BAB II LANDASAN TEORI
Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan pengaruh informasi analisis eksperimen di situs web destinasi terhadap sikap wisatawan mahasiswa serta manfaatnya bagi pengembangan pemasaran wisata alam di Indonesia, didasarkan pada beberapa fondasi dasar teori yaitu :perilaku konsumen, wisata alam, informasi web, sikap wisatawan remaja,dan Elaboration Likelihood Model (ELM) sebagai berikut :
2.1.
Perilaku Konsumen Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang yang dengan
berbagaialasanberhasrat untuk mempengaruhi atau mengubah perilaku tersebut, termasuk orangyang kepentingan utamanya adalah pemasaran.Tidak mengherankan jika studi tentangperilaku konsumen ini memiliki akar utama dalam bidang ekonomi dan terlebih lagidalam pemasaran. Dengan demikian, perilaku konsumen menurut Schiffman, Kanuk (2004) adalah sebagai berikut : Perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Bidang perilaku konsumen berakar pada strategi pemasaran yang berkembang pada akhir tahun 1950-an, ketika sejumlah pemasar mulai menyadari bahwa mereka akan dapat menjual lebihbanyak barang dengan lebih mudah, jika mereka hanya memproduksi barang-barang yang telah mereka kenali akan dibeli oleh para konsumen. Sebagai ganti dari usaha membujuk konsumen untuk membeli apa yang sudah diproduksinya, perusahaan yang berorientasi kepada pemasaran menemukan bahwa akan jauh lebih mudah memproduksi hanya produk-produk yang telah mereka pastikan terlebih dulu melalui riset, bahwa produk tersebut dibutuhkan konsumen. Kebutuhan dan keinginan para konsumen menjadi fokus perusahaan yang utama. Asumsi pokok yang mendasari konsep pemasaran adalah bahwa untuk sukses, perusahaan harus menentukan kebutuhan dan keinginan berbagai target pasar tertentu dan memberikan kepuasan yang iinginkan lebih baik daripada pesaing. 2.1.2 Penelitian Terdahulu
Peneliti
Nasir dan Kirain
Tahun
2011
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Sikap Pada Iklan dan Hasil dari penelitian kemampuan iklan Informasi Web
untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk sering tergantung pada sikap konsumen dengan adanya iklan-iklan yang
diminati,
dievaluasi
secara
menguntungkandapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap produk.
Till
& 2005
Sikap Pada Merek
Baack
Hasil dari penelitian pola umum dari risetriset terdahulu memperlihatkan bahwa konsistensi positif
penempatan
pada
mengkreasikan
suatu sikap
stimuli
yang
merek
dapat
konsumen
pada
merek tersebut. Sikap positif konsumen akan
menjadi
asset
berharga
perusahaan karena sikap positif
bagi yang
sangat mendalam membantu konsumen melupakan
berbagai
kesalahan
yang
mungkin saja dilakukan oleh merek secara tidak sengaja. Hasil dari penelitian sesuatu yang Till
dan 2000
Intensi
Pembelian berhubungan dengan rencana konsumen
Busler
atau Berkunjung untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa niat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produkdengan merektertentu. Intensi merupakan unit dasar dalam jaringan rencana yang akan muncul ketika individu melakukan aktivitas kognitif yang berorientasi ke masa
depan, seperti perencanaan, beranganangan, perenungan, simulasi mental. Intensi dibuat berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan.
