BAB II LANDASAN TEORI
A. Audit 1. Pengertian Audit Menurut sukrisno agoes dan jan husada,(2012: 4) pengertian auditing adalah : Auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksan dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Pemeriksaan ini tidak dimasudkan untuk mencari kesalahan atau menemukan kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan dikemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan atas laporan keuangan dimaksudkan unutk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan Pengertian auditing menurut Siti dan Eky (2010:1) adalah sebagai berikut : Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. 2. Tujuan audit Tujuan audit menurut Sukrisno agoes dan Estralita trisnawati (2004: 22) adalah untuk menyakinkan bahwa : 1.
Posisi kas dan setara kas pada tanggal neraca benar-benar ada dan merupakan milik perusahaan (Existence & ownership)
2.
Semua transaksi kas dan serta kas telah dicatat dengan lengkap dan merupakan transaksi yang sah (completeness)
9
10
3.
Kas di bank seperti dinyatakan dalam rekonsiliasi telah dijumlahkan dengan benar dan sesuai dengan buku besar (mathematical accuracy)
4.
Kas di bank seperti dinyatakan dalam rekonsiliasi adalah abash dan benar (validity & valuation)
5.
Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dicatat dalam periode yang tepat (cut-off)
6.
Kas dan serta kas telah diungkapkan dengan benar (disclousure) Menurut
standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)PSA 02 (SA
110),IAI, 2009: 110.1). menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
3. Jenis-jenis audit Menurut Arens yang di terjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2011: 16) akuntan publik melakukan tiga jenis utama aktivitas audit, sebagai berikut: a. Audit Operasional Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur danmetode operasi organisasi. Pada akhir operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review atau penalaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi computer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain di mana auditor menguasainya.
11
b. Audit ketaatan Audit ketaatan ( compliance audit”) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. c. Audit laporan keuangan Audit laporan keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.
4. Jenis-jenis auditor Menurut Arens yang di terjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2011: 19) ada beberapa jenis auditor yang berpraktik jenis yang paling umum adalah: a. Kantor akuntan publik Kantor akuntan publik bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan historis yang di publikasikan oleh semua perusahaan terbuka, kebanyakan perusahaan lain yang cukup besar, dan banyak perusahaan serta organisasi nonkomesial yang lebih kecil. b. Auditor internal pemerintah Auditor internal pemerintahan adalah auditor yang bekerja untuk badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP), guna melayani kebutuhan pemerintah. c. Auditor badan pemeriksa keuangan Auditor badan pemeriksa keuangan adalah auditor yang bekerja untuk badan pemeriksa keuangan (BPK) pepublik Indonesia, badan yang didirikan berdasarkan konsitusi indonesia.
12
d. Auditor pajak Direktorat jendral (Ditjen) pajak bertanggung jawab untuk memberlakukan peraturan pajak. Salah satu tanggung jawab utama Ditjen pajak adalah mengaudit SPT wajib pajak yang berlaku. Audit ini murni bersifat audit ketaatan. Auditor yang melakukan pemeriksaan ini disebut auditor pajak. e. Auditor internal Auditor internal dipekerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit bagi manajemen, sama seperti BPK mengaudit DPR.
5.
Jasa Yang Diberikan dan jasa Lainnya Menurut Arens yang di terjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2011: 10), terdapat beberapa jasa yang diberikan audit dan jasa lainnya, diantaranya yaitu: a. Jasa assurance Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Jasa semacam ini dianggap penting tidak bias berkenaan dengan informasi yang diperiksa. Individu-individu yang bertanggung jawab membuat meningkatan keadalan dan relevalasi informasi yang digunakan sebagai dasar keputusannya. b. Jasa Atestasi Jasa atestasi adalah jenis jasa assurance dimana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Jasa atestasi dibagi menjadi lima kategori:
13
1. Audit atas laporan keuangan historis. 2. Atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. 3. Telaah (review) laporan keuangan historis. 4. Jasa atesitasi mengenai teknologi informasi. 5. Jasa atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalahan. c. Jasa assurance lainnya Sebagai besar jasa assurance lain yang diberikan akuntan public tidak memenuhi definisi jasa atestasi, tetapi akuntan tetap harus independen dan harus memberikan kepastian tentang informasi yang digunakan oleh pengambilan keputusan. Jasa-jasa assurance ini berbeda dengan jasa atestasi karena akuntan publik tidak diharuskan mngeluarkan laporan tertentu, dan kepastian itu tidak harus mengenai reabilitas asersi pihak lain tentang ketaatan pada keriteria tertentu. Penugasan jasa assurance ialin ini berfokus pada peningkatan
mutu
informasi
bagi
pengambilan keputusan, sama seperti jasa atestasi. Kantor akuntan publik (KAP) menghadapi ajang persaingan yang lebih luas di pasar jasa-jasa
assurance
lain ini. Audit dan beberapa jenis jasa atestasi
memang oleh peraturan dibatasi hanya untuk akuntan yang berlisensi, tetapi pasar untuk bentuk assurance lainnya terbuka bagi pesaingan nonakuntan. d. Jasa-jasa Non- Assurance yang Diberikan akuntan Publik KAP melakukan berbagai jasa lain yang umumnya berada di luar lingkup jasa assurance. Tiga contoh yang spesifik adalah:
14
1. Jasa akuntansi dan pembukuan 2. Jasa pajak 3. Jasa konsultasi manajemen
6.
