BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliko kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Menurut Gage (1984) sebagaimana dikutip Syaiful Sagala (2009: 13), “belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman”. Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 2), “belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi antara interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Sudiman, dkk (1986) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 62) bahwa, belajar (learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai liang lahat. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah proses yang terjadi pada semua orang baik dalam hal perubahan tingkah laku, pola berfikir yang terjadi di suatu lingkungan yang berlangsung seumur hidup. b. Teori-Teori Belajar Dalam belajar terdapat unsur-unsur dan prinsip-prinsip yang dapat menjadikan acuan dalam belajar yang biasa digunakan oleh seorang guru. Ada beberapa macam teori-teori belajar yang menjadi kerangka utama filosofis dalam belajar, yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.
5
6 Bambang Warsita (2008: 65-85) menyatakan bahwa, sebagai guru profesional perlu memilih teori-teori yang relevan dan tepat untuk diterapkan dalam kegiatatn pembelajaran yang akan dikembangkan, adapun aplikasi teori belajar yang dapat dipilih adalah sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Teori belajar behaviorisme Teori belajar kognitif Teori belajar humanisme Teori belajar sibernetik Teori belajar konstruktivisme Teori belajar multiple intelligences Menurut Sri Anitah (2009: 4), ada beberapa teori-teori dalam belajar,
yaitu: 1) Teori Behaviorisme Behaviorisme merupakan suatu aliran/ pandangan yang menekankan adanya perubahan perilaku pada peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar. 2) Teori Kognitivisme Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman, mendiskripsikan perubahan dalam belajar, berpikir, dan penalaran. 3) Teori Konstruktivisme Pandangan ini berlawanan dengan behaviorisme, jika behaviorisme menganggap bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati dan diukur, maka konstruktivisme menempatkan posisi peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri secara aktif. 4) Teori Pemrosesan Informasi Teori ini menggunakan alat bantu seperti komputer untuk memudahkan mengolah informasi dan memahami bagaimana manusia berpikir. Berdasarkan keterangan diatas sebagai sseorang guru yang profesional perlu memilih teori-teori belajaran yang relevan dan tepat sehingga
dapat
diterapkan
dalam
suatu
pembelajaran,
pembelajaran akan lebih aktif, efektif, kreatif, dan menyenangkan.
sehingga
7 c. Hasil Belajar Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan/materi yang sudah diajarkan. Siswa akan memperoleh hasil belajar setelah berakhirnya suatu proses belajar. Menurut Nana Sudjana (2008: 22) menyatakan “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Lebih lanjut M. Sorbry Sutikno mengutip simpulan Bloom tahun 1976 (2013: 79) menyatakan bahwa hasil belajar dibagi menjadi 3 kawasan, yaitu kognitif berkenaaan dengan ingatan dan pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan-ketrampilan. Kawasan afektif menggambarkan
sikap
dan
nilai.
Kawasan
psikomotorik
adalah
kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Hasil belajar dapat dikategorikan ke dalam 3 ranah yaitu : 1) Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2) Ranah afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yang menerima, merespon, memberi nilai, mengorganisasi, dan memberi karakter. 3) Ranah psikomotorik Memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik, meliputi: imitasi, manipulasi, apresiasi dan artikulasi. Salah satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk dapat melihat sejauh mana taraf keberhasilan guru dan belajar siswa secara tepat dan dapat dipercaya maka
8 diperlukan informasi yang di dukung oleh data yang obyektif dan mewadahi tentang indikator perubahan perilaku dan pribadi siswa. Hasil belajar digunakan untuk menjadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan hasil belajar adalah proses perubahan perilaku atau kemampuan manusia akibat stimulus-stimulus yang baru yang berasal dari interaksi belajar dan mengajar setelah menerima pengalaman belajar yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pembelajaran. d. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran dapat didesain sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih terarah pada tujuan. Dalam proses pencapaian tujuan tersebut melibatkan peran guru, peserta didik dan model pembelajaran yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Menurut Syaiful Sagala (2009 : 61), pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Menurut Suherman (1992) dalam Jihad dan Haris (2013: 11) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap.
9 Pendapat lain dikemukakan oleh Sadiman, dkk (1986) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 87) pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa, pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada peserta didik. e.