Tanuja et 2006
SikapPada
Hasil
dari
penelitian
refleksi
intensi
al
Ekowisata
perilaku pada aktifitas lingkungan, hal ini
danAoyag
dihasilkan dari komitmen ekoturis pada
i et al
lingkungan beserta level dari sikapnya terhadap ekowisata. Sikap ekoturis terbagi atas
hard
dan
soft
ecotourist
yang
menggambarkanpartisipasinya danketerlibatannya
terhadap
konservasi
dan advokasi. Struktur konsep ekoturis ini dapat berguna bagi evaluasi komitmen terhadap
keberlanjutan
demikian
juga
dengan pengembangan pemasaran dan kebijakan publik
Petty dan
1995
Elaboration
Hasil dari penelitian rute sentral berkaitan
Likelihood Model
dengan perubahan sikap ketika motivasi
Cacioppo atau kemampuan konsumen untuk menilai dan Engel obyek sikap tinggi;yaitu, perubahan sikap et al terjadi karena konsumen secara aktif
mencari
informasi
yang
berhubungan
dengan obyek sikap itu sendiri. Sedangkan rute peripheral berkaitan dengan merek yang didasarkan pada relatif luas dan usaha penuh pemrosesan informasi kegiatan, yang
bertujuan
untuk
meneliti
dan
mengungkap manfaat utama dari masalah atau advokasi.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Sumber : Penulis
2.2. Pariwisata Pariwisata adalah : Perpindahan sementara wisatawan menuju suatu destinasi diluar rumah dan tempat kerja kesehariaannya, mencakup berbagai aktifitas yang dilakukannya selama kunjungan dan berbagai fasilitas yang dikreasikan untuk menyediakan kebutuhan dari wisatawan tersebut. Definisi-definisi dan pendekatan lainnya yang digunakan untuk melihat berbagai konsep dan ciri yang relevan dari pariwisata yaitu : Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan, yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan pergerakan penduduk asing didalam atau diluar suatu negara, kota atau wilayah.. Industri pariwisata adalah : Beberapa komponen yang bersama-sama membentuk apa yang disebut pariwisata. Pariwisata sebagai sebuah sistem yang terdiri dari empat
bagian utama (parts) yaitu :1) pasar (market), 2) perjalanan (travel), 3) tujuan wisata (destination), dan 4) pemasaran (marketing). Mill and Morrison dalam Cooper et al (1994) mengidentifikasikan dinamika, statis dan konsekuensi akibat dari elemenelemen sistem wisata.Elemen dinamis adalah permintaan/demand dari keseluruhan tipe pariwisata.Elemen statis adalah karakteristik destinasi (termasuk politik, lingkungan, pengaruh ekonomi) dan wisatawan (termasuk karakteristik sosioekonomi, tipe aktivitas dan karakteristik lama tinggal) yang berkombinasi menjadi dasar dari suatu destinasi, tekanan kepada destinasi (terkait lama tinggal, tipe aktifitas dan level aktifitas) serta carrying capacity.Sebagai dampak dari pariwisata adalah elemen konsekuensi dari sistem pariwisata yang merujuk pada dampak fisik, sosial dan ekonomi yang harus dikendalikan oleh manajemen.
MARKET
The travel purchase
MARKETING
TRAVEL The shape of travel demand
Reaching the Marketplace
DESTINATION
The selling of travel
Gambar 2.1 Elemen-elemen sistem pariwisata
2.3. Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata berelasi sangat kuat dengan lingkungan.Banyak obyek wisata menjadikan lingkungan sebagai atraksi utamanya, namun dalam membangun fasilitas pariwisata dan menggunakan wilayah pariwisata tersebut seringkali menimbulkan dampak lingkungan.Oleh karena itu pariwisata hendaknya menerapkan strategi keberlanjutan, mengutamakan perpektif ekosistem, dan haruslah mempertimbangkan elemen-elemenekosistem.Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya dimana manusia adalah bagian integral dari ekosistem tempat hidupnya (Supardi I. 2003).Ekosistem adalah suatu komunitas tumbuhan, hewan dan mikroorganisme beserta lingkungan non-hayati yang dinamis dan kompleks, serta saling berinteraksi sebagai suatu unit yang fungsional (MA. 2004). Dengan demikian pembangunan dan pengembangan pariwisata menerapkan konsep berkelanjutan atau melakukan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) untuk dapat melestarikan lingkungannya, karena pembangunan berkelanjutan telah menjadi konsep utama pada setiap kebijakan lingkungan (Ekins & Simon. 2000).Pembangunan berkelanjutan adalah suatu langkah multidimensional untuk mendapatkan kehidupan masyarakat yang berkualitas.Pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan proteksi lingkungan merupakan komponen saling tergantung dan saling memperkuat pembangunan berkelanjutan (UN dalam Bond et.al. 2002). Prinsip-prinsip dasar keberlanjutan yaitu : 1) Ide perencanaan holistik dan strategi, 2) Pentingnya preservasi proses ekologi yang esensial, 3) Kebutuhan proteksi pada manusia dan keanekaragaman hayati, 4) Kebutuhan pengembangan produktifitas jangka panjang berkelanjutan bagi generasi mendatang, 5) Bertujuan
mencapai keseimbangan keadilan bagi semuanya (Bramwell & Lane dalam Dowling & Fennell. 2003).
