BAB II LANDASAN TEORI
A. Auditing 1. Konsep Dasar Audit Pada dasarnya audit adalah setiap pengambilan keputusan ekonomi yang ada pada suatu unit usaha yang didasarkan pada informasi yang tersedia. Dengan adanya informasi tersebut diharapkan keputusan yang diambil adalah yang terbaik untuk dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Ada kalanya informasi yang tersedia merupakan data yang kurang dapat diandalkan sehingga pihak pengambilan keputusan dalam hal ini manajemen berusaha untuk mencari jalan keluar dengan cara menyerahkan kepada suatu divisi yang independent guna melakukan pemeriksaan. Auditing berasal dari bahasa Latin yaitu “audire” yang berarti mendengar. Hal ini disebabkan pada mulanya di Yunani pertanggungjawaban keuangan dan petugas pemeriksaan turut hadir untuk mendengarkan laporan tersebut dengan teliti. Pengertian diatas mengalami perubahan sampai akhirnya terdapat pengertian auditing yang dikenal saat ini. Untuk dapat memahami pengertian auditing secara baik maka penulis memberikan pendapat ahli.
2. Definisi Auditing Pengertian Auditing menurut CPA adalah: Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person Jadi menurut CPA definisi dari auditing adalah suatu kegiatan yang mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti atas informasi untuk menentukan tingkat kesesuaian dan melaporkan informasi tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan auditing harus dilakukan oleh pihak yang independen dan kompeten. Didalam buku Modern Auditing karya Boynton, Johnson dan Kell (2003:5) pengertian dari auditing adalah: Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Sedangkan definisi auditing menurut Dan M. Guy, C. Wayne Alderman dan Allan J. Winters (2002:5) adalah: Auditing adalah suatu proses yang sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menghormati hasilnya kepada pihak-pihak berkepentingan.
Kemudian menurut Mulyadi (2002:11) auditing didefinisikan sebagai berikut: Auditing (pemeriksaan akuntansi) adalah pemeriksaan secara objekif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakahlaporankeuangansuatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Dari beberapa definisi auditing di atas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah merupakan serangkaian langkah atau prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan dikerjakan oleh orang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi secara sistematis dari bukti-bukti atas informasi yang berasal dari suatu satuan usaha dan lalu dapat mempertimbangkan dan melaporkan bukti-bukti tersebut apakah telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Jenis-Jenis Auditing Boynton, Johnson dan Kell (2003:6) mengklasifikasikan auditing menjadi tiga jenis, yaitu: a. Audit Laporan Keuangan (financial statement audit) Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secra wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.
b. Audit Kepatuhan (compliance audit) Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan atau peraturan tertentu. c. Audit operasional (operational audit) Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.
4. Jenis-Jenis Auditor Auditor biasanya diklasifikasikan kedalam tiga kategori berdasarkan siapa yang memperkerjakan mereka, sebagaimana dijelaskan oleh Dan M. Guy, C. Wayne Alderman dan Allan J. Winters (2002:11) a. Auditor Independen (independent auditors) Auditor independen atau yang biasa disebut dengan auditor eksternal adalah akuntan public bersertifikat (certified public accountant; CPA) yang mempunyai kantor praktik sendiri dan menawarkan jasa audit serta jasa lain kepada klien. Akuntan publik setelah mengaudit seluruh laporan keuangan perusahaan terbuka maupun perusahaan tertutup dan menyelesaikan pekerjaan nya dengan membuat sebuah laporan yang dinamakan Laporan Audit Standar, maka akan mendapatkan honor audit atau biaya jasa audit.