Metode-Metode Pembelajaran Ada beberapa macam metode pembelajaran yang banyak digunakan didalam kelas, guru perlu mengetahui karakteristik tiap-tiap metode, kebaikan serta kelemahannya, sehingga guru dapat memilih mana metode yang tepat untuk peserta didik. Menurut Sri Anita (2009: 85-120), menyatakan ada beberapa metode pembelajaran, yaitu : 1) Metode Ceramah Adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas, alat interaksi yang utama dalam hal ini adalah “berbicara”. 2) Metode Tanya Jawab Dalam penggunakan metode mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya metode ceramah, melainkan mencakup pertanyaan-pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak peserta didik. 3) Metode Diskusi Adalah cara penyampaian bahan pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. 4) Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang memandang peserta didik dalam suatu kelas sebagai suatu kelompok atau berbagi kedalam keolmpok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. 5) Metode Demonstrasi dan Eksperimen Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang dilakukan guru, orang luar atau manusia sumber yang sengaja diminta atau peserta didik menunjukkan kepada kelas suatu benda aslinya, tiruan atau proses,
10
6)
7)
8)
9)
misalnya bagaimana cara melakukan gerak senam lantai yang baik dan benar. Metode eksperimen adalah suatu metode mengajar yang melibatkan guru bersama peserta didik mencoba mengerjakan sesuatu dan mencoba mengamati proses dan hasil percobaan itu. Metode Sosiodrama dan Bermain Peranan Merupakan dua buah metode yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan sama. Metode ini merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada peserta didik tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Metode Pemberian Tugas Belajar Dan Resitasi Merupakan pemberian pekerjaan oleh guru kepada peserta didik untuk mencapau tujuan pembelajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut peserta didik belajar, mengerjakan tugas. Metode Drill (Latihan) Merupakan suatu cara mengajar dengan memberiokan latihanlatihan terhadap apa yang telah dipelajari peserta didik sehingga memperoleh suatu keterampilam tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa suatu itu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar yang realistis menyebabkan peserta didik melatih keterampilannya. Metode Karyawisata Dengan metode karyawisata, guru mengajak peserta didik ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran dari sekolah. Pembelajaran memiliki beberapa metode-metode yang berpengaruh
dalam kegiatan pembelajaarn yang dilakukan pendidik pada peserta didik, yaitu: 1) Metode Pengajaran Beregu Adalah metode dimana yang pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai koordinator. 2) Peer Teaching Metode Adalah metode pembelajaran sesama teman, yaitu metode yang mengharuskan belajar dengan dibantu oleh teman sendiri. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang pengajar untuk
11 diterapkan di dalam pembelajaran agar peserta didik dapat lebih merespon dan lebih dapat memahami materi rang disampaikan. 2. Senam a. Pengertian Senam Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur. Senam adalah terjemahan dari kata “Gymnastiek” (Bahasa Belanda), “Gymnastic” (Bahasa Inggris) dan“Gymnastics” (Bahasa Yunani). Agus Margono (2009: 19) menyatakan bahwa, senam ialah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Menurut Imam Hidayat (1995) sebagaimana dikutip Agus Mahendra (2000: 9) senam adalah suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana,disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Sapto Mujiono (2010: 1) menyatakan bahwa, senam adalah suatu bentuk latihan jasmani yang sistematis, teratur dan terencana dengan melakukan gerakan-gerakan yang spesifik untuk mendapatkan manfaat dalam tubuh. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa senam adalah suatu gerak yang disusun secara sistematis, teratur dan terencana yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan manfaat pada tubuh. b. Senam Lantai Senam lantai adalah bagian atau cabang dari senam. Sesuai dengan namanya maka gerakan-gerakan senam dilakukan diatas lantai yang beralaskan matras. Senam lantai juga sering disebut senam bebas karena dalam pelaksanaannya tidak membawa atau menggunakan alat. Agus
12 Margono (2009: 79) mengemukakan bahwa, senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur-unsur geraknya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan keseimbangan pada saat meloncat ke depan atau ke belakang. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 104) senam lantai yaitu bentuk-bentuk gerakan yang dilakukan dilantai yang beralaskan permadani atau matras dan dilakukan tanpa alat. Agus Mahendra (2000: 12) mengatakan bahwa, senam artistik diartikan sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapat efek-efek artistik dari gerakangerakan yang dilakukan pada alat. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa senam lantai adalah bentuk latihan gerakan-gerakan senam yang dilakukan di atas lantai dengan beralaskan matras atau permadani yang dilakukan tanpa alat. c.
Macam-Macam Senam Lantai Dalam senam lantai terdapat berbagai macam bentuk-bentuk dan gerakan-gerakan
mulai dari yang mudah sampai yang kompleks. Pada
dasarnya gerakan senam lantai bagi putra dan putri adalah sama, namun ada improfisasi yang dilakukan untuk memperindah gerakan tersebut, dan setiap pesenam mempunyai gerakan-gerakan andalan masing-masing. Macam - macam gerak senam lantai Asep Saepul Millah (2013), menyebutkan beberapa gerakan dalam senam lantai, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Guling ke depan (forward roll) Guling ke belakang (backward roll) Lompat harimau Hands stand Meroda Lompat jongkok Round off Lompat kangkang Head stand
13 10) 11) 12) 13)
Kayang Sikap lilin Salto Guling lenting Agus Margono (2009: 80-92) mengklasifikasikan beberapa gerakan
senam lantai sebagai berikut: 1) Mengguling a) Guling depan tungkai bengkok b) Guling depan tungkai lurus c) Guling belakang tungkai bengkok d) Guling belakang tungkai lurus 2) Keseimbangan a) Berdiri di atas kepala b) Berdiri di atas kepala dilanjutkan guling dada c) Berdiri di atas tangan d) Berdiri di atas tangan dilanjutkan guling dada e) Back extension (stutz) 3) Melenting a) Melenting tumpuan tengkuk b) Melenting tumpuan dahi c) Front walkover d) Back walkover e) Melenting tumpuan tangan (hand spring) f) Melenting ke belakang tumpuan tangan 4) Meroda atau gerak baling-baling 5) Round off 6) Gerak salto a) Salto ke depan (1) Salto depan jongkok (2) Salto depan sudut / kaki lurus b) Salto ke belakang (1) Salto belakang jongkok (2) Salto belakang sudut / kaki lurus c) Salto samping (1) Salto samping lutut bengkok (2) Salto samping kaki lurus
14 3. Gerak Meroda Dalam Senam Lantai a. Pengertian Meroda Gerak meroda adalah salah satu bagian dari berbagai macam gerakan senam lantai. Gerak ini dilakukan diatas matras dan dilakukan tanpa alat bantu. Gerak meroda biasa juga disebut gerakan baling-baling karena gerakannya berputar seperti baling-baling. Menurut Muhajir & Jaja Mujahid (2011: 69) mengatakan bahwa, meroda adalah suatu gerakan ke samping dengan bertumpu atas kedua tangan dan kaki terbuka lebar. Meroda dapat dilakukan dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. (http://edukasicenter.blogspot.com/2015/03/pengertian-gerakan-
meroda-radschlag.html) mengartikan gerak meroda adalah suatu gerakan ke samping, pada saat bertumpu atas kedua tangan dengan kaki terbuka lebar. Meroda dapat dilakukan dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. b. Cara melakukan gerakan meroda Menurut Agus Margono (2009: 88-89) mengatakan bahwa, gerak meroda dilakukan ke samping untuk empat hitungan. Di mulai dengan berdiri, kedua tangan direntangkan ke atas, telapak tangan menghadap ke depan, kepala tegak, kedua kaki dirapatkan. Tendangan kaki kiri lurus ke samping dan gerakkanlah ke arah matras untuk mendapatkan momentum, lengkungan pinggul dan lutut kiri sambil letakkan tangan kiri pada matras yang diikuti tangan kanan. Angkatlah kaki kanan ke atas dengan hentakan kaki kiri pada matras untuk bida membuat sikap kangkang diatas kepala. Kembalikanlah dengan mendaratkan kaki kanan, kemudian kaki kiri, dan sebaliknya hentakkan tangan anda agar kembali berdiri tegak.
15
Gambar 2.1 Gerakan Meroda Sumber: http://materipenjasorkes.blogspot.co.id/2014/11/cara-melakukan-latihan-gerakanmeroda.html
Menurut Biasworo Adisuyanto (2009: 104-105) menyatakan bahwa ada beberapa teknik melakukan gerakan meroda yaitu: 1) Dimulai dari sikap awal badan berdiri tegak menghadap ke depan, dengan posisi kedua kaki rapat, kedua lengan diangkat lurus ke atas di samping kepala. 2) Dilanjutkan dengan melakukan awalan dengan melangkah dua atau tiga langkah, diakhiri dengan posisi kedua kaki dibuka muka belakang, dengan posisi kaki kiri di depan dan kaki kanan dibelakang, posisi lutut dan siku tetap lurus. 3) Dimulai dengan kaki kiri ditekuk, badan menyondong ke depan dengan kedua lengan diayun ke bawah mengikuti gerakan badan. 4) Meletakkan tangan kiri pada lantai / matras di depan kaki kiri dilanjutkan dengan mengayun tungkai kaki kanan ke atas. 5) Seiring ayunan kaki kanan ke atas, dorong kaki kiri dan letakkan tangan kanan di depan tangan kiri membentuk satu garis (tangan kanan dan kiri berada dalam satu garis lurus). Ketika tangan kanan menyentuh lantai/ matras posisi kedua kaki terbuka lebar. 6) Dengan sedikit memutar badan, angkat tangan kiri dari lantai/ matras. Kaki kanan mendarat/ letakkan di lantai/ matras dekat dengan tangan kanan antara sudut 15-20 derajat, sedangkan kaki kiri mengikuti irama kaki kanan. Untuk gerakan meroda diharuskan pendaratan kaki pertama mendekat tumpuan tangan terakhir karena meroda merupakan gerak proyektil sesuai dengan gerak biomekanik. Seorang pesenam yang mendaratkan kaki pertama semakin jauh dengan tangan terakhir, pesenam tersebut akan mengalami hambatan yang berupa kehilangan keseimbangan atau kegagalan saat proses berdiri.
