BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Underachiever Setiap lembaga pendidikan memiliki karekteristik yang berbeda. Terdapat beberapa siswa yang memiliki kesulitan belajar, karena setiap siswa memiliki perbedaan gaya belajar dan tingkat pemahaman suatu materi ajar. Akibatnya, menjadi tidak mudah untuk menangani secara akurat masalah yang dialami. Namun demikian, masalah kesulitan belajar ini sangat memprihatinkan khususnya bagi mereka yang memiliki kesulitan belajar underachiever (Asrori, 2007:243). Demikian kenyataan yang sering dijumpai pada setiap siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kesulitan belajar ini terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah Gifted Childre (anak berbakat). Anak gifted pada mulanya sebagai anak yang memiliki skor IQ yang tinggi dan mempunyai prestasi sekolah baik. Namun belakangan permasalahan tersebut menjadi lebih kompleks dengan munculnya beberapa siswa yang memiliki IQ tinggi tapi, prestasinya rendah (Brody & Mills, 1997:243) Pengertian underachiever menurut Brody & Mills 1997 : 244). Anak-anak berbakat yang memiliki beberapa kesulitan belajar di sekolah
dan sering
dikatakan sebagai anak underachiever. Kelompok anak ini semacam ini mudah teridentifikasi sebagai anak gifted atau berbakat karena memiliki skor IQ yang tinggi, tetapi dalam perkembangannya terjadi kesenjangan yang besar antara kemampuan yang dimiliki dengan prstasi yang diperoleh. Kadangkala anak pada
5
kelompok ini amat pelupa, ceroboh dan polah pikir serta tingkah lakunya tak terorganisir dengan baik. Anak-anak yang teridentifikasi dan diketahui berkesulitan belajar, tetapi tidak pernah teridentifikasi sebagi anak gifted. Ketidak tepatan pengukuran atau tertekanya skor IQ sering menyebabkan dugaan yang keliru terhadap kemampuan intelektualnya. Jika bakat yang luar biasa tidak diketahui, maka kelebihankelebihannya tidak pernah menjadi focus dalam pendidikannya sehingga tidak pernah teraktualisasikan. Anak yang tidak teridentifikasi sebagai anak berbakat maupun sebagai anak berprestasi rata-rata. Pada anak kelompok ini, superioritas kemampuannya menutupi kelemahannya. Sebaliknya, kelemahannya menutupi kelebihannya. Ini mungkin kelompok terbesar. Mereka berprestasi pada level yang tidak menguntungkan yakni jauh di bawah potensi atau keberbakatan yang dimilikinya. ( Broudy dan Mills,1997 : 244). Menurut Davis & Rimm ( 2004 : 23 ) bahwa yang dimaksud underachiever atau berprestasi di bawah kemampuan adalah jika ada ketidak sesuaian antara prestasi sekolah dan kemampuanya sebagaimana nyata dari intelegensinya. Menurut Makmun ( 2001 : 274) bahwa yang dimaksud underachiever adalah mereka yang prestasinya ternyata lebih rendah dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampun belajarnya. Menurut Prayitno dan Amit ( 1999 : 280 ) underachiever identik dengan keterlambatan akademik yang berarti bahwa ‘’ keadaan siswa yang diperkirakan
6
memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal’’. Menurut Peters & Van Boxtel (1999:235) underachiever dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara skor tes intelegensi dan hasil yang diperoleh siswa di sekolah yang diukur dengan tingkatan kelas dan hasil evaluasi dari guru. Menurut Rimm ( Del Siegle & McCoah, 2008:123 ) bahwa ketika siswa tidak menampilkan
potensinya,
maka
ia
termasuk
underachiever.
