BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Sinyal ( Signalling Theory) Informasi mengenai kondisi perusahaan sangat dibutuhkan investor dan hendaknya para pelaku bisnis menyediakan informasi tersebut. Informasi ini berisi keterangan, catatan, atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Apabila pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham, dimana harga saham menjadi naik sehingga return saham juga meningkat.
10
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi. Perusahaan lebih mengetahui kondisi dan prospek yang akan datang yang akan dialami perusahaan daripada pihak luar (investor, kreditor). Oleh karena itu, perusahaan merasa perlu untuk memberikan informasi kepada investor. Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik ataupun pihak lain yang berkepentingan (contoh : investor). Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan kegiatan yang telah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Dengan adanya informasi tersebut diharapkan akan mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi sehingga nantinya akan berdampak pada return saham.
11
Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesarbesarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat
menjadi
sinyal
kondisi
keuangan
perusahaan
tertentu
dan
menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki. 12
Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan (Jama’an, 2008).
13
B. Pasar Modal 1. Definisi Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal (Kasmir, 2008:2007). Pada dasarnya, pasar modal mirip dengan pasar-pasar lain. Untuk setiap pembeli yang berhasil, selalu harus ada penjual yang berhasil. Jika pihak yang ingin membeli jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang ingin menjual, maka harga akan menjadi lebih tinggi, sebaliknya bila hanya sedikit yang ingin mebeli dan ada banyak yang ingin menjual, maka harga akan jatuh. Yang membedakan pasar modal dengan pasar-pasar lain adalah komoditi yang diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam berinvestasi lebih dari satu tahun.
14
2. Fungsi Pasar Modal a. Bagi emiten Bagi emiten, pasar modal berfungsi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan modal dana untuk jangka panjang bagi perusahaan, yang merupakan alternatif sumber dana selain dari perbankan. Selain itu, dengan memasuki pasar modal sebuah perusahaan akan terdorong untuk memanfaatkan manajemennya secara professional karena sebuah perusahaan yang go public akan disorot oleh masyarakat yang nantinya menjadi investor. Tentu saja untuk mendapatkan sorotan positif, perusahaan harus berprestasi baik. Untuk bisa berprestasi baik, perusahaan harus dikelola oleh tenaga-tenaga yang professional b. Bagi Masyarakat Dari sisi masyarakat sebagai investor, pasar modal berfungsi sebagai alternative investasi. Jika dilihat komposisi investasi masyarakat, terutama di Indonesia, maka sebagian besar tertanam pada tabungan di perbankan. Jelasnya disimpan dalam bentuk tabungan ataupun deposito.
15
Investasi di bank memang sudah baik, namun untuk lebih produktif dan menyebar risiko maka diperlukan tempat investasi lain, salah satunya diinvestasikan di pasar modal dengan membeli saham atau obligasi (Sawidji. 2009:6). Keuntungan yang
diperoleh
dari
saham disebut deviden, sementara keuntungan yang didapat dari obligasi adalah kupon. C. Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) 1. Definisi IHSG Indeks Harga saham merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Bahkan saat ini IHS tidak saja menampung
kejadian-kejadian
ekonomi,
tetapi
juga
menampung
kejadian-kejadian social, politik, dan keamanan. Dengan demikian, IHS dapat diajdikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistic atas kondisi pasar terakhir (current market). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek
16
Menurut Anoraga dan Pakarti (2011:101) IHSG merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. Adapun menurut Sunariyah (2006), indeks harga saham gabungan adalah seluruh saham yang menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham sampai tanggal tertentu. IHSG ini bisa digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG juga melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa. Situasi pasar secara umum baru dapat diketahui jika kita mngetahui indeks harga saham gabungan. Untuk perhitungan indeks harga saham gabungan ini, caranya hampir sama dengan menghitung indeks harga saham individual, tetapi harus menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah sebagai berikut.
IHSG=(∑Ht/∑Ho) x 100% ∑Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku ∑Ho= Total harga semua saham pada waktu dasar
17
Dari harga indeks inilah kita bisa mengetahui apakah kondisi pasar sedang ramai, lesu, atau dalam keadaan stabil. Angka IHSG menunjukan di atas 100 berarti kondisi pasar sedang ramai, sedangkan pada saat IHSG menunjukan dibawah 100 berarti kondisi pasar sedang lesu, IHSG menunjukan nilai 100 berarti pasar dalam keadaan stabil.
18
D. Nilai Tukar ( Kurs) 1. Definisi Nilai Tukar Menurut Musdholifah & Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar Amerika. Menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Nilai adalah sebuah
tukar atau
dikenal
perjanjian yang
pula dikenal
sebagai kurs dalam sebagai nilai
keuangan
tukar
mata
uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Dalam sistem pertukaran dinyatakan oleh yang pernyataan besaran jumlah unit yaitu "mata uang" (atau "harga mata uang" atau "sarian mata uang") yang dapat dibeli dari 1 penggalan "unit mata uang" (disebut pula sebagai "dasar mata uang"). sebagai contoh, dalam penggalan disebutkan bahwa kurs EUR-USD adalah 1,4320 (1,4320 USD per EUR) yang berarti bahwa penggalan mata uang adalah dalam USD dengan penggunaan penggalan nilai dasar tukar mata uang adalah EUR.
19
Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah disetiap kali nilai-nilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Sebuah mata uang akan cenderung menjadi lebih berharga bila permintaan menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia. nilai akan menjadi berkurang bila permintaan kurang dari suplai yang tersedia. Peningkatan permintaan terhadap mata uang adalah yang terbaik karena dengan meningkatnya permintaan untuk transaksi uang, atau mungkin adanya peningkatan permintaan uang yang spekulatif. Transaksi permintaan uang akan sangat berhubungan dengan tingkat aktivitas bisnis negara berkaitan, produk domestik bruto (PDB) (gross domestic product (GDP) atau gross domestic income (GDI)) , dan tingkat permintaan pekerja. Semakin tinggi tingkat menganggur pada suatu negara akan semakin sedikit masyarakatnya yang secara keseluruhan akan dapat menghabiskan uang pada belanja pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa dan Bank Sentral, di Indonesia dalam hal ini dilakukan oleh Bank Indonesia biasanya akan sedikit kesulitan dalam melakukan penyesuaian pasokan uang yang dalam persediaan untuk mengakomodasi perubahan dalam permintaan uang berkaitan dengan transaksi bisnis. Dalam mengatasi permintaan uang dengan tujuan untuk spekulatif, Bank Sentral akan sangat sulit untuk mengakomodasinya akan tetapi akan selalu mencoba untuk melakukan dengan melakukan penyesuaian tingkat suku bunga agar seseorang Investor dapat memilih untuk membeli kembali 20
mata uangnya bila (yaitu suku bunga) cukup tinggi, akan tetapi, dengan semakin tinggi sebuah negara menaikan suku bunganya maka kebutuhan untuk mata uangnya akan semakin besar pula. Dalam hal perlakuan tindakan spekulasi terhadap realitas mata uang akan berkaitan dan dapat menghambat pada pertumbuhan perekonomian negara serta para pelaku spekulasi akan terus, terutama sejak mata uang secara sengaja dibuat agar bisa dalam bawah tekanan terhadap mata uang dalam rangka untuk memaksa agar Bank Sentral dapat menjual mata uangnya untuk tetap membuat stabilitas (bila hal ini terjadi maka para spekulan akan berusaha dapat membeli kembali mata uang tersebut dari bank dan pada harga yang lebih rendah atau selalu akan dekat dengan posisi harapan dengan demikian pengambilan keuntungan terjadi). Jadi dapat disimpulkan nilai tukar rupiah adalah suatu perbandingan antara nilai mata uang satu negara dengan mata uang negara yang lain. Nilai tukar juga mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mamta uang dalam negeri maupun mata uang asing $US, merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran international.
21
Kurs juga merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. 2. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu : a.
Sistem kurs tetap (1970-1978) Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp.250/US$, sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan,Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.
b.
Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997) Pada masa ini nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of curerencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. 22
Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.
c.
Sistem kurs mengambang (14 agustus 1997-sekarang) Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebutdan dalam rangka mengamnakna
cadangan
devisa
yang
terus
berkurang
makapemerintah memutuskkan untuk menghapus tentang intervensi ( sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 agustus 1997. Penghapusan tentang intervensi ini juga dimaksudkan untu mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.
23
3. Penentuan Nilai Tukar Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi nilai tukar, antara lain sebagai berikut : a. Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi bank sentral. b. Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya apabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi. c. Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang bersifat isidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
24
4. Sistem Kurs Mata Uang Menurut Triyono (2008) terdapat lima jenis sistem kurs yang berlaku, yaitu : sistem kurs mengambang (floating exchange rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak (crawling pegs), sekeranjang mata uang (basket of currencies), dan kurs tetap (fixed exchange rate) a.
Sistem Kurs mengambang (floating exchange rate) Kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya
campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila terdapat campur tangan pemerintah maka sistem ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate).
b.
Sistem Kurs tertambat (pegged exchange rate) Suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau
sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan ini, berarti mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang negara yang menjadi tambatannya.
c.
Sistem Kurs tertambat merangkak (crawling pegs) Sistem dimana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata
uangnya secara periodic dengan tujuan untuk bergerak kea rah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu, keuntungan utama dari sistem ini
25
adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika dibandingkan dengan sistem kurs terambat. d.
Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies) Keuntungan dari sistem ini aalah sistem ini menawarkan stabilisasi
mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata uang dimasukkan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besar peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. e. Sistem Kurs tetap (fixed exchange rate) Sistem dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan seperti sering mengalami gangguan alam, menetapkan kurs tetap merupak suatu kebijakan yang berisiko tinggi.