Standar Auditing Standar auditing yang telah ditetapkan oleh Sukrisno Agoes (2004 : 30), dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu : a. Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oelh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran professionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian inter harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
15
memadai untuk menyatakan pendapatan atas laporan keuangan yang diaudit. c. Standar pelaporan 1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Laporan audit harus menunjukan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansu dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuatkan suatu pernyataan pendapatan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapatan secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor memuatkan petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor (IAPI, 2011: 150.1 & 150.2).
16
B. Kualitas Audit Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Menurut Rosnidah (2010) kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien. Menurut Hasibuan (2010) kualitas audit merupakan suatu hasil kerja auditor dalam mengevaluasi tentang kewajaran pada laporan keuangan klien dan melaporkannya. Sedangkan menurut Ani (2009) kualitas audit merupakan kemampuan seorang auditor dalam mengurangi faktor ketidakpastian yang berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan pihak manajemen. Dan menurut Agoestino (2010) kuallitas audit sebagai kemungkinan (probabilitiy) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam system akuntansi klien. Sementara
itu
Barbadillo
(2004)
dalam
Budiman
(2010)
mengemukakan bahwa reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit, namun demikian dalam banyak penelitian kompetensi dan independensi masih jarang digunakan untuk mrlihat seberapa besar kualitas audit secara aktual. Menurut Budiman (2010) reputasi auditor didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring yang secara umum tidak dapat di amati. Lennox (2000) dalam
17
Budiman (2010) menjelaskan bahwa teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran KAP dengan kualitas audit. Dari penjelasan diatas berarti dapat ditarik suatu benang merah bahwa kualitas audit dapat dinilai dari kualitas hasil pekerjaan auditor dan juga reputasi auditor. De angelo (1981) dalam Budiman (2010) Mendefinisikan kualitas audit sebagai propabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam system akuntansi kliennya. Dia menunjukan bahwa KAP yang besar akan berusaha unutk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Menurut deis dan Giroux (1992) dalam Budiman (2010) Ada empat hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu:
a. Lama waktu auditor, telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tunure), semakin lama seorang auditor melakukan audit pada klien yang sama makakualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah. b. Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien makan kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya. c. Kesehatan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk mrnrkan auitor agar tidak mengikuti standar.
18
d. review oleh pihak ketiga, kulitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaan akan di review oleh pihak ketiga. Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) dalam Elfarini (2007)
ada delapan
prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu : 1. Tanggung jawab profesi. Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. 2. Kepentingan publik. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada
publik,
menghormati kepercayaab
publik
dan
menunjukan komitmen atas profesionalisme. 3. Integritas. Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. 4. Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari bantuan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalisnya.
19
5. Kompetensi dan kehati-hatian professional. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi
dan
ketekunan
serta
mempunyai
kewajiban
untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampiran professional. 6. Kerahasiaan. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan. 7. Perilaku profesional. Setiap anggota harus berptilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjahui tidakan yang dapat mendiskretikan profesi. 8. Standar teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar professional yang relevan. Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) 2011. berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai
20
peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik (Elfarini, 2007).
