BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Konseptual Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi Secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu cum, kata depan yang
artinya dengan atau bersama dengan, dan kata units, kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa inggris disebut dengan communion, yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk melakukan communion, diperlukan usaha dan kerja. Kata communio dibuat kata kerja communicate, yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. (Nurjaman dan Umam, 2012:35). Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (Mulyana, 2013:68) , “Komunikasi : trasnmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata, gambar, figut, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasa disebut komunikasi”. Menurut Gerald R. Miller (Mulyana, 2013:68), “Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”. Sedangkan Joseph A. DeVito (2011:24) pada bukunya menyatakan bahwa “Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik”. Begitu banyak pengertian komunikasi yang diberikan oleh para pakar komunikasi. Dari pengertian komunikasi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi antara sumber dan penerima lalu menghasilkan suatu pemahaman yang dapat mempengaruhi satu sama lain. Terkait dengan keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi setiap proses komunikasi yang berlangsung antar individu akan menghasilkan pengaruh yang menunjang kinerja para karyawan.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Berdasarkan pengamatan yang para pakar komunikasi lakukan, komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi yang berbeda, meskinpun adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih diantara berbagai pendapat tersebt. Menurut William I Gorden komunikasi mempunyai empat fungsi yaitu (Mulyana, 2014:5-38) : 1. Fungsi Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sebgai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep-konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan “tersesat,” karena tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi juga menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.
2.
Fungsi Komunikasi Ekspresif Komunikasi ekspresif tidak langsung bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaiakn perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikanterutama melalui pesan non verbal. Perasaan sayang peuli, rindu, simpati, gembira, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, manun terutama lewat perilaku nonverbal.
3. Fungsi Komunikasi Ritual Komunikasi ritual bertujuan untuk komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideology, atau agama mereka. Komunikasi ritual
sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan terdalam seseorang. Orang menziarahi makam Nabi Muhammad, bahkan menangis di dekatnya, untuk menunjukkan kecintaannya kepadanya. Para siswa yang menjadi pasukan pengibar bendera merah putih, sering dengan berlinang air mata, dalam pelantikan mereka, untuk menunjukkan rasa cinta mereka kepada nusa dan bangsa, terlepas dari apakah kita setuju terhadap perilaku mereka atau
4.
Fungsi Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibut. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan tersebut. Komunikasi berfungsi sebagai instrument untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek, misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik memperoleh keuntungan material, ekonomi, dan politik.Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu tentu saja berkaitan dalam arti bahwa berbagai pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan karier.
2.1.3 Unsur – Unsur Komunikasi Dalam pendekatan dengan komunikasi juga terdiri dari beberapa unsur yang penting, menurut Harrold Lasswel (dalam Mulyana, 2014:69), yaitu :
a.
Sumber (source), adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber disini bisa jadi seorang individu, kelompok, organisasi, bahkan suatu negara.
b.
Pesan, adalah apa yang dikomunikasikan dari sumber kepada penerima. Pesan mempunyai
tiga
komponen
yaitu
makna,
symbol
yang
digunakan
untuk
menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi dari pesan c.
Saluran atau media, adalah alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima. Dalam suatu peristiwa komunikasi sebenarnya banyak saluran yang dapat kita gunakan, meskipun ada yang satu yang dominan.
d.
Penerima (receiver), sering juga disebut sebagai sasaran atau tujuan, penyandi balik (decoder), ataupun khalayak (audience), yakni orang yang menerima pesan dari sumber
e.
Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan komunikasi tersebut.
Dalam proses penyampaian pesan juga terdapat hambatan yang berupa perasaan tidak nyaman yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Hal ini merupakan perasaan yang dimiliki seseorang ketika mereka “menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui, atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang”, Leon Festinger menamakan perasaan yang tidak seimbang ini sebagai disonansi kognitif. Terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi tingkat disonansi seseorang, yaitu: a.