2.4. Wisata Alam sebagai Ekowisata Perkembangan di abad ke-21 ini menunjukan pariwisata telah menjadi industri terbesar di dunia, dan faktor lingkungan telah menjadi bagian inti dari pembangunan pariwisata tersebut.Tingkat keuntungan dari industri pariwisata itu tergantung kepada kemampuannya melestarikan daya tarik destinasi wisata. Aktifitas wisata ini dapat disebut dalam berbagai terminologi dan istilah: ecotourism, nature tourism, green tourism, low-impact tourism, adventure travel, alternative tourism, environmental preservation, symbiotic development, responsible tourism, soft tourism, appropriate tourism, quality tourism, new tourism, sustainable development, sustainable tourism. Namun dari semua terminologi yang serupa tersebut, istilah ekowisata (ecotourism) dan keberlanjutan (sustainability) adalah yang paling sering digunakan (Mc.Intosh et.al. 1995). Penggunaan kata ecotourism tersebut juga terkait dengan adanya kecenderungan bila menjual produk berwawasan hijau dengan cara mengimbuhkan
kata
“eco”
akan
meningkatkan
perhatian
konsumen
dan
meningkatkan penjualan, sehingga dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang iklan di bidang perjalanan wisata yang menyajikan ecotour, ecotravel, ecovacation, ecological sensitive adventures, eco(ad)ventures, ecosafari, ecoexpedition, dan tentunya ecotourism.
Namun perlu diperhatikan bahwa produk ‘hijau’ wisata
ekologi (ecotourism) yang merupakan kecenderungan dunia tersebut, jangan hanya menjadi ‘slogan’ promosi saja, tanpa dipenuhinya berbagai prinsip atau syarat pengembangan secara bertanggung jawab. (Agenda 21 Pariwisata, 2000). Ekowisata didefinisikan dalam berbagai pendekatan sebagai berikut :
Ekowisata adalah suatu sistem holistik dari pengelolaan sumberdaya alam yang ditujukan untuk pariwisata berkelanjutan, dengan prinsip konservasi lebih diutamakan, selanjutnya barulah keuntungan ekonomi serta kenyamanan bagi manusia (antroposentris) (Sofield & Li. 2003). Ekowisata adalah pariwisata berkelanjutan berwawasan ekologis dengan fokus utama terhadap pengalaman pada area alami yang memperhatikan lingkungan, budaya dan konservasi (The Ecotourism Association of Australia dalam Zeppel. 2003). Ekowisata adalah perjalanan dan kunjungan yang bertanggung jawab menuju area alami, dalam rangka menikmati dan apresiasi pada alam, mendukung konservasi, mengurangi dampak negatif dari kunjungan tersebut, serta menyediakan manfaat sosio-ekonomi bagi masyarakat setempat (IUCN dalam Wood. 2002). Kriteria utama dalam mengevaluasi ekowisata adalah keberlanjutan lingkungan (Leung & Farrell. 2002), dan ekowisata adalah sub komponen dari pariwisata berkelanjutan. Seperti pada gambar 4 ekowisata ditempatkan dalam proses pembangunan berkelanjutan bidang pariwisata. Ekowisata utamanya adalah versi berkelanjutan dari wisata alam, termasuk juga elemen-elemen wisata budaya dan desa wisata (Wood. 2002).
Beach Tourism
Nature Tourism
Sustainable Tourism
Rural Tourism
Ecotourism
Unsustainable Forms of Tourism
Business Travel
Cultural Tourism
Gambar 2.2 Ekowisata sebagai suatu konsep pembangunan berkelanjutan
Terkait dengan gambar tersebut, pariwisata alam dalam PeraturanPemerintah RI No18Tahun1994, pasal 1 ayat 1, 2, dan 3, yang menyebutkan tentang maksud dari pariwisata alam adalah : 1) Pengusahaan pariwisata alam adalah suatu kegiatan untuk menyelenggarakan usaha sarana pariwisata di zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, atau taman wisata alam, berdasarkan rencana pengelolaan. 2) Pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. 3)
Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukansecara sukarela serta bersifat sementara menikmati gejala keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Wisata Alam sebagai Ekowisata menunjang prinsip-prinsip keberlanjutan dan
memberikan kontribusi untuk menyatukan tujuan sosial, ekonomi serta lingkungan. Prinsip-prinsip ekowisata (Wood. 2002) 1.
Meminimalisasi dampak negatif pada alam dan budaya yang dapat merusak suatu destinasi.
2.
Mengedukasi pengunjung tentang pentingnya konservasi
3.
Mengutamakan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab, yang bekerja bersama dengan otoritas dan masyarakat lokal, untuk memberikan apa yang dibutuhkan mereka dan mendatangkan manfaat konservasi.
4.
Keuntungan langsung pada konservasi serta pada pengelolaan alam dan kawasan lindung
5.
Menekankan pentingnya zoning pada wilayah pariwisata dan perencanaan pengelolaan pengunjung yang di desain bagi wilayah alami agar menjadi ekodestinasi.
6.
Menekankan penggunaan basis pendidikan lingkungan dan sosial, program monitoring jangka panjang, untuk mengukur dan meminimalisasi dampak.
7.
Berusaha memaksimalisasi manfaat ekonomi bagi daerah setempat, bisnis lokal dan komunitas, terutama bagi masyarakat lokal dan masyakarat sekitar wilayah alami dan diproteksi.
