BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Kerangka Teori Teori yang digunakan dalam analisa ini meliputi: 1. Definisi Supply Chain Management 2. Definisi Efek Cemeti Kerbau (Bullwhip Effect) 3. Pengintegrasian Rantai Suplai (Supply Chain Integration) dan E –Business
4. Definisi Arus Informasi dan Arus Barang, termasuk di dalamnya pembahasan mengenai definisi internet, Electronic Data Interchange (EDI), XML/EDI (Extensible Markup Language/Electronic Data Interchange) dan Value Added Network.
2.2. Tinjauan Pustaka 2.2.1. Supply Chain Management Menurut Simchi – Levi, et.al (2000), didefinisikan
sebagai
sekumpulan
pendekatan
Supply Chain Management yang
digunakan
untuk
mengintegrasikan secara efisien pemasok, manufaktur, gudang dan toko, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan pada jumlah yang pas, ke lokasi yang sesuai serta pada waktu yang tepat. Tujuan dari Supply Chain Management ini adalah untuk
meminimalisir biaya yang harus dikeluarkan, memaksimalkan keuntungan yang diperoleh, meningkatkan kinerja dalam membina hubungan antara kastomer dan pemasok, serta mengembangkan pelayanan dengan nilai tambah yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan buat perusahaan dalam berkompetisi.
Supplier
Manufacturer
Retailer
Distributor
Customer
Gambar 2.1. Tahapan-tahapan Supply Chain
Menurut Kalakota (1996), komponen dari supply chain management adalah sebagai berikut: 1. Supplier
Management,
meminimalkan
jumlah
yaitu
mengenai
pemasok
dan
bagaimana
membina
sebuah
hubungan
perusahaan yang
saling
menguntungkan (win-win solution) dengan mereka. 2. Inventory Management, yaitu mengenai bagaimana sebuah perusahaan dapat meminimalkan proses pemesanan–pengiriman–penagihan, dengan memanfaatkan teknologi e-commerce dan meminimalisir jumlah persediaan. 3. Distribution Management, yaitu mengenai bagaimana sebuah perusahaan memanfaatkan pertukaran data secara elektronis (Electronic Data Interchange)
untuk mendukung pertukaran dokumen-dokumen pengiriman antar organisasi di dalam perusahaan tersebut. 4. Channel
Management,
yaitu
mengenai
bagaimana
sebuah
perusahaan
menggunakan e-mail system, bulletin board system atau newsgroup untuk mendukung pertukaran informasi dengan para mitra dagang. 5. Payment Management, yaitu mengenai bagaimana sebuah perusahaan transfer dana elektronik ( Electronic Fund Transfer ) untuk mendukung proses transfer dana antara mitra dagang. 6. Financial Management, yaitu mengenai bagaimana sebuah perusahaan mampu mengelola keuangan mereka dalam berbagai jenis mata uang. 7. Sales Force Management, yaitu mengenai bagaimana sebuah perusahaan memanfaatkan Sales Force Automation Method untuk meningkatkan pertukaran informasi antara para salesman, pelayanan kastomer dan bagian produksi. Menurut O’Brien (1999) menyatakan 3 tujuan dari supply chain management adalah sebagai berikut: 1. Mengirimkan barang sesuai pesanan ke tempat tujuan dengan biaya minimal. 2. Menekan jumlah persediaan barang sedikit mungkin dengan tetap memberikan pelayanan kepada pelanggan secara maksimal. 3. Mengurangi cycle times. Pengelolaan rantai suplai pada dasarnya ditujukan untuk menyederhanakan dan mempercepat operasi yang berhubungan dengan proses order pelanggan dan proses untuk memperoleh bahan baku produksi.
2.2.2 . Definisi Efek Cemeti Kerbau (Bullwhip Effect) Menurut Sunil Chopra, et.al (2001), definisi dari efek cemeti kerbau (bullwhip effect) adalah fluktuasi dari pesanan yang semakin meningkat ketika pesanan itu bergerak dalam rantai suplai, dari peritel ke grosir ke distributor ke pabrik. Efek cemeti kerbau (Bullwhip Effect) ini mempengaruhi kinerja komponenkomponen dari rantai suplai. Hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Impak dari Bullwhip Effect pada Supply Chain Performance Performance Measure
Impact of Bullwhip effect
Manufacturing cost
Increase
Inventory cost
Increase
Replenishment lead time
Increase
Transportation cost
Increase
Shipping and receiving cost
Increase
Level of product availability
Decrease
Profitability
Decrease
Untuk mengurangi efek dari bullwhip dan meningkatkan keuntungan rantai suplai maka tindakan-tindakan manajerial yang perlu dilakukan adalah: • Menselaraskan tujuan dan insentif • Meningkatkan keakuratan informasi • Meningkatkan kinerja operasional • Mendisain strategi harga untuk menstabilkan pesanan
• Membangun kerjasama dan kepercayaan
2.2.3.