Kepentingan (importance), atau seberapa signifikan suatu masalah, berpengaruh terhadap tingkat disonansi yang dirasakan.
b.
Rasio Disonansi (dissonance ratio) merupakan faktor dalam menentukan tingkat disonansi; merupakan jumlah kognisi konsonan berbanding dengan disonan.
c.
Rasionalitas (rationale) merupakan faktor dalam menentukan tingkat disonansoo; merujuk kepada alasan yang dikemukakan untuk menjelaskan inkonsistensi.
2.1.4 Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan), pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya (Effendy, 2007). Proses komunikasi adalah penyaluran pesan pada komunikan sampai sasaran yang dikehendaki. Banyak model-model komunikasi yang digunakan dalam praktek komunikasi sekarang ini. sekian banyak model komunikasi namun hanya beberapa yang sesuai dengan proses komunikasi melalui event. Adapum model Shannon dan Weaver yang digunakan dalam penjabaran teori ini. Pada model ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatanya. Suatu konsep yang paling penting pada model komunikasi ini adalah gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan (Mulyana 2013:149).
Model matematikal dari Shannon dan Weaver itu menggambarakan komunikasi sebagai proses linier. alasan memilih teori ini sebab The Mathematical Theory of Communication ini cukup mewakili untuk menggambarkan terjadinya proses komunikasi melalui komponen-komponen komunikasi yang dimiliki oleh teori Shannon dan Weaver.
Gambar 2.1 Model Komunikasi Shannon dan Weaver
Model Shannon Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi suatu sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam percakapan, sumber informasi adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata terucapkan), yang ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran). Penerima (receiver), yakni mekanisme pendengaran, melakukan operasi yang sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekonstuksi pesan dari sinyal. Tujuan (destination) adalah (otak) orang yang menjadi tujuan tersebut.. Shannon dan Weaver juga memperkenalkan konsep mengenai redundancy dan entropy, Redudancy adalah pengulangan kata yang dapat menyebapkan rendahnya entropy. Shannon dan Weaver juga menekankan bahwa setiap imformasi yang disajikan (message) merupakan proses komunikasi. Informasi yang disampaiakan memiliki tujuan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap, dan perilaku individu serta khalayak (Mulyana, 2013:150). Suatu konsep penting dalam model Shannon dan Weaver ini adalah bising (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat menggangu kecermatan pesan yang disampaikan. Dengan adanya sumber gangguan (noise source) ini banyak kemungkinan pesan (message) yang disampaikan oleh sumber informasi (info source) tidak sampai ke tujuan (destination), bisa juga si penerima salah mengartikan pesan, atau dapat pula pesan justru diterima orang lain (Mulyana 2013:150).
2.1.5 Tujuan Komunikasi Menurut Arnold dan Bowers (Devito, 2011:30) “Motif atau tujuan dari komunikasi tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari atau tidak. Dapat dikenali ataupun tidak. Meskipun teknologi komunikasi berubah dengan cepat pada dasarnya tujuan komunikasi tetap sama. Tujuan dari komunikasi menurut Joseph A Devito (2011:31-33) adalah sebagai berikut :
a.
Menemukan Salah satu tujuan komunikasi adalah menyangkut penemuan diri. Dengan berkomunikasi, setiap individu dapat memahami secara lebih baik mengenai diri kita sendiri, dan orang lain.
b.
Untuk berhubungan Setiap individu memiliki keinginan untuk merasakan dicintai dan disukai begitupun menyukai dan mencintai. Salah satu motivasi yang paling kuat dalam melakukan komunikasi adalah membina hubungan dengan orang lain melalui komunikasi.
c.
Untuk meyakinkan Di dalam komunikasi pada jaman modern ini manusia kerap kali bertindak sebagai konsumen dari penyampaian pesan yang dilakukan oleh media. Media massa sebagian besar meyakinkan setiap manusia untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku.
d.