Reis
dan
McMoach(2006:122) mendefenisikan underachiever sebagai kesenjangan akut antara potensi prestasi dan prestasi yang diraih. Merujuk dari beberapa pendapat para ahli mengenai underachiever, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud underachiever adalah siswa yang memiliki intelegensi IQ tinggi , berprestasi dibawah kemampuannya atau terdapat ketidaksesuaian antara prestasi yang diperoleh di sekolah dengan kemampun yang dimiliki, karena siswa tidak menampilkan potensinya sehingga terjadi kesenjangan antara skor tes intelegensi dan hasil yang diperoleh siswa di sekolah yang diukur dengan tingkatan kelas dan hasil evaluasi dari guru. Anak underachiever tergolong gifted yang berkesulitan belajar ini adalah suatu tipikal siswa yang sering dikarakteristikkan sebagai anak yang cerdas, tapi bermasalah di sekolah. Mereka sering mengalami perasaan frustasi, agresif, bertindak ceroboh, dan sering tidak mampu menyelesaikan tugas. Mereka juga sering membuat suasana kelas menjadi terganggu. Sementara di bidang lain, mereka mampu menampilkan diri sebagai anak berkemampuan tinggi. Misalnya, mereka
sangat
pandai
dalam
berpikir
7
abstrak
(baum,1984:245)
dapat
mengkonseptualisasikan sesuatu dengan cepat, mampu melakukan generalisasi dengan mudah, mampu membuat iferensi dengan tepat, dan menyukai tantangan untuk memecahkan suatu problem (Barton dan Stanes,1989:245). 2.2
Aspek – aspek Siswa Mengalami Underachiever Di bawah ini merupakan berbagai macam aspek underachiever menurut
para ahli yakni : a. Aspek kognitif Menurut Hermans (dalam psikologi pendidikan 2011:38-39) penyebaba underachiever sebenarnya adalah ketakutan akan gagal. ini berhubungan dengan situasi pengejaran, kehidupan secara keseluruhan, yaitu tuntutan yang berat dan persaingan yang tajam. Ketakutan ini muncul disebabkan oleh keraguan total yang menyebabkan kapasitas tidak sepenuhnya dapat bekerja. Menurut observasi siswa underachiever di sebabkan oleh berbagai aspek kognitif yang meliputi masalah yang cukup banyak, kurangnya faktor belajar, stimulasi gerak dan stimulasi mental. kecukupan gizi, dan faktor
perubahan
sistem belajar yang terlalu sering terjadi dalam dunia pendidikan. b. Aspek humanistik Menurut Danim (2011:23-29) penyebab underachiever berdasarkan aspek Humanistik individu secara mental sehat, mengambil tanggung jawab pribadi atas tindakanya, tidak peduli apakah tindakan tersebut positif atau negatif. c. Aspek psikoanalisis Menurut Sigmund Freud penyebab underachiever berdasarkan semua prilaku manusia dimotivasi oleh keinginan untuk merasakan kenikmatan. Siswa
8
yang berhasil dalam bembelajaran akan menunjukan pola-pola lebih giat untuk belajar, lebih menikmati pelajaran yang diberikan. Siswa dikatakan mengalami underachiever apabila tidak memiliki motivasi atau keinginan untuk merasakan kenikmatan belajar. Sehingga melalaikan belajar dan lebih menggangu proses belajar dan pembelajaran di kelas. 4. Aspek Kepribadian Menurut Purwanto (2011 : 140) hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadianya. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukan pola-pola kepribadian tertentu. Siswa dikatakan mengalami undrachiever apabila menunjukan sikap, tempramen, sifat, watak yang tidak seimbang. Misalnya acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang. 5. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotor Menurut Bloom, dkk ( dalam Dimyanti Mudjiono, 2006 : 26 – 30 ) a) Kognitif Siswa yang dikatakan underachiever apabila pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi rendah. b) Afektif Siswa yang dikatakan underachiever apabila penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian kurang.