Pengintegrasian
Rantai
Suplai
(Supply
Chain
Integration dan E -Business Menurut makalah dari Stanford Global Supply Chain management Forum, ada empat dimensi kunci (key dimensions) E-Business pada rantai suplai, yaitu: •
Pengintegrasian informasi (Information Integration)
•
Penyelarasan perencanaan (Planning Synchronization)
•
Koordinasi alur kerja (Workflow Coordination)
•
Model-model bisnis baru ( New Business Models)
Secara berurutan, keempat hal ini mewakili peningkatan derajat dari pengintegrasian dan koordinasi diantara komponen-komponen rantai suplai, puncaknya adalah cara baru dalam melakukan bisnis. Lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2. Dimensi Pengintegrasian Rantai Suplai Dimensi
Elemen •
Pengintegrasian Informasi
Penyelarasan Perencanaan
Koordinasi Alur kerja
•
• •
•
•
Model-model Bisnis baru
• • • • •
Keuntungan
Transparansi dan pembagian informasi Akses secara langsung dan real-time
• • • •
Penambahan, perkiraan dan • perencanaan bersama • Desain bersama •
Koordinasi dari perencanaan dan operasi produksi, proses pesanan, desain dan perubahan teknik Proses bisnis yang otomatis dan terintegrasi Sumber daya maya Perombakan logistik Kastomisasi massa Pelayanan baru Model click-and-mortar
E-Business sekarang ini telah memasuki
• • • • • • • • • •
Pengurangan Bullwhip Effect Deteksi masalah lebih awal Respon yang lebih cepat Membangun kepercayaan Pengurangan Bullwhip Effect Biaya yg lebih murah Optimisasi pemakaian kapasitas Peningkatan servis Keuntungan yang akurat dan efisien Respon yang cepat Peningkatan servis Waktu yang singkat untuk pemasaran Jaringan kerja meluas Penggunaan aset yang lebih baik Efisiensi meningkat Peluang pasar baru Penciptaan barang baru
semua proses pendukung
perusahaan, salah satunya adalah divisi rantai suplai. Keuntungan-keuntungan yang akan didapat divisi rantai suplai, menurut Sunil Chopra (2001), adalah : 1. Keuntungan revenue dari e-business a. Menawarkan penjualan langsung ( direct sales) kepada konsumen b. Menyediakan akses 24 jam dari tiap lokasi c. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
d. Menyediakan personalisasi dan kastomisasi dari informasi e. Mempercepat waktu ke pasar f. Mengimplementasikan harga yang fleksibel g. Memperkenankan diskriminasi harga dan pelayanan h. Memfasilitasi transfer dana secara efisien
2. Keuntungan biaya dari e-business a. Mengurangi penanganan produk dengan rantai suplai yang lebih pendek b. Menunda perbedaan produk sampai sebuah order ditempatkan c. Mengurangi biaya pengiriman dan waktu dengan produk yang dapat di download d. Mengurangi biaya fasilitas dan pemrosesan e. Mengurangi biaya inventori melalui sentralisasi f. Meningkatkan koordinasi rantai suplai dengan pembagian informasi
Selain dari keuntungan di atas ternyata terdapat pula kerugian-kerugian dari e-business terhadap rantai suplai yaitu: 1. Kerugian revenue potensial dari e-business Untuk produk yang tidak dapat di download secara fisik, e-business mempunyai kerugian potensial yang berhubungan dengan kanal-kanal fisik. Hal ini dikarenakan dibandingkan dengan misalnya, sebuah toko retail celana jean yang dapat menyediakan kostum yang dinginkan konsumen secara cepat, maka e-
business yang tanpa outlet fisik akan melakukannya lebih lama karena adanya waktu pengiriman. Oleh karena itu konsumen yang mensyaratkan respon yang cepat tidak akan menggunakan internet untuk memesan barang. 2. Kerugian biaya potensial dari e-business a. Meningkatkan biaya transportasi karena adanya pengumpulan inventori b. Meningkatkan biaya penanganan bila partisipasi konsumen dikurangi c. Investasi awal yang besar pada infrastruktur informasi
2.2.4. Arus Informasi dan Arus Barang Berdasarkan definisi Pengelolaan Rantai Suplai ( Supply Chain Management) di bagian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa proses tersebut merupakan upaya untuk mengelola dengan seefektif dan seefisien mungkin arus informasi dan arus barang yang terjadi antara pemasok, perusahaan yang memberikan nilai tambah barang atau jasa, dan para pelanggan.
