9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Hotel Menurut H. Kodhyat, ketua Lembaga Studi Pariwisata Indonesia, hotel merupakan suatu sarana akomodasi yang disediakan untuk setiap orang atau tamu yang ingin menginap untuk sementara dan bersedia membayar biaya penginapan sesuai dengan tarif yang telah ditentukan atau disepakati bersama antara pihak pengelola hotel dan tamu yang bersangkutan. Dalam surat Keputusan Menteri Perhubungan No. 10/PW301/Phb-77 hotel diartikan sebagai berikut: “ Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersil dan disediakan bagi orang yang membutukan penginapan sekaligus memberikan pelayanan dalam bentuk makanan dan minuman.” Hotel merupakan bangunan komersil yang harus berbentuk badan hukum dan tunduk kepada Hukum Indonesia, serta maksud dan tujuannya semata-mata di bidang usaha hotel.
2.1.2 Sistem Pengelolaan Hotel Struktur organisasi hotel secara umum yang telah di buat oleh P & J Manson, kordinasi antara bagian dalam hotel dapat dibedakan menjadi: -
Front of The House ( Sektor Depan Hotel)
-
Back of The House (Sektor Belakang Hotel)
Dalam pengelolaan hotel yang berorientasi pada penjualan jasa maka untuk keberhasilannya ditentukan oleh ilmu faktor, yaitu: Lokasi
: Tempat Hotel yang dihubungkan dengan jarak pencapayan,
sarana tranportasi, lingkungan sekeliling lokasi.
10
Fasilitas
: Segala sarana yang dimanfaatkan oleh para pengunjung yang
meliputi kamar tidur, restoran dan bar, kolam renang dan sebagainya. Pelayanan
: Sistem layanan yang diberikan seperti kecepatan, keramahan,
dan lamanya pelayaan yang diberikan (24 jam). Kesan
: Bagaimana suatu hotel
menampilkan wajahnya kepada
masyarakat dan bagaimana masyarakat menangkap gambaran tersebut. Hal ini dibentuk antara lain dengan kesan bangunan, suasana ruang dan sebagainya. Tarif
: Kepuasan dari pengunjung hotel atas keempat unsur diatas
harus diimbangi dengan harga yangharus dibayarnya, dimana pihak pengusaha mendapatkan keuntungan yang wajar dengan modal yang ditanamkan. 2.1.3 Pengklasifikasian Hotel Berdasarkan Ukuran a. Small Hotel
: Hotel kecil dengan jumlah kamar dibawah 150 orang.
b. Medium Hotel
: Hotel ini dibagi dengan 2 kategori antara lain:
-
Average hotel
: 150-299 kamar
-
Above Avarage hotel
: 300-600 kamar
c. Large Hotel
: Hotel skala besar dengan jumlah kamar 600 unit.
2.1.4 Pengklasifikasian Hotel Berdasarkan Tujuan Pemakaian 2.1.4A Hotel Bisnis Hotel bisnis merupakan pengelompokkan hotel berdasarkan faktor kegiatan tamu selama menginap, yaitu berbisnis. Mayoritas pengunjung hotel ini adalah businessman, maka hotel ini dikatakan sebagai hotel bisnis. Hotel bisnis identik dengan pemilihan letak di tengah kota yang berdekatan dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi. Hotel bisnis dikenal juga dengan nama Commercial Hotel atau City Hotel. Sesuai dengan namanya, pangsa pasar dari hotel ini adalah mereka yang sedang dalam perjalanan dinas kerja/bisnis. Lokasi yang dipilih selalu dekat dengan area kegiatan perdagangan, kegiatan seperti itu relative berada pada pusat kegiatan. Ditinjau dari lamanya tamu yang menginap di hotel ini,
11
relative sangat singkat yang berkisar 1-3 malam per-kunjungan. Hotel bisnis yang ada di Jakarta misalnya Hotel Indonesia, Hotel City, Hotel Dusit Mangga Dua. Hotel bisnis menyediakan ruang-ruang untuk disewakan. Fungsi ruang-ruang tersebut sebagai akomodasi penginapan untuk menginap sementara waktu. Beberapa penjabaran singkat mengenai karakter hotel bisnis dan pengunjung/tamunya antara lain: a.