9
c) Psikomotorik kemampuan atau keterampilan dalam bertindak Siswa yang dikatakan underachiever apabila persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, penyesuaian pola gerakan dan kreativitasnya lebih rendah dari teman-temannya. Merujuk dari beberapa pendapat para ahli mengenai aspek-aspek underachiever, dapat menarik kesimpulan bahwa aspek underachiever adalah ‘’ Adanya ketakutan akan gagal sehingga melakukan tindakan-tindakan negatif, yang dimotivasi oleh keinginan untuk merasakan kenikmatan, dengan menunjukan pola-pola kepribadian tertentu, sehingga pemahaman terhadap ilmu pengetahuan rendah’’. 2.3 Ciri ciri anak Underachiever Karakteristik sekunder yaitu biasanya mereka memperlihatkan perilaku menghindar. Mereka sering mengatakan bahwa pelajaran di sekolah tidak relevan atau tidak penting karena itu mereka biasanya lebih tertarik kegiatan selain kegiatan sekolah. Kaufman (dalam Trevallion, 2008:97) menyatakan bahwa karakteristik ini tampil dalam dua arah yaitu agresif atau menghindar. Mereka juga akan memperlihatkan ketergantungan seperti tergantung pada orang lain untuk menyelesaikan tugasnya. Karakteristik tersier siswa underachiever antara lain buruknya keahlian dalam tugas-tuga sekolah, kebiasaan belajar yang buruk, memiliki masalah penerimaan oleh teman sebaya, konsentrasi yang buruk dalam aktivitas sekolah, tidak bisa mengatur diri baik di rumah maupun di sekolah, mudah bosan,’’meninggalkan’’ kegiatan kelas, memiliki kemampuan berbahasa oral yang
10
baik, tapi buruk dalam menulis, mudah terdistraksi dan tidak sabaran, sibuk dengan
pikirannya sendiri, kurang jujur, sering mengkritik diri sendiri,
mempunyai hubungan pertemanan
yang kurang baik, suka bercanda di
kelas(membuat keributan), ramah terhadap orang yang lebih tua, dan berprilaku yang tidak biasa. Ciri ciri anak underachiever adalah sebagi berikut: 1)
Memiliki self esteem yang rendah, kurang merasa berharga untuk tampil diantara teman-teman atau keluarga.
2)
Memiliki konsep diri yang tidak realistis, kadang merasa sebagai anak yang gagal atau tidak berguna.
3)
Menghindari komunikasi, menghindari resiko, tidak berdaya
4)
Pasif, taat hanya sekedar saja
5)
Agresif, membrontak
6)
Menolak perintah atau instruksi dari tokoh otoritas (orang tua, guru dan lainlain
7)
Menyalahkan orang lain kalau ada masalah
8)
Kurang kontruktif kelompok
9)
Tidak punya tokoh identifikasih, tidak punya teman dekat
10) Kurang fleksibel, sering mentok kreativitas rendah 11) IQ lebih tinggi dari prestasinya kadang bagus, kadang tidak 12) Tidak menyelesaikan pekerjaan rumah 13) Takut gagal (atau sukses) dan bahkan depresi 14) Bersikap negative terhadap sekolah
11
15) Tidak pernah puas dengan hasil kerjanya 16) Berkata kalau ia bosan. 17) Mudah terganggu konsentrasi 18) Mempunyai maslah disiplin berkeliling kelas, terlambat, mengganggu kelas 19) Menyalahkan guru atau teman jika ada masalah. 2.4 Faktor-Faktor Penyebab Anak Underavhiever Faktor-faktor penyebab anak underachiever menurut Ahmad & Supriyono ( 2004 : 77 – 93 ) tergolong dalam dua golongan yakni sebagai berikut : 1)
Factor intern (factor dari dalam diri manusia) yang meliputi:
a.
Faktor fisiologis. Faktor fisiologis berhubungan dengan sebab yang bersifat fisik yaitu :
1)
Karena sakit Seseorang yang akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris
dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima malalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajaranya. 2)
Karena kurang sehat Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah
capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang bersemangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran
12
berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja sacara optimal memproses, mengelola, menginterprestasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya. 3)
Cacat tubuh a)
Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor.
b)
Cacat tubuh yang tetap (serius), tuli, bisu, hilang kakinya dan tanganya.
b.
Faktor psikologis. Faktor psikologi berhubungan dengan sebab yang bersifat rohani yaitu :
1)
Minat Salah satu penyebab anak underachiever adalah kurangnya minat siswa.
Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problem pada dirinya. Karena pelajaran tersebut tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan. 2)
Motivasi Salah satu penyebab anak underachiever adalah kurangnya motifasi.
Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan siswa untuk belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai prestasi, anak yang underachiever motivasinya rendah sehingga acuh tak acuh, mudah putu asa perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan dalam belajar.
13
3)
Kesehatan mental Salah satu faktor anak underachiever yaitu kesehatan mentalnya, emosional
tidak baik. Hubungan antara kesehatan mental dengan anak underachiever saling timbal balik, kerena kesehatan mental dan ketenangan berperan penting dalam kehidupan individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti memperoleh penghargaan, kepercayaan, rasa aman. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan membawa masalahmasalah emosional.. Rasa emosional mental yang kurang sehat dapat merugikan individu khususnya dalam proses belajar dan pembelajaran. Misalnya, anak yang sedih akan kacau pikiranya, kecewa akan sulit berkonsentrasi.
