selain Bank
Bank Indonesia (UU No. 23 / 1999)
Departemen Keuangan
Gambar 2.4. Sistem Keuangan Indonesia Baru (UU No. 23/1999, Bank Indonesia)
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa, sistem keuangan Indonesia yang baru mengadakan pembagian atas sistem moneter atau perbankan, seperti: Bank Umum (Bank Usaha Milik Negara, Bank Pembangunan Daerah, Bank Umum Swasta Nasional, Bank Asing, dan Bank Campuran), Bank Konvensional, Bank Syariah, dan Bank Pembangunan Rakyat dengan pengaturan dan pengawasan berada dibawah Bank Indonesia yang berlandaskan pada Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, serta Sistem Lembaga Keuangan Selain Bank,
26
seperti: Lembaga Pembiayaan (leasing, anjak piutang, penerbit kartu kredit, dan lain sebagainya), Perasuransian (asuransi kerugian, reasuransi, dan lain sebagainya), Perusahaan Modal Ventura (daerah, nasional, dan patungan), Dana Pensiun (dana pensiun pemberi kerja dan dana pensiun lembaga keuangan), Pasar Modal (bursa efek, perusahaan efek, dan reksadana), Pegadaian, dan Perusahaan Penjamin dengan pengaturan dan pengawasan berada dibawah Departemen Keuangan. Untuk memberikan ilustrasi dalam perubahan sistem keuangan Indonesia baru ini, dapat diberikan gambaran ringkas seperti dibawah ini.
Sistem Perbankan Baru
DPR & BPK
Bank Sentral (Bank Indonesia)
Lembaga Pengawas Jasa Keuangan (LPJK) Bank Umum (UU No. 10/1998
BUMN
Bank Perkreditan Rakyat
BUSN
BPD
Gambar 2.5. Sistem Perbankan Baru (UU No. 10/1998)
27
Bank Asing
Bank Campuran
2.1.2. Bank Sentral Dalam membatasi konsep mengenai Bank Sentral, penulis hanya memberikan gambaran ringkas mengenai alasan pentingnya keberadaan Bank Sentral serta peran dan tugas utama Bank Sentral (Bank Indonesia). Sistem moneter dunia yang semakin terintegrasi dan saling bergantung telah mengakibatkan negara-negara dengan sumber modal terbatas seperti Indonesia menjadi tidak berdaya mengatasi perpindahan arus modal yang semakin cepat. Dengan menganut sistem devisa bebas dan sistem nilai tukar bebas (free floating rate), maka Bank Sentral di Indonesia mengemban tugas yang sangat berat sekaligus menantang. Sebuah sistem Bank Sentral yang baik, sehat, dan memiliki kualitas pelayanan yang sempurna, dengan prinsip kehati-hatian (prudential banking), serta didukung oleh sistem politik dan budaya yang tangguh, merupakan syarat mutlak untuk mengatasi kondisi apapun. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Indonesia, merupakan lembaga negara yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of last resort, dalam mengatasi ketidakseimbangan (mismatch) yang disebabkan oleh risiko kredit atau risiko pembiayaan, berdasarkan prinsip syariah, risiko manajemen, dan risiko pasar. Sesuai dengan status Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang independent, pemberian program kredit tidak lagi menjadi tugas BI.
28
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Indonesia memiliki tugas dan peranan dalam membantu terselenggaranya sistem perbankan di Indonesia menjadi lebih baik, secara ringkas tugas dan peran Bank Sentral tersebut diantaranya, adalah: 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Melalui operasi pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum (reserve requirements), dan pengaturan kredit atau pembiayaan. 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Pemberian ijin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, menetapkan penggunaan alat pembayaran, mengatur sistem kliring antar bank, juga memiliki wewenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, serta mencabut, menarik, dan memusnahkannya. 3. Mengatur dan mengawasi bank. Menetapkan ketentuan dalam mengatur perbankan, memberikan ijin usaha suatu bank, mencabut ijin usaha suatu bank, mewajibkan penyampaian laporan terhadap bank, melakukan pemeriksaan bank, dan mengatur perkembangan sistem informasi antar bank. 4. Penyampaian informasi dan laporan keuangan berdasarkan atas prinsip transparansi dan akuntabilitas. 5. Stabilisator moneter. Memberikan pinjaman dalam keadaan darurat kepada bank yang mengalami kesulitan dana (lender of last resort), serta melaksanakan kebijakan moneter melalui berbagai instrumen kebijakan dalam pengendalian moneter.
29
6. Pengatur sistem pembayaran. Menetapkan
sistem
peraturan
dan
penyelenggaraan
kliring,
serta
mengeluarkan dan mengedarkan uang. 7. Pengawas bank dan lembaga keuangan lainnya.
2.1.3. Bank Umum Dalam membatasi konsep mengenai Bank Umum, penulis hanya memberikan gambaran ringkas mengenai pengertian Bank Umum, alasan pentingnya keberadaan
Bank
Umum,
macam-macam
risiko
(uncertainties)
yang
kemungkinan akan dihadapi, serta kegiatan utama dalam pencapaian tujuan umum dari Bank Umum tersebut. Berdasarkan atas definisi bank yang telah dikemukakan diatas, dapat diketahui bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan seperti kredit, tabungan, pembayaran jasa, dan melakukan fungsi-fungsi keuangan lainnya secara profesional. Keberhasilan bank ditentukan oleh kemampuan mengidentifikasi permintaan masyarakat akan jasa-jasa keuangan, kemudian memberikan pelayanan secara efisien, dan menjualnya dengan harga yang bersaing. Bank adalah department store of finance, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan berbagai macam jasa keuangan. Promosi bank yang diterapkan oleh Joseph F. Sinkey, adalah one stop banking atau full-services banking. Dalam mengelola konflik antara risiko dan hasil (risk-return tradeoffs), suatu bank
30
sebaiknya memperhatikan TRICK (Technology, Regulation, Interest-rate risk, Customers, dan Kapital adequacy). Salah satu faktor yang sangat penting dalam melaksanakan dan meningkatkan kinerja suatu bank, adalah kemampuan bank tersebut dalam menghadapi ketidakpastian (risiko) dalam berbagai peristiwa. Untuk mencapai kemungkinan laba tertinggi (highest profitability), suatu bank harus berkonsentrasi dan berkemampuan dalam mengelola sedikitnya enam macam risiko, yaitu: 1. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk). Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat penarikan dana dalam jumlah besar dan yang dilakukan setiap saat oleh deposan atau nasabah. 2. Risiko Kredit (Credit Risk). Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban kredit nasabah untuk membayar angsuran pinjaman maupun bunga kredit. 3. Risiko Pasar (Market Risk). Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat perubahan tingkat bunga pasar, tingkat nilai tukar valuta asing, tingkat inflasi, dan lain sebagainya. 4. Risiko Tingkat Bunga (Interest-Rate Risk). Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat hasil negatif (negative spread) antara biaya bunga yang harus dibayarkan kepada deposan dan nasabah, dengan tingkat bunga kredit. 5. Risiko Pendapatan (Earnings Risk). Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat gagalnya penyaluran kredit bank.
