BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian, Pengakuan, dan Penggolongan Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva adalah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan dikuasai oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari transaksi masa lalu, aktiva tetap sering merupakan suatu bagian utama aktiva tetap perusahaan dalam penyajian posisi keuangan. Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan di kelompokkan sebagai aktiva tetap bila besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang berkaitan dengan aktiva dan mengalir kedalam perusahaan serta biaya perolehan aktiva diukur secara handal. Aktiva telah dibeli kemudian dicatat sesuai dengan harga perolehan yang meliputi seluruh pengorbanan ekonomi yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh aktiva tersebut. Dalam literature akuntansi Sofyan Safri Harahap (2002 : 22) banyak istilah-istilah yang sering digunakan sebagai pengganti istilah aktiva tetap atau fixed asset antara lain : plant and equipment, plant asset, tangible fixed asset. Demikian pula halnya perusahaan menggunakan istilah aktiva tetap yang berbeda-beda. Penggunaan istilah untuk aktiva tetap yang berbeda-beda ini tidak menjadi masalah karena justru dapat menggambarkan jenis usaha operasi perusahaan yang menggunakannya
5
6
sebagai contoh : istilah plant and equipment sering dipergunakan oleh perusahaan yang bergerak dibidang usaha jasa dan perdagangan. Seperti istilah land, building and equipment biasanya dipergunakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang usaha jasa dan perdagangan. Untuk memahami tentang aktiva tetap, terdapat beberapa pendapat yang di kemukakan oleh pernyataan dan para ahli sebagai berikut : a. Menurut pernyataan Dalam PSAK NO. 16 (2009 : 6) menyebutkan pengertian aktiva tetap adalah : Aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. b. Menurut para ahli Menurut Mulyadi (2001 : 592) definisi aktiva tetap adalah : ”Kekayaan perusahaan yang memiliki wujud mempunyai umur manfaat ekonomi lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan bukan untuk dijual kembali” Menurut S. Munawir (2002 : 139) pengertian aktiva tetap adalah sebagai berikut : Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang mempunyai umur relative permanent (memberikan manfaat kepada perusahaan selama bertahun-tahun) yang dimiliki dan digunakan untuk operasi sehari-hari dalam rangka kegiatan normal dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali (bukan barang dagangan) serta nilainya relatif material.
7
Menurut Sofyan Safri H (2002 : 20-22) pengertian aktiva tetap adalah: ” Aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”. Menurut Soemarso S.R. (2005 : 20) pengertian aktiva tetap adalah aktiva berwujud (tangible fixed assets) yang meliputi : 1. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun, 2. Digunakan dalam kegiatan perusahaan, 3. Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta, 4. Nilainya cukup besar. Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield (2007 : 31) pengertian aktiva tetap adalah : “Aktiva yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan bukan untuk dijual kembali, memiliki sifat jangka panjang dan biasanya harus disusutkan” Dari pernyataan - pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa aktiva tetap merupakan salah satu komponen aktiva yang berperan penting dalam kegiatan operasional perusahaan.
2. Pengakuan Aktiva Tetap Perusahaan harus segera mengakui setiap aktiva yang dimiliki dan mengelompokkan sebagai aktiva tetap, apabila aktiva dimaksud memenuhi pengertian dan memiliki sifat-sifat sebagai aktiva tetap. Mengenai
8
pengakuan aktiva tetap ini, Ikatan Akuntan Indonesia memberikan pernyataan dalam (PSAK NO. 16 paragraf ke 59) sebagai berikut : Suatu benda berwujud harus di akui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap bila : 1. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian dimasa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir kedalam
perusahaan,
untuk
dapat
menilai
apakah
manfaat
keekonomian dimasa yang akan datang akan mengalir kedalam perusahaan maka harus di nilai tingkat kepastian terjadinya aliran manfaat keekonomian tersebut, yang juga memerlukan suatu kepastian bahwa perusahaan akan menerima imbalan dan menerima resiko terkait. 2. Biaya perolehan aktiva dapat di ukur secara handal, sedangkan untuk kriteria kedua mengarah kepada bukti-bukti yang diperlukan untuk mendukungnya.
3. Penggolongan Aktiva Tetap Aktiva tetap dikelompokkan karena memiliki sifat yang berbeda dengan aktiva lainnya. Karena aktiva tetap terdiri dari berbagai jenis barang maka dilakukan pengelompokkan lebih lanjut atas aktiva-aktiva tersebut. Pengelompokkan itu tergantung pada kebijakan akuntansi perusahaan masing-masing karena umumnya semakin banyak aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin banyak pula kelompoknya.
9
Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, tergantung pada sifat dan bidang usaha yang diterjuni perusahaan tersebut. Aktiva tetap sering merupakan suatu bagian utama dari aktiva perusahaan, karenanya signifikan dalam penyajian posisi keuangan. Nilai yang relative besar serta jenis dan bentuk yang beragam dari aktiva tetap menyebabkan perusahaan harus hati-hati dalam menggolongkannya. Dari macam-macam aktiva tetap, untuk tujuan akuntansi dilakukan penggolongan sebagai berikut : 1. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan. 2. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan dan lain-lain. 3. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain (Zaki Baridwan, 2004 : 272). Menurut Sofyan Safri H (2002 : 22) aktiva tetap dikelompokkan dalam berbagai sudut, antara lain : 1). Sudut Substansi : a. Tangible Asset atau aktiva berwujud seperti lahan gedung dan peralatan.
10
b. Intangible Asset atau aktiva tidak berwujud seperti HGU, HGB, Goodwill, Patent, Copyright, Hak cipta, Franchise dan lain-lain. 2). Sudut disusutkan atau tidak : a. Depreciated Plant Asset, yaitu aktiva yang disusutkan seperti Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Manchinary (Mesin), Inventaris, Jalan. b. Undepreciated Plant Asset, aktiva tetap yang tidak disusutkan, seperti Land (Tanah). 3). Berdasarkan jenis : 1. Lahan 2. Bangunan 3. Mesin 4. Kendaraan 5. Perabot 6. Inventaris atau peralatan 7. Prasarana
B. Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap 1. Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Proses perolehan yaitu mulai dari pembelian, pengangkutan
11
aktiva, pemasangan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan dalam proses produksi atau kegiatan normal operasional perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2004 : 278-288) cara-cara perolehan aktiva tetap yaitu antara lain : 1. Pembelian Tunai Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. 2. Pembelian secara Lumpsum atau Gabungan Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap. Menurut PSAK No. 16 : ”Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan
dengan
berdasarkan bersangkutan”.
mengalokasikan
perbandingan
nilai
harga wajar
gabungan setiap
tersebut
aktiva
yang
12
3. Ditukar dengan surat-surat berharga Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar. 4. Ditukar dengan Aktiva Tetap yang lain Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara ”Tukar Tambah”, dimana aktiva yang lama digunakan untuk membayar sebagian harga aktiva baru dan kekurangannya dibayar tunai. Masalah rugi dan laba yang timbul akibat pertukaran ini dapat dipisahkan menjadi 2 (dua), yaitu : 1. Pertukaran aktiva sejenis Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama. Dalam pertukaran aktiva sejenis keuntungan yang tidak diakui hanya mengurangi harga perolehan aktiva tetap yang diterima. Apabila pertukaran
tersebut
menimbulkan
kerugian
maka
ruginya
dibebankan dalam periode terjadinya pertukaran. 2. Pertukaran aktiva yang tidak sejenis Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama. Dalam pertukaran dengan aktiva yang tidak sejenis, perbedaan antara nilai buku aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan aktiva yang diperoleh
13
pada tanggal transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap. 5. Pembelian Angsuran Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga. 6. Diperoleh dari Hadiah atau Donasi Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi, pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila aktiva dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal terlalu kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi keadaan ini maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya. 7. Aktiva yang Dibuat Sendiri Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan seperti gedung, alat-alat dan perabot.
14
2. Pemeliharaan Aktiva Tetap Aktiva tetap memerlukan pemeliharaan yang baik supaya aktiva tersebut selalu berada dalam kondisi operasi yang baik dan selalu siap pakai, untuk meningkatkan kapasitas atau efisiensi, menambah masa manfaat aktiva. Dengan di adakannya pemeliharaan ini maka akan timbul berbagai pengeluaran setelah perolehan yaitu : 1. Pengeluaran modal (Capital Expenditure) Pengeluaran modal merupakan pengeluaran yang diharapkan dapat menambah manfaat yang lebih besar dari aktiva. Mengenai
hal
tersebut,
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan (PSAK No. 16 paragraf ke 64) menyatakan sebagai berikut : Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standart kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengeluaran yang dapat meningkatkan manfaat atau menambah masa manfaat aktiva tetap merupakan pengeluaran modal sehingga harus di alokasikan kepada periode yang menerima manfaatnya. Hal ini sejalan dengan prinsip penandingan. 2. Pengeluaran periodik (Revenues Expenditure) Pengeluaran periodik bertujuan untuk mengembalikan kondisi aktiva tetap dalam kondisi normal, sehingga siap untuk dipakai. Tidak ada penambahan dalam manfaat ataupun masa manfaat, sehingga
15
pengeluaran yang terjadi diakui sebagai beban pada saat terjadi. Tipetipe pengeluaran ada empat yaitu : 1. Penambahan (Addition) Memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan ruang dalam bangunan, ruang parkir dan lain-lain. 2. Penggantian (Replacement) Biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit yang baru yang tipenya sama. 3. Perbaikan (Betterments) Penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar. 4. Penyusunan Kembali Aktiva Tetap (Rearrangement) Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali aktiva atau perubahan route produksi, atau untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti dan manfaat penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka harus dikapitalisasikan. 5. Reparasi dan Pemeliharaan (Repair and Maintanance) Pemeliharaan rutin yang terjadi untuk mempertahankan agar aktiva dapat tetap dalam kondisi yang baik dan siap pakai.
16
3. Penyusutan Aktiva Tetap Terdapat
beberapa
pengertian
mengenai
penyusutan
yang
disebabkan sudut pandang yang berbeda dengan disiplin ilmu yang berbeda pula. Begitu halnya untuk keperluan akuntansi, maka penyusutan merupakan sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi. Menurut PSAK No. 17, depresiasi (penyusutan) adalah ”Alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi yang akan dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”. Aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah : (a) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi (b) Memiliki masa manfaat yang terbatas (c) Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang atau jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi Akuntansi depresiasi merupakan suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk mendistribusikan harga perolehan atau nilai dasar lain, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada) dari harga aktiva berwujud, terhadap masa pemakaian yang ditaksir untuk harga tetap yang bersangkutan. Penyusutan merupakan proses alokasi dan penilaian (valuation). Depresiasi untuk tahun berjalan merupakan bagian dari biaya total yang dialokasikan pada tahun tersebut menurut sistem yang berlaku. Meskipun alokasi secara
17
wajar dapat mempertimbangkan kejadian yang timbul selama tahun berjalan, tetapi penyusutan bukanlah di maksudkan untuk mengukur pengaruh dari kejadian itu. Tujuan dari penyusutan adalah untuk menyajikan informasi tentang penyusutan yang dilaporkan sebagai alokasi biaya, yang diharapkan bermanfaat bagi para pemakai laporan keuangan. Informasi tentang penyusutan merupakan hal yang cukup penting bagi pemakai laporan keuangan, terutama dalam kaitannya dengan earning power, yaitu mengenai : 1. Proses penandingan beban terhadap pendapatan untuk menghitung laba periodik. 2. Tingkat keefektivan manajemen dalam menggunakan sumber daya. Dapat dilihat dengan cara menghubungkan jumlah laba yang dihasilkan dengan jumlah investasi yang di tanam dalam aktiva tetap.
a. Faktor-faktor yang menyebabkan diadakannya penyusutan Menurut Zaki Baridwan (2002 : 308) bahwa masa manfaat untuk suatu aktiva tetap kecuali tanah, adalah terbatas. Hal-hal yang menyebabkan terbatasnya masa penggunaan aktiva tetap tersebut antara lain karena adanya faktor-faktor fisik yang mengurangi atau bahkan tidak dipergunakan lagi, yang disebabkan karena : 1) Aus karena dipakai Oleh karena pemakaian aktiva tetap dalam proses produksi tidak hanya sekali saja, tetapi berlangsung terus menerus secara kontinyu
18
mengakibatkan kapasitas dan produktivitas yang dimiliki aktiva itu akan semakin berkurang nilainya sehingga kuantitas dan kualitas yang dihasilkan dalam proses produksi semakin berkurang pula hasilnya. 2) Aus karena umur Setiap aktiva dapat aus seiring dengan perjalanan waktu. Sekalipun aktiva tetap ini belum pernah dipakai, namun dengan adanya faktor kimia yang diakibatkan oleh pengaruh alam seperti hujan, panas dan udara terhadap aktiva tersebut akan menyebabkan kerusakan dan mungkin tidak efisien untuk dipergunakan lagi. 3) Kerusakan-kerusakan Kerusakan-kerusakan aktiva dapat disebabkan oleh kurang hatihati atau kurang tepat dalam cara penggunaan aktiva tetap, juga oleh bencana alam seperti gempa bumi, banjir atau kebakaran yang tidak sepenuhnya dapat dipergunakan kembali atau bahkan aktiva tetap itu tidak dapat dipergunakan sama sekali. Menurut Warrens (2005 : 497) Penyusutan fisik terjadi dari kerusakan ketika digunakan dan karena pengaruh cuaca. Adapun faktor lain, selain faktor fisik yang menyebabkan perlunya diadakan penyusutan adalah faktor fungsional yang juga dapat mengurangi atau mengakibatkan suatu aktiva tetap tidak dapat dipergunakan lagi, Zaki Baridwan (2004 : 306) yaitu :
19
1. Ketidak layakan Dengan meningkatkan daya beli konsumen yang melampaui kemampuan alat produksi yang tersedia akan mengakibatkan alatalat
produksi
dipergunakan,
yang tetapi
tersedia secara
secara ekonomis
teknis telah
masih
dapat
menunjukkan
kemunduran, karena tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang menunjang skala ekonomis. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan konsumen perlu adanya penggantian alat-alat produksi baru yang mempunyai kapasitas produksi lebih besar dibanding alat-alat lama. 2. Keusangan Kemajuan dan pembaharuan teknis yang terus menerus membawa akibat alat-alat produksi yang lama secara ekonomis dianggap sudah kuno. Perbaikan dan pembaharuan teknis yang datang terus menerus dengan cepat dapat mengakibatkan daya guna ekonomis alat-alat produksi lama akan semakin berkurang atau secara ekonomis tidak dapat dipergunakan lagi dan perlu diganti dengan peralatan yang baru. 3. Penghentian Permintaan Suatu alat produksi tidak akan mempunyai nilai karena hasil produksinya tidak dapat dipertahankan lagi dipasaran. Ini disebabkan karena perubahan selera atau kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Barang-barang hasil produksi tersebut
20
dianggap kuno oleh konsumen, sehingga tidak dapat diandalkan lagi untuk merebutkan pangsa pasar. Menurut Warrens (2005 : 497) penyusutan fungsional terjadi jika aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti yang diharapkan. Dari uraian diatas menjelaskan bahwa pentingnya penyusutan itu diterapkan mengingat masa manfaat aktiva tetap (kecuali tanah) terbatas umurnya dan demi menjaga keberlangsungan aktivitas perusahaan, maka aktiva tetap yang rusak, aus atau kuno disebabkan faktor-faktor fisik maupun faktor fungsional harus diganti dengan aktiva yang baru.
b. Faktor-faktor penentu biaya penyusutan Menurut Zaki Baridwan ( 2004 : 307 ) ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban depresiasi setiap periode. Faktor-faktor itu ialah : 1. Harga perolehan (cost) Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biayabiaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan. 2. Nilai sisa (residu) Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika
21
aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya. 3. Taksiran umur kegunaan (masa manfaat) Taksiran umur kegunaan (masa manfaat) suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijakan-kebijakan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam
menaksir
umur
(masa
manfaat)
aktiva,
harus
dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional.
c. Metode penyusutan menurut akuntansi Terdapat beberapa metode penyusutan yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan. Metode penyusutan ini dalam (PSAK No. 17 paragraf 9) dikelompokkan menurut kriteria sebagai berikut : 1. Berdasarkan Waktu : 1. Metode Garis Lurus (Straight Line method) Metode ini banyak digunakan karena sederhana dan mudah dimengerti. Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sama penggunaannya
sepanjang
waktu.
Sehingga
beban
penyusutannya dihitung sama rata. Metode ini mengaitkan penyusutan secara langsung dengan berlalunya waktu daripada dengan
penggunaan
aktiva
penurunan
bukan
karena
penggunaannya. Dengan demikian jumlah beban penyusutan
22
untuk tiap periode penyusutan besarnya sama dan disusutkan selama manfaat aktiva tetap. Rumus metode garis lurus adalah sebagai berikut : D = HP - NS n Keterangan : D = Beban Penyusutan HP = Harga Perolehan NS = Nilai Sisa n = masa manfaat 2. Metode Pembebanan yang Menurun (Reducing-charge method) Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa pemanfaatan aktiva pada masa awal atau masih baru akan lebih efisien dibandingkan pemanfaatan pada masa akhir aktiva. Jenis metode ini terdiri dari : 1. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum-of-the-Year-DigitsMethod) Beban penyusutan diperoleh dengan cara mengalikan dasar penyusutan dengan suatu bilangan pecahan. Bilangan semacam ini semakin menurun dari tahun ke tahun. Angka penyebut
dan
bilangan
pecahan
tersebut
adalah
penjumlahan angka periode manfaat aktiva, sedangkan angka pembilangnya adalah angka tahun periode manfaat aktiva yang dimulai dengan angka terbesar dan berkurang
23
untuk tahun tahun-tahun tahun berikutnya. Pandangan yang dianut metode ini adalah bahwa aktiva pada umur awalnya dianggap performance yang lebih besar pada perusahaan sehingga beban penyusutannya pada awal pemakaian lebih besar (Sofyan Safri H, 2002:58). Rumus metode jumlah angka tahun adalah sebagai berikut : S = n x (n + 1) 2 Keterangan : S = jumlah angka tahun n = estimasi masa manfaat 2. Metode Saldo Menurun (Declining (Declining Balance Method) Method Metode penyusutan saldo menurun menghasilkan menghasilkan beban penyusutan yang semakin menurun. Nilai residu tidak dikurangi
dari
harga
perolehan
ketika
menghitung
penyusutan, namun pada umumnya disepakati bahwa penyusutan tidak diteruskan lagi pada saat nilai buku sama dengan nilai sisa. Metode ini hampir sama dengan metode saldo menurun namun perbedaannya dalam menentukan persentase. Rumus metode saldo menurun adalah sebagai berikut : T=1-
24
Keterangan : T = Tarif n
= Umur Ekonomis
NS = Nilai Sisa HP = Harga Perolehan 3. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declening Balance Method) Metode ini yang dihitung dengan cara melipatduakan presentase penyusutan menurut metode garis lurus disebut metode ”saldo menurut berganda”. Rumus metode saldo menurun ganda adalah sebagai berikut : D = HP –NS n Keterangan : D = Beban Penyusutan HP = Harga Perolehan NS = Nilai Sisa n
= Masa Manfaat
Kemudian mencari besarnya total penyusutan selama umur ekonomis yakni dengan cara mengalikan biaya depresiasi tiap periode dengan taksiran umur ekonomis aktiva. Langkah selanjutnya mencari tarif depresiasi : Biaya depresiasi / periode Total biaya depresiasi selama masa manfaat
25
Langkah terakhir adalah dengan mengkalikan tarif tersebut 2x. 2. Berdasarkan Penggunaan : Metode ini memandang bahwa penurunan potensi manfaat aktiva berkaitan terutama dengan penggunaan aktiva tersebut sehingga menghasilkan
beban
penyusutan
periodik
yang
bervariasi
tergantung tingkat pemanfaatan jasa untuk suatu aktiva dapat berupa jam jasa atau jumlah unit produksi. Yang termasuk ke dalam metode ini yaitu : 1. Metode Jam Jasa (Service Hours Method) Metode ini berdasarkan pada teori bahwa pembelian suatu aktiva mencerminkan pembelian atas sejumlah jam jasa yang dapat diberikan oleh aktiva tersebut. Metode ini memerlukan suatu estimasi umur aktiva dalam pengertian jumlah jam jasa yang dapat diberikan. Harga perolehan yang disusutkan dibagi dengan total jam jasa untuk memperoleh tarif penyusutan untuk tiap jam penggunaan aktiva. Penggunaan aktiva selama periode yang diukur dan jumlah jam pemakaian dikalikan dengan tarif penyusutan untuk mendapatkan beban penyusutan periodik beban penyusutan terhadap pendapatan berfluktasi secara periodik selaras dengan kontribusi yang dihasilkan aktiva tersebut dalam jam pemakai. Rumus metode ini adalah sebagai berikut :
26
Depresiasi per jam = HP – NS n Keterangan : HP = Harga Perolehan NS = Nilai Sisa n = Taksiran Jam Jasa 2. Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output Method) Metode ini berdasarkan pada teori bahwa pembelian suatu aktiva mencerminkan pembelian atas sejumlah jam jasa yang dapat diberikan oleh aktiva tersebut. Metode ini memerlukan suatu estimasi atas total unit produksi yang dapat dihasilkan oleh suatu aktiva selama masa manfaatnya. Harga perolehan yang disusutkan dibagi dengan jumlah estimasi yang sama untuk masing-masing unit produksi yang dihasilkan. Tingkat produksi untuk suatu periode dikalikan dengan per unit tersebut akan menghasilkan beban penyusutan periodik. Dengan demikian beban penyusutan akan berfluktasi tergantung pada kontribusi aktiva dalam menghasilkan. Rumus metode ini adalah sebagai berikut : Depresiasi per unit = HP – NS n Keterangan : HP = Harga perolehan NS = Nilai Sisa n = Taksiran Hasil Produksi (unit)
27
3. Berdasarkan Kriteria Lainnya : 1. Metode Berdasarkan Jenis dan Kelompok (Group and Composite Method) Penyusutan dengan metode ini dilakukan dengan cara mengaitkan langsung penyusutan dengan suatu kelompok aktiva dan perhitungan suatu tarif tunggal terhadap harga perolehan kolektif atas kelompok tersebut pada suatu periode tertentu. 2. Sistem Persediaan (Inventory Systems) Metode ini memerlukan penilaian aktiva tetap pada akhir periode. Untuk menghitung beban penyusutan maka caranya yaitu nilai persediaan awal ditambah dengan semua pembelian dalam periode tersebut kemudian dikurangi dengan nilai persediaan akhir aktiva tersebut diperoleh suatu selisih tersebut merupakan beban penyusutan untuk periode tersebut. Dari sekian banyaknya metode penyusutan yang dapat digunakan, maka perusahaan dapat memilih sendiri metode apa yang akan digunakan dengan seleksi dan pertimbangan agar sedapat mungkin mendekati pola penggunaan yang diperkirakan atas aktiva yang bersangkutan sesuai dengan tujuan metode penyusutan yaitu dengan memberikan cara yang sistematis untuk mengalokasikan biaya aktiva tetap terhadap metode yang menerima manfaat. Mengenai pemilihan metode seringkali terjadi perdebatan.
28
Sehingga untuk mengatasinya maka PSAK No. 17 membuat pernyataan sebagai berikut : Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaan adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode-periode.
Jadi dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode manapun yang dipilih untuk dipergunakan tidak menjadi masalah. Yang paling penting adalah konsistensi dalam penggunaannya. Suatu metode yang telah digunakan maka harus digunakan secara konsisten. Supaya hasil operasi perusahaan dapat diperbandingkan dari periode ke periode.
C. Peranan Aktiva Tetap dalam Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Operasional Perusahaan 1. Peranan Aktiva Tetap dalam Meningkatkan Efisiensi Perusahaan Situasi ekonomi dewasa ini memaksa perusahaan yang peka terhadap operasi beralih menjadi peka terhadap biaya. Sesuai
dengan
pengertian
yaitu
”suatu
ukuran
dalam
membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau penggunaan yang sebenarnya”, maka hal tersebut disebut efisiensi” (Agoes Sukrisno, 2004 : 180). Selain itu ada pengertian efisiensi menurut Arens dan Loebbeck (2002 : 754) yaitu ”bahwa efisiensi mengacu pada sumber daya yang
29
digunakan untuk mencapai suatu tujuan”. Dan terakhir pengertian efisiensi menurut Anthony dan Govindarajan (2002 : 114) adalah ”perbandingan output terhadap input atau jumlah per unit input”. Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aktiva tetap bila besar kemungkinan manfaat keekonomian dimasa yang akan datang berkaitan dengan aktiva tetap perusahaan serta biaya perolehan aktiva yang diukur secara handal. Suatu ukuran efisiensi dalam menggunakan sumber daya untuk menghasilkan produksi dinilai dari biaya-biaya kegiatan operasional perusahaan, pengelolaan aktiva tetap yang tidak efisien mengakibatkan biaya yang dikeluarkan cukup besar. Meningkatkan efisiensi operasi dapat mencegah kegiatan operasional yang bersifat pemborosan dan penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak efisien.
2. Peranan Aktiva Tetap dalam Meningkatkan Efektivitas Operasional Perusahaan Sebagian besar aktiva tetap digunakan dalam operasi perusahaan untuk memiliki apakah manfaat keekonomian dimasa yang akan datang dapat mencapai efektivitas dalam operasional perusahaan dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi atau peningkatan standar kerja. Beberapa pengertian efektivitas yaitu ”Jika suatu goal, objektif, program dapat dicapai dalam batas waktu yang ditargetkan, tanpa
30
memperdulikan biaya yang dikeluarkan, maka disebut efektivitas”. (Agoes Sukrisno 2004 : 180) Selain itu menurut Arens dan Loebbeck (2002 : 754) ”bahwa efektivitas mengacu pada pencapaian suatu tujuan”. Dan menurut Anthony dan Govindarajan (2002 : 114) adalah ”efektivitas ditentukan antar output yang dihasilkan dengan tujuan jangka pendek”. Perkembangan teknologi atau peralatan modern menyebabkan kegiatan operasional perusahaan dituntut harus dapat menghasilkan produk yang lebih baik. Efektivitas menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai
hasil yang diharapkan yaitu menilai kapasitas
untuk
menghasilkan jumlah produk yang tepat dalam waktu yang ditargetkan. Pada suatu akhir proses dari aktiva tetap menggunakan metode yang efektif meningkatkan mutu prestasi kerja dan selanjutnya meningkatkan mutu produk perusahaan untuk melaksanakan tujuan tersebut perlu adanya operasional
perusahaan
yang
efektif
yang
dapat
menghasilkan
produktivitas tepat pada waktunya aktiva tetap dijadikan kegiatan operasional perusahaan untuk mengendalikan aktivitas perusahaan setiap saat, sehingga apabila terjadi penyimpangan didalam pelaksanaan dapat diatasi segera. Dengan adanya operasional perusahaan yang efektif dapat membantu pimpinan perusahaan mengetahui hasil produk yang dihasilkan dengan didukungnya peralatan dalam melaksanakan aktivitas produksi
31
sehingga efektivitas perusahaan selalu mengarah pada tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.