16 7) Ketika kaki kanan menyentuh dasar lantai, segera dorong kedua tangan pada matras lalu angkat kedua tangan dengan bertumpu kepada kaki kanan diiringi gerakan badan, posisi lengan tetap lurus. 8) Posisi kaki kanan tetap berada di depan, kedua kaki masih terbuka kangkang dalam keadaan penuh keseimbangan. Ketika kaki kiri mendara / menyentuh lantai / matras, angkat kedua lengan sampai ke atas dengan kondisi lengan tetap lurus ke atas. 9) Berdiri sikap awal dengan kedua lengan lurus atas di samping telinga, kedua kaki rapat dan pandangan mata ke depan.
Gambar 2.2 Gerakan Meroda Sumber : http://beibhystarayma.blogspot.co.id/2011/11/senam-lantai-meroda-radslag.html c. Kesalahan-kesalahan dalam melakukan gerakan meroda 1) Lemparan kaki kurang kuat. 2) Lemparan kaki melengkung ke arah depan, seharusnya lurus ke atas. 3)
Penempatan tangan terlalu rapat satu dan yang lain.
4)
Penempatan tangan pertama di lantai terlalu dekat dengan kaki tolak.
5) Kedua siku saat menumpu bengkok. 6) Sikap badan kurang melenting atau lurus. 7) Kepala tidak tengadah saat tangan menumpu di lantai. 8) Penempatan kaki kanan terlalu jauh dengan tangan kanan sehingga sulit untuk berdiri tegak. 9) Penempatan kaki terakhir pada saat mendarat kurang lebar atau dekat dengan kaki pertama.
17 4. Media Pembelajaran a.
Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah antara dua pihak atau kutub atau alat. Gerlech & Ely (1980) dalam Sri Anitah (2009: 5) menyatakan bahwa, media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual. Menurut Ronald H. Anderson (1987: 21) yang dikutip Sukiman (2012: 28), media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Menurut Briggs (1977) sebagaimana dikutip Waluyo (2011: 76) bahwa, media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan materi/isi pembelajaran seperti buku, film, video, dan sebagainya. Sedangkan menurut Dini Rosdiana (2013: 75) media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru utuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar, dan tidak terjadi verbalisme. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, pehatian dan minat serta kemauan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, dalam hal ini penyampaian dari pengajar kepada peserta didik.
b. Macam-Macam Media Pembelajaran Menurut Heinich and Molenda dalam Supriatna (2009) terdapat enam jenis dasar dari media pembelajaran, yaitu: 1) Teks.
18 Merupakan elemen dasar dalam menyampaikan suatu informasi yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya tarik dalam penyampaian informasi. 2) Media Audio. Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan dan membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara, dan lainnya. 3) Media Visual. Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin, dan lainnya. 4) Media Proyeksi Gerak. Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD). 5) Benda-Benda Tiruan/Miniatur. Termasuk di dalamnya benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba oleh siswa. Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik. 6) Manusia. Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar / ahli di bidang / materi tertentu. Herry
(2007:
6.31)
menyatakan
ada
tiga jenis
media
pembelajaran yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru di sekolah, yaitu: 1) Media visual Adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projekted visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (nonprojekted visual). 2) Media audio Adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar dan jenisnya. 3) Media audio visual Merupakan kombinasi dari media audio dan media audio visual atau media pandang dengar”.
19 Rudi Bretz (2003) mengidentifikasi jenis-jenis media berdasarkan tiga unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak. Dari ketiga unsur tersebut Bretz mengklasifikasikannya ke dalam tujuh kelompok, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) c.
Media audio Media cetak Media Visual diam Media visual gerak Media audio semi gerak Media semi gerak Media audio visual diam Media audio visual gerak.
Manfaat Media Pembelajaran Manfaat adanya penggunaan media pembelajaran akan terasa jika guru sebagai pendidik mampu menggunakannya dengan maksimal media tarsebut, sehingga peserta didik mampu menangkap apa yang disampaikan oleh guru. Menurut Sudjana & Rifai (1992: 2) sebagaimana dikutip Sukiman (2012: 43) mengemukakan kegunaan / manfaaat media pembelajaran dalam proses belajar, yaitu: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar’ 2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih jelas dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran 4) Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan gerakan, memecahkan masalah, dan lain-lain. Kemp dan Dayton (1985) sebagaimana dikutip Waluyo (2011: 81) menyatakan,
manfaat
media
pembelajaran
secara
umum
adalah
memperlancar proses interaksi antara guru dan siswa untuk membantu siswa
20 belajar secara optimal. Lebih khusus manfaat media pembelajaran sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Penyampaian materi dapat diseragamkan Proses interaksional menjadi lebih menarik Proses belajar siswa jadi lebih menarik Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja Sikap positif siswa terhadap materi belajar maupun terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. 8) Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif dan produktif. d. Media Pembelajaran Audio Visual Media pembelajaran berbasis audio visual adalah media penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera penglihatan dan pendengaran. Melalui media ini, seseorang tidak hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu, melainkan juga dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Menurut Basuki Wibawa & Farida Mukti (2001: 67) menyatakan, ditinjau dari karakteristiknya media audio visual pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) Media audio visual diam, yang meliputi slide suara, slow scan TV, time share TV, film rangkaian bersuara, film bingkai bersuara, halaman bersuara, dan buku bersuara. 2) Media audio visual bergerak, yang meliputi film bersuara, pita video, film TV, TV, Holografi, video tapes dan gambar bersuara.
21
Gambar 2.3 Media Audio Visual Sumber : http://www.fincaparchite.com/empresas/fotos-empresa 5. Pembelajaran Gerak Meroda Menggunakan Media Audio Visual Belajar menggunakan media pembelajaran sangat penting dalam pendidikan jasmani dan kesehatan agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai dengan maksimal. Kurangnya ketersediaan media pembelajaran akan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar, sehingga materi yang disampaikan kurang dapat direspon oleh siswa, hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran dalam senam sangat dibutuhkan agar materi yang disampaikan dapat secara menyeluruh diterima dan dipahami oleh siswa. Selain itu proses belajar mengajar dapat dilakukan lebih efektif, kreatif, dan menyenangkan, sehingga tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran dapat tercapai. Didalam belajar gerak meroda senam lantai menggunakan media pembelajaran audio visual, guru menjelaskan materi yang akan diajarkan kepada
22 siswa, serta menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. Nantinya guru akan menampilkan atau memutarkan beberapa contoh video gerak meroda dalam senam lantai yang akan ditayangkan di LCD proyektor. Siswa diminta untuk duduk yang rapi dan memperhatikan video tersebut serta memahami secara keseluruhan bagaimana teknik-teknik dalam melakukan gerak meroda tersebut, sehingga nantinya dalam pelaksanaan gerak meroda senam lantai pada saat dilapangan atau pada saat praktek, siswa dapat melakukan gerakan meroda senam lantai dengan teknik-teknik yang benar dan sesuai dengan video yang ditayangkan sebelumnya. Keterangan Gambar: LCD Proyektor
Siswa
Guru
LCD Proyektor Sound
Gambar 2.4 Penerapan metode pembelajaran Audio Visual dalam gerak meroda 6. Tutor Sebaya a.
Pengertian Tutor Sebaya Dari segi bahasa, sesuai yang dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tutor mempunyai arti “orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau sejumlah kecil siswa”. Para ahli berpendapat bahwa “Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara teman sebaya umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru-siswa” Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 184) dalam Maryani (2010).
23 Sementara itu menurut Rina Iriani Sri Ratnaningsih (2003: 41) menyatakan bahwa “Tutorial atau tutoring ” sebagai istilah teknis secara umum diartikan sebagai bimbingan dan bantuan belajar. Pada awalnya, istilah tutoring ditemukan dalam kepustakaan pendidikan dan digunakan sebagi istilah teknis untuk menunjukkan kegiatan seorang murid atau mahasiswa untuk mengajar teman-temannya secara perorangan. Dengan mengajar yang lain, seseorang diyakini telah mengajar dirinya sendiri. Secara singkat menurut Bagawanbiyasa (2013) Pengertian Tutor dapat diartikan sebagai orang yang memberikan tutorial atau tutoring, Sedangkan tutorial atau tutoring adalah bimbingna yang dpat berupa bantuan, petunjuk arahan ataupun motivasi baik secara individu maupun kelompok dengan tujuan agar siswa dapat lebih efisien dan efektif dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik. Kata Sebaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti sama umurnya (sama tuanya). Santrock (2007: 55) dalam Herrystw (2013) menyatakan mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya. Tutor teman sebaya menurut (Roscoe & Chi, 2007) dalam Bagawanbiyasa (2013) adalah perekrutan salah satu siswa guna memberikan satu per satu pengajaran kepada siswa lain, dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
melalui
partisipasi
peran
tutor
dan tutee. Tutor memiliki
kemampuan lebih dibandingkan tutee, tapi pada beberapa variasi tutorial jarak pengetahuan yang dimiliki antara tutor dan tutee minimal. Martinis 2007 dalam Bagawanbiyasa (2013) Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai
24 pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Dengan system pembelajaran menggunakan tutor sebaya akan membantu siswa yang nilainya dibawah KKM atau kurang cepat menerima pelajaran dari guru diantara mata pelajaran. Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap social kawan. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawan. Model tutorial merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Berdasarkan definisi tentang tutor sebaya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah tutor sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bagaimana mengoptimalkan kemampuan siswa yang berprestasi dalam satu kelas untuk mengajarkan atau menularkan kepada teman sebaya mereka yang kurang berprestasi. Sehingga siswa yang kurang berprestasi bisa mengatasi ketertinggalan. Pembimbingan dalam pelajaran yang diberikan oleh seorang siswa kepada siswa lain, sedangkan mereka (antara pembimbing dan yang dibimbing) adalah teman sekelas atau teman sebangku yang usianya relatif sama, dan siswa yang kurang paham bisa bertanya langsung kepada teman (tutor yang di tunjuk) sehingga kondisi saat pelajaran berlangsung bisa hidup dan siswa yang bertanya tidak merasa malu.
25 b. Prinsip-Prinsip Penyelenggarakan Tutorial Dalam penyelenggarakan tutorial ada beberapa prinsip. Menurut Barrows dalam Rina Iriani Sri Ratnaningsih (2003: 45) mengemukakan prinsip-prinsip yang sebaiknya dipenuhi untuk dapat menyelenggarakan kegiatan tutorial sebagai berikut : 1) Interaksi tutor dengan tutee sebaiknya berlangsung pada tingkat metakognitif, kecuali untuk kegiatan yang bersifat prosedural, seperti penjadwalan. Yang dimaksud dengan metakognitif adalah taraf berfikir yang ditandai oleh proses berfikir itu sendiri, misalnya dengan menjawab pertanyaan dengankata tanya, mengapa dan bagaimana. 2) Tutor harus membimbing tutee dengan teliti dalam keseluruhan langkah proses belajar yang sebaiknya dilalui oleh tutee, bila tutee diminta untuk menganalisis masalah atau situasi tertentu, tutor harus yakin bahwa tutee akan mengikuti langkah-langkah berfikir logis. Bila tutee diminta untuk menganalisis suatu kasus, tutor harus membimbing tutee samapai kepada proses sintesis. Bila tutee diminta untuk melakukan suatu tindakan, tutor harus yakin akan langkah yang akan ditempuh tutee. 3) Tutor harus dapat mendorong tutee sampai pada tahap pebgertian yang mendalam yang menghasilkan pengetahuan yang dapat disimpan dalam pikiran tutee sampai pada taraf mampu menjawab pertanyaan mengapa. 4) Tutor sebaiknya menghindarkan diri dari pemberian informasi sematamata. Sebaiknya tutee sendiri yang menggali informasi dari sumber kepustakaan para ahli sumber belajar yang lain, model, specimen (contoh), dan pengalaman lapangan. 5) Tutor sebaiknya menghindarkan diri dari pertanyaa pendapat mengenai kebenaran dan kualitas pendapat atau sumbangan pikiran tutee. 6) Diskusi antar tutee, komentar dan kritik satu sama lain dapat ditumbuhkan oleh tutor. 7) Segala keputusan sebaiknya diambil melalui proses dinamika kelompok. Dalam hal ini tutor hendaknya yakin bahwa setiap tutee dalam kelompok telah memberikan kontribusi pemikiran dalam keseluruhan kegiatan kelompok. 8) Tutor sebaiknya menghindarkan diri dari diskusi yang hanya merupakan interaksi pola tutor-tutee. Bagaimanapun tutor harus selalu melibatkan seluruh tutee dalam kelompok sehingga mereka dapat saling berdiskusi, dan berargumentasi. 9) Bila tutee mengumpulkan pendapat yang benar, tutur sebaiknya meyakinkan tutee dengan bertanya, apakah sudah yakin demikian ?? 10) Tutor sebaiknya mampu membuat variasi stimulus sehingga tutee tidak merasa bosan atau putus asa.