Untuk Bermain Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu tidak terlepas dari hal yang menghibur, kini hiburan menjadi salah satu kebutuhan. Untuk melakukan hiburan atau bermain, komunikasi menjadi alat yang tepat dalam mengutarakan dan bertukar informasiinformasi yang menarik yang dapat menghibur
2.1.6 Komunikasi Organisasi Zelko dan Dance (dalam Muhammad, 2014:66) mengatakan komunikasi organisasi suatu sistem yang saling tergantung mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan,
komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatannya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi
yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti
komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum. Goldhaber (Muhammad, 2014:67) mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah.
Gambar 2.2 Empat arah komunikasi organisasi Sumber:Mulyana(2013:184)
2.1.7 Fungsi Komunikasi organisasi Komunikasi menjalankan empat fungsi komunikasi dalam suatu organisasi (Wahjono ,2010:218) yaitu : 1.
Fungsi Kendali (kontrol/pengawasan)
Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota organisasi agar mereka mematuhi semua aturan dan hierarki dalam organisasi 2.
Fungsi motivasi Komunikasi dapat menjelaskan pada para anggota apa yang harus dikerjakan dan bagaimana dapat bekerja dengan baik.
3.
Fungsi Pengungkapan emosi Dengan komunikasi,para anggota dapat mengungkapkan kekecewaan atau rasa puas yang mereka rasakan
4.
Fungsi Informasi Dengan Informasi , semua keputusan dapat diambil dan dapat diteruskan pada semua anggota organisasi.
2.1.8 Hambatan Komunikasi Organisasi Menurut Dewi (Dewi, 2007 : 17) hambatan komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut : 1.
Kelebihan beban informasi dan pesan yang bersaing Perkembangan teknologi telah menyebabkan jumlah pesan dalam suatu organisasi meningkat tajam hingga kecepatan yang semakin tinggi. Hal itu bisa berakibat pada adanya pesan yang tidak ditanggapi, pesan yang dianggap tidak penting, atau pemberian respon yang tidak akurat.
2. Penyaringan yang tidak tepat Ketika meneruskan suatu pesan kepada orang lain di dalam organisasi, biasanya terjadi penyaringan yang dilakukan dengan memotong atau menyingkat pesan. Bisa jadi suatu pesan penting tidak sampai sebagian atau bahkan seluruhnya karena telah dipotong atau dibuang.
3. Iklim komunikasi tertutup atau tidak memadai
Pertukaran informasi yang bebas dan terbuka merupakan salah satu ciri komunikasi yang efektif. Iklim komunikasi sangat terkait dengan gaya manajemen. Gaya manajemen yang tertutup cenderung menghambat pertukaran informasi. Demikian pula saluran yang terlalu banyak bisa mengubah pesan ketika bergerak vertikal atau horizontal dalam sebuah organisasi.
Menurut Cangara yang dalam (Dewi, 2007: 17-18) hambatan komunikasi pada dasarnya terdiri atas tujuh macam gangguan dan rintangan yaitu: 1.
Gangguan teknis, misalnya gangguan pada stasiun radio, jaringan telepon,
kerusakan
pada alat komunikasi dan lain-lain. 2.
Gangguan semantik merupakan gangguan yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Misalnya, kata-kata yang terlalu banyak memakai jargon asing, penggunaan bahasa yang berbeda, dan penggunaan struktur bahasa yang tidak sebagaimana mestinya.
3.
Gangguan psikologis merupakan rintangan yang terjadi karena adanya persoalan dalam diri individu. Misalnya, rasa curiga, situasi berduka, atau gangguan kejiwaan.
4.
Rintangan fisik atau organik merupakan rintangan karena letak geografis. Misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai alat transportasi dan komunikasi.
5.
Rintangan status merupakan rintangan yang terjadi karena perbedaan status
sosial
dan senioritas. Misalnya, antara raja dengan rakyat, antara atasan dan bawahan atau antara dosen dengan mahasiswa. 6.