2.2.4.1.
Arus Informasi
Arus informasi mengalir melalui infrastruktur telekomunikasi. Secara tradisional, pertukaran informasi dilakukan melalui telepon dan faksimili. Dalam dua dekade terakhir ini, telah berkembang komunikasi secara elektronis yang menggunakan fasilitas Electronic Data Interchange (EDI) melalui Value Added Network (VAN).
Sedangkan dalam kurun waktu satu dekade terakhir, telah
dikembangkan internet sebagai pilihan utama dalam proses komunikasi elektronik.
Internet Cronin (1996) mendefinisikan internet sebagai platform IT global. Kutipan deskripsi lengkapnya adalah sebagai berikut: “ What makes the Internet and the World Wide Web so important for international business? This interconnected matrix of computers, information and networks that reaches tens of million of users in over one hundred countries is a business environment free of traditional boundaries and limits. Linking to an online global infrastructure offers companies unprecedented potentials for expanding markets, reducing costs, and improving profit margin at a price that is typically a small percentageof the corporate communication budget. The Internet provides an interactive channel for direct comunications and data exchange with customers, suppliers, distributors, manufacturers, product developers, financial backers, information providers – in fact, with all parties involved in a given business venture.” O’Brien (1999) secara lebih singkat mendefinisikan internet sebagai: “ The internet is a rapidly growing network of thousands of business, educational, and research nettworks connecting millions of computers and their users in over 100 countries.”
Electronic Data Interchange dan Value Added Network Seperti definisi Cronin di atas, internet memiliki karakteristik seperti: infrastruktur global yang bersifat online, biaya yang relatif murah, komunikasi dan pertukaran informasi secara langsung antara rekanan bisnis. Karakteristik inilah yang
membedakan internet dengan Electronic Data Interchange (EDI) yang biasanya diimplementasikan pada sebuah Value Added Network (VAN). Proses EDI
terjadi dengan mentransfer dokumen-dokumen bisnis seperti
pesanan pembelian, faktur penjualan dan surat pemberitahuan pengiriman barang (Shipment
Notice) ke dalam bentuk elektronis yang standard untuk kemudian
dipertukarkan antara perusahaan/organisasi. Masing-masing perusahaan/organisasi tersebut dapat berhubungan secara langsung dengan cara mengakses jaringan masingmasing secara langsung. Cara yang lain adalah, pihak ketiga menyediakan jasa yang kerap disebut Value Added Network. Pihak ketiga ini akan mengelola segala detail mengenai infrastruktur telekomunikasi. Pada prakteknya sebuah perusahaan akan mendaftar pada sebuah VAN dan mengharuskan seluruh rekanan bisnis mereka untuk mendaftar pada VAN
yang sama.