26 11) Tutor sebaiknya dapat membantu kualitas kemajuan belajar tutee dengan mengarahkan kajian sampai pada taraf metakognitif. 12) Tutor perlu menyadari potensinya, masalah interpesonal dalam kelompok, dan perlu melakukan intervensi untuk memelihara efektivitas proses kerja kelompok sehingga seluruh anggota kelompok dapat memberikan sumbangan pikirannya. 13) Tidak satupun aktivitas dalam tutoring yang hanya semata-mata merupakan tugas tutor. Karena itu, tutor harus secara terus-menerus bekerjasama dengan kelompok tutee dan selalu bertanggung jawab atas kewajibannya, yakni membimbing proses belajar mengajar kelompok. Tetapi sewaktu-waktu tutor harus lepas tangan bila proses belajar telah berjalan; akan kembali memberi intervensi hanya bila perlu. c.
Langkah-langkah pembelajaran Tutor Sebaya Wawasan pendidikan (2014) menyatakan ada beberapa langkah yang diperlukan setiap kelompok dalam metode pembelajaran tutor sebaya ini, antara lain sebagai berikut: 1) Pemilihan materi Memilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari peserta didik secara mandiri. Materi dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi) 2) Pembagian kelompok Bagilah peserta didik menjadi kelompok-kelompok yang akan disampaikan pendidik. Peserta didik yang lebih pandai dibagi dalam setiap kelompok yang akan bertindak sebagai tutor. 3) Pembagian materi Masing-masing kelompok diberikan tugas mempelajari satu sub materi dan setiap kelompok akan dipandu oleh peserta didik yang lebih pandai (tutor). 4) Waktu Beri peserta didik waktu yang cukup untuk persiapan baik dalam kelas maupun diluar kelas. 5) Diskusi kelompok Ketika semua kelompok sedang bekerja, sebaiknya pendidik berkeliling bergantian mendatangi kelompok, dan dapat membantu apabila terjadi salah pemahaman. Tetapi tidak mencoba mengambil alih kepemimpinan kelompok. 6) Laporan tim Setiap kelompok melalui wakil yaitu tutor menyampaikan perkembangan temannya yang ditutori serta menyampaikan kendala
27 atau kesulitan pada saat mengajarinya mengenai dribble kepada pendidik. Pendidik bertindak sebagai narasumber utama. 7) Kesimpulan Setelah pendidik mengetahui kendala ataupun kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik, pendidik memberikan penjelasan, dan meluruskan pemahaman peserta didik yang masih salah. Kemudian pendidik memberikan kesimpulan atas apa yang telah dipelajari. 8) Tes Membagi soal tes dan memberikan cukup waktu bagi semua peserta didik untuk menyelesaikannya. Dengan hasil tes ini berfungsi untuk mengukur keberhasilan metode tutor sebaya dalam pembelajaran. 7. Pembelajaran Gerak Meroda dengan Tutor Sebaya Sebagai strategi pembelajaran dalam cooperative learning membutuhkan rancangan dan persiapan yang sistematis. Guru harus melakukan langkahlangkah pokok sebagaimana dalam pembelajaran kooperatif model tutor sebaya yaitu membuat siswa untuk memahami dan memperhatikan seorang tutor dalam pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran model tutor sebaya gerak meroda senam lantai nantinya pada pelaksanaannya akan dibantu oleh seorang tutor (dalam hal ini teman sebaya) yang sudah ditunjuk oleh seorang guru, untuk membantu siswa lain melakukan gerak meroda tersebut. Pada pembelajaran gerak meroda dengan tutor sebaya ini guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 6-10 siswa yang dipilih secara acak dengan jenis kelamin yang sama (laki-laki dengan laki-laki, dan perempuan dengan perempuan). Kemudian guru memilih satu orang siswa yang dianggap sudah bisa memahami dan melakukan gerak meroda senam lantai dengan benar, yang nantinya akan bertindak sebagai seorang tutor di tiap kelompok. Tugas dari seorang tutor adalah membantu teman-temannya satu kelompok agar semua bisa melakukan gerak meroda senam lantai dengan baik dan benar sesuai dengan teknik-teknik gerak meroda. Pembelajaran dengan tutor sebaya ini dapat dilakukan di ruang tertutup maupun ruang terbuka. Pembelajaran ini bertujuan agar siswa lebih dapat berani melakukan gerak meroda senam lantai dengan dibantu oleh teman sebayanya sendiri.
