BAB II LANDASAN TEORI
A. DUKUNGAN SOSIAL 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992) dukungan sosial adalah : “Something that an individual person processes and which can be assessed by putting certain well-chosen questions to that particular person”. Definisi diatas menunjukkan bahwa dukungan sosial adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu yang hanya dapat dinilai dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang tepat kepada individu tersebut. Elzion (dalam Farhati & Rosyid, 1996), mengatakan bahwa dukungan sosial adalah hubungan antar pribadi yang didalamnya terdapat satu atau lebih ciri-ciri , antara lain : bantuan atau pertolongan dalam bentuk fisik, perhatian emosional, pemberian informasi dan pujian. Johnsosn & Johnson (dalam Farhati & Rosyid, 1996), mendefenisikan dukungan sosial sebagai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk dimintai bantuan, dorongan, dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan. Dukungan sosial didefinisikan oleh Gottlieb (dalam Kuntjoro, 2002) sebagai informasi verbal atau nonverbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa
15
Universitas Sumatera Utara
lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Sarason (dalam Kuntjoro, 2002). Berpendapat bahwa dukungan sosial mencakup 2 (dua) hal, yaitu : a. Jumlah atau sumber dukungan sosial yang tersedia : merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan. b. Tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima : berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi. Menurut Sarason (dalam Kuntjoro, 2002), dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Hal ini erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah sesuatu yang dimiliki individu yang hanya dapat dinilai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat kepada individu tersebut dan memberikan bantuan, dorongan, serta penerimaan apabila individu mengalami kesulitan. Bantuan atau pertolongan tersebut dapat berbentuk fisik, perhatian, emosional, pemberian informasi dan pujian.
16
Universitas Sumatera Utara
2. Dimensi-Dimensi Dukungan Sosial Orford (1992) mengatakan ada 5 (lima) dimensi dukungan sosial, yaitu : a. Dukungan instrumental Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau dukungan material. Menurut Jacobson (dalam Orford, 1992) dukungan ini mengacu pada penyediaan benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis. Wills (dalam Orford, 1992) menyatakan bahwa dukungan ini meliputi aktivitas-aktivitas seperti penyediaan benda-benda, misalnya alat-alat kerja, buku-buku, meminjamkan atau memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis. b. Dukungan informasional Dukungan informasional adalah dukungan berupa pemberian informasi yang dibutuhkan oleh individu. Douse (dalam Orford, 1992) membagi dukungan ini ke dalam 2 (dua) bentuk. Pertama, pemberian informasi atau pengajaran suatu keahlian yang dapat memberi solusi pada suatu masalah. Kedua adalah appraisal support, yaitu pemberian informasi yang dapat mebantu individu dalam mengevaluasi performance pribadinya. Wills (dalam Orford, 1992) menambahkan dukungan ini dapat berupa pemberian informasi, nasehat, dan bimbingan. c. Dukungan penghargaan Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Menurut Cohent & Wils (dalam Orford, 1992), dukungan ini dapat berupa pemberian informasi kepada seseorang bahwa dia dihargai dan diterima, dimana harga diri seseorang dapat
17
Universitas Sumatera Utara
ditingkatkan dengan mengkomunikasikan kepadanya bahwa ia bernilai dan diterima meskipun tidak luput dari kesalahan. d. Dukungan emosi Dukungan emosi adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi. Menurut Tolsdorf & Wills (dalam Orford, 1992), tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta, kasih, dan emosi. Leavy (dalam Orford, 1992) menyatakan dukungan sosial sebagai perilaku yang memberi perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa dia dikagumi, dihargai, dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia memberi perhatian dan rasa aman. e. Dukungan integrasi sosial Dukungan integrasi sosial adalah perasaan individu sebagai bagian dari kelompok. Menurut Cohen & Wills (dalam Orford, 1992), dukungan ini dapat berupa menghabiskan waktu bersama-sama dalam aktivitas, rekreasional di waktu senggang. Dukungan ini dapat mengurangi stress dengan memenuhi kebutuhan afiliasi dan kontak dengan orang lain membantu mengalihkan perhatian seseorang dari masalah yang mengganggu serta memfasilitasi suatu suasana hati yang positif. Menurut Barren & Ainlay (dalam Orford, 1992), dukungan ini dapat meliputi membuat lelucon, membicarakan minat, melakukan kegiatan yang mendatangkan kesenangan.