Biasanya mereka
melakukan kompensasi dibidang lain mungkin melakukan perbuatan-perbuatan agresif, seperti kenakalan, merusak alat-alat sekolah, dan sebagainya. (Ahmadi Supriyono:78-92 ). 2.Factor eksternal a. Faktor keluarga Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.Tetapi dapat juga sebagai factor penyebab anak mengalami underachiever, yang termasuk factor ini antara lain adalah sebagai berikut: 1)
Faktor dari cara orang tua dalam mendidik anak
14
Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anaknya, akan menjadi penyebab underachiever. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak khususnya penderita underachiever. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang di rumah, ia pergi mencari teman sebayanya, hinga lupa belajar. Sebenarnya orang tua mengharapkan anaknya pandai, baik, cepat berhasil, tetapi malah menjadi takut, sehingga rasa harga diri kurang. Orang tua yang lemah, memanjakan anaknya, ia tidak rela anaknya bersusah paya belajar, menderita, berusaha keras, akibatnya anak ini tidak memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga anak ini malas berusaha, malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah, sehingga prestasinya menurun. Sikap-sikap yang ditunjukan anak tersebut pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan kepadanya, sehingga anak tersebut tidak menyukai belajar bahkan benci belajar. 2)
Hubungan orang tua dengan anak Hubungan orang tua dan anak sangat berperan penting dalam dunia
pendidikan, namun penomena yang muncul pada saat ini banyak orang tua dan anak-anaknya hubungannya kurang baik, karena disebabkan oleh sikap orang tua yang lebih mengutamakan pekerjaannya dibandingkan dengan anaknya. misalnya kurangnya kasih sayang yang diberikan sehinnga menimbulkan emosional. Demikian juga sikap keras, kejam, acuh tak acuh akan menyebabakan anak
15
kurang berminat untuk belajar dan mengembangkan kemampuanya. Kasih sayang yang kurang orang tua berikan kepada anaknya berupa: (1).
Kurangnya meluangkan waktu bergurau dengannya
(2)
Kurangnya orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan anakanaknya.
(3).
Seorang anak mengalami underachiever apabila terjadi kesenjangan hubungan antara orang tua.
3)
Bimbingan dari orang tua Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Segala yang
diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya. Karenanya sikap orang tua yang bermalas-malasan tidak baik, hendaknya dibuang jauh-jauh. Demikian juga belajar memerlukan binbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar, tumbuh pada diri anak. Orang tua yang sibuk bekerja, terlalu banyak anak yang diawasi, sibuk organisasi, berarti anak tidak mendapatkan pengawasan/bimbingan dari orang tua, sehingga kemungkinan akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. 4)
Suasana Rumah/Keluarga. Suasana keluarga juga merupakan faktor utama penyebab anak
underachiever, sebab apabila dalam keluarga sangat ramai/gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu dalam belajar,
16
konsentrasi kurang sehingga sukar untuk memahami suatu materi ajar yang dipelajarinya. Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu banyak cekcok di antara anggota keluarga selalu ditimpa kesedihan, antara ayah dan ibu, atau ayah dan ibu membisu, hal ini akan berdampak negative terhadap anak tersebut sehingga mentalnya tidak sehat akhirnya konsentrasi anak dalam suatu pelajaran hilang. Anak akan tidak tahan di rumah, akhirnya keluyuran di luar menghabiskan waktunya kesana ke mari, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar menurun. Untuk itu hendaknya suasana di rumah selalu dibuat menyenangkan tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak sehingga anak tidak mengalami underachiever. 5)
Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan
ekonomi
merupakan
factor
penyebab
anak
mengalami
underachiever. Keadaan ekonomi digolongkan dalam: (b)
Ekonomi yang kurang/miskin Anak yang ekonominya kurang akan berdampak pada kurang efektifnya
dalam proses belajar dan pembelajaran hal ini menimbulkan keadaan: 1.
Kurangnya alat -alat belajar yang dibutuhkan atau yang memadai proses
belajar anak. kurangnya biaya yang disedikan oleh orang tua, sehingga anak tidak
17
dapat melunasi tugakan-tugakan spp, menyebabkan anak kurang berminat untuk bela.
2.
Tidak mempunyai tempat belajar yang baik.
3.
Factor biaya merupakan faktor yang sangat penting karena belajar dan
kelangsungan sangat memerlukan biaya. Maka jika anak yang miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam. Sehingga menimbulkan kesulitan belajar. (c)
Ekonomi yang berlebihan ( kaya ) Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, di mana ekonomi
keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. mungkin juga ia dimanjakan oleh orang tuanya sehingga tidak mengembangkan potensi yang dimilikinya kerena selalu mengandalkan orang tuanya. Keadan ini seperti ini akan dapat menghambat kemajuan belajar. b. Faktor sekolah Penyebab anak mengalami underachiever yaitu factor sekolah, dimana sekolah merupakan tempat untuk menuntut ilmu yang didalamnya terdapat elementelement sekolah yang terdiri dari siswa, guru-guru dan kepala sekolah. Faktor-faktor penyebab underachiever di sekolah yaitu:
18
1) Guru Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. tidak baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya kurang sesuai, hingga kurang menguasai, kurang persiapan sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya. Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya seperti: a. Kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu anak, suka membentak dan lain-lain. b. Tak pandai menerangkan, sinis, sombong c. Menjengkelkan, tinggi hati, pelit dalam memberi nilai, tak adil, dan lain-lain. Sikap-sikap guru seperti ini tidak disenangi murid, hingga menghambat perkembangan potensi yang dimiliki anak. Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini biasa terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman hingga belum dapat mengukur kemampuan muridmuridnya, sehingga hanya sebagian kecil muridnya dapat berhasil dengan baik. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mengdiagnostik kesulitan belajar yang dialami muridnya. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak. Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan masalah-masalah bagi siswa antara lain:
19
a).
Metode mengajar berdasarkan pada latihan mekanis tidak berdasarkan pada pengertian.
b).
Guru dalam mengajar tidak mengunakan alat peraga yang memungkinkan semua alat indranya siswa berfungsi.
c).
Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak aktif dalam proses belajar dan pembelajaran.
d).
Metode belajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi, atau tidak menguasai bahan ajar.
e).
Guru hanya menggunakan satu metode saja tidak bervariasi. Hal ini menunjukan metode guru yang sempit, tidak mempunyai kecakapan diskusi, Tanya jawab, eksperiment sehingga menimbulkan aktivitas murid dan suasana menjadi hidup.
2) Factor alat Alat pelajaran
yang kurang memadai membuat penyajian suatu bahan
pelajaran tidak baik.Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar. Kemajuan teknologi membawa perkembangan pada alat pelajaran/pendidikan semakin maju, namun alat- alat tersebut guru gunakan cenderung menggunakan metode ceramah sehingga tidak mustahil dapat menyebabkan permasalahan pada diri siswa, karena tidak paham apa yang dijelaskan guru karena tidak merujuk pada contoh alat yang sedang diperagakan oleh guru.
20
3) kurikulum Kurikulum juga merupakan factor penyebab anak underachiever, karena kadang kurikulum yang disajikan kurang baik untuk siswa misalnya:
a. Bahan-bahan terlalu tinggi b. Pembagian bahan tidak seimbang ( kelas 1 banyak pelajaran dan kelas di atasnya sedikit pelajarannya). 4) Waktu sekolah dan disiplin kurang Apabila waktu sekolah sore, siang, malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran. Sebab energy sudah berkurang sehingga minat anak untuk belajar hilang. Disamping itu pelaksanaan disiplin yang kurang, misalnya murid-murid liar, sering terlambat, tidak mengerjakan tugas, kewajibanya dilalaikan , sekolah berjalan tanpa kendali maka berakibat fatal pada siswa khusnya anak underachiever prestasinya rendah padahal potensi yang dimilikinya tinggi. c. Factor Mass Media dan lingkungan Sosial 1) Factor Mass Media Factor Mass Media meliputi: anak sering nonton bioskop , TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik yang menyebabkan anak tersebut lebih cenderung mengikuti apa yang dilihatnya, dan dibacanya, sehingga prestasi belajarnya turun.
21
Hal-hal tersebut akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk itu, hingga lupa akan tugasnya belajar dan belajar.
2) Lingkungan social. a. Teman bergaul. Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar sebab, cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak bersekolah. kewajiban orang tua adalah mengawasi mereka serta mencegahnya agar mengurangi pergaulan dengan mereka. b. Lingkungan tetangga. Corak kehidupan tetangga, misalnya suka main judi, minum -minuman keras, tidak suk belajar maka mempengaruhi anak-anak yang bersekolah. Minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk belajar. Sebaliknya jika tetangga terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter, insinyur, dosen, akan mendorong semangat belajar anak. c. Aktivitas dalam masyrakat. Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini dan itu, akan menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai.
22
Orang tua harus mengawasi anak-anaknya di rumah, agar kegiatan ekstra di luar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugasnya sebagi siswa. Dengan kata lain anak yang underachiever dapat di tangani dengan baik apabila orang tua, guru dan siswa itu sendiri saling terbuka satu sama lainya ( bekerjasama ) sehingga dalam penanganan masalah ini dapat diselesaikan tanpa ada yang tersakiti, atau terhina, sehingga anak underachiever dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya tanpa ada kesulitan yang dialaminya. 2.5 Peranan Bimbingan dan Konseling Peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi masalah underachiever adalah memberikan bantuan kepada siswa baik yang bermasalah dan tidak bermasalah. Dalam hal ini bimbingan dan konseling akan memberikan bantuan berupa pencegahan kepada siswa yang underachiever dengan memberikan layanan bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling individual. Layanan bimbingan dan konseling kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah underachiever atau kesulitan belajar pada diri siswa. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran dengan menggunakan berbagai macam tehnik-tehnik atau latihan-latihan yang ada dalam bimbingan dan konseling yaitu: 1) Menulis (written) Latihan menulis terdiri atas aktivitas tulis menulis dimana anggota dapat menulis daftar pertanyaan, mengisi esai, menuliskan reaksi, atau
23
menandai dengan tanda hal-hal seputar isu atau topik yang dibahas terkait underachiever. Macam-macam menulis yaitu: 1) melengkapi kalimat, 2) mengisi daftar isian, 3) menulis respon, 4) buku harian, 5) latihan melengkapi kalimat.
2) Gerak (movement) Latihan gerak mensyaratkan peserta untuk melakukan suatu hal yang bersifat fisikal, karenanya peserta harus bergerak. Latihan ini bisa saja berupa hal kegiatan sederhana seperti berdiri dan menggerakkan anggota tubuh untuk peregangan ataupun kegiatan yang kompleks. Macam-macam latihan gerak adalah: 1) bertukar tempat duduk, 2) berjalan memutar, 3) meneruskan nilai, 4) goals walk, 5) sajauh apa kamu datang, 6) gambaran keluarga, 7) home spot, 8) jarak personal, 9) jadi patung, 10) opening up, 11) menggambar perasaan. 3) Lingkaran (rounds) Latihan lingkaran mungkin merupakan latihan yang paling berguna dimana konselor memiliki akses terhadap kelompok. Latihan ini dapat dilakukan dengan cepat dan membantu dalam mengumpulkan informasi
yang
berbeda
terkait
underachiver. 4) Dyad dan Triad
24
penyebab
siswa
mengalami
Dyad merupakan aktivitas dimana anggotanya dipasangkan dengan satu sama lain untuk mendiskusikan persoalan-persoalan untuk menyelesaikan suatu tugas. Begitu halnya dengan triad yakni aktivitas dimana anggota kelompok dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas tiga orang. 5) Creative Props 6) Arts and Crafts 7) Fantasi 8) Bacaan umum 9) Umpan balik 10) Kepercayaan (trust) 11) Experiental 12) Dilema moral Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada siswa dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Nurihsan(2007:21-22) Konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan prilsku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan,saling mempercayai, saling pengertian, saling menerima dan saling mendukung. Klienklien dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu normal
25
yang memiliki berbagai kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian dalam penangannya. Nurihsan(2007:10) konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antar seorang konselor dan seorang konseli yang menghadapi masalah (underachiever) tidak dapat menyelesaikan masalanya. Konseling bertujuan membantu siswa underachiever untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang dalam mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.
26