BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Analisis Pasar dan Industri Di era modern ini, masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan istilah industri kreatif. Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, kerterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Salah satu bentuk industri kreatif adalah industri makanan dan minuman. Industri ini cukup berkembang pesat di negara Indonesia khususnya di kota – kota besar seperti Jakarta. Industri minuman terbagi dalam dua jenis, yaitu minuman beralkohol (bir, wine dan liquor) dengan total market share 55% dan minuman tidak beralkohol (teh, air mineral, minuman soda dan jus) dengan total market share mencapai 45%. Pada tahun 2010, Indonesia masuk kedalam Top 20 pasar dengan volume peningkatan penjualan jus terbesar ke-2 setelah China.
13
14
Sumber: Compass 2010 Products & Packages Gambar 2. 1 Pasar Minuman Jus Siap Minum pada Tahun 2010
Berdasarkan data dari Food Review International, industri minuman nonalkohol di Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 10 % mencapai 8.5 milliar pada tahun 2013. Salah satu penyebab meningkatnya industri ini dikarenakan 87% penduduk di Indonesia adalah beragama muslim.
Hal ini menjadikan Indonesia
sebagai salah satu negara dengan pasar yang paling menguntungkan untuk industri minuman. Industri minuman di Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 2 – 16%, meskipun adanya krisis ekonomi di benua Eropa dan juga Amerika. Permintaan akan industri minuman di Indonesia selalu didukung oleh kehadiran jenis produk baru dan juga pendatang baru di industri ini. Di Indonesia, jus adalah salah satu jenis minuman yang diminati setelah kopi, teh, susu, dan soda.
15
Sumber : Tetra Compass Gambar 2. 2 Indonesia Market Overview
Berdasarkan data dari Tetra Compass pada tahun 2012, pertumbuhan jus segar atau jus nectar di Indonesia belum memperlihatkan angka yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan minuman buah dan minuman jus dalam kemasan. Di sisi lain, pertumbuhan dari minuman jus di Indonesia memperlihatkan bahwa konsumen di Indonesia sudah mulai mementingkan manfaat kesehatan yang berasal dari jus yang dikonsumsi. Konsumen memilih produk minuman yang tidak hanya sehat, namun juga mendukung kebugaran dan performa mereka. Jus adalah minuman favorit untuk melepas dahaga. Indonesia memiliki standar untuk minuman yang berbahan dasar dari buah – buahan. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa ada peluang besar untuk para pengusaha, dengan menciptakan produk yang inovatif dan beragam. Sehingga, menurut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), industri makanan dan minuman secara penjualan akan tumbuh 9% pada tahun 2015,
16
namun sektor minuman akan mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibanding dengan sektor makanan. Hal ini dikarenakan ruang tumbuh untuk sektor minuman memiliki penetrasi yang masih sangat besar dibandingkan dengan sektor makanan. Melihat permintaan dan peluang pasar yang besar, kami memiliki ide untuk membuat bisnis di industri minuman jenis jus. Namun bahan baku jus ini berasal dari produk buah yang cukup jarang dikonsumsi oleh masyarakat di Jakarta atau bahkan sebagian dari mereka tidak pernah mengkonsumsinya. Buah yang digunakan adalah Terong Belanda, dimana kebanyakan buah ini diproduksi dalam bentuk sirup, manisan, dan jus di daerah-daerah tertentu. Hal ini juga menjadi salah satu solusi untuk sebagian masyarakat yang ingin tetap menjaga kesehatan karena manfaat – manfaat yang dimiliki oleh buah Terong Belanda. Agar produk ini terkesan lebih menarik, jus ini juga dapat di campur dengan buah lainnya dan diberi topping seperti bubble, jelly dan pudding. Kami akan memasarkan produk menggunakan media “truk” atau biasa dikenal dengan “Food Truck”, yang memudahkan masyarakat dalam menjangkau atau mendapatkan produk tersebut.
17
Tabel 2.1 Analisa Kompetitor
Produk / Brand
Outlet di
Jenis Produk
Lokasi
Harga
Mall /
15000 –
45 produk
Indoor
60000
Lebih dari
Mall /
17000 –
50 produk
Indoor
30000
thickshakes, ice
Lebih dari
Mall /
30000 –
cream desserts,
20 produk
Indoor
60000
Menu
Makanan dan
Jakarta
Lebih dari 9 outlets
Minuman jus
Minuman Teh, susu dan buah +
31 outlets
Bubble fruit smoothies,
13 outlets
dan jus
Jus, Kopi, Teh
Lebih dari
Susu
40 produk
12000 – 2 outlets
Indoor 40000
18
MM Juices Restaurant sebagai pesaing adalah pemain lama dalam industri makanan minuman terutama pada produk minuman jus karena sudah didirikan sejak tahun 1988 yang memiliki kurang lebih 9 outlet di Jakarta serta lebih dari 45 jenis produk yang tersedia sehingga sudah banyak masyarakat yang mengenal produkproduk MM Juices. Chatime didirikan pada tahun 2011, namun dalam 3 (tiga) tahun dapat menarik minat pelanggan untuk mengkonsumsi produk Chatime, bahkan minuman bubble ini menjadi gaya hidup anak muda sekarang dan telah memiliki kurang lebih 31 outlet di Jakarta dari 89 outlet di seluruh Indonesia. New Zealand Natural merupakan salah satu penjual minuman juice di Indonesia yang berasal dari Selandia Baru. Pada mulanya produk yang ditawarkan New Zealand Natural adalah ice cream. namun sekarang New Zealand Natural juga menawarkan fruit smoothies, thickshakes, ice cream desserts, dan juga juice. Ice Juice Kedungsari adalah salah satu gerai yang menjual minuman jus yang berasal dari kota Surabaya. Produk yang ditawarkan oleh Ice Juice Kedungsari hanya terdiri dari minuman jus, susu, kopi, dan teh. Walaupun hanya memiliki tidak lebih dari 5 outlet di Jakarta, produk ini memiliki peminat yang banyak. Selain memiliki produk yang banyak diminati dan outlet yang banyak, kompetitor juga memberikan beberapa fasilitas dan kemudahan-kemudahan seperti free hotspot dan delivery service. Hal ini bertujuan untuk memberi kenyamanan pada saat mengkonsumsi produk-produk mereka dan kemudahan dalam menjangkau
19
produk yang ingin dibeli oleh pelanggan. Para kompetitor juga selalu berinovasi dalam menyediakan menu-menu agar pelanggan mempunyai pilihan yang bervariasi.
Gambar 2. 3 Market Share Kompetitor
Selain melakukan analisis kompetitor, kami juga melakukan telah melakukan riset untuk market share kompetitor di tahun 2015. Riset ini dilakukan terhadap lima kompetitor utama, yaitu MM Juice, New Zealand, Chatime, Ice Juice Kedungsari, dan yang terakhir adalah lainnya yang terdiri dari penjual jus segar yang terdapat di pinggir jalan di Jakarta dan penjual jus pada industri rumahan. Dapat dilihat bahwa Chatime yang memiliki persentase terbesar dari kompetitor lainnya, hal ini dikarenakan nilai total penjualan Chatime dari 31 outlet-nya yang terdapat di Jakarta memiliki nilai yang paling besar. Persentase market share terkecil dimiliki oleh Ice Juice Kedungsari dikarenakan nilai total penjualannya yang paling kecil dan hanya memiliki 2 outlet di Jakarta.
20
2.2. Analisis PESTEL
Gambar 2.4 Diagram PESTEL
Menurut Thompson, Peteraf, Gamble dan Strickland (hal 49, 2014) setiap perusahaan menjalankan operasi bisnisnya didalam suatu lingkungan macro yang luas yang mana terdiri dari enam komponen pokok: faktor politik, kondisi ekonomi di dalam suatu lingkungan umum perusahaan, faktor sosial, faktor teknologi, faktor lingkungan alam, dan faktor legal atau regulasi. Setiap komponen – komponen ini berpotensi dalam mempengaruhi perusahaan dan lingkungan kompetitif, walaupun beberapa komponen tersebut ada yang lebih mempengaruhi dibandingkan yang lain. Suatu analisis dari faktor - faktor tersebut biasanya merujuk kepada analisis PESTEL, suatu singkatan yang menyajikan suatu pengingat dari enam komponen yang saling berhubungan. Deskripisi dari enam komponen – komponen lingkungan makro tersebut adalah sebagai berikut :
21
2.2.1. Politik (Politic) Faktor ini meliputi kebijakan dan proses politik, termasuk sejauh mana pemerintah bercampur tangan di dalam perekonomian. Campur tangan pemerintah termasuk dalam hal – hal seperti kebijakan pajak, kebijakan fiskal, penetapan harga, iklim politik, dan kekuatan dari institusi – institusi seperti sistem perbankan. Kebijakan lainnya seperti kebijakan energi, dapat mempengaruhi jenis-jenis industri tertentu. 2.2.2. Ekonomi (Economic) Kondisi ekonomi meliputi iklim ekonomi secara umum dan faktor – faktor tertentu seperti suku bunga, nilai tukar mata uang, nilai inflasi, tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, defisit perdagangan, suku bunga tabungan, dan produk domestik bruto. Faktor – faktor ekonomi juga meliputi kondisi dari pasar saham dan obligasi, yang mana dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen dan pendapatan diskrisioner. 2.2.3. Sosial (Social) Faktor sosial meliputi nilai – nilai sosial, perilaku sosial, faktor budaya, dan gaya hidup yang dapat mempengaruhi bisnis, dan juga faktor demografi seperti jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan, dan persebaran usia. Sosial dan budaya sangat bervariasi, tergantung dari lingkungan dan akan berubah dari waktu ke waktu. Sebagai contoh adalah tren menuju gaya
22
hidup sehat, yang mana dapat menggeser pengeluaran menuju alat olah raga dan klub kesehatan, menghindari alkohol, dan juga makanan ringan. 2.2.4. Teknologi (Technology) Faktor – faktor teknologi meliputi perubahan teknologi dan pengembangan teknis yang memiliki potensi luas untuk mempengaruhi masyarakat, sebagai contoh rekayasa genetika dan nanoteknologi. Mereka terdiri dari institusi-institusi yang terlibat dalam pembuatan pengetahuan baru dan mengontrol penggunaan dari teknologi, seperti R&D konsorium, universitas yang didukung dengan teknologi inkubator, hak paten dan hak cipta, dan pengawasan pemerintah atas penggunaan internet. Perubahan teknologi dapat mendorong lahirnya industri baru, seperti industri yang berbasis nanoteknologi. 2.2.5. Lingkungan (Environment) Faktor ini meliputi kekuatan ekologis dan lingkungan seperti cuaca, perubahan iklim, dan faktor-faktor terkait seperti kekurangan air. Faktorfaktor ini secara langsung dapat berdampak pada industri-industri seperti asuransi, pertanian, produksi energi, dan industri pariwisata.
23
2.2.6. Legal Faktor-faktor ini meliputi peraturan dan undang-undang yang harus dipatuhi perusahaan seperti undang-undang konsumen, undang-undang tenaga kerja, undang-undang persaingan, aturan kesehatan dan keselamatan kerja.
2.3. Analisis Lingkungan Industri (Industry Environment Analysis)
Gambar 2.5 Diagram Five Forces Model
Menurut Ireland, Hoskisson dan Hitt (2009, hal 48) industri adalah sebuah perkumpulan dari perusahaan-perusahaan yang memproduksi produk yang saling dapat menggantikan. Dalam perjalanan berkompetisi, perusahaan-perusahaan ini saling mempengaruhi antara yang satu dengan yanglainnya. Biasanya industri yang kaya akan strategi kompetitif yang perusahaan gunakan untuk mengejar keuntungan diatas rata-rata. Sebagian, strategi ini dipilih karena pengaruh dari karakteristik suatu industri.
24
Karakter dan kekuatan dari daya saing didalam suatu industri tidak pernah sama antara industri yang satu dengan yang lainnya. Untuk mendiagnosa kekuatan perusahaan dan tekanan dari pesaing ibutuhkan suatu alat (tool) yang disebut sebagai five forces model of competition atau kekuatan lima daya saing. Five forces model terdiri dari ancaman produk pengganti (threat of subtitute products or services), ancaman pesaing (competitive rivalry), ancaman pendatang baru (threat of new entrants), daya tawar konsumen (bargaining power of customers), dan daya tawar pemasok (bargaining power of suppliers). 2.3.1. Threat of Subtitute Products Perusahaan didalam suatu industri rentan terhadap tekanan persaingan dari perusahaan dengan industri sejenis ketika pembeli melihat produk-produk dari perusahaan
lain sebagai barang pengganti. Ancaman dari produk
pengganti akan sangat kuat ketika barang pengganti siap sedia dan harganya menarik, barang pengganti memiliki perbandingan kemampuan yang lebih baik, pembeli memiliki biaya yang rendah untuk mendapatkan produk pengganti. Disisi lain ancaman dari produk pengganti akan lemah ketika barang pengganti tidak siap sedia dan harganya tidak menarik, produk pengganti tidak memiliki kemampuan yang sebanding, pembeli memiliki beban yang tinggi dalam mengganti barang tersebut.