18
Universitas Sumatera Utara
3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial Menurut Rook & Dooley (dalam Kuntjoro, 2002), ada 2 (dua) sumber dukungan sosial, yaitu : a. Sumber artifisial Sumber artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam. b. Sumber natural Sumber natural adalah dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi seseorang dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat), teman dekat/relasi.
B. KELUARGA INTI 1. Definisi Keluarga Inti Menurut Gunarsa (1995), keluarga adalah kelompok sosial yang bersifat abadi, dikukuhkan dalam hubungan nikah yang memberikan pengaruh keturunan dan lingkungan sebagai dimensi penting yang lain bagi anak. Keluarga adalah tempat
yang
penting
dimana
anak
memperoleh
dasar
dalam
bentuk
kemampuannya agar kelak menjadi orang yang berhasil di mata masyarakat. Keluarga inti (keluarga batih) merupakan unti terkecil dalam masyarakat yang mempunyai fungsi-fungsi terentu, keluarga inti lazimnya terdiri dari suami/ayah, istri/ibu, dan anak-anak yang belum menikah (Soekanto, 1990). Sedangkan menurut Haviland (1993), keluarga inti (nuclear family) adalah unit dasar yang terdiri atas ibu, ayah, dan anak yang belum berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan
19
Universitas Sumatera Utara
apa yang dikemukakan oleh Sarwono (2001), bahwa keluarga merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, sejak ia lahir sampai datang masanya meninggalkan rumah dan membentuk keluarga sendiri, dan menurut Khairuddin (1997), keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi
yang lebih bersifat
hubungan interpersonal, dimana masing-masing anggota dalam keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain, antara ayah, ibu, dan anak, maupun anak-dengan anak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga inti adalah unti terkecil dalam masyarakat yang dikukuhkan dalam hubungan nikah yang terdiri dari suami/ayah, istri/ibu, dan anak-anak yang belum berdiri sendiri.
2. Fungsi Keluarga Inti Fungsi keluarga menurut Gunarsa (1995) adalah : a. Mendapatkan keturunan dan membesarkan anak b. Memberikan afeksi/kasih sayang, dukungan, dan keakraban c. Mengembangkan kepribadian d. Mengatur pembagian tugas, menanamkan kewajiban, hak, dan tanggung jawab e. Mengajarkan dan meneruskan adat istiadat, kebudayaan, agama, dan sistem moral pada anak. Sejalan dengan fungsi keluarga yang telah dikemukakan sebelumnya, Soekanto (1990) mengemukakan bahwa keluarga inti (keluarga batih) merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai fungsi-fungsi pokok, yaitu :
20
Universitas Sumatera Utara
a. Sebagai wadah berlangsung sosial primer, yakni dimana anak-anak dididik untuk memahami dan menganuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. b. Sebagai unit yang mengatur hubungan seksual c. Sebagai unit sosial-ekonomis yang membentuk dasar kehidupan sosialekonomis bagi anak-anak. d. Sebagai wadah tempat berlindung, supaya kehidupan berlangsung secara tertib dan tentram, sehingga manusia hidup di dalam kedamaian. Selanjutnya Gunarsa (1995) mengemukakan bahwa syarat utama bagi kelancaran terlaksananya fungsi keluarga adalah terciptanya suasana keluarga yang baik. Suasana keluarga dimana setiap anak bisa mengembangkan dirinya dengan bantuan orangtua dan saudara-saudaranya.
C. SIKAP 1. Definisi Sikap Thurstone (dalam Mueller, 1992) menyatakan bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afek, baik itu positif maupun negatif dalam hubungannya dengan obyekobyek psikologis. Lebih khusus lagi, suatu sikap ke arah suatu objek adalah fungsi sedemikian rupa bahwa objek itu diartikan untuk memberi kemudahan pencapaian nilai-nilai penting. Sedangkan menurut Petty dan Cacioppo (dalam Hogg, 2002), sikap merupakan evalusi umum terhadap orang (termasuk diri sendiri), objek ataupun isu. Azwar (1995) mengemukakan bahwa nilai (value) dan opini (opinion) atau pendapat sangat erat berkaitan dengan sikap, bahkan kedua konsep tersebut seringkali digunakan dalam defenisi-defenisi mengenai sikap, sedangkan
21
Universitas Sumatera Utara
Bogardus
(dalam
Azwar,1995),
mengatakan
bahwa
sikap
itu
adalah
kecenderungan berperilaku. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu perasaan atau penilaian (evaluasi) tentang orang (termasuk diri sendiri), objek, atau isu dan merupakan kecenderungan berperilaku dalam suatu tingkatan afek, baik itu positif maupun negatif.
2. Komponen Sikap Pada hakekatnya, sikap merupakan suatu interaksi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Azwar, 1995) ada tiga, yaitu: a. Komponen kognitif Komponen kognitif adalah komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut. b. Komponen afektif Komponen afektif adalah komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilainilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya. c. Komponen konatif Komponen konatif adalah kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
22
Universitas Sumatera Utara
3. Karakteristik Sikap Menurut Brigham (dalam Azwar, 1995), ada beberapa ciri sifat (karakteristik) dasar dari sikap, yaitu: a. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku b. Sikap ditunjukkan mengarah kepada obyek psikologis atau kategori, dalam hal ini
skema
yang
dimiliki
orang
menentukan
bagaimana
mereka
mengkategorisasikan target objek dimana sikap diarahkan c. Sikap dipelajari d. Sikap mempengaruhi perilaku. Mengukuhi suatu sikap yang mengarah pada suatu obyek memberikan satu alasan untuk berperilaku mengarah pada obyek itu dengan suatu cara tertentu.
4. Pembentukan Dan Perubahan Sikap Middlebrook (dalam Azwar (1995), mengatakan bahwa ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu : a. Pengalaman pribadi Middlebrook (dalam Azwar, 1995) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk
23
Universitas Sumatera Utara
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam stimulus yang melibatkan faktor emosional. b. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. c. Orang lain yang dianggap penting Seseorang yang kita anggap penting (significant others) akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orangtua, teman sebaya, guru, teman kerja, suami atau istri. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Sikap orangtua dan sikap anak cenderung untuk selalu sama sepanjang hidup. d. Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Apabila terdapat suatu hal yang kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau yang diperoleh dari lembaga pendidikan
24
Universitas Sumatera Utara
atau dari agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap. e. Media massa Media massa sebagai alat komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhdap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah dan sikap tertentu. f. Faktor emosi dalam diri individu Tidak sama bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Terkadang sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
5. Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap Early-Maturation Menurut Sarigiani & Pettersen, remaja puber perempuan yang mengalami early maturation cenderung memiliki sikap negatif terhadap early-maturation. Early-maturation ditandai dengan munculnya ciri-ciri seksual sekunder, yang mengarahkan bentuk tubuh layaknya orang dewasa. Sikap negatif remaja puber perempuan terhadap early-maturation muncul dari penilaian terhadap pengalaman langsung yang mereka terima ketika mereka melihat tubuh mereka menyerupai bentuk tubuh wanita dewasa. Mereka menganggap bahwa mereka sama seperti
25
Universitas Sumatera Utara