Dengan cara ini perusahaan tidak perlu
membangun sebuah jaringan sendiri untuk menghubungkan seluruh rekanan bisnis mereka. Applegate, et.al (1999) membandingkan “traditional electronic commerce network” yang dalam hal ini adalah EDI, dengan “internet electronic commerce network”, pada tabel berikut ini: Tabel 2.3. Perbandingan Traditional E – Commerce Network dengan Internet E – Commerce Network Traditional E – Commerce Network Closed Standard – membatasi jumlah pihak
Internet E – Commerce Network Open Standards – memngkinkan
yang mampu mengakses ke dalam jaringan “global connectivity”, dimana semua pihak
tersebut
yang memiliki akses ke internet dapat berpartisipasi
Kepemilikan atas jaringan dan software, Jaringan dikelola secara bersama-sama, memungkinkan penetapan secara sepihak sehingga dibutuhkan kerjasama dalam standar dan kebijakan perdagangan
mendefinisikan dan mengelola standar dan kebijakan perdagangan
Software memiliki desain yang cenderung
Software didesain secara modular sehingga
kaku sehingga membatasi fungsi dan
sangat fleksibel
fleksibilitas Diperlukan biaya yang tinggi, waktu yang
Software dapat dikembangkan dengan biaya
lama dan keahlian khusus dalam
yang cenderung murah dan dalam waktu
mengembangkan software yang digunakan ,
yang lebih singkat, sehingga banyak pihak
yang mengakibatkan halangan masuk yang
dapat membuat software tandingan dan
tinggi
berakibat rendahnya halangan masuk
XML/EDI
(Extensible
Markup
Language/Electronic
Data
Interchange) Menurut Bruce Peat, et.al (1997), XML/EDI adalah penggabungan dari XML (eXtensible Markup Language) dan EDI (Electronic Data Interchange) yang menunjang pengembangan E-Business. XML/EDI mencakup beberapa disiplin ilmu seperti Internet, Electronic Commerce dan EDI. Secara terperinci XML/EDI adalah penggabungan dari 5 (lima) buah teknologi. Hal inilah yang membuat XML/EDI sangat andal. Kelima teknologi itu adalah: XML, EDI, Templates, Agents dan Repository.
Komponen-komponen tersebut di atas saling mendukung satu sama lain. Dulu EDI masih bersifat konvensional dan statis. Sekarang kerangka kerja XML/EDI menyediakan proses yang sangat dinamis karena bisa bersifat tak terbatas. Di bawah ini akan dijelaskan kelima komponen tersebut di atas, yaitu: 1. XML XML mempunyai fungsi sebagai dasar atau fondasi. XML adalah bahasa pemrograman yang terletak diantara dua bahasa lainnya. Ia tidak sekompleks SGML tapi lebih baik daripada HTML. Tanda (token) dan kerangka kerja dari XML adalah syntax (kalimat) yang mengantarkan komponen lain melewati jaringan. Tanda (token) dari XML menggantikan atau menambah pengidentifikasi dari segmen EDI yang telah ada. XML juga mempunyai kemampuan dan lapisan transport dari jaringan (The Web) dan Internet secara umum. 2. EDI EDI adalah nenek moyang dari electronic commerce. EDI mempunyai kemampuan untuk menghantarkan data secara cepat
dengan format yang
sederhana dan mengirimkannya ke orang lain sehingga mereka dapat menginterpretasikan informasi yang baru saja diterima. XML/EDI menyediakan kemampuan
transaksi
yang
sama
dari
EDI
konvensional,
ia
juga
mentranformasikan EDI ke generasi selanjutnya. Artinya adalah kita tidak perlu membunag investasi yang telah ditanamkan untuk pengetahuan dan sistem dari EDI yang telah ada. 3. Templates
Komponen ini berperan seperti perekat yang menyatukan semua proses bersama. Tanpa komponen ini, kita tidak dapat melakukan pengiriman di XML semua detail yang perlu dikerjakan. Templates tersebut bereferensi atau berpergian di dalam XML sebagai bagian yang spesial dan sebagai sekumpulan tanda-tanda yang dapat dengan mudah dibaca dan diinterpretasikan. Templates tampak seperti spreadsheet pada layout dan content dan mereka didukung oleh bagian yang disebut Document Type Definitions (DTD’s). DTD’s memungkinkan terjadinya interoperabilitas transaksi., aturan yang memungkinkan terjadinya proses dari transaksi (termasuk presentasi). DTD’s memungkinkan dua organisasi untuk memahami data masing-masing. Atauran-aturan tersebut akan mendefinisikan apa yang terjadi pada data tersebut. 4. Agents Tugasnya adalah menginterpretasikan template untuk menunjukan kinerja yang dibutuhkan serta berinteraksi dengan transaksi dan pemakai untuk menciptakan template baru bagi tiap tugas spesifik yang baru, atau juga mencari dan menyandingkan template yang tepat untuk tugas yang ada. Di sinilah di mana bahasa pemrograman Java dan ActiveX cocok berada. Hal ini dikarenakan mereka menyediakan medium terbaik untuk menciptakan agents dan tentu saja strukture XML yang mengandung bagian ini dapat direferensikan atau dipindahkan kemanapun mereka dibutuhkan. 5. Repository
Shared Internet Dictionaries telah dipakai dengan penggabungan sistem EDI tradisional seperti BSI, yang memakai kamus yang mengijinkan pemakai untuk mencari secara manual arti dan definisi dari elemen-elemen EDI. Konsep dari The Shared Internet Dictionary membawa hal ini ke level yang lebih tinggi dan menyediakan pencarian secara otomatis kurang lebih seperti yang dilakukan oleh mesin pencari di internet. Komponen ini menyediakan dasar semantik untuk transaksi bisnis dan penyokong yang dibutuhkan agents untuk melakukan suatu referensi silang secara tepat. Dengan mengkombinasikan kelima komponen di atas akan menghasilkan sebuah sistem yang mengirimkan informasi, bukan hanya data, dan pemrosesan logis yang dibutuhkan.
