BAB II LANDASAN TEORI
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Tinjauan Umum Tentang Mesin Bubut Mesin perkakas merupakan mesin yang digunakan untuk mengerjakan benda
kerja dengan bentuk tertentu yang diinginkan dan dikehendaki. Salah satu klasifikasi mesin perkakas berdasarkan bentuk dan kegunaannya adalah mesin bubut. Mesin bubut adalah mesin yang mempunyai gerakan utama berupa gerakan
spindle dan gerakan pemakanan. Mesin bubut mencakup segala mesin perkakas yang pada umumya memproduksi bentuk silindris. Jenis yang paling tua dan paling umum adalah pembubut (lathe) yang memakan bahan dengan memutar benda kerja dengan menggunakan pahat bubut.
Gambar 2.1. Mesin Bubut ( sumber: www.mahwazul.blogspot.com)
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
II-1
BAB II LANDASAN TEORI
II-2
2.1.1 Prinsip Kerja Mesin Bubut Mesin bubut dirancang dengan prinsip kerja alat potong bergerak lurus dan
benda kerja berputar. Dengan cara kerja seperti tersebut maka mesin bubut dapat menghasilkan benda kerja berbentuk silinder.
Alur Luar
Alur Dalam
Gambar 2.2 Benda Kerja Hasil Mesin Bubut 2.1.2
Bagian-bagian Mesin Bubut Bagian-bagian utama dari mesin bubut adalah meja mesin, kepala tetap,
kepala lepas, dan eretan. Meja Mesin (Bed) Yang dimaksud meja mesin adalah kerangka utama mesin bubut, yang diatas kerangka tersebut eretan serta kepala lepas bertumpu serta bergerak, adapun alur meja mesin (bed) berbentuk V, datar atau rata.
BAB II LANDASAN TEORI
II-3
Gambar 2.3 Meja Mesin Bubut
Kepala Tetap / Head Stock
Di dalam kepala tetap, spindle utama terpasang pada bantalan, fungsinya untuk memindahkan putaran ke benda kerja, dimana spindle harus terpasang kuat. Spindle umumnya pada bagian dalam dibuat berlubang.
Gambar 2.4 Kepala Tetap Kepala Lepas Kepala lepas dipakai sebagai penyangga benda kerja yang panjang, mengebor dan meluaskan lubang (reaming), kepala lepas dilengkapi dengan tirus morse, gunanya untuk memasang alat-alat yang akan dipasang pada kepala lepas seperti: bor, reamer, senter jalan dan lainlain.
BAB II LANDASAN TEORI
II-4
Gambar 2.5 Kepala Lepas
Kepala lepas terdiri dari 3 bagian utama, yaitu; 1) Meja (Bed) Mempunyai luncuran sudut siku-siku dan dapat meluncur pada garis sumbu meja mesin 2) Badan Bagian badan terpasang di atas meja yang kedudukannya dapat diatur dengan menggunakan baut penyetel. 3) Spindle Spindle kepala lepas dapat bergerak memanjang (longitudinally) dengan memutar roda tangan yang ada pada kepala lepas. Eretan Eretan terdiri atas eretan memanjang (longitudinal carriage) yang bergerak sepanjang meja mesin, eretan melintang (cross carriage) yang bergerak melintang alas mesin, dan eretan atas (top carriage) yang bergerak sesuai dengan posisi penyetelan di atas eretan melintang. Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan yang besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Perlu diketahui bahwa semua eretan dapat dijalankan secara otomatis ataupun manual. Pada eretan teknik pelumasan dengan cara pelumasan teknik tekan atau dengan sistem hidrolik pada tuas pemompa oli atau pelumas kesela-sela antara meja dengan eretan.
BAB II LANDASAN TEORI
II-5
Gambar 2.6 Eretan
2.1.3
Tipe Mesin Bubut dan Bagian Utama Mesin Bubut Mesin bubut terdiri dari mesin bubut standar, mesin bubut vertikal dan
mesin bubut pekerjaan khusus. Mesin bubut standar dapat digunakan pekerjaan bentuk bentuk standar seperti bentuk silinder, ulir, alur. Pada pekerjaan yang berdiameter besar namun pendek, mesin bubut vertikal akan lebih mudah mengerjakannya. Pada pekerjaan tertentu, mesin bubut dapat dibuat khusus seperti mesin bubut piringan rem (disk/drum break lathe).
Gambar 2.7 Tipe-tipe Mesin Bubut Mesin bubut standar sangat umum ditemukan di bengkel bengkel mesin perkakas. Mesin ini sering juga disebut dengan mesin bubut universal karena dapat mengerjakan bermacam macam pekerjaan. Ukuran mesin ditentukan oleh diameter dan panjang benda kerja yang dapat dikerjakan. a. Apron b. Feed gear box
BAB II LANDASAN TEORI
II-6
c. Speed gear box
d. Head Stock
e. Tree Jaw Chuck f. Compound Slide g. Toll Holder
h. Cross Slide
i. Saddle
j. Tailstock k. Bed l. Lead Screw
Gambar 2.8 Mesin Bubut Standar
m. Feed Shaft n. Switch Bar o. Break 2.2
Uji geometris Penentuan diameter poros, lebar balok, tebal balok, diameter lubang dan
sebagainya merupakan pengukuran metrologis. Sedangkan pengukuran posisi seperti kesejajaran, kelurusan, kerataan, ketgaklurusan dan lain sebagainya disebut sebagai pengukuran geometris. Kedua pengukuran ini sangat penting dalam menunjang proses/kegiatan perawatan dan perbaikan mesin. Pengukuran geometris secara lengkap meliputi : 1. Kedataran ( leveling ) 2. Kelurusan ( straightness ) 3. Kerataan ( flatness ) 4. Kesejajaran ( parallelism ) 5. Kebulatan ( circularity ) 6. Kesilindrisitasan ( cylindricity ) 7. Ketegak lurusan ( perpendicularity ) 8. Run out 9. Ketidaksatusumbuan ( misalignment ) Ketidaksatusumbuan
poros
akan menyebabkan masalah terhadap
perawatan mesin. Survey di Amerika Serikat menunjukkan bahwa setengah dari
BAB II LANDASAN TEORI
II-7
kasus kerusakan mesin putar disebabkan karena ketidaksatusumbuan poros atau misalignment.
2.2.1 Kedataran ( leveling )
Pengukuran kedataran dapat diartikan sebagai pengukuran posisi benda,
bidang atau poros pada posisi yang datar atau sejajar dengan permukaan bumi. Dalam menginstalasi mesin misalnya mesin perkakas, mesin fluida, poros transmisi dan lain sebagainya disyaratkan
posisinya betul-betul datar. Untuk
menentukan kedataran mesin, diambil bagian tertentu sedemikian rupa sehingga dipakai sebagai dasar untuk menentukan kedataran. Pengukuran kedataran dapat
disebut juga sebagai leveling. Simbol leveling dan penunjukannya ditunjukkan pada gambar berikut. Salah satu alat yang dapat dipakai untuk menentukan kedataran yaitu spirit level atau block level. Untuk pekerjaan kasar dapat digunakan water pass atau pipa plastik yang diisi air. Spirit level ini terdiri dari blok baja yang permukaan dasar standar dan pada permukaan yang lain terdapat dua buah tabung kaca berskala yang bergelembung. Tabung kaca yang satu dipasang pada arah memanjang dan yang lain pada arah melintang. Setiap skala pada tabung dinyatakan dalam milimeter/m. Salah satu spirit level satu skala atau sensitivitasnya dinyatakan dalam 0.02 mm/m. Jika toleransi kemiringannya tidak sesuai dengan batas yang dianjurkan, mesin tersebut harus disetel kembali
dengan cara diganjal dengan sim sedemikian rupa sehingga
toleransi kemiringan dapat dipenuhi. 2.2.2
Kelurusan ( straigtness ) dan kerataan ( flatness ) Suatu garis dinyatakan lurus apabila harga perubahan dari jarak antara
titik-titik pada garis itu terhadap satu bidang proyeksi yang sejajar terhadap garis, selalu di bawah suatu harga tertentu. Pengujian terhadap kelurusan terdiri dari: 1.
Kelurusan atara dua bidang.
2.
Kelurusan masing-masing komponen.
3.
Kelurusan gerakan tiap komponen dan antar komponen.
Ada tiga macam metode yang dapat dipakai untuk mengukur kelurusan tersebut yaitu, straight edge, spirit-level, dan autocollimator. Pemeriksaan kelurusan bertujuan menentukan suatu bidang mengalami lenturan atau
BAB II LANDASAN TEORI
II-8
kerusakan permukaan misalnya pemeriksaan kelurusan permukaan suatu benda. Jika yang diperiksa bidang, maka pemeriksaannya disebut dengan pemeriksaan
kerataan ( flatness ).
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk pemeriksaan kelurusan dan
kerataan adalah pisau perata atau straight edge. 2.2.3 Kesejajaran ( parallelism ) Dalam menginstalasi mesin kadang-kadang dituntut tingkat kesejajaran
yang tertentu. Misalnya kesejajaran dua buah poros, kesejajaran dua buah bidang, atau kesejajaran antara bidang dengan poros. Alat ukur yang dapat digunakan
untuk memeriksa kesejajaran antara lain jangka sorong, mikrometer luar atau micrometer dalam sesuai dengan yang dibutuhkan. Jenis-jenis kesejajaran yang perlu dites (diuji) adalah : 1.
Kesejajaran antar bidang yang ada pada mesin perkakas.
2.
Kesejajaran gerakan antara komponen-komponen mesin.
3.
Kesejajaran antara sumbu-sumbu.
4.
Kesejajaran antara sumbu dengan bidang mesin perkakas.
2.2.4 Kebulatan ( circularity ) dan Kesilindrisitasan ( cylindricity ) Pengukuran kebulatan dan kesilindrisitasan digunakan untuk mengetahui penyimpangan terhadap bulatnya hasil produk. 2.2.6
Ketegak lurusan ( perpendicularity ) Tanda ketegaklurusan diberi tanda tegak lurus, kemudian toleransi yang
diizinkan kemudian dilanjutkan dengan garis/bidang referensi yang ditentukan. Kotak pertama menunjukkan tanda ketegaklurusan. Kotak ke dua menunjukkan toleransi. Kotak ke tiga menunjukkan tanda garis/bidang referensi yang ditentukan. Dua bidang, dua garis lurus atau satu garis lurus dan sebuah bidang dinyatakan tegaklurus satu terhadap yang lain, apabila penyimpangan kesejajaran terhadap sebuah harga tegaklurus baku tidak melampaui suatu harga tertentu. Jenis jenis ketegaklurusan yang perlu dites pada mesin perkakas adalah : 1. Ketegaklurusan gerakan–gerakan komponen mesin. 2. Ketegaklurusan antara garis lurus dan bidang. 3. Ketegaklurusan antara sumbu dengan sumbu.
BAB II LANDASAN TEORI
II-9
2.2.7
Run out Run out dapat diartikan sebagai penyimpangan gerakan. Pada poros terdapat
dua arah penyimpangan yaitu penyimpangan arah radial dan penyimpangan arah aksial. Penyimpangan rotasi banyak sekali terjadi pada mesin-mesin perkakas,
karena sebagian besar dari mesin perkakas memakai prinsip kerja rotasi, walaupun dari prinsip rotasi tersebut banyak yang diubah menjadi prinsip translasi. Dengan demikian penyimpangan adalah :
(1) Out of Round.
Yaitu penyimpangan relatif terhadap bentuk lingkaran suatu komponen yang diukur dalam satu bidang yang tegak lurus terhadap sumbu
bentuk lingkaran. (2) Penyimpangan Radial Perputaran. Yaitu bila sumbu geometris benda putar tidak berimpit dengan sumbu putarnya. (3) Camming. Yaitu bila permukaan dari benda putar tidak tegak lurus terhadap sumbu putar benda tersebut berputar. 2.2.8
Ketidaksatusumbuhan ( misalignment ) Ketidaksatusumbuan poros merupakan problem yang paling besar sebagai
penyebab kerusakan mesin. Selanjutnya diikuti dengan kurang baiknya pelumasan dan sisanya disebabkan karena operasi dan lingkungan. Misalignment ada dua macam yaitu : Radial misalignment atau radial offset Angular misalignment Dalam prakteknya dua jenis kesalahan ini timbul secara bersamaan. Tujuan dari alignment adalah agar dua buah poros sedemikian rupa sehingga kedua sumbu terletak pada satu garis lurus. Batas misalignment yang diizinkan dipengaruhi oleh putaran mesin. Batas selengkapnya ditunjukkan pada tabel 2.1 berikut.
BAB II LANDASAN TEORI
II-10
Tabel 2. 1 Batas Radial Misalignment Jenis Misalignment Putaran Mesin ( rpm ) Batas ( mm/100 ) 0000 – 1000 0.07 – 0.13 Radial misalignment 1000 – 2000
0.05 – 0.10
2000 – 3000
0.03 – 0.07
3000 – 4000
0.02 – 0.04
4000 – 5000
0.01 – 0.03
5000 - 6000
<0.01 -<0.03
Tabel 2. 2 Batas Angular Misalignment Jenis Misalignment Putaran Mesin ( rpm ) Batas ( mm/100 ) Angular misalignment 0000 – 1000 0.0 - 0.10
1000 – 2000
0.05 – 0.08
2000 – 3000
0.04 – 0.07
3000 – 4000
0.03 – 0.06
4000 – 5000
0.02 – 0.05
5000 - 6000
0.01 -<0.04
Ketidaksatusumbuan akan mengakibatkan tambahan beban karena gaya sentrifugal sehingga beban pada sumbu bantalan juga meningkat. Karena beban ini umur bantalan akan berkurang. Pada umumnya pengurangan umur bantalan karena
ketidaksatusumbuan
lebih
dari
50
%.
Pengaruh
lain
dari
ketidaksatusumbuan adalah meningkatnya keausan pada sil bantalan dan akan mengakibatkan kerusakan tambahan karena meningkatnya kebocoran. Secara umum dapat dikatakan bahwa misalignment mempunyai pengaruh terhadap : a. Meningkatnya beban bantalan. b. Mengurangi umur bantalan c. Meningkatnya keausan sil d. Meningkatnya kejutan pada mesin e. Meningkatnya kebisingan dan getaran pada mesin f. Meningkatnya penggunaan energi 2.3.
Transmisi
BAB II LANDASAN TEORI
II-11
Untuk mentransmisikan daya dan putaran dari motor penggerak ke mesin/alat yang digerakan, maka diperlukan suatu elemen yang dapat
mentransmisikan daya maupun putaran tsb. Elemen tersebut antara lain :
1. Sabuk (Belt) 2. Rantai (Chain) 3. Roda gigi (Gear)
Pemakaian ke tiga elemen tersebut (Belt, Chain, Gear) tentunya disesuaikan
dengan penggunaan dan kebutuhan yang diperlukan.
Jenis belt yang dipakai pada mesin bubut ada 2, yaitu : 1. Transmisi sabuk penggerak (Belt) Jarak yang jauh antara 2 buah poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan menggunakan roda gigi.
Untuk kondisi seperti ini, cara
transmisi yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan Belt atau Chain yang dibelitkan sekeliling puli atau sprocket pada poros. Transmisi belt dapat dibagi menjadi 3 type : a. Sabuk datar (Flat belt) b. Sabuk-V (V-belt) c. Sabuk bergigi (Toothed belt)
Gambar 2.9 Sabuk Penggerak Sabuk dapat digunakan untuk memindahkan tenaga dari poros yang satu dengan yang lainnya, dimana posisi poros sejajar dan jarak relatif jauh. Sebenarnya pemindahan tenaga efektif dapat digunakan roda gigi, tetapi untuk jarak poros yang relatif jauh akan mengalami kesulitan dalam mengkonstruksi dan memilih roda giginya.
BAB II LANDASAN TEORI
II-12
Pemindahan tenaga dengan sabuk memiliki beberapa keunggulan antara lain:
a. Konstruksi sederhana, sehingga lebih murah
b. Dapat memindahkan tenaga pada poros yang jaraknya relatif jauh c. Luwes dan getaran rendah
Sedangkan kerugian memindahkan tenaga dengan sabuk antara lain:
a. Dapat terjadinya slip
b. Dalam kondisi terbuka, keselamatan kerja kurang
c. Kapasitas terbatas Sabuk dibuat dari bahan yang memenuhi syarat kuat, luwes, tahan
gesekandan memiliki koefisien gesek yang tinggi. Sabuk dibuat dari bahan yang bermacam-macam antara lain: a. Kulit (leather), digunakan untuk sabuk rata, pada bagian luar dibuat bahan yang lebih halus dan bagian dalam dibuat dari bahan yang lebih kuat b. Katun (cotton), dibuat dengan pencetakan dan dilapisi dengan kanvas c. Karet, dibuat dari serat pabrik yang dijadikan satu dengan karet. Sabuk ini sangat luwes, tetapi mudah rusak dan tidak tahan panas d. Balata, bahan ini sejenis karet, tetapi memiliki sifat tahan terhadap asam dan air. Sabuk balata tidak tahan terhadap temperatur yang lebih tinggi dari 400 C. Pada temperatur ini belata akan meleleh Massa jenis bahan sabuk ditunjukan pada tabel 2.3 berikut : Tabel 2. 3 Massa Jenis Bahan Sabuk Bahan sabuk Massa jenis (kg/dm3) Leather
1,0
Canvas
1,22
Rubber
1,14
Balata
1,11
Single woven belt
1,17
Double woven belt
1,25
(Sumber: Teknik Perawatan Komponen Mesin, Prasetyo)
BAB II LANDASAN TEORI
II-13
Koefisien gesek antara sabuk dengan puli ditentukan oleh tingkat kekeringan, bahan puli dan bahan sabuk. Disamping itu praktis dipengaruhi oleh
kecepatan linier sabuk itu sendiri. Menurut C. G. Barth koefisien gesek yang merupakan fungsi kecepatan
linier dinyatakan dalam rumus :
µ = 0,54 –
...............................................................................................(1)
keterangan : µ = koefisien gesek v = kecepatan linier sabuk (m/menit) Tabel 2. 4 Koefisien Gesek Bahan Sabuk Bahan puli Bahan sabuk Besi tuang Kayu Kering Basah Gemuk Leather oak tanned 0,25 0,20 0,15 0,30 Leather chrome tanned 0,35 0,32 0,22 0,45 Canvas stiched 0,20 0,15 0,12 0,23 Cotton woven 0,22 0,15 0,12 0,25 Rubber 0,30 0,30 0,32 Balata 0,32 0,20 0,35 (Sumber: Teknik Perawatan Komponen Mesin, Prasetyo) Pemindahan tenaga dengan sabuk dari puli yang satu ke puli yang lain dapat
dilakukan antara lain dengan seperti berikut: 1. Sabuk terbuka, pemasangan sabuk terbuka digunakan untuk memindahkan tenaga dari poros yang satu ke poros yang lain yang sejajar dan arah putaran sama. 2. Sabuk tertutup, pemasangan ini digunakan untuk memindahkan tenaga pada poros yang sejajar dan berlawanan arah. 3. Sabuk kuarter, digunakan untuk memindahkan tenaga dari poros yang satu ke poros yang lain, yang saling tegak lurus dan berjarak, serta diberi puli pengarah. 4. Sabuk dengan puli idler, digunakan pada pemindahan tenaga yang diperlukan pengencangan dan pembesaran sudut kontak.
BAB II LANDASAN TEORI
II-14
5. Sabuk berganda, digunakan untuk memindahkan tenaga yang
memerlukan poros dan puli perantara.
6. Sabuk bertingkat, digunakan pada pemindahan tenaga dengan sabuk
yang memerlukan perubahan kecepatan dengan pemindahan puli yang berpasangan tanpa merubah putaran penggerak.
7. Sabuk dengan puli bebas dan tetap, digunakan untuk memutus dan
menghubungkan putaran, atau tenaga pada poros yang digerakkan
dengan cara menggeser sabuk sedemikian rupa, sehingga sabuk
menggeser pada puli tetap. Sebaliknya jika akan memutuskan putaran, puli digeser pada puli bebas.
Sumber tenaga yang dapat digerakan untuk menggerakkan mesin, antara lain motor diesel, motor bensin, motor listrik dan penggerak mula yang lainnya. Motor-motor tersebut memiliki putaran yang telah ditentukan. Sedangkan putaran mesin yang digunakan dipengaruhi oleh ukuran atau diameter puli yang digunakan. Misalnya diameter puli penggerak d1 dan yang digerakan d2, jarak pusat poros l, putaran penggerak n1, maka putaran pada poros dapat ditentukan. Pada pemindahan tenaga transmisi sabuk, kecepatan linier di setiap elemen sabuk atau puli akan sama. Kecepatan linier pada puli penggerak V1 akan sama dengan kecepatan linier pada puli yang digerakan V2. V1 = V2 ...................................................................................................................(2)
d1 . n1 = d2 . n2 ...................................................................................................(3) n2 =
. n1...........................................................................................................(4) Keterangan : d1 : Diameter puli penggerak (mm) d2 : Diameter puli yang digerakan (mm) n1 : Putaran puli penggerak (rpm) n2 : Putaran puli yang digerakkan (rpm)
2. Transmisi roda gigi Roda
gigi
secara
umum
merupakan
suatu
mekanisme
yang
dipergunakan untuk memindahkan elemen mesin yang satu ke gerakan elemen mesin yang lain.
BAB II LANDASAN TEORI
II-15
Selain itu roda gigi berfungsi mengubah jumlah putaran dan momen putar
mesin, daya mesin serta mengatur keduanya untuk kebutuhan kerja mesin.
Gambar 2.7 dibawah ini merupakan gambar rangkaian transmisi roda
gigi yang terdapat pada bagian kepala tetap mesin bubut.
Gambar 2.10 Transmisi Roda Gigi Sebuah kotak transmisi pada prinsipnya terdiri atas tiga bagian, yaitu : Poros penggerak Poros yang digerakkan Rangka pengikat 2.4. Kelistrikan Motor Dahlander Mesin induksi 3 fase sangat kuat dan cirinya yang bebas kerusakan karena kesederhanaan ; merupakan jenis motor yang paling banyak digunakan untuk pemakaian industri. Di sini hanya terdapat 3 bagian penting yaitu : gulungan stator dan rotor sangkar hubung singkat (squirrel cage). Namun demikian, terdapat banyak ciri – ciri tambahan. Motor dahlander adalah motor dengan 2 putaran. Adanya 2 macam lilitan yang terpisah menyebabkan motor 3 fasa untuk 2 macam putaran mempunyai ukuran yang jauh lebih besar. Hal ini akan terlihat apabila dibandingkan dengan motor 3 fasa yang hanya mempunyai 1 putaran dengan daya yang sama. Pada motor dahlander kecepatan tinggi hubungan yang digunakan adalah hubungan bintang (Y). Hubungan ini akan menghasilkan
BAB II LANDASAN TEORI
II-16
pembentukan kutub yang lebih sedikit, sehingga akan diperoleh putaran
motor yang lebih tinggi.
2.5
Gambar 2.11 Rangkaian Motor Dahlander Bantalan Gelinding Bantalan gelinding (Roller Bearing) adalah nama lain dari pendukung poros yang mempunyai elemen yang berputar. Elemen yang berputar tersebut terletak antara poros dengan rumah bantalan. Pendukung poros dengan tanpa elemen berputar disebut dengan bantalan luncur. Secara prinsip, berdasarkan tipe elemen yang berputar pada bantalan gelinding dapat dibedakan menjadi antara lain: 1. Bantalan bola ( ball bearing ) 2. Bantalan silinder ( cylinder bearing ) 3. Bantalan tong ( barrets bearing ) 4. Bantalan kerucut ( taper bearing ) 5. Bantalan jarum ( needle bearing ) Bantalan gelinding memiliki keuntungan dan kerugian yang spesifik bila dibandingkan dengan bantalan luncur. Keuntungan : 1. Keausan kurang 2. Panas yang ditimbulkan kurang 3. Gesekan konstan pada setiap putaran 4. Pemakaian pelumas minimum 5. Ukurannya lebih kecil 6. Mudah untuk mengganti 7. Elemen standar mudah didapat
BAB II LANDASAN TEORI
II-17
Kerugian :
a. Untuk beban
bantalan akan lebih cepat rusak b. Lebih sensitif terhadap debu dan kelembaban c. Lebih mahal
Bantalan yang dapat digunakan ada beberapa macam dan bentuk
yang masing-masing memiliki sifat-sifat khusus. Jenis-jenis bantalan
kejut (getaran karena ketidakseimbangan mesin)
gelinding antara lain : 1. Bantalan bola alur dalam baris tunggal ( single row groove ball bearing ) 2. Bantalan bola mampu mapan sendiri baris ganda ( double row self aligning ball bearing ) 3. Bantalan bola kontak sudut baris tunggal ( single row angular contact ball bearing ) 4. Bantalan bola kontak sudut baris ganda ( double row angular contact ball bearing ) 5. Bantalan gelinding tong baris ganda ( double row barrel/spherical roller bearing ) 6. Bantalan silinder baris tunggal ( single row cylinder bearing ) 7. Bantalan gelinding kerucut ( tappered roller bearings ) 8. Bantalan bola aksial arah tunggal ( single direction thrust ball bearings ) 9. Bantalan bola aksial arah ganda ( double direction thrust ball bearings ) 10. Bantalan bola dan sendi ( ball and socket bearing ) Salah satu penyebab kerusakan bantalan gelinding ialah faktor penggunaan bantalan gelinding tersebut yang telah melewati batas waktu
BAB II LANDASAN TEORI
II-18
penggunaannya (lifetime). Untuk itu perlu proses penggantian bantalan
gelinding sesuai dengan masa waktu bantalan gelinding tersebut. 2.6
Teknik Perawatan Teknik perawatan dapat diartikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menjaga kondisi suatu peralatan atau
mesin dalam kondisi yang sempurna. Kerusakan mesin dalam suatu instalasi
industri dapat mengakibatkan masalah yang sangat besar dan biaya yang
mahal. Untuk mengurangi masalah-masalah
ini, maka perawatan dan
perbaikan perlu diterapkan. (Munir Fahmi,2009).
2.6.1
Strategi Perawatan Strategi perawatan secara lengkap ditunjukan seperti gambar 2.9 : Maintenance Engineering
Planned Maintenance
Unplanned Maintenance
Preventive Maintenance
Breakdown Maintenance
Schedulled Maintenance
Predictive maintenanace
Corrective Maintenance
Machinery Condition Maintenance
Visual Monitoring Lubricant Monitoring Performance Monitoring Geometrical Monitoring
Vibration Monitoring
Non Destructive Monitoring
Gambar 2.12 Strategi perawatan (Sumber : . Teknik perawatan dan perbaikan, Munir Fahmi) 2.6.2 Pemilihan Metode Monitoring Pada pemilihan metode monitoring ini terdapat beberapa faktor yang diperlukan untuk mempertimbangkan pemilihan metode monitoring antara lain :
BAB II LANDASAN TEORI
II-19
1. Metode monitoring yang sesederhana mungkin. 2. Waktu interpretasi hasil pengukuran lebih singkat dari perkembangan
kerusakan.
3. Jika menerapkan metode monitoring terus-menerus dimungkinkan untuk
dihubungkan dengan sistem peringatan dini 4. Ketersediaan peralatan / instrument Predictive Maintenanace 2.6.3
Perawatan ini dapat diartikan sebagai strategi perawatan yang mana perawatannya didasarkan atas kondisi mesin itu sendiri. Untuk menentukan kondisi mesin dilakukan pemeriksaan atau monitoring secara rutin. Jika terjadi gejala kerusakan segera diadakan tindakan perbaikan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Jika tidak terjadi gejala kerusakan, monitoring terus dilanjutkan supaya jika terjadi gejala kerusakan segera diketahui sedini mungkin. Predictive
maintenance disebut juga sebagai perawatan berdasarkan
kondisi atau condition based
maintenance. Condition based
maintenance
diartikan sebagai menentukan kondisi mesin dengan cara diketahui sehingga keandalan mesin dan keselamatan kerja dapat terjamin. 2.6.4 Visual Monitoring Monitoring visual diartikan sebagai menaksir atau menentukan kondisi dengan cara menggunakan kemampuan panca indera yang meliputi rasa, bau, pandang, dengar dan sentuh. Karena telah makin berkembangnya peralatan monitoring, monitoring visual dapat dilengkapi dengan mikroskop, fotografi, termografi dan lain-lain. Peralatan ini digunakan untuk membantu monitoring visual agar dapat mendeteksi kondisi mesin dengan lebih cepat. (Munir Fahmi,2009)
2.6.5 Performance Monitoring
BAB II LANDASAN TEORI
II-20
Performance monitoring
merupakan teknik monitoring yang mana
kondisi mesin ditentukan dengan cara memeriksa atau mengukur parameter
kinerja mesin tersebut antara lain temperatur, tekanan, debit, kecepatan, torsi dan tenaga.
Monitoring ini dapat dilakukan pada mesin yang sedang berjalan, mesin
yang baru, mesin yang telah selesai dirakit, mesin yang telah selesai di overhaul. Untuk menentukan kondisi mesin dilakukan analisa dengan cara dibandingkan
dengan kinerja yang telah distandarkan. Jika hasil monitoring lebih kecil dari standar, maka diperlukan pemeriksaan kembali untuk mengetahui kesalahan
kesalahan yang terjadi. 2.6.6 Geometrical Monitoring Geometrical monitoring merupakan teknik monitoring yang bertujuan untuk mengetahui penyimpangan geometris yang terjadi pada mesin. Secara operasional pengukuran geometris meliputi : kedataran, kelurusan, kerataan, kesejajaran,
kebulatan,
ketidaksatusumbuan.
kesilindrisitasan,
ketegaklurusan,
run
out,