BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Pemasaran
2.1.1
Definisi Pemasaran Istilah pemasaran secara etimologi berasal dari kata “pasar” yang
mendapat awalan dan akhiran sebagaimana aturannya, menjadi kata “pemasaran”. Pengertian pasar dapat dilihat dari pendekatan ekonomi mengandung makna sebagai tempat pertemuan antara penjual/ produsen dangan pembeli/ konsumen dalam rangka melaksanakan transaksi jual beli. Menurut pendekatan konsep pemasaran, pasar berarti individu/ sekumpulan individu dan atau lembaga/ organisasi yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk merealisasikan kebutuhan serta mau mengorbankan uangnya melalui proses pertukaran. Atas dasar pengertian pasar tersebut maka pengertian pemasaran dapat diartikan dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit pengertian pemasaran adalah sebagai proses penyampaian barang atau jasa dari produsen/ penjual kepada konsumen/ pembeli, ini berarti produsen/ penjual kurang memperhatikan kepuasan konsumen/ pembeli. Sedangkan dalam arti luas
8
9
Pemasaran berarti suatu proses , sistem seni dan ilmu dalam rangka memberikan kepuasan konsumen/ pembeli sekaligus merealisasi
volume
penjualan dan tercapainya tujuan perusahaan. Hal ini sebagaimana dirumuskan oleh Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management menyatakan bahwa pemasaran adalah serangkaian kegiatan manusia yang diarahkan untuk mempermudah/ menyempurnakan proses pemenuhan kebutuhan melalui proses pertukaran. Dilihat dari fungsi perusahaan maka pemasaran merupakan salah satu fungsi perusahaan yang sama-sama pentingnya bila dibandingkan dengan fungsifungsi perusahaan lainnya seperti fungsi produksi, keuangan, personalia, administrasi dan lainnya. Bahkan fungsi pemasaran manjadi semakin terasa lebih penting pada saat kondisi pasar menghadapi persaingan yang semakin ketat. Secara teknis fungsi pemasaran sebagai suatu proses untuk merealisasi volume penjualan atas produk yang telah diproduksi. American Marketing Association (AMA) menawarkan defini formal sebagai berikut : Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya.
10
2.1.2
Tujuan Pemasaran Adapun tujuan pemasaran dalam perilaku konsumen, yaitu : Memberi informasi (promosi), agar konsumen mengetahui jenis barang/
jasa apa yang dipasarkan & berminat untuk membeli/ menggunakan barang atau jasa yang dipasarkan. Dimana promosi itu sendiri adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan. Tujuan promosi antara lain: 1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial. 2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan keuntungan. 3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan. 4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar. 5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing. 6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.
11
2.1.3
Marketing Mix Menurut M. Fuad dalam bukunya Pengantar bisnis menyatakan bahwa : ” Bauran pemasaran atau marketing mix adalah kegiatan pemasaran yang terpadu
dan saling menunjang satu sama lain. Keberhasilan perusahaan di bidang pemasaran didukung oleh keberhasilan dalam memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran distrubusi yang baik, dan promosi yang efektif. ” (2006:128) Empat kebijakan pemasaran yang sering disebut juga marketing mix diantaranya
product, price, place, promotion, sedangkan menurut Lupiyoadi dan Hamdani ditambah people adalah sebagai berikut: a. Product Produk adalah barang atau jasa yang bisa ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Pembeli akan membeli produk jika merasa cocok. Karena itu produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli, agar pemasaran produk berhasil. Dengan kata lain, pembuatan produk lebih baik diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen. Karena itu tugas bagian pemasaran tidak mudah, harus menyesuaikan
kemampuan
perusahaan dengan keinginan pasar. b. Price Harga adalah sejumlah kompensasi (uang maupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Pada saat
12
ini, bagi sebagian besar anggota masyarakat, harga masih menduduki tempat teratas sebagai penentu dalam keputusan membeli suatu barang atau jasa. Karena itu, penentuan harga merupakan salah satu keputusan penting bagi manajemen perusahaan. Harga yang ditetapkan harus dapat menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan untuk produksi ditambah besar presentasi laba yang diinginkan. Jika harga ditetapkan terlalu tinggi, secara umum akan kurang menguntungkan, karena pembeli dan volume penjualan berkurang. Akibatnya semua biaya yang telah dikeluarkan tidak dapat tertutup, sehingga pada akhirnya perusahaan menderita rugi. Maka, salah satu prinsip dalam penentuan harga adalah menitik beratkan pada kemampuan pembeli terhadap harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk menutup biaya-biaya yang telah
dikeluarkan
beserta
persentase laba yang diinginkan. c. Place / Distribution Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas perusahaan yang mengupayakan agar produksi sampai ketangan konsumen. Saluran distribusi penting, karena barang yang telah dibuat dan harganya sudah ditetapkan itu masih menghadapi masalah, yakni harus disampaikan ke konsumen. Para penyalur dapat menjadi alat bagi perusahaan untuk mendapatkan umpan balik dari konsumen di pasar. d. Promotion Promosi adalah bagian dari marketing mix yang besar peranannya. Promosi merupakan kegiatan-kegiatan yang secara aktif dilakukan perusahaan
13
untuk mendorong konsumen membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Promosi juga sebagai proses berlanjut karena dapat menimbulkan rangkaian kegiatan perusahaan yang selanjutnya. Karena itu promosi dipandang sebagai arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi agar melakukan pertukaran dalam pemasaran. Kegiatan dalam promosi ini pada umumnya adalah periklanan, personal selling, promosi penjualan, pemasaran langsung, serta hubungan masyarakat serta publisitas. e. People Pemilihan sumber daya manusia yang handal terlihat dari kualitas, jenjang pendidikan dan pengalaman-pengalaman yang mereka miliki serta kemampuan untuk berkomunikasi.
2.2
Jasa
2.2.1
Definisi Jasa Menurut Payne (1993:6) jasa didefinisikan sebagai berikut : “A service is
an activity which has some element of intangibility associated with it, which invovles some interaction with customer or with property in their possession, and does not result in a transfer of ownership. A change in condition may occur and production of the service may or may not be closely associated with a physical product.”
14
Lebih lanjut Payne (1993:7) mengatakan bahwa karakteristik jasa sebagai berikut : 1. Jasa merupakan produk yang tidak dapat dilihat (intangible). 2. Jasa merupakan produk yang bervariasi dan tidak terstandarisasi (heterogeneity). 3. Jasa merupakan produk yang diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan (inseperability). 4. Jasa merupakan produk yang tidak tahan lama (perishability) 2.2.2
Klasifikasi Jasa Sejauh ini telah banyak pakar yang mengemukakan skema klasifikasi jasa,
dimana masing-masing ahli menggunakan dasar perbedaan yang disesuaikan dengan sudut pandangnya sendiri-sendiri. Secara garis besar klasifikasi jasa dapat dibedakan berdasarkan lima kriteria pokok (Tjiptono, 2008) adalah: 1. Segmen pasar Jasa dapat dibedakan menjadi jasa yang ditujukan pada konsumen akhir (misalnya katering, asuransi jiwa, pendidikan dll) dan jasa bagi konsumen organisasional. 2. Tingkat keberwujudan Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan konsumen.
15
3. Keterampilan penyedia jasa Terdapat dua tipe jasa yaitu a) Profesional services Seperti : dokter, dosen, perawat, guru., b) Non-profesional services Seperti: sopir taksi. 4. Tujuan organisasi jasa Berdasarkan
tujuan
organisasi
pemberi
jasa,
kategori
jasa
dikelompokkan menjadi dua yaitu; a).Commercial services atau profit services, seperti: penerbangan, periklanan, perhotelan, perbankan dan lainlain, b) Non profit service, seperti: perpustakaan umum, panti asuhan. 5. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan Berdasarkan tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan jasa dapat dikelompokkan dua yaitu High-contact services seperti: bank, universitas, konsultan bisnis dan lain-lain dan Low-contact services seperti: jasa pos, PLN, bioskop dan lain-lain.
2.2.3
Karakteristik Jasa Jasa memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan produk
(barang fisik), menurut Sakina. L (2003) tiga karakteristik jasa diantaranya sebagai berikut: 1. Unsortability: jasa tidak mengenal persedian dari layanan yang dihasilkan. 2. Intangibility: nilai penting dari hal ini konsumen tidak merasakan secara fisik
16
namun dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, dan rasa aman. 3. Customization: jasa sering didisain khusus sesuai kebutuhan konsumen.
2.2.4
Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen merupakan fungsi dari kualitas pelayanan dikurangi
harapan pelanggan atau dapat dirumuskan sebagai berikut: Satisfaction = f (Service Quality – Expectation) 1. Service quality < expectation Kondisi ini terjadi bila pelayanan yang diberikan perusahaan menurut konsumen buruk. 2. Service quality = expectation Keadaan ini terjadi bila pelayanan yang diberikan dinilai konsumen adalah biasa-biasa saja atau tidak ada yang istimewa dan dianggap sudah seharusnya demikian atau ideal. 3. Service quality > expectation Kondisi ini terjadi bila konsumen merasakan pelayanan yang diberikan tidak hanya sesuai dengan harapan dan kebutuhan konsumen, tetapi sekaligus memuaskan dan menyenangkan konsumen.
17
2.3
Pendidikan
2.3.1
Definisi Pendidikan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1).
2.3.2
Unsur-unsur Pendidikan 1. Input Sasaran pendidikan, yaitu : individu, kelompok, masyarakat. 2. Pendidikan Yaitu pelaku pendidikan. 3. Proses Yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.
18
4. Output Yaitu melakukan apa yang diharapkan / perilaku (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16).
2.3.3
Tujuan pendidikan
Menanamkan pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep.
Mengubah sikap dan persepsi .
Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 68).
2.3.4
Jalur pendidikan Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi : 1. Jalur Formal a. Pendidikan Dasar Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. b. Pendidikan Menengah Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
19
pendidikan menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat. c. Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. 4. Jalur Nonformal 5. Jalur Informal
2.3.5
Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah (2001) adalah
sebagai berikut : 1. Ideologi Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan pendidikan. 2. Sosial ekonomi Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 3. Sosial budaya
20
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya. 4. Perkembangan IPTEK Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju. 5. Psikologi Konseptual
pendidikan
merupakan
alat
untuk
mengembangkan
kepribadian individu agar lebih bernilai.
2.3.6
Pengertian Lembaga Pendidikan Luar Sekolah Pemerintah secara terus-menerus melaksanakan berbagai program untuk
pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan sekaligus juga untuk peningkatan mutu pendidikan. Selain menerapkan pendekatan yang bersifat konvensional, pemerintah juga melaksanakan berbagai terobosan yang bersifat inovatif. Perluasan layanan pendidikan diwujudkan melalui pencanangan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun (Wajar Dikdas 6 Tahun) pada tahun 1984 dan dilanjutkan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun pada tahun 1994. Di tingkat internasional, Indonesia juga berperanserta dalam "Education for All" yang dideklarasikan UNESCO di Jomtien, Thailand, pada tahun 1991 (Siahaan, 2002). Di era otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyai peluang yang terbuka dan sekaligus tantangan untuk mempercepat peningkatan kualitas sumber
21
daya manusia (SDM) di wilayahnya masing-masing melalui pembangunan pendidikan. Dalam kaitan ini, pemerintah daerah perlu melakukan pengkajian terhadap berbagai program pembangunan pendidikan yang telah dilaksanakan. Selain itu, perlu dijajagi juga berbagai kemungkinan pendidikan alternatif yang dapat mempercepat peningkatan kualitas SDM. Menurut UUD 1945 pasal 31 dan UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. UUD 1945 pasal 31 dan UU No. 2 tahun 1989 telah banyak menciptakan peluang bisnis di bidang jasa pendidikan. Lembaga pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan non formal . Lembaga pendidikan luar sekolah melakukan pembelajaran di luar jam pelajaran sekolah formal. Tujuannya untuk membantu siswa meningkatkan prestasi akademik di sekolah, meloloskan siswa yang meneruskan sekolah ke jenjang berikutnya sesuai dengan keinginannya.
2.3.7
Model Kebijakan Manajemen
Product Price Location
Kinerja Pemasaran
Promotion People Gambar 2.1 Model Kebijakan Manajemen Lembaga Bimbingan Belajar EFF cabang SBS Bekasi.
22
2.4
Analisa SWOT
2.4.1
Definisi Analisa SWOT Menurut Freddy Rangkuti dalam Teknik Membedah Kasus Analisa
SWOT. Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses
pengambilan
keputusan
strategi
selalu
berkaitan
dengan
pengembangan misi, tujuan , strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, perencanaan strategi harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisa Situasi. Model yang paling popular untuk analisa situasi adalah analisis SWOT.
Gambar 2.2 Analisa SWOT
23
2.4.2
Cara Membuat Analisa SWOT Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisa SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisa SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths), dan kelemahan (weaknesses).
Gambar 2.3 Penjelasan Analisa SWOT
Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut
memiliki
peluang
dan
kekuatan
sehingga
dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
24
Kuadran 2. : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus ditetapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/ pasar). Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang besar yang sangat besar, tetapi di pihak lain, ia menghadapi beberapa kendala/ kelemahan internal. Fokus strategi
perusahaan ini
adalah meminimalkan masalah-masalah internal
perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Misalnya, Apple menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi yang di pergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri microcomputer. Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.5
Kuesioner
2.5.1
Definisi Kuesioner Kuesioner merupakan instrumen pengumpulan data atau informasi yang
dioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau pertanyaan. Penyusunan kuesioner dilakukan dengan harapan dapat mengetahui variabel-variabel apa saja yang menurut responden merupakan hal yang penting. Tujuan penyusunan kuesioner adalah untuk memperbaiki bagian-bagian yang dianggap kurang tepat untuk diterapkan dalam pengambilan data terhadap
25
responden. Menurut Suharsini (2010:194) klasifikasi kuesioner terbagi atas 2 jenis, yaitu: 1. Kuesioner langsung dan tidak langsung Suatu kuesioner dikatakan langsung apabila kuesioner tersebut dikirim langsung kepada orang yang dimintai pendapat. Sebaliknya, apabila kuesioner dikirimkan kepada seseorang yang dimintai pendapat mengenai keadaan orang lain, maka disebut kuesioner tidak langsung. 2. Kuesioner terbuka dan tertutup Kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang menghendaki jawaban pendek, atau jawabannya diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar pertanyaan disusun dengan disertai alternatif jawaban, responden diminta untuk memilih salah satu jawaban atau lebih dari altenatif yang disediakan. Sedangkan kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang berupa item-item pertanyaan yang tidak disertai alternatif jawaban, melainkan mengharapkan responden untuk mengisi dan memberi komentar atau pendapat. Dalam sebuah penelitian, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Masalah kuantitatif lebih umum, memiliki wilayah dan tingkat variasi yang luas dan kompleks, namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Prosedur penelitian yang
26
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati adalah metodologi kualitatif (Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3)). Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas agar dapat bertanya, menganalisa, dan mengkonstruksikan obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi,
untuk
memahami
interaksi
sosial,
untuk
mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan (Sugiyono, 2006: 14-15).
2.5.2
Pengolahan Kuesioner Dalam penelitian ini, skala kuesioner yang digunakan adalah skala Likert.
Skala Likert merupakan skala yang mengukur kesetujuan atau ketidaksetujuan seseorang terhadap serangkaian pernyataan berkaitan dengan keyakinan atau perilaku mengenai suatu objek tertentu. Biasanya format skala Likert merupakan perpaduan antara kesetujuan dan ketidaksetujuan, skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert sehingga dikenal dengan skala Likert. Sewaktu
menanggapi
pertanyaan
dalam
skala
Likert,
responden
menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti: 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju
27
3. Netral 4. Setuju 5. Sangat setuju Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip. Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia. Langkah-langkah menyusun skala Likert, yaitu : 1. Peneliti mengumpulkan karakteristik produk yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti. 2. Terhadap karakteristik tersebut dimintakan tanggapan dari sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti. Pada unumnya untuk tiap karakteristik di berikan alternatif pilihan yang berjumlah ganjil. Teknik penuangan pertanyaan diupayakan sedemikian rupa agar tidak mengarahkan jawaban responden ke tendansi tertentu. 3. Tanggapan tersebut dikumpulkan dan jawaban dikonversikan ke skala nilai yang terkait dengan bobot tanggapan. Tanggapan yang memberikan indikasi menyenangi (setuju) di beri skor tertinggi. Dalam hal ini tidak ada masalah misalnya untuk memberi angka lima untuk tanggapan yang tinggi
28
dan skor satu untuk tanggapan yang terendah. Yang penting adalah konsistensi dari arah sikap yang di perlihatkan.
2.5.3
Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Menurut Ghozali (2005:87), “Uji validitas dipergunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut”. Selanjutnya menurut Sugiyono (2005:26), “Jika nilai validitas setiap pertanyaan lebih besar dari nilai koefisien korelasi (r) 0,30 maka butir pertanyaan dianggap sudah valid”. Menurut Ghozali (2005:87), “Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu; 1) Repeated Measure atau pengukuran ulang; 2) One Shot atau pengukuran sekali saja”. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah teknik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai
Cronbach
Alpha
>
0.60
(Ghozali,
2005:88).