31
6. Risiko Keamanan (Solvency Risk). Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat ketidakstabilan politik dan keamanan. Didalam melaksanakan fungsinya dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, Bank Umum memiliki tiga kegiatan pokok, diantaranya adalah: 1. Penghimpunan dana, dengan sasaran meminimumkan biaya perolehan dana. 2. Alokasi dana, dengan sasaran memaksimumkan pendapatan bank. 3. Pelayanan jasa keuangan dan jasa non-keuangan lainnya, dengan sasaran memaksimumkan kepuasan nasabah. Enam kegiatan utama sebagai misi dalam pencapaian nilai bank, dapat diberikan secara ringkas, yaitu: 1. Perkreditan, merupakan kegiatan terbesar yang memberikan kontribusi pendapatan paling banyak bagi perbankan, dapat berupa: Bunga, komisi, dan lain sebagainya. 2. Pemasaran, merupakan kegiatan yang diarahkan pada penghimpunan dana dari masyarakat dan lembaga-lembaga keuangan lainnya, meliputi: Produk yang dipasarkan (product), tingkat bunga yang ditawarkan (price), tempat dimana produk bank bersangkutan ditawarkan (place), serta tekhnik dan media yang digunakan oleh bank dalam memperkenalkan produknya pada nasabah dan calon nasabah (promotion). 3. Pendanaan, merupakan kegiatan pengelolaan dana oleh para eksekutif bank dengan tujuan untuk memperoleh kombinasi dana yang efisien serta mengalokasikan dana pada aktiva produktif secara efektif.
32
4. Operasi, merupakan kegiatan unit-unit bank yang membantu kegiatan unit utama bank, dapat berupa: Administrasi pembukuan, penyusunan laporan keuangan, dan lain sebagainya. 5. Sumber daya manusia, merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi perencanaan, seleksi, penempatan, dan lain sebagainya. 6. Pengawasan, merupakan kegiatan pengawasan internal dan eksternal bank, serta pengawasan Bank Indonesia.
2.1.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT Dalam membatasi konsep mengenai Bank Perkreditan Rakyat, penulis hanya memberikan gambaran ringkas mengenai pengertian Bank Perkreditan Rakyat, kegiatan usaha dan kegiatan lain yang dilarang untuk dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat, serta tujuan pendirian Bank Perkreditan Rakyat. Bank Perkreditan Rakyat, merupakan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan hal itu. Kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat, adalah untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan hal tersebut, memberikan kredit, menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan
ketentuan
yang
ditetapkan
dalam
Peraturan
Pemerintah,
serta
menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposit, dan atau tabungan pada bank lain. Disamping adanya
33
larangan untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, seperti: Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu-lintas pembayaran, melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal, serta melakukan usaha perasuransian. Tujuan didirikannya Bank Perkreditan Rakyat ini, adalah: 1. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan, khususnya bagi masyarakat pedesaan. 2. Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan sehingga masyarakat kecil dapat terhindar dari risiko keuangan. 3. Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan sesederhana mungkin, dalam memenuhi kebutuhan masyarakat pedesaan pada umumnya. 4. Menampung dan menghimpun tabungan masyarakat, dalam ikut serta memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan.
2.1.5. Bank Syariah Dalam membatasi konsep mengenai Bank Syariah, penulis hanya memberikan gambaran ringkas mengenai prinsip yang mendasari terbentuknya Bank Syariah, karakteristik riba’, perolehan sumber dana yang dilakukan oleh Bank Syariah, serta perbedaan antara sistem bunga dan sistem bagi hasil yang disajikan dalam bentuk tabel perbandingan. Prinsip bagi hasil (profits sharing) merupakan karakteristik dan landasan dasar operasional Bank Syariah. Dalam prinsip ini, Bank Syariah berfungsi sebagai
34
mitra, baik dengan penabung sebagai pemilik dana (kreditur) maupun pengusaha sebagai peminjam dana (debitur). Antara kedua pihak, diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Salah satu alasan untuk didirikannya Bank Syariah ini, adalah untuk menghindarkan diri dari larangan agama dalam perolehan harta riba’. Beberapa macam riba’, adalah: 1. Riba’ Qardh. Merupakan suatu jenis manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang. 2. Riba’ Jahiliyyah. Merupakan suatu jenis utang yang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam (debitur) tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang telah ditetapkan. 3. Riba’ Fadl. Merupakan suatu jenis pertukaran antara barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi, seperti: Emas, perak, bahan makanan pokok, dan makanan tambahan lain. 4. Riba’ Nasi’ah. Merupakan suatu jenis penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Dalam hal perolehan sumber dana yang dibutuhkan oleh Bank Syariah, dapat dilakukannya melalui:
35
1. Modal. Sumber dana awal bersumber dari pihak pertama yang diserahkan kepada para pemilik bank, dan setiap akhir tahun akan memperoleh bagian laba (dividend) dari hasil usaha bank. 2. Titipan. Sumber dana dapat juga diperoleh dari pihak ketiga, dengan cara menerima titipan (al wadi’ah), yang setiap saat dapat diambil bilamana dikehendaki oleh para pemilik modal. Ada dua karakter al wadi’ah, yaitu: wadi’ah yad alamanah dimana harta dan barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan, penerima titipan berhak meminta biaya pada penitip, dan aplikasinya sebagai save deposit box, serta wadi’ah yad adh-dhamanah dimana harta dan barang yang dititipkan dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan, meskipun dapat dimanfaatkan tetapi tidak ada keharusan bagi bank untuk memberikan hasil pemanfaatan pada penitip, pemberian bonus (tanda terima kasih) sepenuhnya merupakan wewenang bank, dan aplikasinya sebagai giro atau tabungan. 3. Investasi. Merupakan bentuk kerja sama antara pemilik dana dengan pengelola dana, berdasarkan atas prinsip mudharabah, jenis investasi ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: mudharabah muthlaqah dimana pemilik dana tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikan, bank diberi wewenang penuh mengelola dana tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis pelayanan, bank harus membagi risiko dan hasil (risks and returns
36
sharing) dengan nasabah maupun pengguna dana, dan aplikasinya sebagai deposito berjangka, serta mudharabah muqayyah dimana pemilik dana memberikan batasan atas dana yang diinvestasikan, bank hanya dapat mengelola dana sesuai dengan batasan yang diberikan oleh pemilik dana, dan aplikasinya sebagai proyek khusus. Berikut ini akan diberikan gambaran umum mengenai perbedaan antara sistem bunga yang diterapkan oleh pada umumnya sistem perbankan yang ada dengan sistem bagi hasil Bank Syariah dalam bentuk tabel perbandingan, yang pada dasarnya membedakan antara eksistensi halal dan haram dalam investasi yang dilakukan, prinsip dasar pendapatan bank, orientasi kepentingan, serta jenis hubungan kemitraan. Tabel. 2.1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil SISTEM BUNGA SISTEM BAGI HASIL 1
2 3
4
5 6.
Penentuan prosentase bunga, ditentukan sepihak oleh bank dengan asumsi pasti memperoleh keuntungan. Risiko sepihak, dimana risiko kerugian ditanggung peminjam. Pendapatan pasti, pendapatan bunga diperoleh tetap dan pasti tanpa melihat apakah peminjam memperoleh untung atau rugi.
Penentuan rasio bagi hasil, ditentukan bersama secara musyawarah dengan asumsi kemungkinan beruntung atau merugi. Risiko bersama, ditanggung bersama antara pemilik, pengelola (bank) dan peminjam. Pendapatan tidak pasti, pendapatan tidak diperoleh secara pasti. Jika rugi, maka semua pihak yang terlibat turut menanggungnya.
Pendapatan bunga konstan, besarnya konstan meskipun bank dan peminjam memperoleh keuntungan yang besar. Eksistensinya dikecam dan diragukan oleh semua agama. Dampak pertumbuhan ekonomi, manfaat sepihak, sebagian besar masyarakat (kecil) dieksploitasi, dan memperburuk distribusi pendapatan.
Pendapatan tergantung hasil usaha, besar kecilnya pendapatan tergantung dari keuntungan yang diperoleh oleh proyek yang dibiayai. Tidak ada yang meragukan keberadaan bagi hasil. Dampak pemerataan ekonomi, manfaat bersama, tidak ada yang dieksploitasi, dan meningkatkan pemerataan pendapatan.
(Juli Irmayanto dkk, 2002, Bank & Lembaga Keuangan, hal. 125)
37
2.2. Sistem Ekonomi Dan Keuangan Menurut John Maynard Keynes, ada tiga kemungkinan yang berkaitan dengan tujuan seseorang dalam memiliki atau memegang uang dalam jumlah tertentu, yaitu: 1. Tujuan Transaksi. Penggunaan uang dalam bentuk apapun yang digunakan untuk melakukan pertukaran dalam memperoleh suatu bentuk barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan jangka pendek. 2. Tujuan Tabungan. Penempatan uang untuk disimpan guna berjaga-jaga dalam memenuhi kebutuhan yang bersifat mendesak dan memenuhi kebutuhan lain yang timbul pada masa yang akan datang serta kebutuhan jangka panjang lain. 3. Tujuan Spekulatif. Penempatan uang dalam suatu bentuk alat investasi dengan harapan akan berkembang dan menghasilkan nilai yang lebih tinggi pada masa yang akan datang. Dalam hal mengakomodisir keinginan konsumen yang semakin pluralis, maka tersedianya berbagai macam pasar dalam memenuhi harapan konsumen terus meningkat dan semakin ketat. Sistem ekonomi dan keuangan dapat dikelompokkan dalam banyak cara. Salah satu cara adalah dengan mengorganisasikan sistem tersebut kedalam dua macam pasar, yaitu pasar untuk barang dan jasa serta pasar untuk aset keuangan.
38
2.2.1. Pasar Aset Riil Dan Jasa Aset riil adalah aset yang nyata (tangible), sedangkan jasa adalah aset yang tidak nyata (intangible). Contoh pasar dari aset nyata adalah makanan dan pakaian, sedangkan contoh pasar untuk aset tidak nyata adalah perbaikan mobil dan konsultan keuangan. Suatu perusahaan (bank) mengorganisir kreatifitas mereka dan menghubungkan tenaga kerja ke dalam produksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Operasi dari pasar untuk aset riil dan jasa ditentukan oleh suatu sistem harga (price system). Masyarakat menyatakan kebutuhan mereka dengan kemampuan mereka untuk membayar pada suatu tingkat harga tertentu guna memperoleh suatu produk atau jasa. Jika barang-barang atau jasa dapat diproduksi dan dijual untuk menghasilkan keuntungan (profit), maka kebutuhan masyarakat akan dapat terpenuhi. Kebanyakan dari produk dan jasa yang kita beli didalam pasar yang ditawarkan kepada kita melalui unit-unit usaha. Bagaimanapun unit usaha memerlukan modal (capital), yaitu sumber keuangan yang dibutuhkan untuk mendapatkan tenaga kerja, mesin-mesin, dan keahlian manajerial dalam menyediakan apa yang dibutuhkan masyarakat. Sangat banyak unit usaha yang kecil mendapatkan modal (capital) dari bermacam-macam sumber, seperti bank lokal dan modal yang dimiliki sendiri. Suatu perekonomian yang bergairah, bagaimanapun tidak akan dapat tercapai tanpa keberadaan uang dan pasar modal, yaitu pasar untuk aset keuangan (financial market).
39
2.2.2. Pasar Aset Keuangan Suatu aset keuangan adalah tagihan-tagihan (claims) terhadap penghasilan yang didapatkan dari aset riil yang digunakan oleh perusahaan (bank) atau pemerintah. (Bodie, Kane, Marcus, 2002, Investments, hal. 28) Sebagai contoh, suatu perusahaan (bank) yang memerlukan sejumlah modal, meminjam uang dari pihak yang terkait dengan memberikan sebuah catatan perjanjian (promissory notes). Catatan tersebut adalah sebuat aset keuangan yang dipegang oleh pihak yang terkait tadi sebagai yang meminjamkan uang dan catatan tersebut mewakili suatu klaim terhadap perusahaan (bank) yang bersangkutan sebagai peminjam uang. Dari sudut pandang perusahaan (bank), catatan tersebut merupakan suatu utang keuangan. Banyak aset keuangan, seperti saham (stocks) dan obligasi (bonds) yang dikeluarkan oleh unit usaha dan obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, diperdagangkan di pasar yang terorganisir. Setelah suatu perusahaan (bank) mengeluarkan saham, saham tersebut dapat dijual dari individu kepada individu yang lain. Sebuah pasar saham yang aktif akan memudahkan bagi perusahaan (bank) untuk mendapatkan modal dengan meyakinkan investor bahwa saham yang dibelinya dari perusahaan (bank) dapat dijual kepada investor yang lain jika diperlukan. Perdagangan saham secara langsung dari perusahaan (bank) disebut dengan pasar primer (primary market), sedangkan perdagangan saham diantara investor disebut dengan pasar sekunder (secondary market). Pasar keuangan selalu dibagi menjadi dua sub pasar, yaitu pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market). Pasar uang adalah suatu kelompok
40
pasar, dimana instrumen kredit jangka pendek yang umumnya berkualitas tinggi diperjualbelikan. Karena pada pasar uang pelaksanaan transaksi tidak dilakukan ditempat tertentu sebagaimana halnya dengan bursa efek pada pasar modal, maka sering pula disebut dengan pasar abstrak. Pasar modal adalah pasar untuk instrumen keuangan jangka panjang dan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan (bank) yang merupakan pasar konkrit. Atau dengan kata lain, pengelompokkan pasar dapat dilakukan berdasarkan atas jangka waktu klaim (maturity of claims), yaitu: 1. Pasar Uang (Money Market). Merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market) yang digunakan sebagai tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan atas berbagai instrumen keuangan jangka pendek, seperti: Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Surat Berharga Pemerintah, sertifikat deposito, dan lain sebagainya. 2. Pasar Modal (Capital Market). Merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market) yang digunakan sebagai tempat pertemuan penawaran dan permintaan atas berbagai instrumen keuangan jangka panjang baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun utang (bonds) yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sectors).