8.
Memastikan pembangunan pariwisata tidak melebihi batas-batas penerimaan sosial dan lingkungan yang ditetapkan oleh para ahli yang bekerjasama dengan penduduk lokal.
9.
Pembangunan infrastruktur yang harmonis dengan lingkungan, meminimalisasi penggunaan bahan bakar fosil, mengkonservasi tumbuhan lokal dan satwa liar, serta bersatu dengan lingkungan alam dan budaya.
2.5. Informasi Audiens sasaran mungkin tahu mengenai perusahaan atau produk, tetapi tidak mengetahui lebih banyak dari itu. Untuk itulah tugas komunikatorlah untuk membangun pengetahuan melalui sejumlah informasi mengenai produk yang ditawarkan sebagai sasaran utama komunikasi (Kotler, 2005). Informasi merupakan
”the amount of information about the brand from advertising, sales persons, word-ofmouth referrals, and any other sources” (sejumlah informasi tentang merek yang berasal dari iklan, wiraniaga, iklan dari mulut ke mulut, dan berbagai sumber). Setelah
merumuskan
tanggapan
yang
diinginkan,
komunikator
mengembangkan pesan yang efektif. Idealnya pesan tersebut seharusnya mendapat perhatian ( attention ), menarik minat ( interest), membangkitkan keinginan ( desire ) dan menyebabkan tindakan ( action ). Akan tetapi dalam praktiknya hanya sedikit pesan yang mampu membawa konsumen melewati semua tahap mulai dari kesadaran hingga pembelian, hanya saja kerangka kerja tersebut diatas memperlihatkan mutu yang diinginkan dari setiap komunikasi (Kotler, 2005 ). Menurut Kotler (2004) perumusan pesan memerlukan pemecahan empat masalah : 1. Isi Pesan Dalam menentukan isi pesan yang perlu diperhatikan adalah daya tarik, tema, gagasan atau usulan penjualan yang unik. Ada tiga jenis daya tarik, pertama daya tarik rasional membangkitkan minat pribadi, artinya bahwa daya tarik rasional menyatakan bahwa produk itu akan menghasilkan manfaat tertentu. Kedua adalah daya tarik emosional, yang berupaya membangkitkan emosi positif atau negatif yang akan memotivasi pembelian antara lain daya tarik rasa takut, rasa bersalah, dan rasa malu yang mendorong orang untuk berbauat hal yang harus mereka lakukan atau berhenti melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan. Ketiga, daya tarik moral, diarahkan pada perasaan pendengar tentang apa yang benar dan pantas. Daya tarik ini sering digunakan untuk tujuan-tujuan sosial. 2. Struktur Pesan
Efektivitas pesan tergantung pada struktur dan isinya. Dalam hal ini komunikator harus memutuskan tiga hal. Pertama adalah apakah harus menarik suatu konklusi yang pasti atau membiarkannya terserah pada audiens. Kedua, apakah harus menyajikan suatu argumen bersisi satu atau bersisi dua. Yang ketiga adalah apakah harus menyajikan suatu argumen yang paling kuat pada awal-mula atau terakhir kalinya. 3. Format Pesan Komunikator harus menggunakan suatu format yang kuat untuk pesan. Agar menarik perhatian, pengiklan menggunakan beraneka ragam sarana seperti : menampilkan sesuatu yang baru dan kontras, headline dan gambar yang menawan, format yang khas, posisi dan ukuran pesan, dan warna serta bentuk gerakan. 4. Sumber Pesan Pesan yang disampaikan sumber yang menarik atau terkenal akan memperoleh perhatian dan daya ingat yang lebih tinggi. Itulah sebabnya pemasang iklan sering menggunakan selebriti sebagai juru bicara. Selebriti kemungkinan akan efektif apabila mereka melambangkan ciri utama produk dan yang terpenting adalah kredibilitas juru bicara tersebut. Ada tiga faktor yang melandasi kredibilitas sumber, yaitu keahlian, kelayakan dipercayai dan kemampuan disukai. Menurut O’Brien yang diterjemahkan oleh Fitriasari dan Kwary (2006, p38), informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi para pemakai akhir tertentu. Pemrosesan informasi meliputi: bentuk yang
agregat, telah dimanipulasi, atau diatur, isinya dianalisis dan dievaluasi, dan ditempatkan dalam konteks yang tepat untuk pemakainya. Selain itu, ringkasan atribut dan kualitas informasi, yakni: a. Dimensi Waktu •
Ketepatan waktu informasi harus tersedia ketika dibutuhkan.
•
Kekinian informasi harus selalu baru ketika disediakan.
•
Frekuensi informasi harus tersedia sesering yang dibutuhkan.