b. Auditor Internal (internal auditors) Audit internal adalah karyawan tetap yang dipekerjakan oleh suatu entitas untuk melaksanakan audit organisasi tersebut. Oleh karena itu auditor internal sangat berkepentingan dengan penentuan apakah kebijakan dan prusedur telah diikuti atau tidak. Kepentingan lain dari auditor internal adalah pengamanan aktiva organisasi. Tugas utama auditor internal adalah melaksanakan audit ketaatan (compliance audit) dan audit operasional (operational audit). Biasanya auditor internal melaporkan hasil kerjanya kepada dewan direktur organisasi, akan tetapi hasil kerja auditor internal juga mempengaruhi berbagai pihak lainnya termasuk manajemen, pemegang saham, dan auditor independen. c. Auditor Pemerintah (government auditors) Auditor pemerintah digunakan berbagai badan pemerintah federal, negara bagian dan local untuk menentukan ketaatan dengan hukum, peraturan perundangan, kebijakan dan prosedur. Aktivitas audit pemerintah yang paling umum dilaksanakan oleh General Accounting Service (GAO) yang diketuai kontroles umum yang mengaudit lembaga eksekutif pemerintah dan melaporkan secara langsung kepada lembaga legislatif. Secara umum, tanggung jawab auditor pemerintah juga terlibat dalam audit ketaatan dan audit operasional. Hasil audit GAO berupa laporan audit yang kemudian disampaikan kepada kongres, dan lalu disebarluaskan kepada public dan sebagai konsekuensinya sering digunakan dalam arena politik.
B. Audit Internal Keberadaan atau mengapa diadakannya audit dapat kita ketahui dari konsepkonsep dasar audit di atas, yaitu audit ditujukan untuk memperbaiki kinerja agar unit organisasi memiliki nilai tambah. Suatu unit bisa membentuk sebuah sistem, divisi, departemen, seksi, unit bisnis dan perusahaan. Jika tindakan audit berhasil dalam meningkatkan kinerja unit maka berarti menunjang kearah perbaikan kinerja organisasi secara keseluruhan.
1. Pengertian Audit Internal Kegiatan audit internal dilakukan oleh satuan pengawas internal perusahaan yang lalu disebut sebagai auditor internal. Tugas utama dari auditor internal adalah untuk membantu manajemen agar dapat melakukan tanggung jawab secara efisien dan efektif. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor internal membuat analisa-analisa, penilaian-penilaian, saran-saran, rekomendasi-rekomendasi serta informasi-informasi yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang ditelaah, dipelajari dan dinilai agar tercapainya pengembangan pengawasan efektif dan wajar. Pengertian internal audit sendiri menurut Standar Profesi Audit Internal tahun 2004 adalah “suatu kegiatan assuring dan konsultasi yang independent dan objektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi”
Kemudian menurut Sukrisno Agoes (2004:221) definisi internal audit adalah: Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.
Sedangkan menurut Tugiman (2006:11) pengertian internal audit adalah: Audit internal atau pemeriksaan internal adalah merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.
Dapat disimpulkan pengertian dari audit internal adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh karyawan tetap dari suatu entitas untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan maupun terhadap catatan-catatan akuntansi perusahaan. Serta melakukan pengujian dan pengevaluasi kegiatan yang dilakukan oleh entitas yang berkaitan. Internal audit modern tidak lagi terbatas fungsinya dalam bidang pemeriksaan finansial, tetapi sudah meluas ke bidang yang lainnya seperti manajemen audit, audit lingkungan hidup, dan lain-lain. Selanjutnya dijelaskan bahwa tujuan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah untuk membantu jajaran manajemen dalam melaksanakan tugasnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuantujuan nya auditor internal harus bertindak sesuai Standar Perilaku Auditor Internal sebagai berikut:
a. Auditor
internal
harus
menunjukkan
kejujuran,
objektivitas
dan
kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya. b. Auditor internal haru menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau kepada pihak yang dilayani. Namun tidak boleh terlibat dalam kegiatan yang melanggar hukum. c. Auditor internal tidak boleh terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau organisasinya. d. Audit internal harus mampu menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya; atau kegiatan
yang
dapat
menimbulkan
prasangka
yang
meragukan
kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas secara objektif. e. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok, atau mitra bisnis organisasinya yang dapat atau patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan profesionalnya. f. Auditor internal hanya dapat melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan menggunakan kompetensi professional yang dimiliknya. g. Auditor internal harus melakukan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi Standar Profesi Auditor Internal h. Auditor
internal
harus
bersikap
hati-hati
dan
bijaksana
dalam
menggunakan informasi yang diperoleh dalam melaksanakan tugasnya.