28
a. Cara memberi bantuan pada teman gerak meroda senam lantai 1) Dengan melakukan handstand, kedua kaki dibuka lebar / kangkang, pembantu memegang kedua sisi panggul.Dengan posisi satu orang berdiri dibelakang murid yang melakukan gerakan tumpuan, dilanjutkan dengan mengayun kedua kaki ke atas dalam posisi seperti ini : teman yang berada dibelakang bekerja menangkap kedua tungkai murid yang melakukan gerakan supaya terjaga kondisi keseimbangan murid dan teman yang membantu juga membenarkan kedua tungkai murid yang melakukan meroda dalam posisi lurus berbentuk huruf “V” dan runcing. 2) Dilanjutkan pada tahap latihan pendaratan.Setelah kedua kaki dalam posisi lurus di atas, murid melakukan pendaratan dengan menurunkan tungkai kaki kanan dalam posisi mendarat dengan lutut sedikit ditekuk, dilanjutkan menurunkan kaki berikutnya di belakang kaki tumpuan kaki pertama dalam posisi seperti ini : teman yang membantu dibelakang, membantu dengan cara memindah pegangan tangan ke daerah pinggang pelaku untuk membantu berdiri tegak penuh dengan keseimbangan yang dilanjutkan berdiri sampai posisi akhir sama seperti posisi awal.
Gambar 2.5 Penerapan Tutor Sebaya (bantuan teman) dalam gerak meroda Sumber : http://beibhystarayma.blogspot.co.id/2011/11/senam-lantai-meroda-radslag.html
29
Pelaksanaan model pembelajaran tutor sebaya 1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok-kelompok kecil 2) Guru memberi penjelaasan tentang materi gerak meroda 3) Siswa dibantu seorang tutor melakukan gerak meroda
Gambar 2.6 Penerapan Metode Tutor Sebaya Keterangan Gambar: Siswa Tutor Matras Memberi Bantuan ke Teman
B. Kerangka Berfikir Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan mata pelajaran yang mengkaji ilmu pembelajaran melalui aktivitas jasmani. Pembelajaran pendidikan jasmani disekolah dapat berlangsung dengan aktif, efektif dan efisien tergantung oleh beberapa faktor yang meliputi guru, sarana dan prasarana serta metode pembelajaran
30 yang digunakan. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan untuk ikut menyelesaikan sebuah permasalahan yang sesuai dengan konsep yang dipelajari. Permasalahan yang sering ditemui dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah pada penggunaan model pembelajaran atau cara seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Sering kali materi yang disampaikan oleh guru kurang bisa dipahami oleh siswa, hal ini dikarenakan pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani biasanya masih bersifat konvensional, begitu pula pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di SMK N 1 Karanganyar. Proses pembelajaran yang berlangsung belum mewujudkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan suatu cara yang seorang guru untuk memberikan materi pelajaran dengan cara-cara tertentu, yang diharapkan akan melibatkan keaktifan siswa agar materi pelajaran dapat diterima dan dikuasai dengan baik. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah menggunakan media pembelajaran audio visual dan gutor sebaya. Dengan menggunakan metode pembelajaran ini siswa dapat lebih tertarik mengikuti pembelajaran, selain itu siswa dapat lebih aktif, lebih bertanggung jawab antara individu dengan kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta dapat saling mambantu antar teman untuk memahami materi, saling memberi motivasi atau dorongan, dan evaluasi. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memahami materi senam lantai khususnya gerak meroda dengan maksimal sesuai tujuan yang diinginkan. Secara sederhana alur kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
31
Guru : Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Belum menggunakan metode pembelajaran menggunakan media audio visual dan tutor sebaya.
Menerapkan metode pembelajaran dengan media audio visual dan tutor sebaya.
Melalui penerapan media audio visual dan tutor sebaya dapat meningkatkan minat, semangat, motivasi siswa mengikuti pembelajaran gerak meroda senam lantai, sehingga hasil belajar meningkat.
Siswa: - Siswa kurang tertarik dan kurang memperhatikan materi yang diberikan - Siswa kurang termotivasi dan malas untuk mengikuti pembelajaran. - Hasil belajar gerak meroda senam lantai masih rendah. Siklus I: Peneliti bersama dengan guru menyusun dan melaksanakan pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak meroda senam lantai dengan metode pembelajaran dengan media audio visual dan tutor sebaya. Siklus II: Peneliti bersama dengan guru melaksanakan upaya perbaikan dari tindakan siklus I untuk meningkatkan kemampuan gerak meroda senam lantai dengan metode pembelajaran dengan media audio visual dan tutor sebaya.
Gambar 2.7 Alur Kerangka Berpikir