Rintangankerangka pikir merupakan rintangan yang terjadi karena adanya
perbedaan
pola pikir. Perbedaan pola pikir bisa disebabkan karena pengalamandan latar belakang pendidikan yang berbeda. 7.
Rintangan budaya merupakan rintangan yang disebabkan oleh perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut.
2.1.9 Komunikasi Organisasi Internal Komunikasi organisasi internal dapat didefinisikan sebagai bentuk pertukaran informasi dan juga ide di dalam organisasi meliputi hubungan antar pegawai dan juga pimpinan. Misalnya, gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu
perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan (operasi dan manajemen). Komunikasi formal dibedakan menjadi empat, yaitu (Mulyana, 2013:184): 1.
Komunikasi Ke Bawah (Downward Communication) Komunikasi ke bawah menunjukan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk
menyampaikan
pesan-pesan
yang
berkenan
dengan
tugas-tugas
dan
pemeliharaan. Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi, dan evaluasi.
2.
Komunikasi Ke Atas (Upward Communication) Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaruan (Muhammad, 2014:116).
3.
Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication) Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orng-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugastugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi (Muhammad, 2014:121).
4.
Komunikasi Lintas-Saluran (Diagonal Communication) Komunikasi antara pimpinan seksi dengan pegawai seksi lain. Komunikasi ini merupakan komunikasi yang memotong jalur vertikal dan horizontal. Sebagai contoh, anggota staf junior dapat langsung pergi ke atasannya ,dan telepon, email atau mengunjungi tekhnikal senior di area lain untuk mendapatkan informasi. Beberapa penelitian mengatakan bahwa dalam organisasi yang memiliki low performing, komunikasi diagonal digunakan oleh staf untuk mencari informasi dalam permintaan pantas keberadaan prosedur kerja, ketika dalam orgainisasi high performing , komunikasi diagonal digunakan staf unutk menyelesaikan masalah kerja yang sulit dan kompleks. Ketika komunikasi diagonal menjadi tanda fleksibilitas- sebagai contoh, dalam organisasi organik- ini jelas sekai dapat menyebabkan masalah bahkan lebih ekstrimnya lagi menyebabkan kerusuhan. (Mulyana , 2013:199)
2.2
Landasan Konseptual Kinerja 2.2.1 Pengertian Kinerja Prawirosentono dalam Lijan Poltak Sinambela (2012: 5) kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Rumusan di atas menjelaskan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau lembaga dalam melaksanakan pekerjaannya. Dari definisi di atas, terdapat setidaknya empat elemen yaitu: 1.
Hasil kerja yang dicapai secara individual atau secara instusi, yang berarti bahwa kinerja tersebut adalah “hasil akhir” yang diperoleh secara sendiri-sendiri atau berkelompok.
2.
Dalam melaksanakan tugas, orang atau lembaga diberikan wewenang dan tanggung jawab, yang berarti orang atau lembaga diberikan hak dan kekuasan untuk bertindak sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik. Meskipun demikian orang atau
lembaga tersebut tetap harus dalam kendali, yakni mempertanggung jawabkan pekerjaannya kepada pemberi hak dan wewenang, sehingga dia tidakm akan menyalahgunakan hak dan wewenang nya tersebut. 3.
Pekerjaan haruslah dilakukan secara legal, yang berarti dalam melaksanakan tugastugas individu atau lembaga tentu saja harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan, dan
4.
Pekerjaan tidaklah bertentangan dengan moral atau etika, artinya selain mengikuti aturan yang telah ditetapkan, tentu saja pekerjaan tersebut haruslah sesuai dengan moral dan etika yang berlaku umum.
2.2.2 Pengertian Penilaian Kerja Simajuntak dalam Lijan Poltak Sinambela (2012: 59) penilaian kinerja merupakan suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam suatu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu.
2.2.3 Manfaat Penilaian Kerja Manfaat penilain kinerja menurut Ayon Triyono (2012) antara lain adalah: •
Sebagai dasar informasi dan data untuk pengambilan keputusan menaikkan atau menurunkan gaji.
•
Sebagai dasar informasi dan data untuk pengambilan keputusan mengenai status karyawan, pemutusan hubungan kerja (PHK), demosi, dan lain sebagainya.
•
Sebagai dasar informasi dan data untuk kebijakan promosi.
•
Sebagai dasar informasi dan data untuk penempatan-penempatan (positioning) karyawan pada tugas-tugas tertentu.
•
Sebagai dasar informasi dan data untuk menilai efektivitas setiap kegiatan yang ada dalam perusahaan.
•
Sebagai dasar informasi dan data untuk mempekirakan kebutuhan akan pelatihan bagu karyawan dalam organisasi.
•
Sebagai dasar informasi dan data untuk mengevaluasi program latihan, efektivitas jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, mekanisme pengawasan dan monitoring, kondisi kerja, peralatan-peralatan kerja, dan kemampuan kerja karyawan.
•
Sebagai informasi dan data untuk mengetahui aspek-aspek kompetensi yang masih perlu ditingkatkan oleh karyawan.
•
Sebagai dasar informasi dan data untuk memperbaikan dan mengembangkan deksripsi pekerjaan (job description) maupun desain pekerjaan (job design).
•
Hasil penilaian kinerja (performance appraisal) karyawan dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
2.2.4 Indikator Kinerja Malayu S.P. Hasibuan dalam Indah Puji Hartatik (2014), beberapa unsur-unsur yang dinilai dalam kinerja karyawan adalah sebagai berikut :
•
Kesetiaan Penilai menilai kesetiaan pekerjaan terhadap pekerjaan, jabatan dan, organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun luar pekerjaan.
•
Prestasi Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan oleh karyawan dari uraian pekerjaannya.
•
Kejujuran Penilai menilai kejujuran dan melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian, baik bagi dirinya maupun terhadap orang lain.
•
Kedisiplinan
Penilai menilai kedisiplinan karyawan dalam memenuhi peraturan-peraturan yang ada dan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya. •
Kreativitas Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga bekerja lebih berdaya dan berhasil guna.
•
Kerja Sama Penilai menilai partisipasi dan kerja sama seorang karyawan, baik vertical maupun horizontal, di dalam maupun luar pekerjaan.
•
Kepemimpinan Penilai menilai kemampuan karyawan untuk memimpin, mempengaruhi, dan mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa dan dapat memotivasi orang lain.
•
Kepribadian Penilai menilai sikap, perilaku, kesopanan, periang, disukain, memberi kesan menyenangkan, memperhatikan sikap yang baik, dan penampilan yang simpatik serta wajar dari karyawan tersebut.
•
Tanggung Jawab Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaan, pekerjaan, hasil kerja, sarana, dan prasarana yang digunakan
•
Prakarsa Penilai menilai kemampuan berpikir seorang karyawan dengan didasarkan pada inisiatif untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan masalah yang dihadapi.
2.2.5 Dimensi Kinerja Menurut Bernadin dan Russel dalam kaswan (2012: 187), ada enam kriteria utama yang menjadi dimensi dalam menilai kinerja, antara lain : a.
Kualitas
Kualitas kinerja dinilai dari proses atau hasil kerja yang mendekati kesempurnaan. Hal ini dapat ditinjau dari kesesuaian dengan cara kerja yang ideal dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan mencapai tujuan yang diharapkan oleh suatu aktivitas. b.
Kuantitas Kuantitas merujuk pada jumlah yang dihasilkan dalam kerja. Jumlah tersebut dapat berupa nilai uang, jumlah unit, atau jumlah perputaran kerja yang telah diselesaikan.
c.
Ketepatan waktu Penyelesaian suatu aktivitas atau pekerjaan produksi dengan baik berdasarkan waktu tersingkat yang dapat dicapai maupun waktu yang telah ditargetkan.
d.
Kebutuhan untuk supervisi Kemandirian karyawan dalam melaksanakan fungsi kerja dengan baik tanpa meminta bantuan pengawasan atau intervensi pengawasan untuk menghindari hasil yang merugikan.
e.
Dampak interpersonal Kemampuan karyawan dalam meningkatkan harga diri, itikad baik, dan kerja sama sesame karyawan dan bawahan. Dari teori diatas, dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi kinerja karyawan yang
ada adalah sebagai tolak ukur dalam menilai kinerja karyawan. Penilaian tersebut berhubungan dengan kualitas kerja yang dihasilkan, kuantitas kerja yang baik dan tinggi, ketepatan waktu dalam aktivitas (efesiensi), kebutuhan supervisi dalam pelaksanaan aktivitas kerja, dan dampak interpersonal.
2.3
Pengaruh komunikasi organisasi internal terhadap kinerja Siklus manajemen kinerja adalah dimulai dengan perencanaan kinerja dan diakhiri dengan
pengkajian ulang dan evaluasi kinerja.Meskipun demikian yang membuat manajemen kinerja berfungsi paling efektif adalah diantara perencanaan dan evaluasi adalah komunikasi yang berlangsung terus menerus .Pada dasarnya sebagus apapun rencana kinerja yang dibuat dan meskipun evaluasi dilakukan dengan baik dan benar,tanpa di lakukan komunikasi yang berkesinambungan disemua lini (komunikasi vertical, horizontal,maupun diagonal) rasanya tidak akan membawa hasil yang optimal.
Dalam kondisi dunia teknologi informatika yang sudah sangat maju seperti sekarang ini, penerapan komunikasi yang efektif,menjadi sesuatu yang sangat penting.Dunia internet yang berkembang sangat pesat,memberikan manfaat yang sangat besar bagi pegawai untuk membantu peningkatan kinerjanya.Misalnya seorang sales,dapat menawarkan produk yang dijualnya keseluruh dunia meskipun dia tidak perlu harus mondar mandir kesana kemari.Dalam hal ini peran komunikasi sangat penting dan menentukan.Artinya dimaksud harus mampu membangun komunikasi yang menarik melalui bahan presentasi yang dapat dipersiapkan dalam bentuk soft copy dan dapat diunduh di internet,setelah ada respon dari luar,dapat dengan cepat ditundak lanjuti sampai pada tahap eksekusi penjualan.Ketika pegawai tersebut tidak menguasai dunia teknologi informasi,dia dapat membangun komunikasi dengan rekan kerjanya yang memahami teknologi informasi atau kepada pihak lain. Demikian juga halnya yang bersangkutan harus mampu menyampaikan dan mendiskusikan gagasan tersebut kepada pimpinan atau rekan kerjanya sehingga memperoleh dukungan dari mereka,Begitulah dibutuhkan komunikasi yang efektif. Berdasarkan Uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi memang berpengaruh pada kinerja karyawan dalam sebuah organisasi. 2.4
Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan kerangka berpikir mengenai pengaruh
komunikasi terhadap kinerja sebagai berikut :
Hotel Indonesia Kempinski Jakarta
Komunikasi Organisasi Internal (X): -
-
-
Kinerja (Y):
Komunikasi atas kebawah
-
Kualitas
(downward
-
Kuantitas
communication)
-
Ketepatan Waktu
Komunikasi bawah keatas
-
Kebutuhan Supervisi
(upward communication)
-
Dampak Interpersonal
Komunikasi Horizontal (Horizontal communication)
Kaswan (2012: 187)
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Sumber Penulis (2015)
2.5
Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO
JUDUL
METODOLOGI
1
Brenda Beryl Achieng
Kuantitatif
KESIMPULAN Penelitian ini merekomendasi
Otieno (2015) :
bahwa perusahaan harus
Effect of Employee
mengembangkan komunikasi
Communication on
yang efektif.Hal ini akan
Organisation
memfasilitasi informasi,baik
Performance in
diluar atau didalam perusahaan
Kenya’s Horticultural
sehingga meningkatkan kinerja.