Kerangka Kerja XML / EDI XML / EDI menyediakan infrastruktur untuk beragam sistem electronic commerce (EC); dari pencarian katalog secara on-line sampai ke subsistem transaksi mesin ke mesin yang andal. Ide awal dari XML / EDI adalah untuk menyediakan solusi terbuka untuk mengimplementasikan sistem E-business. Tapi tidak ada satu solusi untuk semua skenario E-business. Tiap skenario mempunyai persyaratan dan tujuan sendiri. Oleh karena itulah dibutuhkan sebuah kerangka kerja dan bukan sebuah aplikasi atau modul. Tujuan dari kerangka kerja ini adalah untuk menyediakan interface formal untuk komponen EC komersil supaya bisa melakukan interoperate. Untuk XML/EDI
yang sukses, interface ini akan dibuka dan distandardisasi. Model bisnisnya adalah interaksi khusus antara group-group yang kecil atau mengikuti kerangka kerja nasional maupun internasional seperti asosiasi-asosiasi perdagangan atau badanbadan industri. Gambar di bawah ini menunjukkan lapisan-lapisan teknis yang dapat membangun dasar dari sistem XML / EDI. Tidak semua lapisan dibutuhkan untuk mencapai hasil dengan memakai XML / EDI. Kerangka kerja membangun dan meningkatkan standar dari XML dan EDI serta mendefinisikan cetak biru dari interaksi komponen EC. Sebagi contoh, vendor katalog mungkin cuma ingin mengimplementasikan pelabelan XML. Label-label ini terdefinisi pada tempat penyimpan (repository) standar. Dan lapisan-lapisan yang berbeda tadi akan mendukung target yang berbeda dari sistem EC.
Applications & Repository Rules Template & Java/ActiveX XML Tags / Agents, Data Boots XML Parscr / Generator XML / EDI data DOM, File / Message Storage /Transport
Gambar 2.2. Arsitektur Lapisan XML / EDI
Kerangka kerja
di atas tidak saling bergantung supaya berfungsi. Setiap
komponen EC didesain untuk siap beroperasi secara mandiri. Kita dapat menciptakan sebuah DTD untuk secara formal mendefinisikan struktur dari pesan EDI tanpa harus memakainya untuk mensahkan dokumen XML yang telah terbentuk. Kita dapat memilih untuk mensahkan dokumen secara formal atau mencek apakah pesan tadi sudah dalam bentuk XML. Atau kita dapat menghubungkan data kita ke data lain yang tersimpan ditempat lain atau membuatnya tersimpan secara internal. Pemakai akhir berinteraksi dengan lapisan-lapisan teknis ini melalui alat desktop visual. Pengembang memakai komponen EC untuk membangun alat ini. Pemakai ber-interface dengan dokumen mereka seperti mereka akan memakai alat
lain pada produk pendukung kantor mereka, seperti word-processing, spreadsheets database.
Apa yang Membuat XML / EDI Berbeda Perbedaan utama dari XML/EDI dari mekanisme lain adalah bahwa sistem ini dapat menyandikan informasi dokumen secara lebih tepat dan dengan struktur yang lebih kaya dibandingkan dengan format-format sebelumnya. Dengan pemakaian XML tags dan DTD’s, transaksi XML/EDI bersifat self-describing, maksudnya adalah aplikasi yang memproses dokumen XML/EDI dapat mengerti sebuah transaksi dengan hanya mengakses kepada isi dari transaksi tersebut. Ada beberapa alasan mengapa XML / EDI dianggap sebagai teknologi masa depan. Diantaranya XML / EDI itu : Dibangun berdasarkan standar terbuka Tersedia untuk self-describing transactions (XML) Mengijinkan vendor alat untuk membangun produk yang telah ada Alat-alatnya termasuk fungsi aliran kerja dan manajemen dokumen seperti EDI Memakai sistem dynamic shared dictionaries Mengijinkan data dokumen berbasis objek dan aturan-aturan berdampingan Menyediakan jalan bagi organisasi untuk bergerak ke bawah ke sebuah lingkungan yang berintikan dokumen (a document-centric environment). Memungkinkan terbentuknya model bisnis yang lebih fleksibel (Rules / Agents) Pengimplementasiannya lebih murah dan mudah
Mempunyai akses ke banyak partner dagang Dan yang terpenting adalah: akses ke transaksi interaktif yang dimungkinkan karena berada di jaringan, lebih baik dibandingkan transaksi yang berdasarkan “batch” atau “system”.