41
2.2.3. Pasar Modal Ada berbagai macam definisi mengenai pasar modal, beberapa diantaranya adalah: Pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta Lembaga dan Profesi yang berkaitan dengan efek. (UndangUndang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995, Bab I, Pasal 1, Tentang Pasar Modal) Pasar modal merupakan suatu jenis pasar konkrit dimana jual beli dana-dana jangka panjang yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun dilakukan dan merupakan alternatif sumber pembiayaan modern selain perbankan. (Widoatmodjo, Sawidji, 1996, Cara Sehat Investasi Di Pasar Modal, hal. 13) Pasar modal merupakan pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan penghubung antara pemilik dana (investor) dengan pengguna dana (emiten), yang pada akhirnya mampu meningkatkan kegiatan perekonomian. (Juli Irmayanto dkk, 2002, Bank & Lembaga Keuangan, hal. 289) Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa pasar modal merupakan sarana dalam bentuk penyediaan suatu fasilitas (tempat) bertemunya permintaan (investor) dan penawaran (emiten) sebagai alternatif mobilisasi dana
42
(pembelanjaan) bagi perusahaan dan membantu meningkatkan kegiatan perekonomian secara nasional. Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis tidak saja bagi pihak yang memerlukan dana (borrowers) dan pihak yang meminjamkan dana (lenders), tetapi juga bagi pemerintah. Di era globalisasi ini, hampir seluruh negara menaruh perhatian yang besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri (capital flight) bukan hanya merupakan akibat dari menurunnya (depresiasi) nilai rupiah, atau tingginya inflasi dan suku bunga di suatu negara, akan tetapi juga diakibatkan karena tidak tersedianya alternatif investasi yang menguntungkan di negara tersebut. Oleh karena itu, sangat beralasan bilamana pemerintah Indonesia begitu gigih dalam menghidupkan pasar modal. Pada dasarnya terdapat empat peranan strategis dari pasar modal bagi perekonomian suatu negara, yaitu: 1. Sebagai Sumber Penghimpun Dana. Pasar modal berfungsi sebagai alternatif sumber penghimpunan dana selain sistem perbankan yang selama ini dikenal merupakan media penghimpunan dana secara konvensional. Pasar modal memungkinkan perusahaan (bank) menerbitkan surat berharga (sekuritas), baik surat tanda utang (obligasi) maupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar modal, perusahaan (bank) dapat terhindar dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi.
43
2. Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk portofolio investasi melalui cara mengkombinasikan dana pada berbagai kemungkinan investasi dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih dan sanggup menanggung sejumlah risiko tertentu yang mungkin terjadi. 3. Biaya Penghimpunan Dana Melalui Pasar Modal Relatif Rendah. Dalam
melakukan
penghimpunan
dana,
suatu
perusahaan
(bank)
membutuhkan biaya yang relatif lebih kecil jika diperoleh melalui penjualan saham daripada meminjam ke suatu bank lain. 4. Bagi Negara, Pasar Modal Akan Mendorong Perkembangan Investasi. Setiap perusahaan (bank), khususnya yang berskala besar dan bersifat strategis, pasti berkeinginan untuk mampu meningkatkan kapasitas usahanya agar dapat menaikkan volume penjualan dan pendapatan. Usaha yang berskala kecil secara teoritis, sulit untuk mencapai skala produksi yang efisien (economies of scale), sehingga untuk memperbaiki posisinya perusahaan (bank) yang bersangkutan melakukan perluasan usaha (expansion). Perluasan usaha ini membutuhkan modal yang besar. (Usman, Marzuki, Riphat, Singgih, dan Ika, Syahrir, 1997, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, hal. 13-17) Aktivitas pasar modal melibatkan banyak lembaga yang terkait, baik swasta maupun pemerintah, yang sifatnya saling melengkapi. Sebagai wadah untuk mencari dana bagi perusahaan (bank) dan wadah investasi bagi pemodal, keberadaan dan aktifitas pasar modal berkepentingan dengan banyak pihak. Agar dapat tercipta iklim investasi yang baik, dan berlakunya pelaksanaan pembinaan
44
dan pengawasan yang lancar, diperlukan suatu lembaga atau instansi yang berfungsi sebagai pengatur (regulator). Berdasarkan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 Bab II, tentang Pasar Modal; “Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) memiliki tugas utama untuk melakukan pembinaan, pengaturan, pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal, pemberian ijin usaha dan ijin orang perseorangan, mewajibkan pendaftaran profesi penunjang pasar modal, menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan pemberhentian untuk sementara manajemen, menetapkan persyaratan, tata cara, menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifitas pernyataan pendaftaran, melakukan pemeriksaan dan penyidikan, mengumumkan hasil pemeriksaan, menghentikan pencatatan suatu efek, serta menetapkan instrumen lain sebagai efek, dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat”. Dalam hal permintaan atas pertanggungjawabannya, BAPEPAM berada di bawah Menteri Keuangan. Disamping itu, dianggap penting pula untuk mengetahui pelaku utama dalam pasar modal, diantaranya adalah: 1. Emiten. Merupakan pihak yang melakukan emisi atau kegiatan penawaran efek kepada masyarakat, baik yang berupa saham ataupun obligasi.
45
2. Pemodal (Investor). Merupakan pihak yang menginvestasikan dananya melalui pembelian efek, kegiatan ini dilakukan untuk kepentingan pihak investor itu sendiri dan dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari efek yang dibelinya. 3. Perantara Pedagang Efek (Brokers). Merupakan pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain. 4. Penjamin Emisi (Underwriters). Merupakan pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. 5. Penasihat Investasi. Merupakan pihak yang memberikan nasihat atas alternatif investasi dana dari para nasabah dan calon nasabah. 6. Lembaga Penunjang Pasar Modal: a. Biro Administrasi Efek, merupakan salah satu lembaga penunjang pasar modal yang menyediakan pelayanan jasa kepada emiten dalam bentuk pencatatan dan pemindahan kepemilikan efek-efek emiten tertentu. b. Tempat Penitipan Efek dan Harta Lainnya (Custodian), merupakan salah satu lembaga penunjang pasar modal yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lainnya yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, menerima bunga, dividen, dan hak-hak lain menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
46
c. Wali amanat (Trustee), merupakan salah satu lembaga penunjang pasar modal yang mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sekuritas. 7. Profesi Penunjang Pasar modal: a. Akuntan Publik. b. Notaris. c. Konsultan Hukum. d. Perusahaan Penilai. e. Profesi lain yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah. Mengenai macam instrumen dalam pasar modal, penulis membatasi hanya pada jenis penawaran saham saja. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (bank). Dua keuntungan yang dapat diperoleh dari pembelian atau kepemilikan saham, yaitu: 1. Dividend. Merupakan pembagian keuntungan yang diberikan oleh perusahaan (bank) penerbit saham (issuer) yang bersangkutan atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan (bank) tersebut. 2. Capital Gain. Merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dengan adanya aktifitas perdagangan saham di pasar sekunder. (Fakhruddin, M dan Hadianto, M. Sopian, 2001, Perangkat Model Analisis Investasi Di Pasar Modal, hal 7-8)
47
Dalam hal ini perlu pula diketahui mengenai tempat suatu saham tersebut dapat ditawarkan atau diperjualbelikan, yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Pasar Perdana (Primary Market). Merupakan pasar abstrak dimana terjadi penawaran dan penjualan efek untuk pertama kalinya pada saat penerbitan efek oleh perusahaan (bank) yang melakukan go public, dilakukan oleh penjamin utama emisi, penjamin emisi, dan agen penjualan. Atau dengan kata lain, merupakan tempat perdagangan efek yang baru diterbitkan oleh emiten sebelum efek tersebut diperdagangkan pada pasar sekunder. Adapun harga efek tidak ditentukan atas dasar permintaan dan penawaran yang terjadi, melainkan telah ditetapkan sebelumnya sesuai kesepakatan antara pihak emiten dan penjamin utama emisi serta penjamin emisi efek. 2. Pasar Sekunder (Secondary Market). Merupakan tempat bagi investor untuk membeli ataupun menjual kembali efek yang dimilikinya, atau dikenal pula sebagai pasar bursa. Saham memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah: 1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan (issuer bank) memperoleh laba. 2. Memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (one share one vote). 3. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan (bank), jika perusahaan (bank) yang bersangkutan dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan (bank) dilunasi.
48
4. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya. Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya. (Fakhruddin, M dan Hadianto, M. Sopian, 2001, Perangkat Model Analisis Investasi Di Pasar Modal, hal. 8) Disamping hal tersebut diatas, klasifikasi saham dapat dilakukan berdasarkan atas beberapa hal, yaitu: 1. Cara Peralihan Hak: a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks). Merupakan jenis saham dengan tidak mencantumkan nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor kepada investor lainnya. b. Saham Atas Nama (Registered Stocks). Merupakan saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 2. Hak Tagihan (Claims): a. Saham Biasa (Common Stocks). Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling bawah (junior) terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan (bank), apabila perusahaan (bank) tersebut dilikuidasi. b. Saham Preferensi (Preferred Stocks). Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena mampu menghasilkan pendapatan tetap (seperti
49
bunga obligasi), tetapi juga kemungkinan tidak memperoleh hasil seperti yang diharapkan investor. 3. Kinerja (Performance): a. Blue-Chips Stocks. Merupakan jenis saham biasa dari suatu perusahaan (bank) yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader pada industri sejenis (perbankan), umumnya memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Income Stocks. Merupakan jenis saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. c. Growth Stocks (Well-Known). Merupakan jenis saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader pada industri sejenis (perbankan) dan memiliki reputasi tinggi. Selain itu ada juga Growth Stocks (LesserKnown) yang memiliki ciri khas hampir sama dengan Well-Known, namun tidak begitu populer. d. Speculative Stocks. Merupakan jenis saham dari suatu perusahaan (bank) yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi kemungkinan memiliki kemampuan penghasilan yang tinggi pada masa datang.
50
e. Counter-Cyclical Stocks. Merupakan jenis saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi makro maupun situasi bisnis secara umum. f. Emerging-Growth Stocks. Merupakan jenis saham yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan (bank) yang relatif lebih kecil dan memiliki daya tahan yang kuat, meskipun dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung. g. Defensive Stocks. Merupakan jenis saham perusahaan (bank) yang dapat bertahan dan tetap stabil, dari suatu periode atau kondisi yang tidak menentu serta resesi. (Fakhruddin, M dan Hadianto, M. Sopian, 2001, Perangkat Model Analisis Investasi Di Pasar Modal, hal. 12-14)
2.3. Laporan Keuangan Suatu bank memiliki berbagai macam laporan keuangan. Dua diantaranya memiliki peran sebagai bahan masukan bagi pimpinan dan pihak luar (yang ingin bekerja sama), untuk mengevaluasi posisi keuangan dan perkembangan usaha bank yang bersangkutan. Kedua laporan keuangan tersebut adalah neraca (balance sheet) dan perkiraan laba/rugi (profit and loss account). Kedua-duanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena berfungsi saling melengkapi.
51
2.3.1. Neraca (Balance Sheet) Neraca adalah laporan keuangan yang melaporkan secara ringkas jenis dan jumlah harta yang dapat dinyatakan dalam satuan mata uang tertentu, serta utang dan modal sendiri yang dimiliki bank pada tanggal tertentu dalam hal memenuhi kebutuhan akan pembelanjaan bank. Pembelanjaan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk, yaitu: 1. Berdasarkan Atas Jenis Pembelanjaan: a. Pembelanjaan Pasif. Usaha perolehan modal yang dibutuhkan berdasarkan atas syarat-syarat yang menguntungkan dalam memenuhi pembelanjaan kuantitatif (besar modal yang dibutuhkan) dan pembelanjaan kualitatif (jenis modal yang dibutuhkan). b. Pembelanjaan Aktif. Usaha penyerahan dan penanaman modal dengan cara seefisiensi mungkin dalam memenuhi keseimbangan normal dan mengantisipasi terjadinya pembelanjaan yang kurang cukup (under financing) dimana jumlah modal yang tersedia tidak cukup untuk membiayai usaha-usahanya atau pembelanjaan yang berlebihan (over financing) dimana jumlah modal yang tersedia berlebihan untuk membiayai usaha-usahanya. 2. Berdasarkan Atas Sumber Modal: a. Pembelanjaan Dari Luar Perusahaan / Bank (External Financing). Usaha pemenuhan kebutuhan modal suatu bank dapat diperoleh dari sumber-sumber modal di luar bank yang kemudian menjadi modal sendiri
52
didalam bank yang bersangkutan dan dikenal dengan pembelanjaan sendiri (equity financing), atau penyertaan pemenuhan kewajiban tertentu bagi bank yang dikenal dengan pembelanjaan utang (debt financing). b. Pembelanjaan Dari Dalam Perusahaan / Bank (Internal Financing). Usaha pemenuhan kebutuhan modal suatu bank dapat diperoleh dari dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam bank yang bersangkutan dan dikenal dengan pembelanjaan intensif. (Riyanto, Bambang, 1992, DasarDasar Pembelanjaan Perusahaan, hal. 3-14) Harta suatu bank dapat berupa uang kas, piutang, serta aktiva tetap lainnya. Untuk mendanai harta tersebut, suatu bank dapat meminjam dari pihak ketiga yang selanjutnya dikenal dengan utang, dan meminjam dari para pemegang saham bank tersebut yang selanjutnya dikenal dengan modal sendiri. Apabila karena berbagai macam sebab suatu bank menghentikan usahanya maka bersih saldo modal sendiri yang tersisa wajib dikembalikan kepada para pemiliknya. Modal dapat juga diklasifikasikan kedalam dua bentuk, yaitu modal konkrit (aktiva) dan modal abstrak (passiva). Kedua macam modal ini dapat dilihat didalam bentuk neraca suatu perusahaan (bank). Dua bentuk penyusunan neraca yang dapat dilakukan diantaranya adalah bentuk T (T-form) dimana sisi kiri neraca ditempatkan oleh seluruh harta bank atau aktiva dan sisi kanan neraca ditempatkan oleh utang dan modal sendiri atau passiva, sedangkan bentuk L (Lform) dimana bagian atas neraca ditempatkan oleh seluruh harta bank atau aktiva dan bagian bawah neraca ditempatkan oleh utang dan modal sendiri atau passiva.
53
2.3.2. Laporan Laba/Rugi (Profit/Loss Account Statement) Perkiraan laba/rugi memberikan laporan ringkas tentang jenis dan jumlah pendapatan atau hasil penjualan yang diperoleh bank selama masa tertentu, pengeluaran selama masa itu, dan keuntungan yang diperoleh atau kerugian yang diderita selama masa yang bersangkutan. Dalam hal ini, tidak seluruh biaya yang ditanggung oleh suatu perusahaan (bank) dapat dikelompokkan sebagai pengeluaran. Ada beberapa macam pengeluaran yang dilaporkan dalam perkiraan laba/rugi, yaitu: 1. Pengeluaran yang tidak berkaitan langsung dengan satu masa tertentu operasi bisnis perusahaan (bank), dan dikenal dengan biaya non operasional (nonoperating costs). 2. Pengeluaran yang berkaitan langsung dengan satu masa tertentu operasi bisnis
perusahaan (bank), dan dikenal dengan biaya operasional (operating costs). (Sutojo, Siswanto, 2002, Mengenali Arti Dan Penggunaan Neraca Perusahaan, hal. 4)
2.3.3. Analisis Laporan Keuangan Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas terhadap imbal hasil saham pada suatu bank, dapat dilakukan analisis dari laporan keuangan yang telah diterbitkan oleh bank-bank go public. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk mampu menyajikan laporan kemajuan suatu perusahaan (bank) secara periodik. Laporan keuangan pada umumnya meliputi: Neraca (balance sheet), laporan laba/rugi (profit/loss
54
account), laporan kepemilikan modal (statement of owners’ equity), dan laporan arus kas (statement of cash flow). Tujuan penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh suatu bank, adalah: 1. Menyajikan informasi untuk tujuan pembuatan dan pengambilan keputusan. 2. Menyajikan informasi yang menyangkut sumber-sumber daya suatu bank dan pengalokasian sumber-sumber daya tersebut. 3. Menyajikan informasi mengenai kinerja suatu bank dan laba yang dihasilkan atau kerugian yang diderita. 4. Menyajikan informasi yang dapat dijadikan dasar oleh investor dan kreditur untuk melakukan penilaian atas prospek arus kas pada suatu bank. 5. Menyajikan informasi tambahan mengenai kemampuan suatu bank dalam memperoleh dan mengalokasikan kas, pinjaman dan pengembalian pinjaman, transaksi modal (capital transaction), dan distribusi-distribusi lainnya dari sumber-sumber daya yang dimiliki oleh suatu bank kepada para pemiliknya, serta
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi
kemampuan
likuiditas,
solvabilitas, dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Dalam menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan, sehingga dapat diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut jika dibandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk suatu bank tertentu, atau dibandingkan dengan laporan keuangan bank lainnya, dapat digunakan suatu tekhnik analisis. Pada umumnya, tujuan dari setiap tekhnik analisis yang digunakan adalah untuk membuat penyederhanaan data-data yang diperoleh sehingga dapat lebih
55
mudah dimengerti. Pertama-tama analis harus mengumpulkan atau mengorganisir data yang diperlukan (pada umumnya data diperoleh dari informasi umum yang tersedia, seperti laporan tahunan), lalu dilakukan perhitungan atau pengukuran, selanjutnya melakukan analisis, dan menginterpretasikan data-data yang telah dikelola tersebut menjadi sebuah informasi yang lebih berarti untuk digunakan sebagai dasar pembuatan dan pengambilan suatu keputusan investasi. Ada beberapa tekhnik analisis yang dapat digunakan, yaitu: 1. Analisis Internal. Merupakan teknik analisis yang dilakukan oleh mereka yang dapat memperoleh informasi yang lengkap dan terperinci mengenai suatu bank dengan tujuan untuk mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi didalam kondisi keuangan bank yang bersangkutan. 2. Analisis Eksternal. Merupakan tekhnik analisis yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat memperoleh informasi yang terperinci mengenai suatu bank, sehingga laporan yang digunakan berupa laporan neraca dan laporan laba/rugi untuk mengukur tingkat likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas bank yang bersangkutan. 3. Analisis Komparatif. Analisis komparatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Analisis Horisontal (Trend Analysis). Merupakan tekhnik analisis yang dilakukan dengan membandingkan kegiatan usaha suatu bank secara absolute dalam bentuk relatifitas atas bagian kegiatan yang ada pada saat ini dengan kegiatan-kegiatan yang telah dicapai pada
56
periode sebelumnya, dikenal juga sebagai analisis dinamis. Dengan penggunaan tekhnik analisis ini akan dapat diperoleh kesimpulan, apakah telah terjadi kemajuan atau kemunduran usaha dari masing-masing bank yang bersangkutan. Pendekatan yang dilakukan dalam penggunaan tekhnik analisis ini, adalah: i. Indeks dasar tunggal (single base index), yang dipilih dari tahun laporan yang terakhir sebagai tahun dasar perhitungan. ii. Indeks dasar berganti (moving base index), menggunakan seluruh periode laporan yang akan dianalisis. b. Analisis Vertikal (Common Size Analysis). Merupakan tekhnik analisis yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peran serta dari suatu pos terhadap kegiatan bank secara keseluruhan, dikenal juga sebagai analisis statis. 4. Analisis Bank Environment. Merupakan tekhnik analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan daya saing (market share) suatu bank atau suatu cabang dari bank tersebut dan untuk mengetahui tingkat laju perkembangan (rate of growth) dari industri-industri perbankan dalam skala nasional maupun regional guna memperoleh tingkat perkembangan riil dari suatu bank atau suatu cabang dari bank yang dimaksud. 5. Analisis Laporan Keuangan Pada Tingkat Inflasi Yang Tinggi (Accounting Inflation Analysis).
57
Merupakan
tekhnik
analisis
yang
digunakan
untuk
menghindarkan
pengambilan keputusan atau hasil analisis yang keliru, mengingat dalam akuntansi adanya asumsi dasar terhadap stable monetary unit assumption, sehingga laporan keuangan suatu bank pada masa inflasi tersebut perlu dievaluasi terlebih dahulu untuk dapat memperoleh hasil evaluasi yang memuaskan. 6. Analisis Titik Pulang Pokok (Break Even Point Analysis). Merupakan tekhnik analisis yang digunakan untuk perencanaan perolehan laba dan pengawasan penggunaan aktiva bank (profit planning and control), untuk menetapkan minimal target, serta untuk mengukur efisiensi dan efektifitas kerja bank cabang maupun bagian-bagiannya (banking unit system) baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. 7. Analisis Variansi. Merupakan tekhnik analisis yang digunakan dalam membandingkan antara target yang ditetapkan dalam anggaran dengan realisasi yang dicapai, apakah menguntungkan (favorable variance) atau terjadi penyimpangan yang merugikan (unfavorable variance). Mulyono, Teguh Pudjo, 1999, Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan, hal. 46)
2.4. Analisis Fundamental Dalam melakukan analisis dan memilih saham, ada dua aspek atau pendekatan yang sering digunakan, yaitu aspek fundamental dan aspek tekhnikal. Aspek fundamental merupakan faktor-faktor yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor tersebut antara lain, adalah: Penjualan, pertumbuhan
58
penjualan, kebijakan dividen, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), manajemen, kinerja, statement yang dikeluarkan oleh emiten yang bersangkutan, dan lain sebagainya. Pada dasarnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktorfaktor yang dapat dikendalikan oleh suatu perusahaan (bank) dan faktor-faktor diluar kendali perusahaan (bank). Analisis fundamental sendiri, merupakan tekhnik-tekhnik yang mencoba memperkirakan ada atau tidak adanya hubungan antara kinerja suatu bank terhadap imbal hasil sahamnya di bursa serta memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan cara: 1. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. 2. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut hingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental juga sering disebut dengan analisis perusahaan (bank) karena menggunakan data keuangan perusahan (bank) dalam menghitung nilai intrinsik saham. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan analisis fundamental. Laporan keuangan menggambarkan aspek-aspek fundamental bank yang bersifat kuantitatif. Salah satu tekhnik dalam analisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan, terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
59
1. Rasio-Rasio Likuiditas (liquidity Ratios). Merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur kemampuan perusahaan (bank) untuk memenuhi kewajiban finansiil jangka pendek dan kewajiban lainnya yang akan mendekati jatuh tempo, diantaranya adalah: a. Quick (Acid Test) Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam membayar kembali simpanan para deposannya dengan alat-alat yang paling likuid (callable assets) yang dimiliki oleh pihak bank yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya akan semakin baik, karena jumlah simpanan yang digunakan untuk membiayai aktiva lancarnya semakin besar. Aktiva Lancar Quick (Acid Test) Ratio = Jumlah Simpanan b. Investing Policy Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposan dengan melikuidasi surat-surat berharga yang dimilikinya. Surat-surat berharga (securities) yang dimaksud adalah berbagai macam surat berharga yang dapat dicairkan sewaktu-waktu, atau surat-surat berharga yang telah jatuh tempo yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan untuk memanfaatkan dananya yang menganggur. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya akan semakin baik, karena jumlah simpanan yang digunakan untuk membiayai sekuritasnya semakin besar. Jumlah Sekuritas Investing Policy Ratio = Jumlah Simpanan
60
c. Loan To Deposit Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu bank. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya akan semakin baik, karena jumlah simpanan yang digunakan untuk membiayai kreditnya semakin besar. Jumlah Kredit Yang Diberikan Loan To Deposit Ratio = Jumlah Simpanan d. Assets To Loan Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu bank. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya akan semakin kecil, karena jumlah aktiva secara keseluruhan yang digunakan untuk membiayai kreditnya semakin besar. Jumlah Aktiva Keseluruhan Assets To Loan Ratio = Jumlah Kredit Yang Diberikan 2. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio). Merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur sejauh mana perusahaan (bank) dibiayai oleh pihak luar atau dengan kata lain menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan (bank), salah satunya adalah: Deposit Risk Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan suatu bank dalam memenuhi seluruh kewajiban finansiilnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat solvabilitasnya akan semakin baik, karena jumlah ekuitas (utang) secara keseluruhan yang digunakan untuk membiayai simpanannya semakin besar (actual solvency).
61
Jumlah Ekuitas Deposit Risk Ratio = Jumlah Simpanan 3. Rasio-Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratios). Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan perusahaan (bank) dalam memperoleh laba. Rasio ini sangat berkaitan dengan harga saham, diantaranya adalah: a. Return On Investment (ROI) Ratio, atau dikenal juga sebagai Return On Assets (ROA) Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba dari penggunaan aktivanya. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat profitabilitasnya akan semakin baik, karena laba bersih (setelah pajak) yang diterima dan digunakan untuk membiayai jumlah aktiva semakin besar. Laba Setelah Pajak Return On Investment Ratio = Jumlah Aktiva Keseluruhan b. Debt Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi suatu bank. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat risiko yang akan dihadapi akan semakin besar, karena penggunaan utang untuk membiayai jumlah aktiva semakin besar. Jumlah Kewajiban Keseluruhan Debt Ratio = Jumlah Aktiva Keseluruhan c. Leverage Multiplier Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen bank dalam mengelola penggunaan asetnya. Semakin
62
tinggi rasio ini maka pengelolaan penggunaan aktiva semakin baik, karena penggunaan ekuitas (utang) untuk membiayai jumlah aktiva semakin efektif. Jumlah Aktiva Keseluruhan Leverage Multiplier Ratio = Jumlah Ekuitas
2.5. Pengukuran Risiko Dan Imbal Hasil Saham Dalam aktifitas investasi, baik investasi pada financial assets seperti saham dan obligasi, maupun real assets seperti tanah dan bangunan, pada umumnya mengandung dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu risiko (risk) dan tingkat imbal hasil (return). Bilamana suatu investasi memiliki risiko, berarti bahwa investasi tersebut tidak dapat memberikan keuntungan yang pasti. Dalam keadaan ini, pemodal (investor) hanya akan mengharapkan untuk dapat memperoleh suatu tingkat imbal hasil tertentu. Imbal hasil (return) merupakan sejumlah hasil yang dapat diperoleh dari suatu aktifitas investasi yang dilakukan. Imbal hasil dapat berupa: 1. Imbal Hasil Realisasi (Realized Return). Merupakan imbal hasil yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis, sebagai salah satu faktor penting yang digunakan dalam pengukuran kinerja dari suatu bank, dan digunakan sebagai dasar penentuan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return), serta risiko yang akan dihadapi pada masa datang. Rumusan yang digunakan dalam memperoleh tingkat imbal hasil realisasi ini, adalah:
63
Pi − Pi − 1 / Pi − 1
ri =
n
atau CRi
ri =
T
Dimana; ri
= Tingkat imbal hasil (return) realisasi pada saham i.
Pi
= Harga penutupan (closing price) pada hari ke i.
Pi-1 = Harga penutupan (closing price) pada hari ke i-1. T
= Jumlah hari kumulatif.
2. Imbal Hasil Yang Diharapkan (Expected Return). Merupakan imbal hasil yang belum pasti terjadi tetapi diharapkan akan dapat terjadi dan mampu diperoleh oleh pemodal (investor) pada masa yang akan datang. Rumusan yang digunakan dalam memperoleh tingkat imbal hasil yang diharapkan ini, adalah: CRi = Dimana;
T Σ
Pi – Pi –1
i=1
Ri = 1
CRi
= Tingkat imbal hasil (return) yang diharapkan pada saham i.
Pi
= Harga penutupan (closing price) pada hari ke i.
Pi-1
= Harga penutupan (closing price) pada hari ke i-1.
T
= Jumlah hari.
64
3. Risiko (Risk). Merupakan penyimpangan (deviasi) antara tingkat imbal hasil yang diperoleh terhadap imbal hasil yang diharapkan. Oleh karenanya, dimensi risiko terbagi menjadi dua, yaitu menyimpang lebih kecil atau menyimpang lebih besar. Risiko merupakan variabilitas tingkat imbal hasil realisasi terhadap tingkat imbal hasil yang diharapkan. Risiko diujudkan dalam bentuk standard deviasi (ukuran penyebaran) yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan tingkat imbal hasil yang akan diperoleh menyimpang terhadap tingkat imbal hasil yang diharapkan. Rumusan untuk standard deviasi, adalah: n √ Σ (Xi − X)2 SD =
i=1
n-1 Dimana; SD
= Standard deviasi.
Xi
= Nilai ke i.
X
= Nilai rata-rata.
n
= Jumlah observasi.
Notasi untuk standard deviasi, adalah σ. Sedangkan risiko dari imbal hasil yang diharapkan dapat diukur dengan menggunakan varian yang merupakan kuadrat dari standard deviasi, dengan rumusan sebagai berikut:
65
Var (Ri) = E (Ri2) – [E (Ri)]2 Notasi untuk varian, adalah σ2.
2.6. Perhitungan Statistik Dalam melakukan perhitungan statistik, penulis menggunakan dua metode statistik untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan dan pengaruh antara variabel-variabel bebas (independent variables) yang dinotasikan dengan variabel X sebagai predictor variables terhadap variabel terikat (dependent variable) yang dinotasikan dengan variabel Y sebagai hasil estimasi. Metode-metode statistik yang akan digunakan, adalah: 1. Korelasi Linier Sederhana (Simple Linear Correlation). Korelasi digunakan untuk menunjukkan adanya atau tidak adanya hubungan antara suatu variabel (variabel X) dengan variabel lainnya (variabel Y). Jika kedua variabel dapat bergerak secara bersamaan, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut berkorelasi. Kecenderungan besarnya pengaruh korelasi antara dua variabel dapat dilihat melalui koefisien korelasinya yang dinotasikan dengan r, dimana: a. r = 0, menunjukkan tidak adanya hubungan korelasi antara dua variabel, atau dengan kata lain tidak adanya hubungan linier antara dua variabel acak tersebut. b. r = 1, menunjukkan adanya hubungan korelasi linier positif (+) sempurna antara dua variabel, dimana jika terjadi peningkatan pada variabel X akan berpengaruh terhadap peningkatan pada variabel Y, atau jika terjadi
66
penurunan pada variabel X akan berpengaruh terhadap penurunan pada variabel Y. c. r = −1, menunjukkan adanya hubungan korelasi linier negatif (-) sempurna antara dua variabel, dimana jika terjadi peningkatan pada variabel X akan berpengaruh terhadap penurunan pada variabel Y, atau jika terjadi penurunan pada variabel X akan berpengaruh terhadap peningkatan pada variabel Y. Dengan menggunakan data cardinal yang merupakan sekumpulan data-data yang dinyatakan dalam ukuran kuantitatif serta koefisien korelasi Pearson (Pearson product-moment correlation coefficient), maka rumusan koefisien korelasi yang digunakan, adalah: n ΣXY − ΣX ΣY r =
√ {[n ΣX2 − (ΣX)2] [n ΣY2 − (ΣY)2]}
Untuk mengetahui adanya atau tidak adanya hubungan antara suatu variabel (variabel X) dengan variabel lainnya (variabel Y), dapat dilakukan melalui pengujian hipothesis (hypothesis testing), yaitu: H0: ρ = 0 (Tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y). H1: ρ ≠ 0 (Ada hubungan antara variabel X dan variabel Y). Rumusan statistik uji (test statistic) yang digunakan adalah sebagai berikut: r t(n − 2) =
√ (1 − r2) / (n − 2)
Hasil dari statistik uji ini kemudian dibandingkan dengan t(α/2, n−2) dengan nilai yang dapat dilihat pada tabel distribusi t.
67
2. Regresi (Regression). Regresi digunakan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dengan suatu variabel apabila variabel lainnya berubah, dengan asumsi hubungan antara kedua variabel tersebut adalah garis lurus. Model regresi linier sederhana mencakup dua parameter, yaitu intercept parameter yang dinotasikan dengan β0, dan slope parameter yang dinotasikan dengan β1. Rumusan regresi linier sederhana, adalah: Y = β 0 + β 1X + ε Dimana; Y
= Variabel terikat (dependent variable).
β0
= Konstanta (intercept parameter).
β1X = Slope variabel bebas (independent variable). ε
= Standard Error.
Dengan interval keyakinan (confidence interval) yang akan digunakan adalah t(α/2, n−2), dan nilai yang dapat dilihat pada tabel distribusi t. Untuk mengetahui adanya atau tidak adanya hubungan linier antara suatu variabel (variabel X) dengan variabel lainnya (variabel Y) dapat dilakukan melalui pengujian hipothesis (hypothesis testing) yang merupakan pengujian dua arah (two-tailed test), yaitu: H0: β1 = 0 (Tidak ada hubungan linier antara variabel X dan variabel Y). H1: β1 ≠ 0 (Ada hubungan linier antara variabel X dan variabel Y). Rumusan statistik uji (test statistic) yang digunakan adalah sebagai berikut:
68
b1 t(n − 2) =
s (b1)
Dimana; t(n − 2)
= Distribusi t dengan derajat bebas (degree of freedom) adalah n − 2.
b1
= Penduga parameter.
s (b1)
= Standard error dari penduga parameter.
Bilamana pengujian hipothesis dilakukan untuk melihat adanya atau tidak adanya hubungan dan pengaruh antara beberapa variabel-variabel bebas sebagai predictor variables (variabel X) dengan variabel terikat sebagai hasil estimasi (variabel Y), maka tekhnik regresi yang dilakukan merupakan regresi berganda (multiple regression), dengan rumusan sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + … + βiXi + ε Dimana; Y
= Variabel terikat (dependent variable).
β0
= Konstanta (intercept parameter).
βiXi = Slope variabel bebas (independent variables) ke i. ε
= Standard Error.
Mengingat adanya lebih dari satu slope variabel bebas, maka pengujian statistik (statistic test) yang digunakan adalah F test dengan jumlah derajat bebas adalah n − 1, dan derajat bebas untuk error adalah n − (k + 1). Sedangkan pengujian hipothesis (hypothesis testing) yang digunakan adalah sebagai berikut:
69
H0: β1 = β2 = β3 = … = βi = 0 (Tidak ada hubungan antara variabel-variabel X dan variabel Y). H1: βi ≠ 0 (Ada hubungan antara sedikitnya satu variabel X dengan variabel Y). Untuk melihat besarnya pengaruh explanatory power masing-masing variabel Xi (variabel bebas) terhadap variabel Y (hasil estimasi) dapat dilakukan pengujian signifikansi parameter slope regresi individu (test of the significance of individual regression slope parameters) βi, dengan rumusan: bi − 0 t[ n − (k + 1) ] =
s (bi)
Dimana; t[ n − (k + 1) ] = Distribusi t dengan derajat bebas adalah n − (k + 1). bi
= Penduga parameter ke i.
s (bi)
= Standard error dari penduga parameter ke i.
70