Sector
2
Franky Ramli
Kuantitatif
Komunikasi organisasi sangat
Mokodompit (2013) :
berhubungan
Pengaruh Komunikasi
efektivitas kinerja karyawan jika
organisasi terhadap
komunikasi organisasi berjalan
efektivitas kinerja pada
dengan baik dan benar maka
PT.Radio Memora
akan terjadi efektivitas kinerja
Anoa Indah
karyawan. Secara umum dapat dikatakan
erat
bahwa
dengan
komunikasi
organisasi yang baik dan benar pada
karyawan
perusahaan
disuatu
mengindikasikan
bahwa terjadi efektivitas kinerja karyawannya. Suatu komunikasi dibutuhkan organisasi
juga
dalam
dimana
dengan
adanya komunikasi organisasi yang efektif dapat tercipta suatu efektivitas
kerja
dalam
lingkungan suatu organisasi.
3
Kirti Rajhans (2012).
Kualitatif
Komunikasi
organisasi
Effective
memainkan peran penting dalam
Organizational
motivasi dan kinerja karyawan
Communication:A key
yaitu sebagai bukti nyata yang
to Employee
terjadi di organisasi modern
Motivation and
antara lain kepegawaian yang
Performance
ketat , meningkatnya beban kerja ,jam kerja yang lebih lama ,fleksibilitas dan pengambilan resiko.Demikian komunikasi
pula
karyawan
dengan yang
memegang peran penting dalam manajemen untuk me orientasi ulang
karyawan
yang
tidak
terbiasa oleh perubahan , dan sebagai alat untuk memotivasi karyawan
untuk
beradaptasi
lebih mudah. 4
5
M.Kiswanto (2010) :
Kuantitatif
Kepemimpinan dan komunikasi
Pengaruh
berdampak positif dan signifikan
kepemimpinan dan
terhadap kinerja karyawan,dan
komunikasi terhadap
komunikasi
kinerja kerja Kaltim
pengaruh
Pos Samarinda.
kinerja karyawan.
Pedro Neves & Robert
Kualitatif
mempunya dominan
Komunikasi
terhadap
terbuka
antara
Eisenberger. (2012) :
manajemen dan karyawan adalah
Management
cara
Communication and
meningkatkan
Employee
pekerjaan
standart
Performance: The
pekerjaan
tambahan
Contribution of
Karena
Perceived
bahwa organisasi peduli tentang
Organizational Support
kesejahteraan
yang
efektif
hal
dengan
kinerja
itu
kontribusi
baik
dan
juga
mereka.
menyatakan
dan
nilai-nilai
karyawan.Sejalan
norma
(Gouldner
untuk
,
timbal 1960)
balik ,ketika
manajer berkomunikasi secara terbuka dengan karyawan, hal itu menciptakan garis komunikasi kebawah
(Downward
communication)
dan
garis
komunikasi ke atas (Upward Communication) memperkuat
karyawan
yang dan
membantu dengan berkelakuan yang membantu organisasi.
Berdasarkan jurnal diatas dapat kita simpulkan bahwa komunikasi adalah dasar dari semua hubungan, apakah itu terjadi di dalam keluarga kita, dengan teman-teman atau di tempat kerja. Bagaimana kita berkomunikasi secara langsung berkaitan dengan kualitas dari pengalaman atau hubungan.Komunikasi berfungsi memberikan informasi secara memadai dan terintegrasi dalam suatu organisasi. Implementasinya tentu berarti biaya bagi organisasi, tetapi perlu untuk mengatakan bahwa informasi juga komoditas dan dengan demikian sumber daya informasi dan komunikasi yang memerlukan mengambil mereka ke rekening yang sama dengan sumber daya tradisional. Komunikasi berdampak positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan,dan komunikasi mempunya pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan. perusahaan harus mengembangkan komunikasi yang efektif.Hal ini akan memfasilitasi informasi,baik diluar atau didalam perusahaan sehingga meningkatkan kinerja.