Mengapa Memakai Struktur XML untuk XML / EDI Sebuah aplikasi EDI untuk XML akan menyediakan kompleksitas struktural yang mendukung dan bersifat paralel dengan sekumpulan transaksi EDI biasa. XML menyediakan sebuah struktur dokumen yang kaya sehingga dapat disimpan ke dalam semua tingkat kerumitan. Dengan XML, dokumen kita dapat bersifat seperti bunglon, yaitu dapat diproses dengan komponen yang berbeda, dikirim dengan memakai mekanisme yang berbeda serta ditampilkan ke pengguna dengan berbagai cara. Dengan memakai XML extensible tag set, objek dari EDI dapat dilewatkan atau direferensikan ke objek yang tersimpan di repository. Group dari XML/EDI menawarkan penggunaan XML sebagai sebuah pembawa untuk informasi dokumen sehingga sebuah transaksi tidak hanya dapat membawa data (seperti trad-edi) tetapi juga kode (pada tiap level di pohon transaksi). Dengan sebuah elemen yang mempunyai properti data dan metode kode, akan mengijinkan elemen-elemen bisnis untuk dimanipulasi sebagai objek. Stuktur logis dari dokumen dan tag set dapat dispesifikasi pada sebuah Document Type Definition atau DTD. Contoh yang paling banyak diketahui dari sebuah DTD adalah HTML, yang didefinisikan oleh DTD untuk menentukan struktur
dari dokumen HTML. Pada sebuah DTD, kumpulan dari elemen dan atributnya akan didefinisikan yaitu nama yang dipakai sebagai tag yang dikaryakan, juga hubungan elemen atau transaksi didefinisikan. Jika sebuah DTD dipakai maka program dapat memvalidasi struktur dari transaksi. Kita dapat memvalidasi struktur dari sebuah dokumen XML/EDI secara otomatis. Ini terdengar cukup rumit padahal tidak. Mendefinisikan DTD dengan XML sebenarnya cukup mudah. Kebanyakan sistem aliran kerja yang ada sekarang, seperti Lotus Notes tidak dapat menyimpan secara layak sebuah transaksi EDIFACT atau X12 sebagai sebuah pandangan yang berhubungan. Kini sistem tersebut harus disederhanakan. Dokumen aliran kerja seperti itu hanya dapat menyimpan sebuah pandangan berdimensi satu dari sebuah transaksi. Struktur XML/EDI akan memberi produk seperti Notes sebuah kemampuan untuk menyimpan dan memproses transaksi EDI dengan cara yang saling berhubungan.
2.2.4.2. Arus Barang Salah satu aspek dari pengelolaan rantai suplai adalah arus barang. Dalam mengelola arus barang perlu diperhatikan pergerakan barang dan penyimpanan barang. SCM bertujuan untuk meminimalisasi jumlah persediaan.
Hal ini
membutuhkan , apa yang disebut Bolten (1997) , sebagai Inventory Management . Inventory Management perlu diperhatikan secara serius karena pertimbangan berikut ini:
1. Inventori (persediaan) adalah uang yang tertanam dalam aset. Produsen akan mempergunakan berbagai sumber daya seperti modal, bahan baku, tenaga kerja dan pengetahuan, untuk kemudian diolah menjadi aset yang disebut sebagai persediaan. 2. Persediaan akan terus menimbulkan biaya sampai pada saat persediaan tersebut digunakan atau dijual. Biaya ini disebut juga Inventory Carrying Cost (biaya penyimpanan persediaan). 3. Persediaan juga membutuhkan biaya untuk proses membawa ke dalam atau ke luar gudang, termasuk juga biaya untuk menyimpan gudang, biaya penyusutan, listrik/air /telepon, asuransi, keamanan dan elemen-elemen biaya lain.