C. Pengalaman Kerja Knoers dan Haditono (1999) dalam Asih (2006 : 12) mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Variabel pengalaman akan diukur dengan menggunakan indikator. lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan, dan banyaknya pelatihan yang telah diikutinya. Pengalaman merupakan perlengkapan yang penting yang dimiliki oleh audit, hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak dari pada auditor yang berpengalaman. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan menghasilkan kualitas audit yang baik. Secara teknis semakin banyak tugas yang dia kerjakan akan semakin mengasah keahlian dalam mendeteksi suatu hal yang memerlukan treatment atau perlakuan khusus yang banyak dijumpai dalam pekerjaannya dan sangat
21
bervariasi karakteristiknya (Aji, 2009 : 5). Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang yang melakukan pekerjaan yang sama secara terus menerus, maka akan
menjadi
lebih
mudah,
cepat,
tepat
dan
lebih
baik
dalam
menyelesaikannya . Hal ini dikarenakan telah benar-benar memahami teknik atau cara menyelesaikannya, serta telah banyak mengalami berbagai hambatan-hambatan atau kesalahan-kesalahan dalam pekerjaannya tersebut, sehingga dapat lebih cermat dan berhati-hati menyelesaikannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Penelitian yang dilakukan oleh Alim, dkk (2007) mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan. Purnamasari (2005) dalam Asih (2006) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari penyebab munculnya kesalahan. Hasil Penelitian Tubbs (1992) dalam Alim, dkk (2007) menunjukkan bahwa subyek yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak, maka akan menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar dibandingkan auditor yang pengalaman auditnya lebih sedikit. Abdolmohammadi dan Wright (1987) dalam Alim, dkk (2007) memberikan
22
bukti empiris bahwa dampak pengalaman auditor akan signifikan ketika kompleksitas tugas di pertimbangkan. Kemudian Nizarul (2007) menyatakan bahwa pengalaman akan memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil adalah merupakan keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki auditor maka akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.
D. Independensi Independensi merupakan standar umum nomer dua dalam standar auditing yang ditetapkan oleh IAI. Standar ini menyatakan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor (IAI, 2009: PSA 04 Seksi 220), satandar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi karna
ia melakukan pekerjaannya untuk kepentingan umum
sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox independensi merupakan standar auditing yang penting karna opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kerdibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen
23
terhadap klien nya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (Mautz dan Sharaf, 1993) dalam Alim (2007:8).
Menurut Mulyadi (2008:26) independensi adalah Independensi berarti sikap mental yang tidak bisa dipengaruhi, tidak dikendalikan pihak lain, tidak bergantung pada pihak lain, independensi berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam memprtimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatanya. Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:51) independensi merupakan: Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan penguji, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit . sikap mental audit tersebut harus meliputi independence in fact dan independence in appearance”.Banyak pihak yang menggantungkan kepercayaan terhadap kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor,Karen harapan pemakai laporan keuangan untuk mendapatkan suatu pandangan yang tidak memihak. 1. Independence in fact merupakan indpendensi dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Artinya sebagai suatu kejujuran yang tidak memihak sepanjang pelaksaan auditnya. Artinya sebagai suatu kejujuran yang tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya, hal ini berarti bahwa dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberian pendapat, auditor harus objektif dan tidak berprasangka. 2. Independence in appearance merupakan independen dalam penampilan adalah hasil interprestasi pihak lain mengenai independensi ini. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor termasuk memiliki
24
hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga) dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen”. Code of Ethics for Profesional Accountants, terbitan IESBA. Dalam tahun 2009, Code of Ethics for Professional Accountants yang telah direvisi. Code of Ethics ini (efektif 1 Januari 2011) mengklarifikasi beberapa ketentuan, kewajiban, dan persyaratan, dan secara signifikan memperketat ketentuan mengenai independensi,sebagai berikut : 1. Memperluas ketentuan mengenai independensi untuk audit listed entities (perusahaan yang terdaftar di pasar modal) ke semua PIE ( public-interest entities atau entitas dengan kepentingan umum ). 2. Mengharuskan adanya “periode pembekuan” (colling-off period) sebelum “orang” tertentu dalam KAP bergabung dengan public-interest audit clients dalam posisi tertentu. 3. Memperluas kewajiban partner-rotation untuk semua key audit partners. 4. Memperketat ketentuan mengenai pemberian jasa non-asurans kepada audit clients, seperti tax planning dan jasa konsultasi lain. Beberapa larangan berlaku untuk kasus-kasus non-public interest entities audits (audit untuk entitas dengan yang tidak ada kepentingan umum ) untuk tax planning dan jasa konsultasi lain, maupun bantuan dalam penyelesaiian masalah perpajakan (assistance in resolution of tax services).
25
5. Mewajibkan pre-or-post-issuance review jika total fees dari public-interest audit clients melampaui 15% total fees dari KAP tersebut untuk dua tahun berturut-turut. 6. Melarang key audit partners dievaluasi kinerjanya terhadap (atau menerima imbalan untuk) menjual jasa non-asurans kepada audit clients. Dalam Standar Professional Akuntan Publik (SPAP,2011) seksi 220, Standar mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan,namaun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagaian)atas laporan auditor independen,seperti calon-calon pemilik dan kreditur. Faktor faktor yang mempengaruhi Independensi auditor : Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang sering kali menggangu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut Mulyadi (2008:27): 1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor di bayar oleh kliennya atas jasanya tersebut. 2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan klienya.