Karakteristik Tamu Hotel Bisnis Usaha di bidang perhotelan mempunyai sasaran pelayanan jasa
akomodasi bagi parapebisnis baik dari dalam maupun luar kota yang terdiri dari: 1. Peserta konvensi/ konferensi 2. Pejabat pemerintah, dll.Karakteristik tamu hotel bisnis yaitu:
•
•
Berpergian seorang diri atau berkelompok
•
Menginap dalam jangka waktu relatif singkat
Ingin cepat menyelesaikan tugasnya, sehingga pertimbangan terhadap jarak pencapaian ke objek tujuan harus sedekat mungkin
•
Karakter Kaum Pebisnis/Bussinessman Secara umum, kaum pebisnis mempunyai karakter yang sangat efisien. Kualitas interaksibisnis merupakan perhatian utama. Mereka berusaha menjalin interaksi sesingkat mungkindan mencapai relasi seerat mungkin. Interaksi bisnis dapat dilakukan di dalam dan luar hotel.Interaksi yang dilakukan di luar hotel menuntut tamu beraktivitas di luar dan memanfaatkan fasilitas hotel dalam waktu yang singkat, misalnya beristirahat. Interaksi yang dilakukan dalam lingkungan hotel menuntut disediakannya ruang yang nyaman, mempunyai privatisasi tinggi dan dapat mendukung proses relasi bisnis yang diinginkan.Kegiatan bisnis juga dapat dilakukan sambil makan, minum kopi, olahraga dan kegiatan santai lainnya. Hotel bisnis memerlukan fasilitas olahraga, bersantai, makan,minum, dan tentunya fasilitas standar ruang pertemuan juga diperlukan. b.
Golongan Tamu Hotel Bisnis
12
Tamu hotel adalah setiap orang yang menginap dan atau mempergunakan jasa-jasa lainnya yang disediakan oleh hotel.Tamu hotel bisnis, baik orang asing maupun lokal, pada umumnya terdiri atas pedagang, pengusaha, pejabat pemerintahan dan pegawai negeri swasta.Sedangkan berdasarkan kegiatan dan tujuannya tamu hotel dapat diklasifikasikan atas: • Tamu/wisatawan pesiar, mempunyai kegiatan dan tujuan rekreasi, berlibur, pemulihan kesehatan, atau olah raga. • Tamu/wisatawan bisnis, mempunyai kegiatan dan tujuan berdagang, mengurus tugas/urusan perusahaan atas instansi. • Tamu/wisatawan konvensi, biasanya mempunyai kegiatan dan tujuan mengikuti konperensi, kegiatan konperensi ini bisa menyangkut materi bisnis ataupun perkembangan perekonomian. Studi diatas mengarahkan pada hotel bisnis dengan standar pengklasifikasian hotel yang berdasarkan ukuran dengan mengambil Large Hotel dengan jumlah kamar 600 unit. Didukung oleh kawasan bisnis dengan standar mewah maka hotel ini menggunakan fasilitas hotel bintang 5.
2.1.5 Kriteria fasilitas hotel bintang 5 Hotel kelas ini mempunyai kondisi sebagai berikut: Umum •
Lokasi mudah dicapai, dalam arti akses ke lokasi tersebut mudah
•
Bebas polusi
•
Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby
•
Bangunan terawat rapi dan bersih
•
Sirkulasi di dalam bangunan mudah
a)Bedroom • Mempunyai minimum 100 kamar standar dengan luasan 26 m2/kamar • Mempunyai minimum 4 kamar suite dengan luasan 52 m2/kamar •
Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai
•
Dilengkapi dengan pengatur suhu kamar di dalam kamar
b)Dining room
13
Mempunyai minimum 3 buah dinning room, salah satunya dengan spesialisasi masakan (Japanese/ Chinese/ European food). c)Bar Minimum seperti pada hotel berbintang 4 d)Ruang fungsional Minimum seperti pada hotel berbintang 4 e)Lobby Minimum seperti pada hotel berbintang 4 f)Drug store Minimum seperti pada hotel berbintang 4 g)Sarana rekreasi dan olah raga Seperti pada hotel berbintang 4 ditambah dengan area bermain anak minimum ayunan atau ungkit (children playground). h)Utilitas penunjang Minimum seperti hotel bintang 4 dengan tambahan: •
Transportasi vertikal mekanis.
•
Ketersediaan air bersih minimum 700 liter/ orang/ hari.
•
Dilengkapi dengan instalasi air panas/ dingin.