25
2.3.2. Threat of New Entrants Mengidentifikasi pesaing baru adalah penting karena mereka dapat mengancam pangsa pasar dari pesaing yang sudah ada. Salah satu alasan pendatang baru menjadi ancaman semacam itu adalah karena mereka membawa penambahan kapasitas produksi. Kecuali apabila permintaan akan barang dan jasa meningkat, tambahan kapasitas dapat mengurangi beban pelanggan, dan menghasilkan kurangnya pendapatan dan keuntungan yang lebih rendah. Pendatang baru biasanya memiliki minat dalam mendapatkan pangsa pasar yang luas. Sebagai akibatnya, pendatang baru dapat memaksa perusahaan yang sudah ada untuk menjadi lebih efisien dan belajar bagaimana cara berkompetisi dengan dimensi yang berbeda. 2.3.3. Barganing Power of Sustomers Perusahaan selalu mencari cara untuk dapat memaksimalkan pendapatan dari hasil investasi modal mereka. Pelanggan atau pembeli menginginkan pembelian suatu produk dengan harga terendah, yang dimana perusahaan akan menerima tingkat terendah dari nilai modal investasi mereka. Pelanggan selalu menginginkan kualitas yang tinggi, pelayanan yang terbaik, dan harga terendah. Pelanggan memiliki kuasa yang besar ketika mereka membeli porsi yang besar dari keseluruhan barang yang dihasilkan perusahaan, produk yang dibeli merupakan produk dengan penjualan yang
26
sebagian besar merupakan pendapatan tahunan perusahan, dan pembeli dapat mengganti dengan produk lain. 2.3.4. Bargaining Power of Suppliers Meningkatkan harga dan mengurangi kualitas dari produk berpotensi bagi supplier untuk mengerahkan kekuasaan atas perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Jika suatu perusahaan tidak mampu untuk memulihkan beban yang meningkat dari supplier-supplier melalui struktur harga sendiri, profitabilitas perusahaan akan berkurang karena aksi yang dilakukan supplier. Suatu supplier
memiliki kuasa yang besar ketika hanya ada beberapa
perusahaan besar yang mendominasi suatu industri, barang dari supplier merupakan barang yang kritikal, dan tidak tersedianya barang pengganti yang dibutuhkan perusahaan. 2.3.5. Competitive Rivalry Karena suatu perusahaan industri saling ketergantungan, maka setiap tindakan atau aksi yang dijalankan suatu perusahaan selalu mengundang respon dari kompetitor. Di banyak industri perusahaan dengan giat bersaing terhadap satu sama lain. Persaingan menjadi insentif ketika suatu perusahaan ditantang oleh suatu tindakan dari pesaingnya atau ketika suatu perusahaan mengenali suatu peluang untuk memperbaiki posisi pasar mereka.
27
2.4. Bisnis Model Kanvas Menurut Alexander Osterwalder & Yves Pigneur (2010), sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Model bisnis dijelaskan melalui Sembilan blok bangunan dasar yang mencakup empat bidang utama yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur, dan kelangsungan finansial untuk memperlihatkan bagaimana cara sebuah perusahaan berpikir tentang menghasilkan uang. Adapun ke Sembilan blok tersebut adalah segmen pelanggan, proposisi nilai, saluran, hubungan pelanggan, arus pendapatan, sumber daya utama, kunci aktivitas, kunci kemitraan dan struktur biaya.
Gambar 2.6 Diagram Business Model Canvas
28
2.4.1. Segmentasi Pelanggan (Customer Segment) Dalam menjalankan bisnis, pelanggan adalah inti dari semua model bisnis yang menggambarkan sekelompok orang atau organisasi berbeda yang ingin dijangkau oleh perusahaan. Perusahaan tidak akan bisa bertahan tanpa peranan besar dari pelanggan. Ada beberapa jenis segmen pelanggan, yaitu: -
Pasar Massa, bisnis model ini berfokus pada proposisi nilai, saluran distribusi, dan hubungan pelanggan pada sebagian besar kelompk pelanggan yang memiliki kebutuhan dan masalah yang sama yang biasanya ditemukan di dalam bisnis produk elektronik.
-
Pasar Ceruk, bisnis model ini memiliki target pelanggan yang terspesialisasi dan spesifik, khususnya untuk kebutuhan pasar ceruk secara proposisi nilai, saluran distribusi dan hubungan pelanggan. Bisnis ini banyak ditemukan pada pabrikan suku cadang yang mobil yang bergantung pada pembelian oleh pabrik kendaraan besar.
-
Tersegmentasi, model bisnis ini membedakan segmen pasar dari masingmasing kebutuhan dan masalah, yang biasanya serupa tetapi bervariasi dan dapat membedakan antara kelompok pelanggan besar, pelanggan menengah dan pelanggan kecil.
-
Terdiversivikasi, model bisnis ini melayani dua segmen pelanggan yang memiliki kebutuhan dan masalah yang berbeda dan tidak terkait satu sama lain. Seperti contoh, penualan layanan cloud computing yang dilakukan oleh Amazon.com.
29
-
Pasar banyak sisi, model bisnis ini melayani dua atau lebih segmen pelanggan yang saling bergantung yang dibutuhkan untuk memutar jalannya model bisnis dan akan bernilai bagi satu kelompok pelanggan hanya jika kelompok pelanggan lain juga ada. Model bisnis ini banyak ditemukan di perusahaan kartu kredit.
2.4.2. Proposisi Nilai (Value Proposition) Proposisi nilai adalah alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang disebabkan oleh gambaran dari gabungan antara produk dan layanan yang menciptakan nilai segmen pelanggan (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal. 22). Proposisi nilai ini yang nantinya akan menentukan segmen pasar yang dipilih. Menurut Kotler Keller (2012) untuk menentukan harga yang premium dalam kompetisi pasar business to business, perusahaan harus membuat nilai proposisi pelanggan yang menarik. Langkah pertama adalah meneliti pelanggan. Berikut ini adalah beberapa metode penelitian yang produktif : 1. Internal engineering assessment : Sudahkah tenaga kerja perusahaan melakukan
tes
laboratorium
untuk
mengestimasi
karakteristik
kemampuan produk yang ditawarkan. Kelemahan : mengabaikan fakta bahwa produk akan memiliki perbedaan nilai ekonomi dalam penerapan yang berbeda.
30
2. Field value-in-use assessment : Mewawancarai pelanggan mengenai harga dari produk yang baru dan dibandingkan dengan harga dari produk yang sudah ada. Tugasnya adalah untuk menilai berapa besar biaya setiap elemen layak untuk pembeli. 3. Focus-group value assessment : Tanyakan pembeli dari kelompok tertentu nilai apa yang harus mereka berikan untuk potensi penawaran pasar. 4. Direct survey questions : Meminta pelanggan untuk menempatkan nilai uang dari satu atau lebih perubahan yang ditawarkan pasar. 5. Conjoint analysis : Meminta pelanggan untuk menilai pilihan mereka untuk alternatif yang ditawarkan pasar. 6. Benchmarking : Tunjukan kepada pelanggan suatu “benchmark” penawaran dan penawaran yang baru. Tanyakan seberapa besar mereka akan membayar untuk penawaran yang baru atau seberapa rendah mereka membayar jika fitur tertentu dihilangkan dari tolak ukur yang ditawarkan. 7. Compositional approach : Meminta pelanggan untuk melampirkan nilai moneter pada masing-masing tiga alternatif level dari atribut yang diberikan.
31
8. Importance ratings : Minta kepada pelanggan untuk menilai seberapa penting perbedaan atribut dan kemampuan pemasok mereka. 2.4.3. Media Distribusi (Channels) Media
distribusi
adalah
saluran
distribusi
yang
merupakan
penghubung antara proposisi nilai dari sebuah bisnis kepada segmen pasar yang sudah ditentukan (pelanggan). 2.4.4. Hubungan Pelanggan (Customer Relationships) Hubungan pelanggan adalah blok bangunan yang menjelaskan atau menggambarkan jenis hubungan yang dibangun antara perusahaan dan segmen pelanggan. Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), hubungan pelanggan dapat dibedakan kedalam beberapa kategori, yaitu: -
Bantuan Personal Hubungan antara karyawan dan pelanggan yang melakukan interaksi secara langsung, sehingga karyawan dapat membantu pelanggan untuk mendapatkan bantuan dan pelayanan yang diinginkan.
-
Bantuan Personal yang Khusus Hubungan antara karyawan yang ditugaskan untuk membantu dan melayani keinginan pelanggan individu (tertentu) agar terciptanya hubungan yang lebih mendalam dan biasanya dalam jangka panjang.
32
-
Swalayan (Self-Service) Hubungan langsung dengan pelanggan tidak terjadi dalam hal ini, namun perusahaan menyediakan seluruh sarana yang diperlukan pelanggan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
-
Layanan Otomatis Hubungan ini merupakan pengembangan dari hubungan selfservice, dimana perbedaannya pada hubungan ini adalah menggunakan bantuan teknologi secara otomatis sehingga pelanggan lebih mudah untuk mendapatkan keinginannya sendiri.
-
Komunitas Dalam hubungan ini, perusahaan memanfaatkan komunitas pengguna untuk terlibat dengan pelanggan agar mengerti lebih dalam lagi terhadap kebutuhan yang diinginkan setiap pelanggan.
-
Kokreasi Hubungan yang dibangun persuhaan bersama pelanggan untuk menciptakan proposisi nilai yang lebih tinggi lagi.
2.4.5. Arus Pendapatan (Revenue Stream) Arus pendapatan adalah blok bangunan yang menjelaskan darimana dan bagaimana perusahaan akan memperoleh pendapatannya.
33
2.4.6. Sumber Daya Utama (Key Resources) Sumber daya utama yang menggambarkan asset-aset terpenting yang diperlukan perusahaan agar dapat menjalankan bisnis tersebut. Dalam hal ini, sumber daya utama termasuk keuangan, peralatan, teknologi, sumber daya manusia, brand dan distribusi. 2.4.7. Kegiatan Utama (Key Activities) Kegiatan utama adalah hal – hal terpenting yang dilakukan oleh perusahaan agar bisnis modelnya dapat bekerja dan dapat menciptakan proposisi nilai kepada para pelanggannya. 2.4.8. Mitra Utama (Key Partnerships) Mitra utama menggambarkan sumber daya yang bukan milik perusahaan untuk mendukung kegiatan utama perusahaan agar bisnisnya dapat bekerja. Contohnya adalah outsourcing, usaha patungan, dan joint venture. 2.4.9. Struktur Biaya (Cost Structure) Struktur biaya menggambarkan tentang semua biaya yang efisien yang dikeluarkan atau dibutuhkan untuk menjalankan model bisnis tersebut sehingga menghasilkan keuntungan untuk perusahaan.
34
2.5. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Penelitian menyeluruh terhadap kondisi pasar sangat perlu dilakukan untuk mengetahui strategi apa yang tepat dan harus dilakukan perusahaan dalam menjalankan model bisnis yang akan dibangun. Maka dari itu, perusahaan harus dapat mengetahui dan mengatasi kesempatan dan ancaman sesungguhnya yang ada di pasar agar memiliki keunggulan dari competitor-kompetitor yang sudah ada. 2.5.1. Analisis
SWOT
(Strength,
Weakness,
Opportunities,
Threath) Menurut Kotler dan Keller (2012, hal 70), analisis SWOT adalah bagaimana cara untuk memantau ruang lingkup pemasaran secara internal dan secara eksternal yang bertujuan untuk melihat gambaran kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan dan ancaman-ancaman dari Kompetitor. Adapun analisis SWOT terdiri dari: 2.5.1.1.
Strength (Kekuatan)
Perusahaan dapat menilai kekuatan atau keunggulan apa yang dimiliki oleh perusahaannya jika dibandingkan dengan para pesaing. 2.5.1.2.
Weakness (Kelemahan)
Perusahaan dapat menilai kelemahan apa yang terdapat pada perusahaannya sehingga perusahaan dapat memperbaiki kelemahan-
35
kelemahan yang ada menjadi salah satu kekuatan dari perusahaan agar dapat bersaing dengan para pesaing. 2.5.1.3.
Opportunities (Kesempatan)
Perusahaan dapat menilai peluang-peluang apakah yang dapat mengembangkan perusahaan di masa yang akan datang. 2.5.1.4.
Threat (Ancaman)
Perusahaan memiliki ancaman dalam menjalankan bisnis oleh para pesaing baik yang sudah ada maupun pendatang baru. 2.5.2. Perencanaan dan Perkiraan Keuangan Keuangan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam suatu perusahaan ataupun model bisnis. Hal ini sangat dibutuhkan agar perusahan dapat mengetahui kemampuan dalam merencanakan sebuah anggaran keuangan sehingga dapat bertahan dan terus mengembangkan bisnisnya. Perencanaan keuangan adalah proses mencapai tujuan hidup melalui proses keuangan yang terencana atau mengembangkan dan menerapkan perencanaan yang terkoordinasi secara menyeluruh agar tujuan organisasi atau perusahaan dapat tercapai (N.A. Rami, 2010). Sedangkan prakiraan keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam memperkirakan posisi dan kondisi keuangan dalam suatu organisasi atau perusahaan di masa yang akan datang. Namun bisa saja terjadi kesalahan terhadap perencanaan dan prakiraan
36
keuangan dikarenakan hal ini hanya bersifat ramalan dan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenernya. Adapun dasar-dasar keuangan yang harus ditampilkan oleh perusahaan dalam merencanakan suatu model bisnis, yaitu: 2.5.2.1.
Neraca Performa
Neraca yang memproyeksikan keadaan dan kondisi finansial suatu perusahaan dalam waktu tertentu. Dalam memulai bisnis, hal ini sangat penting untuk dipersiapkan. Neraca ini juga akan menunjukkan kewajiban dan ekuitas yang akan dibiayai oleh perusahaan. Maka dari itu, neraca performa yang baik sangatlah penting bagi suatu perusahaan jika rasio hutang dan rasio-rasio lainnya masih dalam tingkat sewajarnya atau masih dalam batas-batas tertentu sehingga dapat menarik investor untuk berinvestasi di dalam suatu perusahaan. 2.5.2.2.
Laporan Laba Rugi
Menurut Keown, Martin dan Petty dalam buku Foundation of Finance, 2011. Laporan laba rugi adalah dasar untuk mengukur hasil dari operasional yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu (biasanya dalam jangka satu tahun). Bagian akhir atau bagian bawah dari laporan laba rugi menunjukkan apakah suatu perusahaan mengalami laba atau rugi.
37
2.5.2.3.
Laporan Arus Kas
Laporan yang berisi tentang pengaruh beberapa kegiatan-kegiatan perusahaan seperti operasional, transaksi investasi dan transaksi pembiayaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan dalam satu periode. Dalam hal ini, perusahaan harus dapat memutuskan darimana sumber biaya tambahan, syarat-syarat yang dibutuhkan dan bagaimana cara melunasinya. Namun pembiayaan yang dibutuhkan dapat diperoleh dari beberapa sumber seprti dana pinjaman dari bank, melalui dana ekuitas dan melalui kredit jangka pendek dari bank.
2.6. Analisis Kelayakan Usaha Untuk mengukur nilai uang atau tingkat pengembalian uang di masa yang akan datang yang diinvestasikan dalam suatu bisnis, maka digunakanlah analisa investasi yang sangat penting diterapkan sebelum bisnis dimulai. Dengan melakukan berbagai macam analisa, akan diketahui factor-faktor dan resiko yang akan dihadapi. Adapun beberapa metode analisa untuk mengetahui kelayakan suatu usaha, yaitu: 2.6.1. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah selisih antara investasi sekarang dengan nilai sekarang (present value) dari proyeksi penghasilan bersih (net income) yang diharapkan di masa yang akan datang. Namu metode NPV memiliki
38
kelemahan yaitu tidak menganalisis pemilihan alternative terhadap usahausaha dengan jumlah investasi yang berbeda. NPV = ∑ PV Proceed – PV Outlays Adapun kriteria penilaian yang digunakan dalam menggunakan NPV adalah: -
Jika NPV = 0 (nol), maka hasil investasinya akan sama dengan tingkat bunga yang digunakan dalam menganalisa atau usaha tidak mengalami kerugian dan keuntungan (seimbang).
-
Jika NPV = - (negative), maka hasil (return) berada dibawah tingkat bunga atau usaha mengalami kerugian dalam berinvestasi.
-
Jika NPV = + (positif), maka hasil (return) berada diatas tingkat bunga atau usaha mengalami keuntungan dalam berinvestasi.
2.6.2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah besarnya suku bunga yang sama dengan nilai sekarang dari investasi dengan penghasilan yang diharapkan selama menjalankan usaha. Biasanya IRR adalah suku bunga pinjaman yang sedang berlaku atau suku bunga deposito jika dalam menjalankan usaha menggunakan biaya sendiri.
39
IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:
IRR
: Tingkat keuntungan yang diisyaratkan
CF
: Cash Flow
I0
: Investasi awal
n
: Periode investasi
2.6.3. Analisis Break-Even Point Break-Even Point adalah analisis untuk menentukan jumlah barang atau jasa yang dijual pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul dan untuk mendapatkan keuntungan. Adapun cara menganalisa BreakEven Point dengan menggunakan rumus yaitu:
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 − 𝑒𝑒𝑒𝑒 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 ∶
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐵𝐵𝑎𝑎𝑎 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝐽𝐽𝐽𝐽 𝑝𝑝𝑝 𝑈𝑈𝑈𝑈 − 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉
Namun sebelum mulai menghitung Break-Even Point, kita harus menentukan dulu 3 (tiga) elemen dari rumus BEP yaitu : •
Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang akan selalu atau tetap dikeluarkan oleh perusahaan walaupun hanya menjual beberapa
40
produk atau bahkan tidak menjual produk sama sekali seperti menyewa tempat, gaji dan alat-alat produksi. •
Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang timbul dari setiap produk yang dijual dan besarnya tergantung dari jumlah produk dan jasa yang dihasilkan seperti biaya antar, komisi, dan nota penjualan.
•
Harga Jual adalah harga yang ditentukan oleh perusahaan untuk dijual kepada pembeli.
2.6.4. Analisis Return On Investment Menurut S. Munawir (2007:89), Return On Investment (ROI) adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Adapun cara menghitung Return On Investment adalah:
2.6.5. Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) Arus Kas Bebas adalah ukuran untuk menghitung seberapa banyak uang yang telah dihasilkan oleh suatu bisnis setelah memperhitungkan pengeluaran modal. Kas ini juga dapat digunakan untuk memperluas bisnis
41
atau ekspansi, membagi dividen, mengurangi hutang dan tujuan lainnya. Adapun cara menghitung free cash flow bisa menggunakan rumus yaitu: Free Cash Flow = Operating Cash Flow – Capital Expenditures 2.6.6. Metode Payback Period Metode Payback Period tahapan awal sebagai alat ukur yang berfungsi untuk penilaian suatu investasi yang sangat sederhana dan mudah dimengerti. Biasanya metode ini digunakan untuk pemilihan usaha-usaha yang memiliki resiko tinggi untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan agar modal yang ditanamkan kembali secepat mungkin. Adapun cara menghitung metode payback period adalah: Total Investasi Payback Period =
x 1 tahun Laba bersih + Depresiasi
2.7. Strategi Pemasaran Pemasaran adalah suatu kegiatan dengan cara mengidentifikasi pasar dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan sosial dan menjadi suatu peluang bisnis. Menurut Asosiasi Marketing Amerika, pengertian lain dari pemasaran adalah kegiatan, kumpulan institusi, dan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan, dan melakukan pertukaran penawaran yang memberikan nilai untuk konsumen, klien, mitra, dan masyarakat social secara umum. Proses pertukaran inilah
42
yang menjadi hal sentral dalam kegiatan pemasaran, yang berguna untuk memuaskan keinginan manusia. Fungsi pemasaran tidak lepas dari konsep inti pemasaran, salah satunya adalah kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands). Perusahaan harus mengerti kebutuhan dan keinginan dari para pelanggan untuk dapat memberikan kepuasan kepada mereka di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat. Kebutuhan (needs) adalah syarat hidup dasar dibutuhkan oleh manusia, seperti makanan, udara, dan air. Kebutuhan – kebutuhan ini kemudian menjadi keinginan (wants), disaat manusia diarahkan kepada suatu objek tertentu yang memiliki kemungkinan untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka. Seperti contoh, masyarakat Indonesia memerlukan makanan, tetapi bisa jadi mereka menginginkan nasi. Keinginan – keinginan untuk produk tertentu yang didukung oleh kemampuan untuk membayar akan menciptakan permintaan (demands). Untuk menjalankan suatu model bisnis, perusahaan harus mengukur bukan hanya berapa banyak orang yang menginginkan produk yang ditawarkan, tetapi juga berapa banyak orang yang bersedia dan mampu untuk membeli produk ini. Pada umumnya, manusia memiliki kebutuhan yang beragam, oleh karena itu strategi pemasaran berguna bagi perusahaan untuk mengidentifikasi produk apa yang dibutuhkan oleh pasar, kemudian menciptakan produk dan memberikan harga yang sesuai. Setelah itu, pendistribusian dan pemasaran produk sangat dibutuhkan, supaya perusahaan dapat memiliki nilai, serta perusahaan tersebut dapat memenuhi
43
kebutuhan yang dibutuhkan oleh pelanggan secara tepat agar mendapat keuntungan dalam jangka panjang. 2.7.1.
Analisis Konsep Pemasaran Segmenting, Targeting,
dan Positioning Selain kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands), konsep inti dari strategi pemasaran lainnya adalah segmentasi pasar (segmenting), penetapan pasar sasaran (targeting), dan penetapan posisi pasar (positioning) (Kotler, 2012). Tidak semua orang menyukai produk yang sama, oleh karena itu pemasar melakukan pembagian pasar ke dalam beberapa segmen dengan cara mengidentifikasi profil kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin lebih atau membutuhkan berbagai produk dan layanan campuran dengan mempertimbangkan dari sisi demografi, psikografis, dan perbedaan perilaku antara pembeli. Setelah melakukan segmentasi, pemasar memutuskan target pasar mana yang memberikan peluang terbesar. Pada akhirnya, pemasar atau perusahaan akan mengembangkan sebuah produk dan memposisikan produk tersebut disetiap ingatan para target pembeli dengan kelebihan yang dimiliki dari produk tersebut. Apabila segmentasi pasar, pentapan pasar sasaran, dan penetapan posisi pasar sudah diketahui, makan dapat disusun marketing mix atau lebih dikenal dengan strategi bauran pemasaran. Strategi pemasaran bauran terdiri
44
dari formulasi tradisional yang disebut dengan 4P, yaitu produk (promotion), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). 2.7.1.1.
Segmentasi Pasar (Segmenting)
Segmentasi pasar adalah membagi pasar kedalam kelompok yang berbeda dengan kebutuhan yang berbeda, karakterisktik, atau perilaku. Setiap segment membutuhkan produk yang berbeda. Segmen pasar terdiri dari sekelompok pelanggan yang berbagi suatu kumpulan kebutuhan dan keinginan yang sama (Kotler, 2012). Segmentasi pasar sangat berguna bagi perusahaan dalam memahami kebutuhan dasar pada konsumen tertentu. Selain itu perusahaan dapat melakukan pemasaran yang lebih spesifik dan tepat sasaaran sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh sebagian konsumen. Perusahaan tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan konsumen, hal ini dikarenakan modal, sumber daya manusia, dan bahan baku yang terbatas akan membuat perusahaan memberikan semua usaha dan kemampuan yang dimiliki untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Segmentasi pasar sangat perlu ditentukan dari awal, karena dapat mempengaruhi langkah perusahaan selanjutnya, yang mencakup
produk
yang
akan
dikembangkan,
langkah
untuk
melakukan promosi atas produk tersebut, dan saluran distribusi yang digunakan oleh perusahaan. Segmentasi pasar yang dilakukan oleh
45
perusahaan menunjukan bahwa perusahaan tersebut memiliki tujuan untuk terus berkembang serta meningkatkan penjualan yang akan membuat sisi operasional perusahaan terus berjalan dalam jangka waktu yang panjang dan dapat berkompetisi dengan pasar sejenis. Segmentasi pasar dibagi menjadi beberapa jenis variabel (Kotler, 1995), yaitu: 1.
Segmentasi Geografis (Geographic Segmentation)
Segmentasi Geografis membagi pasar menjadi beberapa unit – unit geografis yang berbeda, seperti negara, negara bagian, daerah, kabupaten, kota, atau lingkungan. Perusahaan dapat menjalankan usahanya dalam satu, beberapa, atau semua daerah, tetapi perusahaan harus memperhatikan variasi lokal. Dengan memperhatikan variasi lokal, perusahaan dapat menyesuaikan progam pemasaran yang dijalankan dengan kebutuhan dan keinginan dari konsumen di daerah tersebut. 2.
Segmentasi Demografi (Demographic Segmentation)
Variabel yang kedua dari segmentasi pasar adalah segmentasi demografi. Dalam segmentasi ini, variabel – variabel yang digunakan untuk membagi pasar adalah umur, ukuran keluarga (family size), siklus kehidupan keluarga (family life cycle), jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, kebangsaan,
46
dan kelas sosial. Segmentasi demografi lebih sering digunakan oleh pemasar karena lebih mudah dikaitkan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta lebih mudah untuk mengukur variabel – variabel tersebut. 3.
Segmentasi Psikografi (Phychographic Segmentation)
Psikografi adalah ilmu yang menggunakan ilmu jiwa atau psikologi dan demografi untuk lebih memahami pelanggan. Sedangkan, segmentasi psikrografi adalah membagi pembeli ke dalam beberapa kelompok atas dasar sifat psikologis atau kepribadian, gaya hidup, atau nila – nilai. Orang – orang di dalam kelompok demografi yang sama dapat menunjukan profil psikografi yang sangat berbeda. 4.
Segmentasi Tingkah Laku (Behavioral Segmentation)
Pada segmentasi tingkah laku, pemasar membagi pembeli ke dalam beberapa kelompok berdasarkan pengetahuan mereka mengenai sesuatu, sikap mereka terhadap sesuatu, penggunaan akan, atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Dari keempat variabel segmentasi pasar di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan atau pemasar dapat melakukan segmentasi pasar bisnis dengan menggunakan beberapa variabel sama yang digunakan pada pasar konsumen. Syarat – syarat penting bagi pemasar untuk melakukan segmentasi pasar yang efektif adalah dapat diukur (ukuran,
47
daya beli, dan profil segmen), mudah untuk diakses (dapat dicapai dan dilayani), substansial (besar dan menguntungkan), mampu untuk membedakan
(merespon secara berbeda), dan mampu untuk
menindaklanjuti (dapat mengembangkan program – program yang efektif). 2.7.1.2.
Penetapan Pasar Sasaran (Targeting)
Setelah melakukan segmentasi, perusahaan akan melakukan penetapan pasar sasaran (targeting), di mana pada tahap ini, perusahaan akan memutuskan untuk melayani sekumpulan pembeli yang berbagi kebutuhan umum atau karakteristik. Dalam melakukan penetapan pasar sasaran, ada dua langkah yang harus dilakukan oleh pemasar. Langkah pertama adalah mengukur daya tarik dari segmen tersebut. Ketika pemasar melakukan pengukuran terhadap daya tarik dari segmen, ada beberapa variabel yang digunakan sebagai dasar dari pengukuran tersebut. Variabel – variabel tersebut adalah ukuran dan pertumbuhan segmen, daya tarik structural (tingkatan berkompetisi, produk pengganti, dan kekuatan pembeli atau pemasok), dan tujuan perusahaan dan sumber daya yang dimilikinya. Langkah kedua adalah memilih segmen target. Ada beberapa faktor pendorong dalam menerapkan strategi target pemasaran, yang didukung oleh beberapa faktor, yaitu sumber daya
48
perusahaan, tingkat variabilitas produk, tahap siklus hidup produk, dan strategi pemasaran pesaing. Setelah didasari oleh beberapa faktor pendorong, strategi target pemasaran yang akan dilakukan oleh pemasar adalah menargetkan pasar dari luas menjadi lebih sempit. Dengan kata lain, pemasar akan melewati tahapan – tahapan dari pemasaran yang belum dibeda – bedakan (mass marketing), kemudian menjadi pemasaran yang telah dibedakan (niche marketing), pemasaran terpusat (concentrated marketing), dan terakhir menjadi pemasaran mikro (micromarketing). 2.7.1.3.
Penetapan Posisi Pasar (Positioning)
Pada tahap ketiga, pemasar akan melakukan penetapan posisi pasar. Dalam menetapkan posisi pasar, pemasar akan mengembangkan penetapan posisi pasar untuk segmen target dan mengembangkan strategi pemasaran bauran untuk setiap segmen. Hal ini berguna untuk mengetahui posisi produk, di mana pemasar harus merencanakan posisi untuk untuk memberikan produk mereka keuntungan terbesar dalam pasar sasaran yang dipilih. Ada beberapa strategi yang dilakukan pemasar dalam melakukan penetapan posisi pasar, yaitu menetapkan posisi pasar berdasarkan spesifik atribut produk, manfaat – manfaat, kategori pengguna, penggunaan kesempatan, posisi terhadap pesaing lain, dan posisi terhadap kelas produk lain.
49
Dalam mengimplementasikan strategi penetapan posisi pasar, pemasar harus
melakukan
kemungkinan
beberapa
keunggulan
langkah,
kompetitif
yaitu
mengidentifikasi
(diferensiasi
kompetitif),
memilih keunggulan kompetitif yang tepat (proposisi penjualan yang unik),
dan
yang
terakhir
adalah
mengkomunikasikan
dan
menyampaikan posisi yang dipilih. 2.7.2.
Strategi Pemasaran Bauran (Marketing Mix) Marketing Mix adalah sekumpulan variabel yang dikendalikan,
yang
di
mana
perusahaan
dapat
menggunakannya
untuk
mempengaruhi respon pembeli (Kotler, 2010). Marketing Mix biasanya digunakan oleh perusahaan ketika perusahaan telah menentukan target dan akan menempatkan produk perusahaan tersebut di pasar. Strategi pemasaran bauran terdiri dari 4P, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Berikut adalah penjelasan dari keempat variabel dari strategi bauran pemasaran: 2.7.2.1.
Produk (Product)
Produk adalah barang dan / atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Diterima atau tidaknya produk dalam suatu pasar merupakan tingkat keberhasilan dari strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.
50
Untuk dapat menghasilkan produk yang kompetitif, produk tersebut harus memiliki variasi, kualitas, desain, fitur, merek, tampilan, dan jasa yang lain dibanding produk sejenis di pasaran. Menurut Kotler, produk harus dilihat dari tingkatannya, yaitu core product pada tingkat pertama, actual product pada tingkat kedua, dan augmented product pada tingkat ketiga. Konsumen membayar tidak hanya untuk mendapatkan wujud dari produk itu, tetapi juga untuk mendapatkan manfaat yang dimiliki oleh produk tersebut. 2.7.2.2.
Harga (Pricing)
Harga adalah sejumlah uang yang dibayar oleh konsumen untuk membeli produk. Pengertian lain menyatakan bahwa harga adalah pertimbangan dalam hal uang yang dibayar oleh konsumen untuk sekumpulan manfaat yang mereka dapat dengan menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga menjadi salah satu parameter dari keberhasilan suatu produk di pasaran. Jika harga yang ditetapkan terlalu tinggi, hal ini akan memberikan dampak buruk pada volume penjualan. Di sisi lain, jika harga yang diberikan terlalu rendah, hal tersebut akan mempengaruhi profitabilitas. Dalam penyusunan harga suatu produk, perusahaan memerlukan strategi. Ada beberapa faktor yang perlu dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan harga suatu produk, antara lain adalah biaya produksi dan
51
biaya distribusi, permintaan pasar, kompetisi, tujuan pemasaran, dan peraturan pemerintah. 2.7.2.3.
Tempat (Place)
Pemilihan tempat yang strategis akan sangat berguna bagi konsumen untuk mudah menjangkau produk yang mereka butuhkan. Strategi tersebut dapat memudahkan jalur distribusi dari konsumen kepada konsumen. Tempat yang strategis untuk penempatan produk tidak luput dari beberapa faktor pendukung, seperti channel, variasi barang, lokasi, persediaan, transportasi, logistik. 2.7.2.4.
Promosi (Promotion)
Promosi adalah kegiatan yang mengkomunikasikan fitur dan manfaat yang dimiliki oleh produk dengan tujuan untuk mengajak produk untuk membeli produk tersebut. Promosi memiliki unsur penting dari marketing mix karena berkaitan dengan proses dalam memberikan informasi, mengajak dan mempengaruhi konsumen untuk membuat pilihan pada produk yang akan dibelinya. Promosi dilakukan dengan menggunakan sarana penjualan personal, periklanan, Advertising, personal selling, sales promotion, publisitas, dan promosi penjualan. Informasi yang disampaikan kepada calon konsumen pada kegiatan promosi adalah mengenai ketersediaan, karakteristik, dan penggunaan dari produk. Promosi akan membangkitkan ketertarikan potensial
52
konsumen terhadap suatu produk, kemudian akan membandingkannya dengan produk pesaing dan membuat pilihan.
2.8. Supply Chain Management (Manajemen Rantai Suplai) Menurut Chase Jacobs (2011, hal 40) Operations and Supply Chain Management (OSCM) didefinisikan sebagai desain, operasi, dan perbaikan dari suatu sistem yang menciptakan dan menyampaikan produk-produk utama dan pelayanan dari suatu perusahaan. Sama seperti pemasaran dan keuangan, OSCM adalah bagian fungsional bisnis dengan alur produksi yang jelas sebagai tanggung jawab management. OSCM berhubungan dengan pengelolaan seluruh sistem yang memproduksi suatu barang atau menyampaikan suatu jasa.
Gambar 2.7 Proses Rantai Suplai
Supply chain mengacu pada proses perpindahan informasi dan material dari proses pembuatan dan jasa perusahaan. Hal ini meliputi proses logistik perpindahan barang, pergudangan, dan proses penyimpanan dari barang agar dapat dengan cepat dikirim ke pelanggan. Persediaan dalam konteks ini merujuk pada penyediaan barang
53
dan jasa ke pabrik dan gudang untuk proses akhir, dan juga persediaan barang dan jasa untuk pelanggan. Operations dan proses supply chain dapat dengan mudah dikategorikan, terutama dari pandangan produsen barang dan layanan konsumen, perencanaan, sumber, pembuatan, pengiriman, dan pengembalian. Berikut ini menggambarkan kegiatan yang terlibat dalam setiap jenis proses. 1.
Perencanaan
(planning)
terdiri
dari
proses
yang
diperlukan
untuk
beroperasinya suatu strategi supply chain yang sudah ada. Disini suatu perusahaan harus menentukan bagaimana mengantisipasi permintaan yang akan dipenuhi dengan sumber daya yang tersedia. Aspek utama dari perencanaan adalah pengembangan satu set metrik untuk memantau rantai nilai sehingga menjadi efisien dan mengirimkan kualitas yang tinggi dan memberikan nilai bagi pelanggan. 2.
Sumber (sourcing) melibatkan pilihan dari pemasok yang akan mengirimkan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk menciptakan produk dari perusahaan. Satu set dari harga, pengiriman, dan proses pembayaran adalah kebutuhan bersama dengan memantau metrik dan meningkatkan hubungan dengan mitra perusahaan. Proses ini meliputi menerima pengiriman, memverifikasinya, mentransfernya ke fasilitas manufakturing, dan otorisasi pembayaran pemasok.
3.
Pembuatan (making) adalah produk utama dari produksi atau penyediaan jasa. Langkah yang dibutuhkan penjadwalan proses dari pekerja dan kordinasi dari
54
material dan sumber penting lainnya seperti perlengkapan untuk mensuport produksi atau menyediakan jasa. Metrik untuk mengukur kecepata, kualitas, dan produktivitas dari pekerja digunakan untuk memantau proses ini. 4.
Pengiriman (delivering) disebut juga sebagai proses logistik. Operator yang dipilih untuk memindahkan barang-barang ke gudang dan pelanggan, kordinasi dan penjadwalan perpindahan dari barang dan informasi melalui jaringan persediaan, pengembangan dan pengoperasian dari jaringan gudang, dan menjalankan sistem yang mengatur penerimaan pesananan dari pelanggan, dan sistem invoice untuk menagih pembayaran ke pelanggan.
5.
Pengembalian (returning) melibatkan proses untuk penerimaan barang yang usang, rusak, dan produk yang berlebihan yang dikembalikan pelanggan dan dukungan untuk pelanggan yang mendapatkan masalah dalam proses pengiriman.