Informasi ini tidak boleh digunakan untuk (i) mendapatkan keuntungan pribadi, (ii) melanggar hukum, (iii) atau menimbulkan kerugian bagi organisasinya. i. Dalam melaporkan hasil kerjanya, auditor internal harus mengungkapkan semua fakta-fakta yang diketahuinya, yang bila tidak diungkapakan dapat mengakibatkan (i) distorsi laporan atas kegiatan yang direview, atau (ii) menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum. j. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya, auditor internal wajib mengikuti pendidikan professional berkelanjutan.
2. Fungsi Audit Internal Fungsi audit internal adalah membantu manajemen dengan jalan memberi landasan tindakan manajemen selanjutnya. Mulyadi dan puradiredja (2002,211) menyatakan fungsi audit internal sebagai berikut : a. Fungsi Internal Audit adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasai. Dengan demikian fungsi internal audit merupakan bentuk pengendalian yang fungsinya adalah untuk mengukur dan menilai efektivitas unsurunsur pengendalian intern yang lain. b. Fungsi Internal Audit merupakan kegiatan penilaian kegiatan yang bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa
akuntansi, keuangan dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen, internal auditor menyediakan jasa tersebut. Internal auditor berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan akuntansi. Swayer (2005:32) menyebutkan fungsi Intern Audit bagi manajemen adalah sebagai berikut: a. Mengawasi kegiatan – kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak. b. Mengidentifikasi dan meminimalkan resiko. c. Mevalidasi laporan ke manajemen senior. d. Membantu manajemen pada bidang – bidang teknis. e. Membantu proses pengambilan keputusan. f. Menganalisa masa depan – bukan hanya masa lalu. g. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:19) menyatakan bahwa : Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan secara singkat bahwa fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu untuk manajemen untuk menilai efisien dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan, kemudian memberikan hasil berupa saran atau rekomendasi dan memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan untuk mengambil keputusan atau tindakan selanjutnya.
3. Tahap-tahap Audit Internal Pelaksanaan kegiatan audit intern merupakan tahapan-tahapan penting yang dilakukan oleh seorang internal auditor dalam proses auditing untuk menentukan prioritas, arah dan pendekatan dalam proses audit intern. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan audit intern, menurut Hiro Tugiman (2006:53) adalah sebagai berikut : a. Tahap perencanaan audit b. Tahap pengujian dan pengevaluasian informasi c. Tahap penyampaian hasil audit d. Tahap tindak lanjut (follow up) hasil audit
Penjelasan dari tahapan-tahapan di atas adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Audit Tahap perencanaan audit merupakan langkah yang palinng awal dalam pelaksanaan kegiatan audit inten, perencaan dibuat bertujuan untuk
menentukan objek yang akan diaudit/prioritas audit, arah dan pendekatan audit, perencanaan alokasi sumber daya dan waktu, dan merencanakan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan proses auditing. Menurut Hiro Tugiman (2006:53)
audit
intern
haruslah
merencanakan
setiap
pemeriksaan.
Perencanaan haruslah didokumentasikan dan harus meliputi : 1) Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan. 2) Memperoleh informasi dasar (background information) tentang kegiatankegiatan yang akan diperiksa. 3) Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan audit. 4) Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu. 5) Melaksanakan survey untuk mengenali kegiatan yang diperlukan, risiko risiko dan pengawasan-pengawasan. 6) Penulisan program audit. 7) Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil audit akan disampaikan. 8) Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit.
b. Pengujian dan Pengevaluasin Informasi Pada tahap ini audit intern haruslah mengumpulkan, menganalisa, menginterprestasi dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit. Menurut Hiro Tugiman (2006:59), proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut :
1) Dikumpulkannya berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan-tujuan pemeriksa dan lingkup kerja. 2) Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna untuk membuat suatu dasar yang logis bagi temuan audit dan rekomendasirekomendasi. 3) Adanya prosedur-prosedur audit, termasuk tehnik-tehnik pengujian. 4) Dilakukan penngawasan terhadap proses pengumpulan, penganalisaan, penafsiran dan pembuktian kebenaran informasi. 5) Dibuat kertas kerja pemeriksaan.
c. Penyampaian Hasil Pemeriksaan Laporan audit intern ditujukan untuk kepentingan manajemen yang dirancang untuk memperkuat penngendalian audit intern, untuk menentukan ditaati tidaknya
prosedur/kebijakan-kebijakan
yanag
telah
ditetapkan
oleh
manajemen. Audit intern harus melaporkan kepada manajemen apabila terdapat penyelewengan/penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di dalam suatu fungsi
perusahaan
dan
memberikan
saran-saran/rekomendasi
untuk
perbaikannya. Menurut Hiro Tugiman (2006:68) audit intern harus melaporkan hasil audit yang dilaksanakannya yaitu : 1) Laporan tertulis yang ditandatanngani oleh ketua audit intern.
2) Pemeriksa intern harus terlebih dahulu mendiskusikan kesimpulan dan rekomendasi. 3) Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat terstruktur dan tepat waktu. 4) Laporan haruslah mengemukakan tentanng maksud, lingkup dan hasil dari pelaksanaan pemeriksaan. 5) Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi. 6) Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan pemeriksaan. 7) Pimpinan audit intern mereview dan menyetujui laporan audit.
d. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Audit intern terus menerus meninjau/melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat. Audit intern harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan. Setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan, pemeriksa intern akan menuangkan hasil pemeriksaannya tersebut dalam suatu laporan. Laporan hasil audit harus memenuhi kriteria dan kualitas tertentu. Menurut Robert Tampulon (2005:128) kriteria laporan adalah :
1) Hasil audit yang dikomunikasikan harus mencakup tujuan,luas atau ruang lingkup, kesimpulan, rekomendasi dan rencana tindak perbaikan yang telah disepakati bersama antara auditor dan auditee. Kesimpulan harus mencerminkan status dari isu-isu yang ditemukan, apakah : a) Risiko yang ada telah dimitigasi ( keringanan/kelonggaran) ke tingkat yang dapat diterima, b) Risiko yang ada telah dimitigasi ke tingkat yang dapat diterima, kecuali beberapa
risiko
utama
yang
mendapat
catatan
khusus
yang
memungkinkan beberapa tujuan tidak akan dapat dipenuhi, atau c) Risiko tidak dapat dimitigasi ke tingkat yang dapat diterima, sehingga beberapa tujuan tidak akan dapat dipenuhi. 2) Observasi dan rekomendasi yang dimuat dalam laporan harus didasarkan pada atribut-atribut sebagai berikut : a) Kondisi, yaitu keadaan sebenarnya sesuai dengan bukti yang ditemukan auditor dalam kegiatan pemeriksaannya (what is !). dalam hal ini auditor mengidentifikasi sifat dan luasnya temuan atau sebuah jawaban dari kondisi yang tidak memnuaskan (what was wrong?). b) Kriteria, yaitu standar, ukuran, atau harapan yang ditetapkan dan digunakan untuk melakukan evaluasi dan / atau verifikasi (what should be/exist). Dalam financial audit, kriteria yang digunakan dapat berupa ketepatan. Konsistensi, materialitas, ataau kepatuhan kepada ketentuan hukum, regulasi dan kebijakan perusahaan.
c) Akibat yang mungkin ditimbulkan (effect), yaitu risiko atau eksposur yang diperoleh karena kondisi tidak konsisten dengan kriteria (the impact of the difference or what are the risks?). Tingkat signifikansi dari konsidi atau temuan yang ada biasanya ditentukan dari nilai risikonya (potensi risiko atau hasil rating likehood dan impact). d) Penyebab (cause), yaitu alasan yang menyebabkan adanya perbedaan antara yang diharapkan (kriteria) dan kondisinya yang nyata (why the difference exist or why did it happen?). Mengidentifikasi penyebab dari kondisi atau temuan yang tidak memuaskan merupakan prasyarat bagi rekomendasi atau tindak perbaikan yang tepat. e) Rekomendasi, yaitu saran auditor untuk mengatasi risiko atau untuk mengatasi masalah yang ada (what should be done?). Hubungan antara rekomendasi dan penyebab yang mendasarinya haruslah jelas dan logis. Rekomendasi harus secara tepat mengarah kepada apa yang harus diperbaiki
atau
diubah
dan
siapa
yang
bertanggunng
jawab
melakukannya. Biaya untuk menngimplementasikan dan memelihara rekomendasi tersebut harus selalu dibandingkan dengan risiko (cost effective). 3) Auditor, harus mengkomunikasikan pendapatannya secara menyeluruh. Misalkan sebuah pendapat mengenai kuallitas dari Manajemen Risiko yang disertai rating lemah, memuaskan atau kuat, dan juga pendapat mengenai kuantitas dari risiko yang disertai rating rendah, moderat atau tinggi.
Sedangkan kualitas laporan menurut Robert Tampubolon (2005:131) adalah sebagai berikut : 1. Komunikasi hasil audit harus akurat (benar,bebas dari error dan salah saji atau menyesatkan), objektif (wajar, netral dan tidak bias), jelas (logis dan mudah dimengerti), concise (langsung, hemat kata-kata dan tidak berulang-ulang), konstruktif (mendorong kepada perbaikan, sistematis dan tepat waktu). 2. Laporan hasil audit yang final harus dikomunikasikan secara tertulis. Apabila dalam laporan final ini terdapat error dan omission yang baru diketahui kemudian, kepada SKAI wajib mengkomunikasikan informasi ini ke semua individu yang telah menerima laporan hasil audit final yang asli. 3. Laporan hasil audit yang final ini harus didistribusikan (disseminate) kepada individu-individu yang berwenang, yaitu mereka yang dapat memastikan bahwa hasil audit ini punya kaitan langsung dengan tugas mereka.
Unsur-unsur laporan hasil audit adalah sebagai berikut: 1. Penjelasan tentang tujuan dilakukannya audit. 2. Ruang lingkup audit. 3. Penjelasan tentang standar-standar audit yang digunakan sehubungan dengan pemeriksaan yang telah dilakukan.
4. Hasil audit yang menjelaskan tentang obyek/prosedur yang belum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, dan sampai sejauh mana penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi. 5. Penjelasan tentang hubungan antara penyimpangan yang terjadi dengan operasional perusahaan (secara keseluruhan) yang diperiksa. 6. Penjelasan tentang pentingnya efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan operasional perusahaan. 7. Menyajikan saran/rekomendasi mengenai usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan oleh auditee berdasarkan pedoman sistem dan prosedur yang berlaku. Dengan penyusunan dan penyajian yang baik, diharapkan laporan hasil audit dapat membantu pihak-pihak yang memerlukannya dalam melaksanakan operasionalnya serta perbaikan maupun pengembangan dimasa yang akan datang.
e. Tindak Lanjut Hasil Temuan Audit Intern Proses terakhir dalam pelaksanaan pemeriksaan yang juga merupakan elemen penting dalam pelaksanaan pemeriksaan adalah tindak lanjut hasil temuan pemeriksaan (follow up). Hiro Tugiman (2006:75) menyebutkan : Tindak lanjut (follow up) oleh audit internal diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan dan ketepatan waktu dari berbagai
tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang dilaporkan. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa audit intern harus terusmenerus meninjau atau melakukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan audit yang dilaporkan telah dilakukan tidakan yaang tepat dan tidak berulang untuk hal yang sama. Audit intern harus memastikan apakah suatu tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan. Dalam hal ini manajemen bertanggung jawab untuk menentukan tindakan yang perlu untuk dilakukan sebagai tanggapan terhadap temuan-temuan audit yang dilaporkan. Sedangkan Kontrol Intern bertanggung jawab untuk memperkirakan suatu tindakan yang diperlukan manajemen, agar berbagai hal yang dilaporkan sebagai temuan audit tersebut dapat diselesaikan dan ditanggulangi secara tepat waktu. Dalam menentukan luas dari tindak lanjut, audit intern harus mempertimbangkan berbagai prosedur dari hal-hal yang berkaitan dengan tindak lanjut, yang dilaksanakan oleh pihak lain dalam organisasi. Menurut Hiro Tugiman (2006:76): Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan berbagai prosedur tindak lanjut: a. Pentingkan temuan yang dilaporkan. b. Tingkat dari usaha dan biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi yang dilaporkan.
c. Risiko yang mungkin terjadi bila tindakan korektif yang dilakukan gagal. d. Tingkat kesulitan dari pelaksanaan tindakan korektif . e. Jangka waktu yang dibutuhkan.. Sebagaimana
dibutuhkan
sebelumnya,
pimpinan
audit
intern
bertanggung jawab untuk membuat jadwal kegiatan tindak lanjut sebagai bagian dari pembuatan jadwal pekerjaan pemeriksaan. Penjadwalan tindak lanjut harus didasarkan pada resiko dan kerugian yang terkait, dan juga tingkat kesulitan dan perlunya ketepatan waktu dalam tindakan korektif. Sedangkan dalam menetapkan berbagai prosedur dalam tindak lanjut, pimpinan audit intern harus mendasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 1. Suatu jangka waktu yang disediakan kepada manajemen untuk memberikan tanggapan. 2. Mengevaluasi tanggapan manajemen. 3. Mengadakan verifikasi terhadap tanggapan manajemen (bila perlu). 4. Pemeriksaan terhadap tindak lanjut. 5. Prosedur laporan kepada tingkatan manajemen yang sesuai tentang tindakan yang tidak memuaskan, termasuk pemeriksaan resiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif. Disamping prosedur, juga diperlukan cara untuk menyelesaikan tindak lanjut dalam pelaksanaan audit. Hiro Tugiman (2006:78) mengemukakan Berbagai teknik yang dipergunakan untuk menyelesaikan tindak lanjut secara efektif, yaitu:
1. Pengiriman laporan tentang temuan pemeriksaan kepada tingkatan manajemen yang tepat, yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan-tindakan korektif. 2. Menerima dan mengevaluasi tanggapan dari manajemen terhadap temuan pemeriksaan selama pelaksanaan dilakukan, atau dalam jangka waktu yang wajar setelah laporan hasil pemeriksaan diterbitkan. Tanggapantanggapan akan lebih berguna apabila mencantumkan berbagai informasi yang cukup bagi pimpinan pemeriksaan intern untuk mengevaluasi kecukupan dan ketepatan waktu dari tindakan-tindakan korektif. 3. Menerima laporan perkembangan perbaikan dari manajemen secara periodik, untuk mengevaluasi status usaha manajemen untuk memperbaiki kondisi yang sebelumnya dilaporkan. 4. Menerima dan mengevaluasi laporan dari berbagai organisasi yang lain yang ditugaskan dan bertanggung jawab mengenai berbagai hal yang berhubung dengan proses tindak lanjut. 5. Melaporkan kepada manajemen atau dewan tentang status dari tanggapan terhadap berbagai temuan pemeriksaan.
C. Auditor Internal 1. Pengertian Auditor Internal Adapun Pengertian auditor internal menurut mulyadi dan Kanaka puradiredja dalam bukunya auditing (2002:29): Auditor internal adalah Auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efesiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. 2. Tanggung jawab Auditor Internal Penetapan tanggung jawab Internal Auditor tergantung dari sejauh mana wewenang diberikan kepadanya. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001:322.1) menyatakan secara terperinci
mengenai tanggung jawab auditor
inrternal sebagai berikut : Auditor Internal bertanggung jawab untuk menyediakan data analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, menginformasi kepada manajemen satuan usaha dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara dengan wewenang dan tanggung jawab tersebut. Auditor internal mempertahankan obejektifitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.
Pemeriksaan intern memiliki kode etik atau prinsip-prinsip etika yang harus dipatuhi. Kode etik pemeriksaan intern meliputi:
1. Tanggung jawab Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, akuntan harus mewujudkan kepekaan professional dan pertimbangan moral dalam aktivitas mereka. 2. Kepentingan masyarakat Akuntan harus menerima kewajiban untuk melakukan kegiatan yang mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat, dan menunjukkan komitmen pada profesionalisme. 3. Integritas Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, akuntan harus menjalankan semua tanggung jawab professional dengan integritas tertinggi. 4. Objektivitas dan idependensi Akuntan harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab professional. Akuntan yang berpraktek sebagai akuntan publik harus bersikap independen dalam kenyataan dan penampilan pada waktu melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya. 5. Keseksamaan Akuntan harus memenuhi standar teknis dan etika profesi, berusaha keras untuk meninkatkan kompetensi dan mutu jasa dan melakukan tanggung jawab professional dengan mutu terbaik.
6. Lingkup dan sifat jasa Dalam menjalankan praktek sebagai akuntan publik, akuntan harus mematuhi prinsip-prinsip perilaku professional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang diberikan.
3. Fungsi dan Peranan Auditor Internal Fungsi pemeriksaan internal dalam suatu satuan usaha adalah untuk memantau efektifitas pelaksanaan kebijakan dan prosedur lain yang berkaitan dengan pengendalian. Agar fungsi pemeriksaan intern menjadi efektif, keberadaan staff pemeriksaan intern harus langsung berada dibawah pihak yang memiliki wewenang yang tinggi dalam organisasi. Keberadaan pemeriksaan intern ini akan menjadi independent dari setiap bagian operasi dalam perusahaan. Menurut Tugiman (2006:11): Pemeriksaan intern atau Internal Auditor adalah suatu fungsi penilaian yang bebas dalam organisasi guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan untuk memberi saran bagi manajemen. Tujuan dari Internal Auditor adalah untuk membantu semua tingkatan manajemen, agar tanggung jawabnya dapat dilaksanakan secara efektif. Kepala satuan pengawasan intern bertanggung jawab kepada direktur utama. Yang dimaksud satuan pengawasan intern dalam Peraturan Pemerintah adalah Auditor Internal. Untuk mencapai tujuannya memberikan informasi kepada pimpinan, agar pimpinan dapat melaksanakan seluruh kebijakan perusahaan dengan efektif dan efisien, maka auditor internal berkewajiban melaksanakan kegiatan yang merupakan
fungsi auditor internal sebagaimana tercantum pada Norma Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern yang meliputi: a. Menilai kecukupan pengendalian manajemen. b. Mengevaluasi apakah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan. c. Menilai apakah kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan dengan baik dari segala kemungkinan resiko kerugian dan dimanfaatkan secara optimal dalam perusahaan. d. Meyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dengan keandalan data lainnya yang digunakan dalam perusahaan. e. Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan. f. Menilai tingkat pelayanan kepada masyarakat. g. Menilai dampak sosial dan dampak lingkungan atas setiap kegiatan perusahaan. Lingkup potensial internal audit hampir tidak terbatas. Selain memeriksa masalah pengendalian akuntansi, pemeriksaan intern juga membantu menilai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak, menilai baik dan tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menilai efisiensi dam efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam organisasi. Apa yang dikerjakan oleh internal auditor dalam suatu proses, pada dasarnya merupakan proses akhir dari proses penawaran dan penerimaan yang terjadi antara
pihak internal audit dan manajemen. Ini menjelaskan alasan terjadinya perbedaan yang sangat bervariasi sehubungan dengan fungsi internal audit di berbagai perusahaan.