•
Dilengkapi dengan sentral video, musik, teleks, radio, carcall.
i)Business center Di business center ini tersedia beberapa staf yang dapat membantu dengan
bertindak
berkomunikasi dengan
sebagai co-secretary para
tamu yang ingin
kantor pusatnyamaupun relasi bisnisnya. Selain
itu, ada pula fasilitas lain seperti faksimili, teleks,mecanograf. Para tamu dapat memanfaatkan
pelayanan
melaluikamarnya untuk reservasi dan
dengan
akses
internet
promosi usahanya, di samping
juga dapat melakukan telekonferensi. j) Restoran Subbagian restoran di hotel yang besar dapat dibagi menjadi: • Main dining room atau ruang makan utama yang menyediakan makanan Peraneisatau internasional.
14
• Coffee shop restoran yang menyediakan dan menyajikan makan pagi dengan menu dan jenis pelayanannya lebih sederhana atau biasa disebut ready on plate. • Restoran yang spesilik seperti grill-room, pizzarea, japanesse, oriental. • Room service restoran yang melayani dan menyediakan hidangan makanan dan minuman kepada tamu hotel yang enggan keluar kamar. Atas dasar pesanan tamu, makanan dan minuman diantar langsung ke kamar tamu. • Take out service dan out side catering untuk lebih meningkatkan pendapatan penjualan produk yang dihasilkan
oleh dapur hotel, ada beberapa hotel yang melayani
pesanan makanan dan
minuman
perjamuan di luar. Hotel seperti misalnya instansi-instansi pemerintah,
dan
penyelenggaraan
untuk
perjamuan
perjamuan kenegaraan dan instansi-
instansi swasta. Di samping itu, toko
makanan
berupa
yang dijual oleh pastry shop yang ada di hotel juga
kue-kue
melayani
penjualan kue-kue dan ice cream untuk keperluan umum.
2.1.6
Hotel Bisnis - Hotel Bisnis Bintang Lima Pengertian hotel bisnis bintang lima adalah hotel yang menyediakan akomodasi penginapan dan fasilitas lainnya dalam waktu yang relatif singkat untuk tujuan niaga/ bisnis, kedinasan, atau konferensi. Lokasi pengembangannya di pusat kota atau perkantoran. Hotel bintang lima mempunyai standar fasilitas-fasilitas tertentu yang hsrus dipenuhi. Hotel bisnis ini akan mengikuti standar hotel dan peraturan yang sudah ada sebelumnya yang sudah disepakati. Untuk beberapa jumlah kamar ada beberapa standar yang telah ditetapkan lama oleh Dirjen Pariwisata mengenai banyaknya kamar yang disediakan hotel. Pembagian tersebut dibedakan berdasarkan kelas yang
15
telah ditetapkan. Berikut adalah penjelasan standar jumlah kamar yang ada di hotel. Tabel 2.1 : Standar kelas hotel berdasarkan kelas hotel
KELAS HOTEL Hotel Bintang 5
STANDARD Mempunyai minimal 100 kamar tamu yang terdiri dari 86 double dan 10 single dan 4 suite dengan luas minimal 26-30 m2.
Sumber: Data Dirjen Pariwsata, Google Search
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1
Pengertian Sustainable Design Pengertian pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Istilah pembangunan berkelanjutan diperkenalkan dalam World Conservation Strategy (Strategi Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP), International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), dan World Wide Fund for Nature (WWF) pada 1980. Pada 1982, UNEP menyelenggarakan sidang istimewa memperingati 10 tahun gerakan lingkungan dunia (1972-1982) di Nairobi, Kenya, sebagai reaksi ketidakpuasan atas penanganan lingkungan selama ini. Dalam sidang istimewa tersebut disepakati pembentukan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Environment and Development - WCED). PBB memilih PM Norwegia Nyonya Harlem Brundtland dan mantan Menlu Sudan Mansyur Khaled, masing-masing menjadi Ketua dan Wakil Ketua WCED. Menurut Brundtland Report dari PBB (1987), pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Konsep Pembangunan Berkelanjutan ini kemudian
16
dipopulerkan melalui laporan WCED berjudul “Our Common Future” (Hari Depan Kita Bersama) yang diterbitkan pada 1987. Laporan ini mendefinisikan Pembangunan Berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka sendiri.
2.2.2 Prinsip-prinsip sustainable design Menurut Sustainable Design Ecology, Architecture, and Planning (Daniel E. Williams, 2007, 18-19) prinsip-prinsip dalam mendesain bangunan agar berkelanjutan antara lain: •
Connectivity: Design to reinforce the relationship between the project, the site, the community, and the ecology. Make minimal changes to the natural system functioning. Reinforce and steward those natural characteristics specific to the place.