•
Periode Waktu Informasi harus tersedia untuk periode waktu lampau, sekarang dan masa depan.
b. Dimensi Isi •
Keakuratan informasi harus bebas dari kesalahan.
•
Relevansi informasi harus berhubungan dengan kebutuhan informasi dari penerima tertentu untuk situasi tertentu.
•
Kelengkapan semua informasi yang dibutuhkan harus tersedia.
•
Keringkasan hanya informasi yang dibutuhkan yang disediakan.
•
Cakupan informasi dapat memiliki cakupan yang sempit dan luas, atau untuk fokus internal dan eksternal.
•
Kinerja informasi dapat menunjukkan kinerja dengan mengukur aktivitas yang diselesaikan, kemajuan yang dicapai, atau sumber daya yang diakumulasi.
c. Dimensi Bentuk •
Kejelasan informasi harus tersedia dalam bentuk yang mudah dipahami.
•
Rinci informasi dapat disediakan dalam bentuk rinci dan ringkasan.
•
Urutan informasi dapat disusun dalam urutan yang telah ditentukan.
•
Presentasi informasi dapat disajikan dalam bentuk narasi, numerik, grafik, atau bentuk lainnya.
•
Media informasi dapat disediakan dalam bentuk dokumen tercetak, tampilan video, atau media lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah hasil dari pengolahan data
menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pengguna informasi di mana informasi yang disediakan harus memenuhi tiga dimensi kualitas informasi yakni: dimensi waktu, dimensi isi dan dimensi bentuk.
2.6.
Konsep Sikap Setiap orang pernah membicarakan tentang sikap mereka terhadap sesuatu
dalam kehidupannya.Mereka menyatakan suka atau tidak suka terhadap sesuatu, termasuk produk atau jasa yang mereka jumpai dalam kehidupan mereka sebagai konsumen.Definisi-definisi tentang sikap banyak diberikan oleh berbagai penulis dengan pendekatan yang berbeda.Menurut seorang ahli psikologi, sikap adalah kajian psikologi.Dikatakan
bahwa
sikap
adalah
pola
perasaan,
keyakinan,
dan
kecenderungan perilaku terhadap orang, ide, atau obyek yang tetap dalam jangka waktu yang lama (Lefton, 1982). Schiffman dan Kanuk (2000) mengatakan bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari dalam merespons secara konsisten sesuatu obyek, dalam bentuk suka atau tidak suka (attitude is a learned predisposition to respond in a consistenly favorable or unfavorable manner with respect to a given object). 2.6.1 Sumber Pengaruh terhadap Pembentukan Sikap
Sumber-sumber utama yang mempengaruhi pembentukan sikap konsumen adalah : o
Pengalaman Pengalaman langsung oleh konsumen dalam mencoba dan mengevaluasi
produk dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk tersebut. o
kepribadian Keluarga, menurut Kindra dkk (1994), adalah faktor penting dalam
pembentukan kepribadian dan selanjutnya pembentukan sikap seseorang.Dalam keluarga itulah, seseorang membentuk nilai-nilai dasar dan keyakinannya.Selain keluarga, kontak dengan teman dan orang-orang lain disekitarnya, terutama orangorang yang dikagumi, juga berpengaruhdalam pembentukan kepribadian dan sikap seseorang.Karenanyapemasar memilih orang yang terkenal atau yang dikagumi segmen sasarannya untuk mengubah sikap atau meyakinkan mereka agar tetap bersikap positif terhadap produknya. o
Informasi dari Media Massa Pengaruh mediamassa tidak boleh dianggap remeh. Perusahaan menggunakan
berbagai macam media massa secara efektif untuk mempengaruhi sikap audiens yang merupakan konsumen atau calon konsumen perusahaan itu. Sikap dapat terbentuk dari jenis media massa yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi tentang produk. Penelitian tentang Sikap Pendekatan-pendekatan yang lazim digunakan ialah:
•
Observations dan inference(observasi dan menarik kesimpulan). Pengukuran
ini bersifat tidak langsung.Apa yang dapat diobservasi adalah perilaku bukan sikap. Kesimpulan tentang sikap seseorang terhadap suatu obyek disimpulkan dari perilakunya.. •
Self Report Attitude Scales (skala sikap yang dilaporkan sendiri oleh
konsumen). Ada cara yang sering digunakan sebagai berikut : o
Semantic Differential Scales :
Misalnya : Baik------------- Buruk 7
2.7.
6
5
4
2
0
InformasiInternet, Intranet, dan Ekstranet Informasi dapat berupa data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna
dan lebih berarti bagi yang menerimanya.Sumber dari informasi adalah data.Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.Kejadian-kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu. Kualitas Informasi Kualitas dari suatu informasi tergantung dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timeliness) dan relevan (relevance). a. Akurat Akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan.Akurat
juga
berarti
informasi
harus
jelas
mencerminkan
maksudnya.Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut. b. Tepat pada waktunya Tepat pada waktunya berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan. c. Relevan Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.Relevasi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.
2.8. Sikap Konsumen
Sikap seseorang sering dinyatakan oleh rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu, termasuk produk atau jasa yang mereka jumpai dalam kehidupan mereka sebagai konsumen. Pemasar sangat berkepentingan pada sikap konsumen terhadap produknya, karena sikap yang positif akan menghasilkan pembelian, bukan saja dari konsumen yang bersangkutan tetapi rekomendasi kepada teman-teman maupun keluarganya juga akan membuahkan pembelian yang menguntungkan pemasar, sebaliknya sikap negatif terhadap produk akan menghasilkan penolakan, dan sikap
yang demikian ini akan diteruskan untuk mempengaruhi orang lain. Maka dari itu pemasar harus mempedulikan sikap konsumen dimana sikap yang positif tetap positif atau bertambah positif, sikap yang negatif diupayakan diubah menjadi positif.(Engel et al. 1994). Menurut Schiffman dan Kanuk (2004), sikap adalah predisposisi yang dipelajari dalam merespons secara konsisten sesuatu objek dalam bentuk suka atau tidak suka. Konsep-konsep sikap sebagai berikut: •
Objek Objek disini mempunyai arti yang sangat luas seperti: issues (masalah, pokok persoalan), tindakan, perilaku, cara kerja, orang atau peristiwa. Objek dapat diartikan sebagai kategori produk, brand (merek), service (jasa), iklan, harga, penyalur, dan sebagainya.
•
Sikap adalah Suatu Predisposisi yang Dipelajari (Learned Predisposition) Predisposisi
disebut
juga
kecenderungan
umum.Dalam
sikap,
ada
kecenderungan umum yang dipelajari atau dibentuk dan karena itu sikap memiliki kualitas motivasional yang dapat mendorong konsumen kepada suatu perilaku tertentu. Dalam terapan pemasaran, sikap yang relevan terhadap perilaku beli terbentuk dari pengalaman langsung menggunakan produk, dari informasi yang diperoleh dari orang lain atau dari media massa. •
Sikap itu Konsisten Secara
relatif,
sikap
selalu
konsisten
dengan
perilaku
yang
diperlihatkannya.Sikap itu juga resisten terhadap perubahan, dimana sekali sikap itu terbentuk maka tak mudah untuk mengubahnya.Namun walaupun resisten terhadap perubahan, sikap bisa berubah namun sulit. •
Sikap Terjadi dalam Suatu Situasi
Situasi adalah peristiwa atau keadaan pada saat pengamatan.Situasi mempengaruhi hubungan antara sikap dan perilaku. •
Sikap itu Terarah, dan Mempunyai Intensitas Tertentu Dikatakan terarah karena sikap menyebabkan orang mempunyai pandangan negatif atau positif terhadap objek sikap.Seberapa besar keetidaksukaannya atau kesukaannya terhadap objek sikap dinyatakan oleh intensitas sikap itu. Konsep-konsep sikap bisa digambarkan dalam gambar berikut :
Obyek
Intensitas sikap Situasi
Predisposisi yang dipelajari Gambar 2.3 Konsep – konsep Sikap
2.9.
Pembentukkan Sikap o Sikap Terhadap Iklan
Konsistensi
Kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk sering tergantung pada sikap konsumen dengan adanya iklan-iklan yang diminati atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap produk.Iklan yang tidak diminati dapat mengurangi niat beli produk oleh konsumen. o Sikap Terhadap Merek Pola umum dari riset-riset terdahulu memperlihatkan bahwa konsistensi penempatan stimuli yang positif pada suatu merek dapat mengkreasikan sikap konsumen pada merek tersebut (Gibson. 2008). Sikap positif konsumen akan menjadi asset berharga bagi perusahaan karena sikap positif yang sangat mendalam membantu konsumen melupakan berbagai kesalahan yang mungkin saja dilakukan oleh merek secara tidak sengaja (Ferinadewi. 2008). o Intensi Pembelian Intensi membeli adalah sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.Dapat dikatakan bahwa niat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yangmerefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu (Howard. 1994).
Intensi merupakan unit dasar dalam jaringan
rencana yang akan muncul ketika individu melakukan aktivitas kognitif yang berorientasi ke masa depan, seperti perencanaan, berangan-angan, perenungan, simulasi mental. Intensi dibuat berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan (Soderlund and Ohman. 2003). Merek dan stimuli lainnya akan menghasilkan sikap dan perilaku positif yang membawa seseorang untuk visit intention (Nicola. 2011). Selain itu, Purchase intention juga dipengaruhi oleh pada situs web yang berorientasi
pada konsumen dan persepsi konsumen pada situs web yang berkualitas dan personality (Poddar et al. 2009). o Sikap Pada Ekowisata Sikap pada isu-isu dan keprihatinan terhadap lingkungan adalah refleksi intensi perilaku pada aktifitas lingkungan, hal ini dihasilkan dari komitmen ekoturis pada lingkungan beserta level dari sikapnya terhadap ekowisata. Sikap ekoturis terbagi atas hard dan soft ecotourist yang menggambarkan partisipasinya dan keterlibatannya terhadap konservasi dan advokasi.Struktur konsep ekoturis ini dapat berguna bagi evaluasi komitmen terhadap keberlanjutan demikian juga dengan pengembangan pemasaran dan kebijakan public.(Tanuja et al. 2007).
2.10.
Pengecekan Manipulasi Eksperimen Jika subjek penelitian mempunyai pemahaman atau bahkan internalisasi
(penghayatan) yang memadai atas manipulasi, maka peneliti baru bisa berharap akan ketinggian efektivitas manipulasinya. Eksperimen yang menggunakan pendekatan simulasi perlu memastikan bahwa kondisi simulasi tersebut dirasakan atau dipersepsi oleh subjek sebagai kondisi alamiah keseharian mereka. Pengecekan manipulasi diperlukan untuk memastikan hal ini. Penggunaan
mahasiswa
sebagai
penyulih
eksekutif
bisnis
memang
menimbulkan keraguan di kalangan peneliti. Mahasiswa bisa menjadi subjek penelitian jika penelitian tersebut memang menyoroti tentang dunia kemahasiswaan atau ketika penelitian masih berada pada taraf studi awal (pilot study). Penelitian
Copeland, Francia, dan Strawser (1973) menyimpulkan bahwa “mahasiswa adalah penyulih yang kurang pas bagi kelompok individu lain jika penelitian berfokus pada sikap, bukan perilaku. Jadi, kapan mahasiswa dapat menjadi subjek pengganti pebisnis? Mahasiswa mestinya tidak diikutsertakan dalam sebuah eksperimen dimana pengalaman atau kepakaran atas suatu bidang dibutuhkan. Menurut Enis, Cox, dan Stafford (1980) Dalam penelitian tentang perilaku pelanggan, subjek mahasiswa berperilaku sama dengan ibu rumah tangga yang merupakan pelanggan sesungguhnya.Hal ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa penelitian dalam dunia psikologi lebih ditekankan pada aspek bagaimana manusia memproses informasi dan mengambil keputusan secara umum, hampir tidak ada masalah mahasiswa menggantikan individu dunia nyata didalam eksperimeneksperimen psikologis. Setidaknya tiga perbedaan antara subjek mahasiswa dengan praktisi, yaitu keterampilan, kepribadian, dan pengalaman.
2.11. Niat Beli Konsumen (Intention) Howard, Shay dan Green (1998) mendefinisikan niat beli sebagai ” the consumer’s intention to buy the product” (niat konsumen untuk membeli sebuah produk). Sementara Engel, Blackwell dan Miniard (1994) menggambarkan bahwa pembelian merupakan fungsi dari dua faktor, yaitu niat dan pengaruh dari lingkungan atau perbedaan individu. Niat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek. Niat beli juga merupakan minat pembelian ulang yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang (Assael, 1998). Beberapa pengertian dari intention adalah sebagai berikut:
1. Niat beli dianggap sebagai sebuah ‘perangkap’ atau perantara antara faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. 2. Niat beli juga mengindikasikan seberapa jauh seorang mempunyai kemauan untuk mencoba. 3. Niat beli menunjukkan pengukuran kehendak seseorang. 4. Niat beli berhubungan dengan perilaku yang terus menerus.