26
3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien.
E. Kompetensi auditor I Gusti Agung Rai (2008:63) menyatakan terdapat tiga macam kompetensi auditor kinerja, yaitu mutual personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus. Untuk memperoleh kompetensi tersebut dibutuhkan pendidikan dan pelatihan bagi auditor kinerja, yang dkenal dengan pendidikan professional berkelanjutan (continuning professional education). Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa kompentensi berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Interaksi independensi dan etika auditor terhadap kualitas audit berpengaruh signifikan, sedangkan kualitas audit berpengaruh signifikan, sedangkan kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Alim, dkk, 2007) Kompotensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi (IAI 2007). Akuntan publik yang berkompeten adalah yang bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan
27
umum. Akuntan publik harus secara kontinyu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Akuntan publik harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi. Menurut prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional (SPAP) yang ditetapkan oleh ikatan Akuntan Indonesia (IAI) ,2011, seksi 130, mewajibkan setiap praktisi untuk: a. Memelihara pengetahuan dan keahlian professional yang dibutuhkan untuk menjamin pemberian jasa professional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja dan b. Menggunakan kemarhan professionalnya dengan saksama sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
E. Penelitian Terdahulu Telah banyak penelitian yang melakukan penelitian untuk melihat bagaimana pengaruh terhadap kualitas audit. Hasil dari beberapa penelitian sebelumnya
tersebut
akan
digunakan
sebagai
bahan
refrensi
dan
perbandingan dalam penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang barkaitan dengan penelitian ini di antaranya sebagai berikut.
28
Table 2.1 Matriks Ringkasan penelitian terdahulu
Peneliti dan tahun Castellani (2008)
Nataline (2007)
Indah (2010)
Nungky nurmalita sari (2011)
Judul
Variable yang diteliti
Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
Independen: kompetensi dan independensi Dependen: kualitas audit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh pada kualitas audit baik secara parsial maupun simultan Independen: menujukan bahwa pengalam kerja, ada pengaruh positif independensi pengalaman kerja obyektifitas,integritas terhadap kualitas dan kompotensi audit. Dependen: Kualitas hasil audit.
Analisis pengalaman kerja, indpendensi, obyektifitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil audit Pengaruh Independen: Kompetensi dan Kompetensi dan Independensi independensi Auditor Dependen: Terhadap kualitas audit Kualitas Audit Pengaruh pengalaman dan independensi terhadap kualitas audit
Hasil peneliti (kesimpulan)
Independen: pengalaman dan independensi Dependen: kualitas audit
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit Secara simultan seluruh variabel independen tersebut berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit
29
Harisandi Hasibuan (2010)
Pengaruh lingkuan kerja,independe nsi,dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit
Independen: lingkungan kerja,independensi dan pengalaman auditor Dependen: kualitas audit
Menyimpulkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit dan merupakan variabel yang paling dominan dalam uji regresi
F. Kerangka pemikiran Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat digambarkan dalam suatu bagan kerangka pemikiran yang disajikan pada gambarkan 2.1 sebagai berikut. Variabel Independen
Variable Dependen
Pengalaman Kerja (X1)
Independensi (X2)
Kualitas Audit (Y)
Kompetensi Auditor (x3)
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
30
G. Pengembangan Hipotesis Adapun kerangka pemikiran atas penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Audit Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas
pengetahuannya
di
bidang
akuntansi
dan
auditing
(Christiawan, 2002).Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh auditor maka semakin baik dan semakin meningkat pula kualitas audit yang dihasilkannya. H1
: Pengalaman
kerja berpengaruh terhadap kualitas audit
2. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit Eunike (2007) menyatakan bahwa Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap
independen
dari
auditor.
Karena
jika
auditor
kehilangan
independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif
31
tidak memihak dalam diri auditor merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin independen seorang auditor maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkannya. H2
: Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit
3. Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002) dalam Alim dkk (2007) kompetensi didefinisikan sebagai aspekaspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan di mana kompetensi akan
mengarahkan tingkah
laku,
sedangkan tingkah
laku akan
menghasilkan kinerja. Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa kompentensi berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Interaksi independensi dan etika auditor terhadap kualitas audit berpengaruh signifikan, sedangkan kualitas audit berpengaruh signifikan, sedangkan kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Alim, dkk, 2007). H3 : Kompentensi Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit