BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Database
Database adalah sekumpulan data yang tersimpan secara terstruktur, sehingga memudahkan dalam akses kembali. Rini (2008) menjelaskan “database adalah sekumpulan file data yang saling berhubungan dan diorganisasi sedemikian rupa sehingga dapat diakses dengan mudah dan cepat (p. 38).” Sedangkan Subekti (2004) menggambarkan “database dapat digambarkan sebagai suatu lemari file yang berisi berbagai kumpulan file data yang terkomputerisasi (p. 1).” Apabila melihat kedua definisi di atas, dapat simpulkan bahwa
database
merupakan suatu lemari file yang berisi sekumpulan file data yang saling berhubungan dimana diorganisasi sehingga dapat diakses dengan mudah dan cepat dan tersimpan secara terkomputerisasi. Prinsip utama Database adalah pengaturan data dengan tujuan utama fleksibilitas dan kecepatan pada saat pengambilan data kembali. Aurino (2007) menjabarkan lebih detail lagi mengenai gambaran sebuah database yaitu : Database (basis data) merupakan kumpulan data yang saling berhubungan. Hubungan antar data dapat ditunjukan dengan adanya field/kolom kunci dari tiap file/tabel yang ada. Dalam satu file atau tabel terdapat record yang sejenis, sama besar, sama bentuk, yang merupakan satu kumpulan entitas yang seragam. Satu record (umumnya digambarkan sebagai baris data) terdiri dari field yang saling berhubungan menunjukan bahwa field tersebut dalam satu pengertian yang lengkap dan disimpan dalam satu record. Telah dijelaskan oleh Aurino lebih detail bagaimana bentuk fisik dari sebuah database, 1 recod yang yang sejenis, sama besar dan sama bentuk terdapat dalam 1 tabel yang memiliki field kunci sebagai hubungan keterkaitan antara field yang satu dengan yang lain memiliki satu pengertian lengkap dan disimpan dalam satu recod. Biasanya dalam sebuah database tidak hanya disimpan begitu saja, tetapi diolah dan dikelola oleh sebuah sistem database yang disebut database management
Universitas Sumatera Utara
system (DBMS). Hal demikian meski data yang diolah sangat besar, namun dapat tetap tersusun dan terstruktur dan meningkatkan kecepatan dalam akses data. 2.1.1
Database Online
Ketika membahas database online maka sebenarnya sudah sejak lama database sudah bisa diakses secara online, seperti database yang dikelola pada Microsoft Access, dapat diakses melalui jaringan komputer. Database seperti yang dijelaskan oleh Pakpahan (2010) “Database adalah kumpulan dari item data yang saling berhubungan diorganisasikan berdasarkan sebuah struktur tertentu, tersimpan di hardware komputer dan dengan software untuk melakukan manipulasi untuk kegunaan tertentu”. Sedangkan pengertian mengenai online dapat dilihat seperti yang digambarkan oleh Ramadhany (2012) : Online merupakan terhubung, terkoneksi, aktif dan siap untuk operasi sehingga dapat menjalin komunikasi dengan atau dikontrol oleh komputer. Online juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana sebuah komputer atau device terhubung dengan device lain Jadi berdasarkan kedua pendapat di atas database online merupakan kumpulan dari item data yang saling berhubungan dan sudah terstruktur tersimpan dalam komputer dan dapat diakses dengan komputer lain yang mempunyai jaringan untuk terhubung satu sama lain. Macam-macam database online yang dijelaskan oleh Talib (2013): 1. FE-BE (Front-End – Back End, disebut juga Client-Server) Menggunakan program aplikasi yang dibuat dengan Microsoft Access di sisi client (FE) dan database MS Access di sisi ‘server’ (BE). File database di sini diakses secara file-sharing. 2. Access Project (ADP) Menggunakan program aplikasi yang dibuat dengan Microsoft Access di sisi client dan database MS SQL Server di sisi server. 3. Access via ODBC Menggunakan ODBC untuk konek ke database. Program aplikasi client dibuat dengan Microsoft Access, sedangkan database bisa menggunakan database apa saja, termasuk database server seperti Oracle dan MySQL. 4. Remote Access Menggunakan teknologi remote desktop atau remote server, program dan database dibuat dengan Microsoft Access dijalankan secara remote dari
Universitas Sumatera Utara
komputer client. Databasenya bisa saja database Access, bisa juga menggunakan database server. 5. Web Application Aplikasi web dibuat dengan Microsoft Access, di-hosting pada server SharePoint menggunakan Access Services. Front-End dibuka dengan browser web, sedangkan database menggunakan SharePoint List. 6. Access Application Within Browser Konsep ini memanfaatkan layanan di Internet (eqldata.com) yang dapat menjalankan aplikasi Microsoft Access melalui web browser. Dari macam-macam database online di atas terdapat kekurangan dan keuntungannya seperti; FE-BE Bisa digunakan secara multiuser, namun semakin banyak pengguna yang mengakses database pada waktu yang sama akan semakin menurunkan kinerja database. Pada ADP karena sudah menggunakan database server, kinerja database untuk melayani multiuser sangat baik serta keamanan database lebih terjamin. Sedangkan pada Web Aplication terdapat kesulitan karena database harus hosting pada server SharePoint, jadi tidak semua server hosting bisa. Access Application Within Browser aplikasi dan database yang di buat di upload terlebih dahulu ke server yang disediakan oleh penyedia layanan. 2.1.2
Struktur pada Database
Sebelum menjabarkan mengenai komponen database, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui akan tingkatan data dalam sebuah struktur database seperti yang dijelaskan oleh Rini (2008) sebagai berikut: Database
Tabel/file
Record Field/kolom Sumber : Rini (2008: 39) Value Gambar 2.1 Tingkatan data
Universitas Sumatera Utara
1. Database: Merupakan kumpulan dari file/tabel yang saling berhubungan, database menduduki urutan tertinggi karena di dalamnya semua data disimpan. 2. Tabel: Sering disebut entitas. Tabel atas record yang menggambarkan kesatuan data yang sejenis. 3. Record: Merupakan kumpulan field yang membentuk suatu record. Satu record menggambarkan informasi tentang individu tertentu. 4. Field/kolom: Merupakan atribut dari record yang menunjukan suatu value/item data. 5. Value: Jenjang terkecil yang merupakan isi dari field yang berupa karakter, huruf dan angka (p. 39). Dapat dilihat bahwa jenjang dari tingkatan sebuah data pada database, tingkatan yang paling terkecil adalah value yang berupa karakter, kemudian field/kolom yang berisi dari kumpulan value, baru kemudian record
yang merupakan
kumpulan dari field dan tabel yang menggambarkan kesatuan data yang sejenis. 2.1.3
Tujuan Penggunaan Database
Setiap penerapan suatu sistem pasti mempunyai tujuan tertentu, seperti telah disebutkan sebelumnya, database diorganisasikan sedemikian rupa untuk menemukan kemudahan dalam mengakses data yang dibutuhkan. Dyah (2007) menjabarkan tujuan dari penggunaan database sebagai berikut: 1.
2. 3. 4. 5. 6.
7.
Kecepatan dan kemudahan (speed): agar user dapat menyimpan, memanipulasi, dan menampilkan kembali data lebih cepat dan mudah daripada cara biasa. Efisiensi ruang penyimpanan (space): mengurangi redundancy, misalnya dengan pengkodean dan membuat relasi. Keakuratan (accuracy): agar data sesuai dengan aturan dan batasan tertentu. Ketersediaan (availibility): agar dapat diakses oleh setiap user yang membutuhkan. Kelengkapan (completeness): dengan menambahkan field pada tabel. Keamanan (security): agar data yang rahasia tidak jatuh ke tangan user yang tidak berhak, misalnya: dengan pengkodean, account (username dan password), pembedaan hak akses untuk setiap user terhadap data yang dapat dibaca atau proses yang dapat dilakukan. Kebersamaan (shareability): mendukung lingkungan multiuser, menghindari inkonsistensi data dan deadlock.
Universitas Sumatera Utara
Dari setiap tujuan sudah pasti akan memetik dari keuntungan dari sebuah penerapan system, seperti database juga terdapat keuntungan dari penerapannya, seperti yang dijabarkan oleh Subekti (2004) : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kontrol terpusat data operasional. Redundansi data dapat dikurangi dan dikontrol. Ketidak konsistenan data dapat dihindarkan. Data dapat dipakai bersama (sharing). Penerapan standardisasi. Penerapan pembatasan keamanan data (security). Integrittas data dapat dipelihara. Kebutuhan yang berbeda dapat diselaraskan. Independensi data/program (p. 7).
Dari penerapan database ini diharapkan ketidak konsistenan data dapat dihindarkan, data dapat terkontrol terpusat, integritas data juga dapat dipelihara. Kebutuhan pengguna yang berbeda juga dapat diselaraskan serta keamanan dalam pembatasan pengggunaan data dapat diterapkan. 2.2 Jurnal Elektronik Jurnal ilmiah seperti yang sudah dikenal sekarang sudah hadir di dunia akademik dan penelitian sejak tahun 1665. Sejak dulu jurnal merupakan sarana komunikasi ilmiah antar ilmuwan untuk saling berbagai informasi guna memenuhi kebutuhan informasi dalam mendukung kegiatan pengajaran dan penelitian. Sebagai media untuk mempublikasikan dan menyebarkan atau menyampaikan informasi hasil penelitian kepada masyarakat ilmiah lainnya. Para ilmuan juga dapat mengetahui perkembangan-perkembangan dalam suatu bidang subyek yang diteliti dan juga untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan. Dengan perkembangan teknologi dewasa ini, bentuk komunikasi ilmiah yang dulu umumnya konvensional atau melalui media tercetak, kini berubah menjadi bentuk elektronik dan virtual, seperti jurnal elektronik (e-journal). Adapun pengertian electronic journal (e-journal) dalam Dictionary of Information and Library Management (2006), adalah
“a journal that is transmitted via a computer
network (p. 65).”
Universitas Sumatera Utara
Munculnya jurnal elektronik yang mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan jurnal tercetak yang membuat orang lebih memilih untuk lebih mudah menggunakan jurnal elektronik dibandingkan dengan jurnal tercetak, hal ini dinyatakan juga oleh Speier, Palmer dan Hahn dalam Miswan (2002) : “Jurnal elektronik telah menarik perhatian pembaca, pengarang, penerbit dan pustakawan karena beberapa alasan. Dari sudut pandang pembaca, menyebarnya pengguna internet memudahkan mereka untuk mengakses artikel dari seluruh penjuru dunia, dan mereka bisa memperoleh dan mencetak artikel jika diperlukan. Pengarang pun dapat dengan mudah menerbitkan karya mereka dengan lebih cepat dan menyebarkannya kepada pembaca secara lebih luas. Penerbit dapat memproduksi bagian tertentu dari jurnal elektronik mengenai isu-isu tertentu kapan pun dan dengan frekuensi sesuai dengan yang mereka inginkan, dan menyebarkan informasi kepada pembaca dengan lebih cepat. Akhirnya pustakawan tidak lagi perlu bersusah payah dengan menyediakan biaya dan fasilitas serta pemeliharaan untuk penyimpanan jurnal elektronik (p. 12).” Perbandingan jurnal elektronik dengan jurnal tercetak dapat dilihat dari hal yang telah dipaparkan tabel dibawah berikut ini oleh Tresnawan (2005): Tabel 2.1 Perbandingan Jurnal Elektronik dan Jurnal Tercetak No
Kriteria
Elektronik
Tercetak
1
Kemuktahiran
Mutakhir
Mutakhir
2
Kecepatan diterima
Cepat
Lambat
3
Penyimpanan
Sangat mengirit tempat
Makan Tempat
4
Pemanfaatan
24 Jam
Terbatas Jam buka
5
Kesempatan akses
Bisa bersamaan
Antri
6
Penelusuran
Otomatis tersedia
Harus dibuat
7
Waktu penelusuran
Cepat
Lama
8
Keamanan
Lebih aman
Kurang aman
9
Manipulasi dokumen
Sangat mudah
Tidak bisa
10
Langganan dengan harga Judul bisa lebih banyak
Judul lebih sedikit
yang sama 11
Harga total langganan
Jauh lebih murah
Lebih mahal
Sumber : Tresnawan (2005).
Universitas Sumatera Utara
Dapat dilihat dari tabel di atas, jurnal elektronik lebih banyak keunggulannya dibandingkan dari
pada jurnal tercetak. Memang untuk mengakses jurnal
elektronik ini harus memiliki media elektronik seperti computer. Namun pada saat ini media elektronik yang dapat mengakses bahan elektronik sudah banyak tanpa harus ada arus listrik, bahkan sekarang hand phone dapat juga untuk membuka bahan teks elektronik, seperti jurnal elektronik dan buku elektronik. Oleh karena itu dengan adanya koleksi elektronik ini diharapkan perpustakaan dapat menyediakan informasi dengan cepat, hemat waktu, biaya serta tenaga, dan informasi yang selalu up to date. 2.2.1 Pengertian Jurnal Elektronik Telah ada banyak sekali pengertian mengenai jurnal elektronik yang dikemukakan oleh pendapat ahli, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Prytherch (2000) dalam
bukunya
Harrod’s
Librarians
Glossary
and
Reference
Book
mendefinisikan: “Electronic Journal – a journal for which the full end product ia available on journal in which all aspects of preparation, refereeing, assembly and distribution are carried out electronically. A developing area in which many problems need resolving – copyright, distribution, funding, Peer review, Research assessment – before the electronic journal is accepted by all (p. 256).” Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa jurnal elektronik merupakan karya yang seluruh proses persiapan, pengumpulan, distribusi dilakukan secara elektronik. Namun ada beberapa hal masalah yang perlu diselesaikan, seperti hak cipta, pendanaan, peer review, penilaian penelitian sebelum jurnal elektronik diterima oleh semua pihak. Adapun menurut LIPI (2005), “Jurnal elektonik (E-journal) adalah sarana berbasis web untuk mengelola sebuah jurnal ilmiah maupun non ilmiah. Sarana ini disediakan sebagai wadah bagi pengelola, penulis dan pembaca karya-karya ilmiah”. Hal yang dijabarkan menurut LIPI di atas menganggap jurnal elektronik sebagai sarana yang berbasis web bagi penulis, penerbit, dan pembaca karya ilmiah maupun non ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Hazel Woodward dan rekanannya dalam Evans (2000) menyebutkan Mitos tentang jurnal elektronik (myths about electronic journal), sebagai berikut: 1. Electronic journal will provide better access to journal articles 2. Academics and researchers read journals at their office desks. 3. Readers want electronic journals 4. Electronic journals are quick and convenient to access 5. Readers know and care who publishes a journal. 6. Readers want page integrity. 7. Electronic journals will bypass libraries and make them redundant. 8. Electronic journals will save libraries money. 9. Storage and dissemination of electronic journals is inexpensive or free. 10. Electronic journals will save paper. 11. Publisher care about readers. 12. Electronic journals will save publishers money. 13. Electronic journals will make subscription agent redundant. 14. Only recent issues of journals are required. 15. All scholarly journals will be available electronically in a few years (p. 182). Mitos di atas mengatakan bahwa jurnal elektronik menyediakan akses yang lebih mudah, nyaman dan cepat. Jurnal elektronik juga dapat memotong anggaran berlebihan pada perpustakaan. Untuk penyimpanan dan penyebaran jurnal elektronik juga murah. Jurnal elektronik juga mengurangi penggunaan kertas yang terbuat dari pohon-pohon di dunia. Jurnal elektronik juga akan menghemat pengeluaran dari penerbit. Jones (2000) menyatakan mengenai jurnal elektronik sebagai berikut: “e-journal is a digital periodical that publishes on the Internet or World Wide Web (WWW). E-journal are becoming an accepted and necessary means of meeting the demans for the dissemination of knowledge (p. 2).” Jones menegaskan bahwa e-journal adalah suatu metode baru dari penyampaian pengetahuan dan pembangunan keilmiahan. 2.2.2 Karakteristik Jurnal Elektronik Karakteristik merupakan hal yang penting untuk membedakan dari e-journal maupun dari sumber elektronik lainnya seperti blog atau artikel pada sebuah web. Hal ini memberikan karakter yang menjadi ciri khas dari jurnal elektronik dan dapat membedakan dari sumber elektronik lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam sebuah
sosialisasi e-journal oleh Universitas Widya Dharma Klaten
(2012) menyatakan karakteristik jurnal elektronik sebagai berikut: 1. Publikasi dalam format elektronik dan memiliki ISSN (International Standard Serial Number) 2. Isi e-journal biasanya berupa: a. Artikel ilmiah (hasil riset atau telaah literatur). b. Resensi buku. 3. Format dokumen e-journal: a. HTML. b. PDF (p. 5). Karakteristik di atas menjabarkan sifat-sifat e-journal dari segi legalitas yang harus memiliki ISSN, kemudian dari segi isi, dan format yang biasanya digunakan untuk sebuah jurnal elektronik. Wanto (2011) dalam wacananya menjabarkan karakteristik jurnal elektronik sebagai berikut: 1. Membutuhkan password (bulanan atau tahunan) 2. Adanya masa berlangganan (per tahun) 3. Memiliki fitur standard seperti Basic Search, Advanced Search, Topic, Publication, Marked, Bookshelf dll. 4. Hasil penelusuran dalam bentuk full text/html, PDF, abstrak 5. Memberikan berbagai pilihan titik akses Judul, pengarang, subjek, penerbitan dll. 6. Sugested topic or Journal pada beberapa Database Online 7. Beberapa pilihan bahasa (english, spain, japon dll.) Wanto menggambarkan karakteristik jurnal elektronik lebih kepada segi tampilan yaitu fitur-fitur yang biasanya ada pada jurnal elektronik, seperti fitur searching, suggested topic, dan fitur bahasa. Wanto juga menjabarkan bahwa terdapat jurnal elektronik yang membutuhkan password dan masa berlangganan (per tahun). Karakteristik jurnal elektronik yang telah digambarkan oleh Wanto hampir sama dengan yang dinyatakan oleh Adam (2012), namun jauh lebih lengkap dan jelas, sebagai berikut: 1. Membutuhkan password (bulanan, tahunan) 2. Access Indicator: a. Free b. Fulltext c. Partial (Abstract only atau Kondisi tertentu) d. No Access (Berbayar) 3. Adanya masa berlangganan (per periode; tahunan)
Universitas Sumatera Utara
4. Memiliki fitur standar: Basic Search a. Advanced Search b. Publication Search c. Topic d. Publication e. Marked f. Bookshelf 5. Memberikan berbagai pilihan titik akses (judul, pengarang, subjek, penerbitan). 6. Suggested topic or journal. 7. Hasil Penelusuran dalam bentuk abstrak dan fullteks - html/pdf. 8. Hasil Penelusuran dapat diunduh, cetak, dan kirim via email. 9. Citations (Semakin tinggi tingkat citation nya semakin baik kualitas paper nya) –Scopus (p. 8). Pendapat Adam di atas menjabarkan indikator untuk mengakses jurnal elektronik ada yang gratis dan juga berbayar, penelusuran juga dalam fullteks atau hanya abstrak saja. Hasil penelusuran juga dapat di unduh, cetak atau kirim ke email. Adam juga menyatakan semakin tinggi tingkat citation maka semakin baik kualitas karya ilmiah tersebut. Sedangkan Nowakowski (2007) dari Perpustakaan Dalhousie, mengemukakan karakteristik terbitan berseri Ilmiah dengan majalah populer sebagai berikut: Tabel 2.2 Karakteristik Jurnal Ilmiah dan Majalah Populer Characteristics Content
Length Sources Review Policy
Author Audience
Scholarly / Academic Journals
usually quite structured; may include abstract, literature review, methodology, results, conclusion, bibliography longer articles providing indepth analysis of topics footnotes and bibliographies articles are read and reviewed by peers for accuracy; peer-reviewed noted professional, specialist or expert in the field researchers and professionals, advanced reading level, specialized vocabulary
Popular Magazines
no specific structure
format
or
shorter articles providing broader overviews of topics rarely any cited; original sources can be obscure articles may go through an editor or editorial board journalist, staff writer or anonymous general public, basic reading level, little or no specialized language
Universitas Sumatera Utara
Advertising
very little or highly specialized Examples American Economic Review Sex Roles: a Journal of Research JAMA: The Journal of the American Medical Association Annals of Science Sumber : Nawakowski (2007)
significant amount People Ladies Time
Sports Illustrated Home Journal
2.2.3 Jenis-jenis Jurnal Elektronik Di atas telah membahas mengenai kriteria jurnal elektronik di atas, maka dapat dikelompokan jurnal elektronik dari segi kebebasan akses, yaitu : 1. Jurnal elektronik yang dapat di akses tanpa biaya dan dapat dicetak juga download secara bebas. 2. Jurnal elektronik yang tidak dapat diakses tanpa password atau tanpa melanggan dengan berbayar kepada vendor yang menjajakan. Oktaviano (2008) menyatakan bahwa jurnal elektronik menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Jurnal online, yaitu jurnal yang terpasang melalui computer utama seperti Dialog dan BRS (Bibliographic Retrieval Services). 2. Jurnal pada CD-ROM yaitu jurnal individu berbentuk teks penuh atau jurnal yang dikoleksi dari berbagai subyek jurnal tercetak yang ada dalam bentuk elektronik yang kemudian ditempatkan pada CD-ROM. 3. Jurnal pada network, yaitu jurnal dalam bentuk jaringan kerja yang didasarkan pada perangkat lunak mailing list atau aplikasi komputer client/server termasuk di dalamnya seperti Gopher, FTP dan www pada situs web internet (p. 13). 2.2.4
Keunggulan dan Kekurangan Penggunaan Jurnal Elektronik
Sampai saat ini, arikel jurnal merupakan satu produk akhir yang penting dari pada penelitian ilmiah. Jurnal memainkan peranan yang sangat penting dalam menciptakan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Namun pada saat ini terdapat tuntutan terhadap efisiensi waktu bersamaan dengan perkembangan teknologi informasi maka muncul fenomena jurnal elektronik ini.
Universitas Sumatera Utara
Diantara kemudahan-kemudahan dari jurnal elektronik dibandingkan dengan jurnal tercetak adalah masalah akses yang tidak terbatas antara ruang dan waktu. Selain itu dapat dilihat lebih lengkapnya lagi akan dibahas disini. Menurut Adam (2012) kelebihan dan kekurangan jurnal elektronik adalah sebagai berikut: Kelebihan Jurnal Elektronik : 1. Akses dapat dilakukan kapan dan dimana saja (Koneksi internet) 2. Terbitan terbaru (current) 3. Jumlah dan ragam terbitan sangat banyak dalam batasan tahun terbit tertentu 4. Dapat menyimpan dan menelusur kembali hasil penelusuran yang telah lalu 5. Dapat di download, dicetak, dan dikirim via email saat itu juga Kekurangan Jurnal Elektronik : 1. Harga Mahal (Tingkat keterpakaian harus tinggi-Murah) 1 Judul. Rp50.000.0000 = di download 5000 orang. 2. Harga Jurnal Rp50.000.000/5000 = Rp10.000. 3. Terkadang core journal hasil penelusuran tidak memunculkan full text. 4. Beberapa akses hanya dapat dilakukan di dalam kampus (Subscribe identified by IP Addereses). 5. Rentan Sistematik Dowloading (Server jurnal secara otomatis memblok akses) (p. 5). Keuntungan Keuntungan dari jurnal elektronik menurut pendapat King dan Tenopir dalam Dayanti (2007) yaitu: 1. Aksesibilitas a. Lebih banyak penyitiran b. Akses 24/7 c. Akses cepat dan mudah d. Tidak pernah sedang berada dalam tumpukan atau peminjaman e. Sering terdapat materi yang tidak bisa diakses di tempat lain, f. Akses jarakjauh 2. Kenyamanan a. Dibaca pada layar komputer b. Terkadang menimbulkan perasaan tidak harus pergi ke perpustakaan. 3. Kecepatan penerimaan dan publikasi a. Mengurangi waktu untuk proses pengulangan 4. Lebih mudah dan cepat dalam meraih audiens terbaik dan relevan. 5. Membantu/memperbaiki proses penelitian dan menawarkan feedback lebih cepat. 6. Fitur nilai tambah: a. Memiliki link antar artikel
Universitas Sumatera Utara
b. Terdapat bahan tambahan seperti audio, grafis, dan visual. 7. Menambah dialog dalam komunitas ilmiah 8. Lebih mudah disebarkan kepada aidiens asing 9. Melampirkan kotak komentar dalam artikel 10. Dapat mempublikasikan format yang tidak dapat dicetak a. Cepat, terfokus, relevansi tinggi b. Mendukung proses penelusuran 11. Mutakhir a. Tersedia sebelum versi cetaknya 12. Cetak a. Mudah untuk dicetak, lebih baik dari hasil fotocopy, dan berkualitas bagus. 13. Navigasi mudah dan fleksibel. 14. Tidak ada batasan. 15. Biaya murah (p. 18). Adapun hambatan atau kelemahan jurnal elektronik yang dipaparkan oleh King dan Tenopir (1999) antara lain: 1. Tidak ada pengenalan akan informasi lain pada database atau jurnal baru (salah satunya karena alasan sitiran). 2. Ketidakadaan pelatihan yang memadai dalam hal bagaimana mengakses sumber-sumber elektronik. a. Terkadang dinyatakan sebagai ketidakadaan waktu untuk memanfaatkan atau ketidakadaan kenyamanan dengan teknologi atau teknik “Know-How” atau dalam hal kemampuan untuk membawa jurnal elektronik. 3. Ketidakadaan sumber-sumber penelitian dalam internet (cakupan,lingkup, dan relevansi subjek). 4. Ketidakpastian bentuk arsip dari sumber elektronik, membuatnya sulit untuk membawa atau memindah tempatkan. 5. Informasi dan artikel yang meragukan dalam posting di internet, terkadang dirasakan sebagai ketidakadaan persepsi atau tinjauan bahwa jurnal elektronik belum dapat dikatakan publikasi yang nyata atau berpengaruh seperti halnya jurnal tercetak. 6. Membutuhkan standarisasi dalam penggunaan dan publikasi sumbersumber elektronik. a. Ketidaksesuaian antar format b. Perbedaan penggunaan format data 7. Pembatasan terhadap pengindeksan dan search engine di internet/indeks dan abstrak yang tidak standar. a. Pengindeksan tidak memadai b. Adanya kesulitan navigasional yang dapat dihubungkan kepada ketidakadaan teknik “Know-How”. 8. Pembajakan/keamanan bahan (berpotensi untuk perubahan tulisan) 9. Terlalu berorientasi ke negara Amerika 10. Permasalahan Undang-undang Hak Cipta
Universitas Sumatera Utara
11. Keharusan untuk membayar jurnal elektronik yang tidak tersedia dalam bentuk lain (p. 13). Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya jurnal elektronik memiliki keuntungan bagi pengguna. Antara lain, dalam hal akses penelusuran, kenyamanan, kecepatan pengambilan dan publikasi, kemudahan penelusuran, dapat menawarkan feedback lebih cepat. Memiliki fitur-fitur yang memudahkan, meningkatkan dialog dalam komunitas ilmiah, memudahkan penyebaran informasi, dapat melampirkan komentar terhadap artikel. Memiliki format yang tidak mudah untuk plagiat, menghemat waktu, mutakhir, mudah dicetak, memilki navigasi yang fleksibel, tanpa batasan dan biaya murah. Kelemahan dari jurnal elektonik, antara lain adalah terbatasnya informasi yang didapatkan pada database atau jurnal baru oleh karena alasan sitiran, kurangnya keahlian dalam hal mengakses sumber-sumber elektronik bagi pengguna dikarenakan tidak adanya pelatihan, bisa saja bagi pengguna tidak menunjukkan sumber darimana penelitian diambil, tidak adanya persepsi atau tinjauan bahwa jurnal elektronik belum dapat dikatakan publikasi yang nyata. Jurnal elektronik juga masih memerlukan adanya standar penggunaan dan publikasi sumber-sumber elektronik, pengindeksan tidak memadai, sering terjadi pembajakan, terlalu berorientasi ke negara Amerika, permasalahan hak cipta, memerlukan biaya untuk mengaksesnya. 2.2.5
Tujuan Penggunaan Jurnal Elektronik
Penggunaan jurnal elektronik dalam ruang lingkup perpustakaan memberikan peranan penting, tidak hanya bagi perpustakaan tetapi juga bagi pengguna perpustakaan. Llewellyn, dalam Andriaty (2005) mengemukakan “banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari jurnal elektronik, antara lain dapat disebarkan lebih ekonomis karena penyiapan naskah, proses editing (review) dan prosedur lainnya tidak serumit dan semahal biaya jurnal cetak (p. 26).” Informasi yang terdapat dalam jurnal bersifat ilmiah, oleh karena itu jurnal banyak digunakan sebagai refrensi untuk kepentingan penelitian, studi kasus, tesis, serta disertasi, hal ini dikarenakan jurnal memuat informasi yang dapat mendukung permasalahan
ilmiah
yang
diteliti.
Jurnal
elektronik
diharapkan
dapat
Universitas Sumatera Utara
menggantikan jurnal tercetak yang telah dikembangkan dan dimanfaatkan selama beberapa abad karena adanya berbagai keunggulan yang ditawarkan. 2.3 Distributor dan Vendor Jurnal Elektronik Seperti semua organisasi lainnya yang berkembang dalam bisnis informasi, vendor dan distributor perpustakaan menghadapi perubahan lingkungan dalam ukuran besar karena faktor teknologi. Hal ini serupa yang telah terjadi pada mayoritas perpustakaan 20 tahun terakhir. secara umum perpustakaan berada di bawah tekanan untuk melakukan pelayanan yang lebih dengan segala kekurangan dana dan personil. Disamping itu banyak vendor yang mengambil keuntungan dari peluang ini dengan lebih menawarkan layanan yang lebih luas. Pengetahuan perpustakaan mengenai
informasi produk sangat penting untuk
mengembangkan koleksi dengan tetap menghemat biaya. Grosir, pengecer dan gues lainnya adalah sumber utama dari bahan untuk koleksi perpustakaan yang dapat menyediakan item yang sama. Dalam hal layanan jurnal elektronik ini telah diidentifikasi terdapat tiga masalah utama; ekonomi, pelanggaran hak cipta dan distribusi. Pustakawan lebih merujuk kepada vendor daripada grosir. Vendor membeli buku dalam jumlah yang banyak dari berbagai penerbit, kemudian menjual salinan untuk toko buku dan perpustakaan. Karena vendor membeli dalam volume yang banyak, mereka menerima diskon besar dari penerbit ketika pemborong menjual buku. Maka saat pembeli menerima daftar harga yang telah di diskon oleh produsen, tetapi jauh lebih rendah dari yang vendor terima. Misalnya, jika vendor menerima potongan 40% dari harga produsen, diskon yang diberikan perpustakaan akan hanya 15% sampai 20%. Jika perpustakaan atau toko buku langsung dari penerbit, diskon mungkin akan sama tinggi atau lebih tinggi. Sebuah jurnal yang terbit harus melalui proses peer review. Mekanisme peer review ini sudah berabad-abad tertanam di dalam tradisi jurnal ilmiah, menjadi bagian dari siklus informasi dari proses atau siklus penerbitan yang melibatkan berbagai pihak dan memiliki ciri khas. Siklus ini terkait langsung dengan praktikpraktik penelitian yang merupakan inti kegiatan dalam masyarakat ilmiah. Secara
Universitas Sumatera Utara
umum dan serderhana, siklus ini dapat dilihat dalam bentuk gambar sebagai berikut:
Sumber: Pendit (2008: 51) Gambar 2.2 Siklus Peer Review Gambar di atas memperlihatkan bahwa komunikasi ilmiah terjadi di tiga wilayah. Pertama yang melibatkan penerbitan, mulai dari kantor para editor, ke penerbit (milik asosiasi atau komersial), selanjutnya ke penjaja (umumnya komersial), sebelum sampai ke perpustakaan dan pembaca di kampus. Kedua antara penulis dengan editor dan ilmuwan yang melakukan peer review. Ketiga adalah komunikasi ilmiah yang terjadi antara penulis, editor, ilmuwan dan pembaca dalam lingkungan akademik yang juga melibatkan perpustakaan. Siklus komunikasi ilmiah seperti ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Siklus komunikasi peer review ini sering menjadi ukuran kinerja dari ilmu dan masyarakat akademik tertentu. Sampai kini siklus dan pola di atas masih terus berlangsung. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi, terjadi berbagai perubahan, terutama dalam hal sarana komunikasi. Sarana komunikasi ini juga membuka berbagai kemungkinan dan peluang baru dalam hal bentuk hubungan antar sesama pelaku komunikasi
Universitas Sumatera Utara
ilmiah yang bersangkutan. Teknologi juga membantu ‘ledakan’ karya ilmiah karena para ilmuwan kini semakin mudah membuat dan mendiskusikan karya mereka di antara sesama pihak yang terlibat. Teknologi masa kini juga membuka peluang baru dalam hal penyampaian dan akses terhadap karya-karya ilmiah. Pendit (2008) menyebutkan mengenai peluang teknologi yang membuka peluang baru sebagai berikut : “Pada tahun 1992, Andrew W Mellon Foundation pernah membiayai sebuah kajian menyeluruh tentang kaitan antara perpustakaan perguruan tinggi dan komunikasi ilmiah “dapat dikatakan bahwa setidaknya teknologi-teknologi baru akhirnya akan mengurangi kebergantungan yang berlebihan kepada penerbit komersial dan mungkin saja universitas akan kembali mengukuhkan peran langsung mereka dalam komunikasi ilmiah (p. 49).” Belakangan ini, para penerbit dan vendors melancarkan strategi baru yang diberi nama Big Deal yang dijelaskan oleh pendit (2008) : “Yaitu satu paket akses digital ke seluruh jurnal yang ada dalam daftar mereka dengan harga sedikit lebih mahal daripada berlangganan beberapa jurnal saja. Strategi pemasaran ini biasanya diikuti pula dengan tawaran berlangganan sekaligus selama beberapa tahun (multiple-year subscription) dan bisa diatur sebagai bagian dari konsorium nasional atau regional. Sistem langganan yang sepentuhnya elektronik kini mulai menggantikan sistem sebelumnya yang menawarkan akses elektronik sebagai tambahan bagi perpustakaan yang berlangganan jurnal tercetak (p. 51).” Melalui sistem Big Deal, perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi berhasil menaikkan jumlah jurnal yang mereka langgan, tetapi tidak mengurangi dana untuk dihabiskan. Selain itu, ada beberapa persyaratan yang sebenarnya bertujuan ‘mengikat’ perpustakaan pada penerbit atau vendor tertentu. Misalnya, ada keharusan untuk terikat dalam kontrak yang berkepanjangan (multi year contract), sedikitnya selama tiga tahun. Juga ada kesepakatan untuk tidak mengungkapkan kepada pihak lain mana pun, berapa sebenarnya biaya berlangganan yang dibayar sebuah perpustakaan. Tujuannya tentu adalah untuk mengurangi kemungkinan perpustakaan saling bertukar informasi harga. Lalu juga ada prasyarat yang mempersulit kemungkinan perpustakaan membatalkan jurnal yang dilanggan. Dari segi bisnis, cara-cara di atas sebenarnya lebih menguntungkan pihak penerbit dan vendor.
Universitas Sumatera Utara
Selain dengan skema Big Deal, evans menyatakan : “Para penerbit besar juga aktif melakukan penggabungan (merger) dan pengambil-alihan atau akuisisi. Penerbit-penerbit besar juga melakukan apa yang mereka sebut ‘integrasi vertikal’ (vertical integration). Cara promosi mereka juga semakin agresif. Para penerbit kini berusaha membuat data sitasi mereka tersedia di Internet untuk dimanfaatkan oleh mesin-mesin pencari untuk umum, seperti Google Scholar dan Windows Live Academic. Dengan menampilkan diri di mesin-mesin pencari tersebut, para penerbit berharap dapat ‘menanam’ link mereka di Internet dan mendorong orang untuk mengikuti link tersebut menuju situs yang resmi. Beberapa penerbit, misalnya yang menerbitkan British Medical Journal, memanfaatkan jasa AdSense di Google (p.224).” Beberapa vendor seperti ProQuest ABI/INFORM /Chadwyck-Healey dan Thomson/Gale menawarkan layanan isi yang terus berkembang seperti e-book dan pangkalan-pangkalan data khusus. Para penerbit yang tadinya hanya bergerak dalam dunia cetak pun tidak enggan berubah. Mereka berani menawarkan jasa online untuk buku-buku referensi. Misalnya Oxford University Press yang tadinya hanya aktif di dunia kini menawarkan pula kamus dan ensiklopaedia online. Sebagian besar sumberdaya ini memang benar-benar membantu para ilmuwan, tetapi juga sekaligus menyebabkan perpustakaan tergantung dan tidak berdaya berhadapan dengan para penerbit dan vendor besar.
Universitas Sumatera Utara