•
Indigenous: Design with and for what has been resident and sustainable on the site for centuries.
•
Long life, loose fit: Design for future generations while reflecting past generations.
2.2.5
Fasade & Double Fasade (Secondary Skin and Sun Shading) Konsep Fasade Konsep secondary skin adalah seperti pakaian pada manusia yang berfungsi untuk melindungi kulit manusia untuk melindungi dari radiasi matahari, kotoran, air hujan ataupun ancamanancaman dari luar, pakaian dapat berfungsi juga sebagai cara seseorang untuk mengekspresian dirinya, hal ini sama dengan penggunaan secondary skin pada bangunan, secondary skin berguna untuk melindungi kulit atau dinding dibaliknya dengan fungsi yang mirip dengan pakaian pada manusia namun dengan pengaplikasian yang berbeda. Pemilihan tipe fasade berdasarkan basis lokasi suatu bangunan dan juga persyaratan ruangan didalam ruangan bangunan. Peranan ditentukan oleh fraki glazur dan derajat dari bagian transparan bangunan. Rongga pada fasade
17
digunakan untuk karakter fasade tertentu untuk menghindari kondisi overheat atau terlalu panas pada fasade bangunan. Faktor lain yang menentukan Pemilihan fasade adalah polusi suara dan bau. Berikut adalah beberapa tipe fasade yang sekarang ini telah digunakan di bangunan-bangunan; Windowed facade, Element facade, baffle panel, Alternating Façade, Box window facade, Corridor facade, Unsegmented double skin facade, Controllable double skin facade. Penggunaan konsep fasade tersebut adalah berdasarkan pertimbangan dari lokasi tapak, orientasi bangunan terhadap matahari, keuntungan penggunaan suatu tipe fasade, karena setiap tipe memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada bangunan secondary skin berguna tidak hanya panas saja tetapi secondary skin juga dapat berguna untuk mengurangi kebisingan dari luar bangunan, lalu dapat juga berfungsi sebagai elemen estetis untuk bangunan. Menurut Harrison and Boake, (2003) in the Tectonics of the Environmental Skin, menggambarkan sistem Kulit Facade ganda sebagai "dasarnya sepasang kaca "Kulit" dipisahkan oleh koridor udara. Lapisan utama kaca biasanya lapisan untuk isolasi. Ruang udara antara lapisan kaca bertindak sebagai isolasi terhadap suhu ekstrem, angin, dan suara. Sun-shading perangkat sering terletak antara dua kulit. Semua elemen dapat diatur secara berbeda menjadi angka permutasi dan kombinasi dari membran padat dan kaku " Sebelum memulai sebaiknya kita memperhatikan fakta bahwa: “Global koefisien perpindahan panas, seperti koefisien perpindahan panas keseluruhan (U-nilai) dan keuntungan koefisien panas matahari (G-nilai) biasanya dipelajari untuk menentukan perilaku termal dari bagian depang gedung koefisien standar mengasumsikan mantap negara dan satu aliran panas terarah dan ini
18
tidak dapat langsung diterapkan berventilasi fasade.” (Faggembau, dkk., 2003).
Gambar 2.1 Secondary Facade
Sumber :Faggembau, dkk., 2003
2.2.6
Pembayangan Pada Bangunan Sinar Matahari selain memberikan terang untuk kita dapat melakukan aktivitas juga akan mengantarkan panas bersamaan dengan cahayanya. Untuk memanfaatkan maksimal cahaya harus dicari sebuah cara untuk memanfaatkan sinar itu sendiri, mendapatkan sinar untuk menerangi ruangan sambil menolak atau mengurangi panasnya. Ada beberapa cara untuk melakukan hal tersebut diantaranya dengan menggunakan lapisan film pada kaca jendela atau dengan jendela thermal yang dibuat double kaca yang ditengahnya merupakan ruang hampa untuk menjebak panas di ruang hampa tersebut dan tidak masuk kedalam ruangan bangunan. Bisa juga dengan penggunaan sirip-sirip bangunan atau kantilever, penggunaan kantilever atau sirip-sirip bangunan bertujuan untuk
19
menghalangi sinar matahari langusng masuk melalui jendela sehingga tidak terjadi pemanasan pada ruangan dalam bangunan. Dari beberapa cara yang telah disebutkan dapat mengurangi cahaya yang masuk melalui jendela atau bukaan-bukaan lain, tetapi tidak pada dinding-dinding bangunan yang tetap terkena cahaya matahari langsung sehingga terjadi pemanasan pada permukaannya dan setelah selang beberapa waktu panas tersebut akan masuk ke dalam bangunan tergantung bangunan tergantung koefisien time lag tiap material yang menentukan waktu perambatan panas tersebut masuk ke dalam bangunan. Untuk itu sekarang ini ridak sedikit bangunan yang menerapkan konsep kulit bangunan untuk melindungi panas cahaya matahari langusng dengan teknik pembayangan. Berikut adalah bebrapa kondisi yang terjadi pada cahaya matahari langsung: a. Sinar matahari yang jatuh di permukaan bidang kaca akan mengurangi masuknya rambatan panas sebesar 80%-90%. Dengan demikian, selain mendapatkan terangnya tetapi panasnya juga ikut masuk ke dalam ruangan. b. Penggunaan Tirai dibalik jendela akan mengurangi masuknya rambatan panas sinar matahari sehingga tinggal 30%-40% saja. c. Pemasangan jalusi atau kisi-kisi sebagai pelapis bangunan merupakan elemen yang sangat mendukung ushasa untuk menolak atau mereduksi panas matahari secara hampir sempurna. Dengan cara demikian, maka panas matahari akan memanasi kisi-kisi bangunan dan bukan dinding atau jendela bangunan dan sementara cahaya dapat masuk melalui pemantulan cahaya melalui kisi-kisi tersebut dengan kata lain cahaya yang masuk adalah cahaya tidak langsung,
2.2.9
Keuntungan Penggunaan Secondary skin façade
20
-
Biaya lebih murah, dibandingkan dengan solusi yang ditawarkan dengan
penggunaan
electrochromic,
panelThermochromicatau
photochromic. Walaupun penggunaan panel-panel tersebut sangat menjanjikan namum panel-panel tersebut sangat mahal. Sebaliknya penggunaan double skin façade dapat memperoleh kualitas yang bervariasi tergantung dari koordinat dan komponen-komponen lainnya. -
Insulasi Akustik, berdasarkan jurnal-jurnal dari berbagai penulis, insulasi akustik adalah salah satu alas an penting mengapa konsep double skin façade digunakan. Penggunaan selubung bangunan atau secondary skin ini, dapat mengurangi kebisingan didalam bangunan dengan dan juga dari luar bangunan ke dalam bangunan sebagai contoh kebisingan yang dihasilkan dari kemacetan jalanan. Jager, (2003) menyatakan untuk insulasi suara dengan penggunaan jarak minimal 100 mm.
-
Insulasi Thermal: banyak penulis mengklaim bahwa sistem selubung bangunan menawarkan insulasi thermal yang baik untuk musim dingin dan musim panas. o Selama Musim Dingin, kulit luar tambahan memberikan kenaikan kualitas insulasi dengan mengurangi pelepasan panas pada bangunan. Stec and Paassen “Controlled Double Façades and HVAC” pada tahun 2000, menuliskan tentang kemampuan aspek prehating pada double skin façade. “Angka paling tinggi dari effiseiensi pemulihan panas ditemukan pada rongga yang lebih tipis. Rongga yang tipis memiliki kepadatan udara yang lebih tinggi di dalamnya oleh karena itu pada rongga yang tipis terdapat koefisien transfer panas yang lebih tinggi”. Thus, “saat musim dingin, rongga yang tipis lebuh berguna karena rongga yang tipis tersebut dapat mengatur aliran udara di dalamnya lebuh baik untuk effiensi pemanasan melalui ventilasi udara”.
21
o Saat Musim Panas, udara panas didalam rongga dapat di buang bila rongga tersebut berventilasi (secara natural ataupun mekanik). Untuk ventilasi yang tepat dari rongga udara, sangat penting untuk mengkombinasikan antara tipe panel denhan tipe shading sehingga tidak tercipta panas pada rongga dan bagian dalam bangunan. - Ventilasi pada malam hari, pada saat hari-hari di musim panas, saat panas dilar bangunan lebih dari 26o C ada kemungkinan untuk suhuruang di dalam bangunan menjadi berlebihan. Pada kasus ini, selubung bangunan dapat menyimpan suhu yang lebih rendah dengan menggunakan ventilasi alami. Dikutip dari Lee, dkk (2002) “Selubung bangunan di desiain untuk memungkinkan ventilasi pada malam hari, dengan alas an keamanan dan proteksi dari hujan sebagai keuntungan utama” - Penghematan Energi dan mengurangi dampak pada lingkungan, Prinsipnya selubung bangunan dapat menghemat energy juga di desain dengan tepat. Dikutip dari Oesterle, dkk.,(2001) “sebuah angka yang signifikan bisa diperoleh hanya bila selubung bangunan mengadakan ventilasi pada jendela atau dimana penggunaan natural dimanfaatkan. Dengan menghindarkan penggunaan system udara mekanik pasokan listrik untuk udara dapat dikurangi. - Proteksi yang lebih baik untuk pembayangann dan Perlengkapan Penerangan, oleh karena pembayangan dan perlengkapan penerangan diletakan di bagian dalam dari rongga selubung bangunan, sehingga tehindar dari angin dan juga hujan. - Reduksi dari tekanan angin, pada high rise bulding selubung bangunan bisa berfungsi untuk mereduksi tekanan angin. - Transparancy – Desain arstiektural, Lee, dkk., (2002) menyatakan “ double skin façade adalah sebuah phenomena yang terjadi di arsitektur Eropa didorong oleh gairah dari estetika untuk kaca sebagai keseluruhan fasade”
22
- Ventilasi Natural, salah satu keuntungan dari penggunaan selubung bangunan
adalah
dengan
pengaplikasian
selubung
bangunan
memungkinkan ventilasi alami terjadi. - Kenyaman thermal, Pada saat musim dingin udara dalam bangunan akan terasa lebih hangat karena udara hangat terisolasi didalam bangunan, sedangkan pada musim panas selubung berfungsi sebagai pengahalan sinar matahari langusng sehingga bangunan tidak menyerap panas sinar matahari. Tabel 2.2 keuntungan penerapan secondary skin
Sumber: Climate Design
2.2.10
Kerugian Penggunaan Secondary skin facade - Harga Konstruksi lebih mahal, dibandingkan dengan penggunaan fasade yang konvensional. Dikutip dari Oesterle, dkk,. (2001) “ Tak seorangpun yang dapat membantah bahwa penggunaan kulit kedua pada bangunan akan lebih murah dari pada penggunaan kulit bangunan singel: konstruksi dari lapisan erluar dan jarak antara kedua kulit akan membuat bentuk awal menjadi lebih baik. - Mengurangi area bangunan, pada bangunan kantor dimana tataguna lahan harus dimaksimalkan, penggunaan selubung bangunan akan
23
mengurangi space tersebut untuk instalasi kulit bangunan itu sendiri, sehingga luasan area di dalamnya menjadi berkurang. - Maintenance dan biaya operasional, jika dibandingkan dengan bangunan yang hanya menggunakan lapisan singel pada bangunan, mudah di lihat bahwa penggunaan selubung bangunan lebih membutuhkan uang lebih banyak dalam hal konstruksi, pembersihan, operasi, inspeksi servis dan juga maintenance. - Permasalahan Overheat, seperti telah dijelaskan diatas, jika kulit bangunan tidak di desain secara tepat maka sangat memungkinkan udara pada rongga akan memanaskan ruangan dalam bangunan. Jager (2003) menyatakan bahwa, untuk menghindari overheat panel harus paling sedikit berjarak 200 mm. - Kenaikan kepadatan aliran udara di dalam rongga, seringkali pada bangunan bertingkat tinggi. Berbagai kemungkinan tekanan udara alami terjadi melalui rongga bangunan. - Peningkatan Berat Struktur, Penambahan kulit bangunan tentu saja akan
menambah
berat
pada
struktur
bangunan
mempengaruhi biaya struktur. Tabel 2.3 kerugian penerapan secondary skin
sumber Climate Design
2.3.2 Studi Banding - Sistem Sun Shading 2.3.2A Jumlah Kontrol
sehingga
24
Sebuah sistem shading yang terkendali dengan baik dapat mengatasi masalah ini. Pelacakan panas mengikuti jalan matahari, memastikan sistem shading surya selalu mengoptimalkan perlindungan terhadap panas matahari. Pada hari-hari dengan kondisi normal atau mendung kisi dikendalikan sedemikian rupa bahwa jika awan melewati gedung, kisi-kisi jendela otomatis akan terbuka untuk memaksimalkan masuknya siang hari dan kemudian kembali ke posisi semula. Diagram
matahari (kiri) untuk lintang 52 N
menunjukkan posisi matahari sepanjang hari selama bulan Juni, Maret, September dan Desember. 1.
WISMA DHARMALA SURABAYA Wisma Dharmala Surabaya
Gambar 2.4 WISMA DHARMALA
dirancang oleh seorang arsitek yang selalu menerapkan konsep 'bangunan sehat' sebagai konsep dasar
desain
nya.
Arsitektur
memberikan suasana yang luas bahkan jika kantor Anda kecil. Dimana anda dapat menemukan Gambar 2.2 WISMA DHARMALA
ruang kantor di Surabaya dengan
jaminan cahaya alami dan kesegaran yang sangat penting untuk kesehatan. Teras-teras di setiap lantai memberikan gerak bebas dan suasana alam yang luas, bukan yang tertahan. Wisma Dharmala Surabaya menyediakan ruang kantor di jantung kota Surabaya "Golden Triangle", di tengah-tengah Central Business District. Dilengkapi dengan layanan internet dan modern berkecepatan tinggi telekomunikasi, dua belas lantai gedung.
Penghilang Panas
25
- Bentang yang pendek Ramping . bentuk bangunan simple hanya mengolah fasade yang berulang-ulang. Bukaan : untuk bukaan sama seperti bangunan lainnya hanya lebih tertutup dengan shading bangunan jadi akan terasa sejuk. Vegetasi : vegetasi tidak terlalu banyak pada bangunan ini dan hanya memiliki beberapa pohon yang tinggi sekitar 3-4M. Gambar 2.4.1 WISMA DHARMALA
Pengendalian Radiasi Matahari - Orientasi : menghindari pemanasan global dengan tidak memakai glass wall. Berfasade putih yang menyejukan. Shading : sosoran pada bentuk fasade memberi shading ke lainya. Property surface: hanya pada vegetasi site
Arsitek: Paul Rudolph 2.
Bristol Harbourside, UK Daerah bagian pengembangan dari Bristol, Colt Shadoglass yang tujuannya mengurangi matahari yang memasuki gedung. Gambarpanas 2.5 Bristol Harbourside, UK
Sumber: Architectural Solution
2.
Grünewald, Germany.
Gambar 2.6 Grünewald, Germany
26
Colt
Shadoglass
louvres
dipasang
pada
kerangka baja struktural dengan bahan stainless sebagai
pendukung
facade
Grünewald
di
Bocholt, Jerman. Memakai sebuah Colt ICS 4Link yaitu sistem kontrol yang menghitung perkembangan
matahari
dan
mengirimkan
sinyal untuk secara otomatis mengubah posisi kisi-kisi jendela.
Sumber: Architectural Solution
2.3.2B Sun Shading System-Shadoglass Gambar 2.7 Proses Penerapan Shadoglass
Sumber: Architectural Solution
Shadoglass merupakan sistem shading eksternal yang mengendalikan dan menggabungkan vahaya dan panas ke kaca khusus. Keuntungan sebuah sistem shading Shadoglass dapat mengurangi mendapatkan panas matahari, biaya rendah walaupun pendingin ruangan berjalan, dan mengurangi silau. Cara memaksimalkan penggunaan shadoglass dengan kaca daylight. Material kaca tersebut tersedia dalam berbagai warna, permukaan yang rata dan coating untuk memenuhi persyaratan desain tertentu. Hal ini memungkinkan desainer untuk mengontrol kualitas cahaya yang masuk sel building.Photovoltaic dapat
27
diintegrasikan ke dalam kaca sehingga untuk memperoleh manfaat energi lebih lanjut. • Tersedia ukuran dengan standar lebar sampai dengan 600mm. • Tersedia dalam rentang yang hingga 2m-4m (tergantung pada windloads dan kriteria lainnya). • Tersedia berbagai warna, permukaan dan coating. • Semua komponen pendukung utama dibuat dari bahan tahan korosi paduan aluminium ekstrusi dengan bahan-bahan perhiasan stainless steel.
Gambar 2.8 Bristol Harbourside, UK
Sumber: Architectural Solution
Ukuran ditujukan untuk bentang kecil atau di mana memiliki titik jangkar, operator sistem menyediakan 2 obstruksi minimum untuk daerah kaca, sehingga memaksimalkan siang hari dan meningkatkan pandangan ke luar. Untuk kaca, operator sistem 2 tersedia dengan salib lebar louvre sectional hingga maksimal 500mm. Sistem operator juga cocok untuk digunakan dengan kayu, besi, terracotta clay, dan translucent acrylic louvres.
28
2.3.2C Turning Torso Gambar 2.9 Tuning turso
Turning Torso merupakan sebuah pencakar langit di Malmö, Swedia, terletak di selat Öresund. Menara ini dirancang oleh arsitek Spanyol, Santiago Calatrava dan secara resmi dibuka pada 27 Agustus 2005. Menara ini mencapai tinggi 190 meter (623 kaki) dengan 54 tingkat. Setelah selesai, menara ini menjadi bangunan tertinggi di Skandinavia, dan bangunan apartemen tertinggi kedua di Eropa, setelah Triumph-Palace setinggi 264meter di Moskow. Kronprinsen setinggi 84 meter dulunya merupakan bangunan tertinggi di Malmö sebelum Turning Torso.Lukisan putaran menara Rancangan gedung ini didasarkan kepada sebuah pahatan oleh Santiago Calatrava yang disebut Twisting Torso. Menara ini menggunakan kotak bertingkat lima yang berputar apabila dipasang; bagian paling atar berputar 90
derajat searah jarum jam dengan lantai dasar. Setiap lantai secara dasar berisi sebuah ujung persegi yang mengitari pusat gedung, bersama dengan ujung segitiga, yang didukung oleh sebuah tangga-tangga besi.
2.4
Tinjauan Kondisi Tapak
2.4.1 Deskripsi Proyek • Jenis Proyek
: Non Fiktif
• Pemilik Proyek
: Perusahaan Swasta
Proyek ini ditujukan bagi para kaum pebisnis yang membutuhkan tempat singgah sementara waktu untuk sekedar beristirahat.
29
2.4.2 Besaran Proyek •
Area
• KDB
: 18556,6060 m2 : 50%
Luas lantai dasar yang boleh dibangun : 50% x 18.556,6060 m2 : 9278,303 m2 • KLB
:
Luas total bangunan yang boleh dibangun : 5 x 18556,6060 : 92783,03 m2
2.4.3 Lahan Tapak Dalam peta Rencana Tata Lingkungan Bangunan (RTLB), tertera notasi peruntukan, KDB, KLB, dan ketinggian bangunan yang diizinkan sebagai berikut:
Wsn
KDB (Koefisien Dasar Bangunan) = 50%
T
KLB (Koefisien Lantai Bangunan) = 5
50
32 5
GSB (Garis Sempadan Bangunan) =10 meter Jumlah lantai yang diizinkan
= maksimal 32 lantai
2.4.4 Letak Proyek Proyek berlokasi di Lingkar Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Lokasi ini terletak di sisi Timur Hotel Ritz Carlton
30
Gambar 2.10 Letak Tapak
Sumber: Google Search
2.4.5 Batas-batas tapak: Gambar 2.7 Batas-batas Tapak
2.4.6
Sisi Utara
Sisi Timur
The Bellagio Mansion
Perumahan
Sisi Selatan
Sisi Barat
Menara Prima, Menara Anugrah
Hotel Ritz Carlton
Status Kepemilikan Lahan Tapak dan bangunan ini dimiliki oleh tanah milik swasta.
31
2.4.7 Fungsi Sekitar Tapak Tapak ini lumayan dekat dengan berbagai macam fasilitas seperti pusat perbelanjaan seperti Oakwood Premier Cozmo Jakarta, Bellagio Mansion. Tapak ini juga dekat dengan berbagai bangunan perkantoran yang pada hari kerja selalu ramai. Ditunjang dengan letaknya yang dekat dengan pusat bisnis memudahkan untuk akses pengunjung keluar dan kedalam tapak. 2.4.8 Kondisi Sosial Daerah ini termasuk dalam kawasan elit Mega Kuningan, yang terkenal dengan kepadatan aktivitas perkantoran dan bisnisnya. Letaknya di pusat kota menjadi letak yang ekonomis dan strategis untuk hotel bisnis mewah di Jakarta. Diharapkan hotel ini dapat meningkatkan taraf hidup dan menunjang kegiatan bisnis yang ada disekitar kawasan. 2.4.9
Potensi dan Kendala Tapak Potensi Tapak •
Dekat dengan bangunan perkantoran
•
Dekat dengan berbagai fasilitas penunjang seperti pusat perbelanjaan
•
Dekat dengan RTH
•
Dapat diakses melalui jalan besar dan jalan lingkungan
•
Memiliki 4 view
•
Dekat dengan perumahan elit
Kendala Tapak •
Padat karena pusat lalu lintas arah pergi-pulang kerja
•
Penghijauan di tapak kurang