26
E.
Kurs Valuta Asing Menurut Beams, Anthony, Clement dan Lowensohn (2009:492) A foreign currency is a currency other than the entity’s functional currency. Valuta Asing atau yang disingkat dengan kata “Valas” secara bebas dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di Negara lain. Secara lebih luas Valuta Asing dapat juga diartikan sebagai seluruh kewajiban terhadap mata uang asing yang dapat dibayar di luar negeri, baik berupa simpanan pada bank di luar negeri maupun kewajiban dalam mata uang asing. Nilai tukar dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal menunjukkan harga relatif mata uang dari dua negara, sedangkan nilai tukar riil menunjukkan harga relatif barang dari dua negara. Sistem kurs valuta asing ditentukan oleh permintaan dan penawaran valuta asing yang terjadi di pasar valuta asing. Kurs
merupakan
salah
satu
harga
yang
terpenting
dalam
perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel‐variabel makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang di definisikan sebagai harga dimana mata uang asing
27
diperjual belikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang.
Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan‐kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (market mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu: (a) Depresiasi (depreciation), adalah penurunan harga mata uang nasional berbagai terhadap mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan‐kekuatan supply and demand di dalam pasar (market mechanism). (b) Appresiasi (appreciation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan‐kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism). (c) Devaluasi (devaluation), adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara. (d) Revaluasi (revaluation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.
28
F.
Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Ainiyatul Himaniyah (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG BEI Periode 2001-2007 memperoleh hasil yaitu variabel Makroekonomi (M2, Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Secara parsial hanya variabel M2 yang berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Ardian Agung Witjaksono (2010) dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG (studi kasus pada IHSG di BEI selama periode 2000-2009) memperoleh hasil yaitu variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara variabel Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG. Penelitian yang dilakukan oleh Ishomuddin (2010) dengan judul Analisis Pengaruh variabel Makroekonomi Dalam dan Luar Negeri terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI periode 1999.1-2009.12 (Analisis Seleksi Model OLS-ARCH/GARCH) memperoleh hasil yaitu variabel Inflasi, BI Rate, JUB, dan DJIA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG sedangkan Kurs US$ memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. 29
Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Novianto (2011) dengan judul Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar (M2) Tehadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 1999.1-2010.6 memperoleh hasil yaitu variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan, namun secara parsial hanya variabel kurs dan jumlah uang beredar (M2) yang berpengaruh signifikan terhadap IHSG Dan penelitian yang dilakukan uleh Muhammad Zuhdi amin (2012) dengan judul Pengaruh tingkat inflasi,suku bunga SBI,Nilai kurs dollar usd danindeks Dow Jones terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI Periode (2008-2011) memperoleh hasil bahwa semua variabel secara simultan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG Periode 2008-2011.
30
G.
Kerangka Pemikiran dan pengembangan hipotesis a. Kerangka Pemikiran Menurut Jogiyanto Hartono (2008:3), Pasar adalah suatu situasi dimana para pelakunya (penjual dan pembeli) dapat menegosiasikan pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas. Modal adalah suatu yang digunakan oleh perusahaan sebagai sumber dana untuk melaksanakan kegiatan perusahaan. Sedangkan pasar modal merupakan suatu situasi dimana para pemjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas dan komoditas yang dipertukarkan disini adalah modal
Menurut Rusdin (2008:1) Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya Keputusan Presiden (Kepres) No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal Bab I pasal 1 dimana disebutkan “ Pasar Modal adalah bursa efek seperti yang dimaksud dalam Undang – Undang No. 15 Tahun 1952 ( Lembaran Negara, Tahun 1952 No. 67 )”. Jadi Pasar Modal adalah bursa – bursa perdagangan di Indonesia yang didirikan untuk perdagangan uang dan efek 31
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap
harga saham perusahaan.
Sementara itu, perusahaan
yang
berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini
berarti harga saham
yang terkena dampak negatif akan
mengalami penurunan di Bursa Efek
Indonesia (BEI), sementara
perusahaan yang terkena dampak positif akanmengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya.
USD
IHSG DOW JONES Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
32
b. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh antara tingkat Fluktuasi kurs Valuta asing terhadap harga Indeks Harga Saham Gabungan di BEI kurun waktu 2010-2012 Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini
berarti harga saham
yang terkena dampak negatif akan
mengalami penurunan di Bursa Efek
Indonesia (BEI), sementara
perusahaan yang terkena dampak positif akanmengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya.
2. Pengaruh antara antara tingkat Indeks Harga Saham Luar Negeri terhadap harga Indeks Harga Saham Gabungan di BEI kurun waktu 2010-2012 Perubahan
satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang
berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Jadi perubahan saham asing cenderung bisa mempengaruhi harga Indeks Harga Saham Gabungan di dalam negeri.
33