2.12. Model Perluasan Kemungkinan (The Elaboration Likelihood Model – ELM) Model perluasan kemungkinan (ELM) mengemukakan pandangan yang lebih global bahwa sikap konsumen di ubah dengan dua “cara persuasi” yang sangat berbeda cara tengah atau cara pinggir. Cara tengah sangat berkaitan dengan perubahan sikap ketika motivasi atau kemampuan konsumen untuk menilai obyek sikap tinggi; yaitu, perubahan sikap terjadi karena konsumen secara aktif mencari informasi yang berhubungan dengan obyek sikap itu sendiri. Jika konsumen ingin mengerahkan usaha untuk memahami, mempelajari, atau menilai informasi yang tersedia mengenai obyek sikap, pembelajaran dan perubahan sikap yang terjadi melalui cara tengah. Sebaliknya, jika motivasi atau keterampilan menilai konsumen rendah (keterlibatannya rendah), pembelajaran dan perubahan sikap cenderung terjadi
melalui cara pinggir tanpa konsumen memfokuskan pada informasi yang berhubungan dengan obyek sikap itu sendiri. Dalam hal ini, perubahan sikap sering merupakan hasil dari dorongan sekunder (seperti kupon potongan beberapa sen, contoh gratis, pemandangan latar belakang yang indah, kemasan yang bagus, atau dorongan dukungan selebriti). Riset terakhir menunjukkan bahwa bahkan dalam kondisi keterlibatan yang rendah (seperti keterbukaan terhadap sebagian besar iklan), di mana dorongan pokok maupun dorongansekunder pada mulanya sama kemampuannya mereka untuk menimbulkan sikap yang sama, maka dorongan pokoklah yang mempunyai “daya tahan” terbesar yaitu, bertahan lebih lama. Rute dual “pusat” dan “pinggiran” merujuk pada perubahan sikap yang didasarkan pada derajat yang berbeda elaborative pemrosesan informasi aktivitas. Rute pusat perubahan sikap adalah merek yang didasarkan pada relatif luas dan usaha penuh pemrosesan informasi kegiatan, yang bertujuan untuk meneliti dan mengungkap manfaat utama dari masalah atau advokasi. Rute pinggiran perubahan sikap didasarkan pada berbagai proses perubahan sikap yang biasanya memerlukan sedikit usaha kognitif. ELM Postulat (Petty dan Cacioppo, 1986) telah mengusulkan beberapa postulat yang menjadi landasan penelitian berikutnya dalam paradigma ini. Postulat ini meliputi banyak aspek dari proses persuasi, mulai dari tujuan, asumsi, dan konsekuensi dari persuasi. Misalnya, ELM mengasumsikan motif bawaan orang ketika memproses informasi adalah benar. Selain itu, kemungkinan elaborasi mempertahankan bahwa ada kontinum dalam elaborasi masyarakat tentang pesanpesan persuasif, yang ditentukan oleh motivasi, kemampuan, dan kesempatan pada saat pengolahan. Berlawanan dengan kesalahpahaman banyak, suatu prinsip ELM penting memegang adalah bahwa variabel tertentu dapat memainkan peran ganda dalam proses persuasi (seperti argumen persuasif, isyarat perifer, atau faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat atau arah masalah dan argumen elaborasi). Sebuah gagasan penting tentang pengoperasian proses persuasi adalah bahwa proses sentral dan perifer dapat terjadi dan bersama-sama mempengaruhi penilaian, sementara dampak relatif tergantung pada elaborasi kemungkinan. ELM juga menyatakan bahwa konsekuensi kekuatan bisa mandiri. Misalnya, ketekunan temporal dan sikap ketahanan untuk menyerang konsekuensi konseptual ortogonal. Perubahan sikap tersebut dapat diterangkan melalui teori Elaboration Likelihood Model(ELM) atau Model Kemungkinan Elaborasi yang dikemukakan oleh Petty dan Cacioppo. Menurut mereka sewaktu individu dihadapkan pada pesan persuasif (iklan), ia akan memikirkan pesan itu, memikirkan argumentasi apa yang terkandung didalamnya dan argumentasi apa yang tidak. Pemikiran-pemikiran inilah yang membawa kepada penerimaan atau penolakan pesan yang disampaikan, bukan pesan itu sendiri. Dengan kata lain, elaborasi adalah cara berfikir yang relevan dengan pesan (iklan) selama pemrosesan.
2.13. Kerangka Pemikiran 1.
Model konseptual penelitian Destinasi Ekowisata Pegunungan TNGGP
Informasi Website www.gedepangrango.org
Interview Pakar & Stakeholders
MANOVA GLM
Desain Treatment/Stimuli
Percobaan pada konsumen Wisatawan Mahasiswa
Interpretasi
2.
Desain Eksperimental Kondisi Eksperimen Stimuli : Central Variabel Bebas
Kondisi Kontrol Netral
Stimuli : Peripheral Sikap Pada Iklan/Informasi Variabel Terikat Sikap Pada Merek
Intensi Pembelian Sikap Pada Ekowisata
Kerangka Logis (Logical Framework)
ELM
Sikap Iklan/Informasi Sikap Pada Merek Sikap Pada Ekowisata Sikap Pada Intensi Pembelian
Kerangka Eksperimen (Experimental Framework) KE Variabel Bebas
KK
Central Peripheral
Control Procedure
Sikap Pada Iklan/Informasi Sikap Pada Merek Variabel Terikat
Sikap Pada Intensi Pembelian Sikap Pada Ekowisata
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran