5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Kerangka Teori
2.1.1 Manajemen Keuangan Definisi manajemen keuangan menurut Martono (2007:4) yaitu : “Manajemen Keuangan(Financial Management), atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan, adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”. Sedangkan definisi manajemen keuangan menurut Riyanto (2001:4) yaitu: “Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut disebut dengan pembelanjaan dalam artian yang luas(business finance) atau manajemen keuangan (financial management)” 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Martono (2007:4) fungsi utama manajemen keuangan meluputi : a.
Keputusan investasi Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman
modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva finansial. Keputusan investasi dilakukan melalui beberapa langkah. Pertama, menentukan keseluruhan kebutuhan asset. Kedua, menentukan komposisi dari aset tersebut berapa jumlah asset lancer, dan berapa jumlah asset tetap. Ketiga, untuk mencapai pemanfaatan asset secara optimal maka aset-aset yang tidak ekonomis lagi perlu dikurangi, dihilangkan atau diganti dengan asset yang baru.
6
b.
Keputusan pendanaan Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan
mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut sebagai struktur modal yang optimum. c.
Keputusan pengelolaan aset Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka asset-aset
tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari asset-aset yang ada. Sedangkan menurut Riyanto (2001:6) fungsi manajemen keuangan pada dasarnya terdiri atas: a.
Fungsi menggunakan atau mengalokasikan dana (use/allocation of fund) Dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternative investasi atau keputusan investasi,
b.
Fungsi memperoleh dana (obtaining fund) Dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif pendanaan.
2.1.3 Pengertian Struktur Modal Menurut Martono (2007:240), struktur modal adalah perbandingan atau imbangan antara pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh
7
perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai perimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto 2001:296). Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa struktur modal adalah perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. 2.1.4 Pendekatan dan Teori yang Terkait Struktur Modal a.
Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income Approach) Martono (2007;242) mengatakan bahwa pendekatan ini menggunakan
asumsi bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang bersifat konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Artinya apabila perusahaan menggunakan hutang yang lebih besar, maka pemilik saham akan memperoleh bagian laba yang semakin kecil. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang akan berubah. b.
Pendekatan Tradisional (Tradisional Approach) Pada pendekatan tradisional diasumsikan terjadi perubahan struktur modal
yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan financial leverage (hutang dibagi modal sendiri). Dengan menggunakan pendekatan tradisional, bisa diperoleh struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang memberikan biaya modal keseluruhan yang terendah dan memberikan harga
8
saham tertinggi. Hal ini disebabkan karena berubahnya tingkat kapitalisasi perusahaan, baik untuk modal sendiri atau pinjaman setelah perusahaan merubah struktur modalnya melewati batas tertentu. Perubahan tingkat kapitalisasi ini disebabkan karena adanya risiko yang berubah. (Martono 2007;244-245) c.
Pendekatan Modigliani dan Miller (MM Approach) Franco Modigliani dan MH. Miller (MM) berpendapat bahwa risiko total
bagi seluruh pemegang saham tidak berubah walaupun struktur modal perusahaan mengalami perubahan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat perlindungan atas nilai investasi. Yaitu karena nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan risiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah. (Martono 2007;244-245) d.
Teori Trade Off Hanafi (2008:309) menyatakan bahwa dalam kenyataan, ada hal-hal yang
membuat perusahaan tidak bisa menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Dengan
semakin
tingginya
utang
akan
semakin
tinggi
kemungkinan
kebangkrutan, dimana biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Biaya lain dari peningkatan utang adalah meningkatnya biaya keagenan utang. Nilai perusahaan yang menggunakan utang akan meningkat dengan cara meningkatkan utang. Namun nilai tersebut akan menurun pada titik tertentu, dimana pada titik itulah tingkat utang mencapai tingkat yang optimal.
9
e.
Pecking Order Theory Donald
Donaldson
(1961)
melakukan
pengamatan dimana
hasil
pengamatannya menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi ternyata cenderung menggunakan utang yang lebih rendah. Menurut teori ini perusahaan cenderung memilih pendanaan internal yang diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan (Hanafi 2008: 313). Teori Pecking Order menjelaskan bahwa perushaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi cenderung memiliki tingkat utang yang rendah tidak dikarenakan perusahaan mempunyai target tingkat utang yang kecil,tetapi karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal. Tingakt keuntungan yang tinggi menjadikan dana internal mereka cukup unutk memenuhi kebutuhan investasi. (Hanafi 2008: 314). 2.1.5 Komponen Struktur Modal Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen, yaitu : a.
Modal sendiri Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik dan
tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya (Riyanto 2001:240). Modal sendiri juga dapat didefinisikan sebagai dana yang “dipinjam” dalam jangka waktu tak terbatas dari para pemegang saham. Secara umum dikatakan pinjaman baru dikembalikan kepada para pemegang saham bilamana
10
perusahaan tersebut dipailitkan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, modal sendiri dapat diartikan sebagai dana yang berasal dari pemegang saham di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri selain berasal dari “luar” perusahaan dapat juga berasal dari “dalam” perusahaan. Modal yang berasal dari dalam adalah dalam bentuk keuntungan yang berasal dari pemilik perusahaan. Adapun modal sendiri yang berasal dari luar adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Komponen dari modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari: 1).
Modal saham Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu
perusahaan. Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena stiap waktu pemegang saham dapat menjualnya. Menurut Riyanto (2001:241), jenis-jenis modal saham terdiri dari: a). Saham biasa (Common Stock) Pemegang saham hanya akan mendapat deviden pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. b). Saham Preferen (Prefered Stock) Pemegang saham preferen mempunyai preferensi tertentu di atas pemegang saham biasa. Dalam hal pembagian deviden maka deviden dari saham
11
preferen akan diambilkan lebih dahulu, kemudian sisanya akan disediakan untuk saham biasa. Sedangkan dalam hal pembagian kekayaan, apabila perusahaan dilikuidasi maka dalam pembagian kekayaan, saham preferen didahulukan daripada saham biasa. c). Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Prefered Stock) Jenis saham ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adatidaknya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif. Pemegang saham jenis ini apabila tidak menerima deviden selama beberapa waktu karena adanya kerugian, jika dikemudian hari perusahaan mendapatkan laba maka berhak untuk menuntut deviden-deviden yang tidak terbayarkan di waktu lampau. 2).
Cadangan Menurut Riyanto (2001:242) cadangan dimaksudkan sebagai cadangan
yang dibentuk dari keuntungan yang dibentuk oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan (reserve that are surplus). Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri antara lain: a).
Cadangan Ekspansi
b).
Cadangan modal kerja
c).
Cadangan selisih kurs
d).
Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya.
12
3).
Laba Ditahan Laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan
yang tidak dibayarkan sebagai deviden (Riyanto 2001:243). b.
Utang Jangka Panjang Modal asing atau utang jangka panjang adalah utang yang jangka
waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. (Riyanto 2001:238). Utang jangka panjang juga dapat didefinisikan sebagai kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca) (Munawir 2004:19). Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa utang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang mempunyai jangka waktu pembayaran lebih dari satu tahun. Utang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar (Riyanto 2001:238). Jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang ini antara lain: 1).
Obligasi Obligasi merupakan surat pengakuan hutang berjangka panjang yang
dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah. (Martono 2007:36). Menurut Riyanto (2001:283), obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, untuk mana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan,
13
bahwa obligasi adalah surat tanda utang jangka panjang yang mempunyai nilai nominal tertentu. Jenis-jenis obligasi antara lain adalah (Riyanto 2001:239): a).
Obligasi biasa (Bonds)
Obligasi biasa adalah obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh keuntungan atau tidak. Biasanya kupon (bunga obligasi) dibayar dua kali setiap tahunnya. b).
Obligasi pendapatan (income bonds)
Income bonds adalah jenis obligasi dimana pembayaran bunga hanya dilakukan pada waktu debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tersebut mendapat keuntungan. Tetapi di sini kreditur memiliki hak kumulatif, artinya apabila pada suatu tahun perusahaan menderita kerugian sehingga tidak dibayarkan bunga, dan apabila ditahun kemudiannya perusahaan mendapat keuntungan, maka kreditur berhak untuk menuntut bunga dari tahun yang tidak dibayar itu. c).
Obligasi yang dapat ditukarkan (convertible bonds)
Convertible bonds adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka jenis obligasi ini memungkinkan pemegangnya untuk mengubah statusnya, yaitu dari kreditur menjadi pemilik.
14
2).
Utang hipotik (Mortgage) Utang hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang
(kreditur) diberi hak hipotik tentang suatu barang tidak bergerak, agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya (Riyanto 2001:239). Sedangkan menurut Husnan (2007:374), hipotik adalah bentuk utang jangka panjang dengan agunan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa utang hipotik adalah utang jangka panjang kepada pihak lain yang disertai barang jaminan berupa aktiva tetap berwujud. 2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Menurut Brigham dan Houston (2006:42), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan antara lain: a.
Stabilitas penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap lebih tinggi dibandingkan drengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
b.
Struktur aktiva. Perusahaan yang struktur aktivanya cocok untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang.
c.
Leverage keuangan. Jika hal-hal lain tetap sama perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena akan mempunyai risiko bisinis yang lebih kecil.
15
d.
Tingkat pertumbuhan. Perusahaan yang tumbuh dengan pesat, akan membutuhkan sumber dana dari modal ekstern lebih besar.
e.
Profitabilitas. Perusahaan yang mempunyai tingkat pengembalian tinggi atas
investasi,
menggunakan
utang
yang
relatif
kecil.
Tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. f.
Pajak. Bunga merupakan biaya yang yang dapat mengurangi pajak perusahaan. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, maka semakin besar daya tarik penggunaan utang.
g.
Pengendalian. Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen bisa mempengaruhi struktur modal perusahaan.
h.
Sikap Manajemen. Sikap manajemen akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.
i.
Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat. Sikap pemberi pinjaman dan pemberi peringkat sringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Misalkan suatu perusahaan akan terkena penurunan peringkat obligasinya jika perusahaan tersebut menerbitkan lebih banyak obligasi. Hal ini mempengaruhi keputusan perusahaan untuk membiayai perluasan usaha dengan saham biasa.
j.
Kondisi pasar. Kondisi pasar modal sering mengalami perubahan dalam menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan pasar modal tersebut.
16
k.
Kondisi internal perusahaan. Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah sehingga tidak menarik bagi investor, maka perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang daripada mengeluarkan saham.
l.
Fleksibilitas Keuangan. Seorang manajer pendanaan yang pintar adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung operasi. Sedangkan menurut Riyanto (2001:297) struktur modal perusahaan
dipengaruhi oleh faktor-faktor utama : a.
Tingkat Bunga Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku saat itu.
b.
Stabilitas Earning Stabilitas dan besarnya earning
yang diperoleh perusahaan akan
menentukan apakah perusahaan tersebut dibenarkan untuk menarik modal dengan beban tetap atau tidak. c.
Susunan dari aktiva Kebanyakan perusahaan industri di mana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam bentuk aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya hanya pelengkap.
17
d.
Kadar resiko dari aktiva Makin lama modal harus diikatkan, makin tinggi derajat resikonya, makin mendesak keperluan akan pembelanjaan seluruhnya atau sebagian besar dengan modal sendiri.
e.
Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi dari satu sumber maka tidak perlu mencari sumber lain.
f.
Keadaan pasar modal Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan. Berhubungan dengan hal teresebut maka dalam rangka usaha mengeluarkan suatu sekuritas haruslah menyesuaikan dengan keadaan pasar modal.
g.
Sifat pasar modal Seorang manajer yang optimis dan risk seeker akan lebih berani untuk membiayai perusahaan dari hutang. Demikian juga sebaliknya untuk risk averter akan lebih suka pendanaan intern.
h.
Besarnya suatu perusahaan Perusahaan besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Menurut Hanafi (2008:345) beberapa pertimbangan dalam menentukan
struktur modal antara lain : a.
Stabilitas Penjualan Perusahaan yang mempunyai penjualan yang stabil, bisa menggunakan
utang yang semakin tinggi. Semakin stabil penjualan suatu perusahaan, semakin
18
mampu perusahaan tersebut menutup kewajiban-kewajibannya. Jika kondisi ekonomi memburuk, perusahaan dengan penjualan yang stabil mempunyai kemungkinan yang lebih tinggi untuk bisa menutup kewajibannya. b.
Tingkat Pertumbuhan Penjualan Perusahaan yang mempunyai tingkat penjualan yang tinggi akan lebih
menguntungkan jika memakai utang. c.
Struktur Aset Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang lebih besar (yang berusia
panjang), apalagi jika digabung dengan tingkat permintaan produk yang stabil akan menggunakan utang yang besar. Perusahaan yang mempunyai aset lancar lebih banyak, yang nilainya akan tergantung dari profitabilitas perusahaan, akan menggunakan utang yang lebih sedikit. d.
Sikap Manajemen Manajemen yang konservatif akan menggunakan utang yang lebih sedikit,
dan sebaliknya. Pemegang saham yang ingin menjaga kendali atas perusahaan akan menggunakan utang yang lebih banyak. Sebaliknya, jika perusahaan tidak berkepentingan terhadap kendali perusahaan, akan cenderung menerbitkan saham baru. 2.2
Kerangka Berfikir