orang dewasa dan membentuk kecenderungan berperilaku layaknya orang dewasa tanpa diikuti kematangan cara berpikir dan kematang sosial yang sudah dimiliki orang dewasa umumnya (dalam Santrock, 2002). Kecenderungan berperilaku mengikuti orang dewasa pada umunya seperti berpacaran, merokok, bermabukan, dan sering pulang malam (Zulkarnain, 2007). Early-maturation menghambat remaja puber perempuan yang mengarahkan mereka untuk berhubungan dengan remaja yang lebih tua yang mendorong mereka untuk memiliki kecenderungan berperilaku mengikuti orang dewasa seperti bermabukan, merokok, dan seks (Kail & Cavanaugh, 2000), sedangkan menurut Elder (dalam Papalia & Olds, 2001), remaja puber perempuan yang mengalami early-maturation biasanya cenderung kurang percaya diri, kurang popular diantara teman-temannya, cenderung memiliki masalah berperilaku, dan cenderung depresi. Remaja puber perempuan yang mengalami early-maturation secara psikologis memang sering terganggu dengan perubahan-perubahan kelenjar, besarnya, dan posisi organ-organ internal yang dialaminya. Perubahan sosial juga memiliki pengaruh yang lebih besar pada penyikapan negatif remaja puber perempuan terhadap early-maturation dibandingkan dengan perubahan-perubahan kelenjar yang terjadi karena ketika memasuki masa pubertas mereka menjadi sangat tidak percaya diri dan sangat bergantung kepada lingkungannya terutama keluarga intinya untuk memperoleh rasa aman. Remaja puber perempuan sangat memerlukan simpati dan pengertian dari orang-orang sekitarnya dalam bentuk dukungan sosial untuk melalui berbagai tugas perkembangan yang dialaminya. Semakin rendah simpati dan pengertian yang diterima remaja puber perempuan
26
Universitas Sumatera Utara
dari keluarga inti, maka akan semakin negatif sikap yang ditunjukkan terhadap early-maturation yang dialaminya (Hurlock, 1999). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation adalah kecenderungan berperilaku negatif seperti merokok, bermabukan, berpacaran, seks, sering pulang malam, kurang percaya diri, kurang popular diantara teman-temannya, memiliki masalah berperilaku, dan depresi ketika dukungan sosial yang diterima dari keluarga intinya adalah rendah.
D. REMAJA PUBER PEREMPUAN 1. Definisi Remaja Puber Perempuan Menurut Hurlock (1999), masa puber merupakan suatu tahap dalam perkembangan di mana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Pada anak perempuan, pubertas biasanya ditandai dengan terjadinya menarche (menstruasi pertama). Periode pubertas pada anak perempuan biasanya terjadi pada usia 11-15 tahun. Sedangkan menurut Sarlito (1999), tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional. Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai suku, adat, dan tingkatan sosial ekonomi, maupun pendidikan. Sebagai pedoman umum remaja di Indonesia, dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun, dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).
27
Universitas Sumatera Utara
b. Usia 11 tahun dianggap oleh masyarakat Indonesia sebagai masa akil balig, baik menurut adat maupun agama, sehingga mereka tidak diperlakukan sebagai anak-anak (kriteria sosial). c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas (ego identity), tercapainya fase genital dari perkembangan kognitif maupun moral. d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberikan peluang
bagi
mereka
kriteria
sampai
pada
usia
tersebut
masih
menggantungkan diri pada orang lain, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara tradisi). e. Status perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Seorang kriteria sudah menikah di usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja puber perempuan adalah masa dimana anak perempuan mengalami kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi yang ditandai dengan menarche pada usia 11-15 tahun. Remaja puber perempuan yang mengalami menarche sebelum usia 11 tahun termasuk dalam golongan early-maturer, sedangkan yang mengalami menarche setelah usia 15 tahun termasuk dalam golongan latematurer.
2. Ciri-Ciri Remaja Puber Perempuan Menurut Hurlock (1999) adalah sebagai berikut : a. Masa remaja puber adalah periode tumpang tindih
28
Universitas Sumatera Utara
Masa puber harus dianggap sebagai periode tumpang tindih karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Sampai anak matang secara seksual, ia dikenal sebagai ”anak puber”. Setelah matang secara seksual anak dikenal sebagai ”remaja” atau ”remaja muda”. b. Masa remaja puber adalah periode yang singkat Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh, masa puber relatif merupakan periode yang singkat, sekitar dua sampai empat tahun. Anak masa puber selama dua tahun atau kurang dianggap
sebagai
anak
yang
”early-maturation”,
sedangkan
yang
memerlukan tiga sampai empat tahun untuk menyelesaikan peralihan menjadi dewasa dianggap sebgai anak yang ”late-maturation”. Sebagai kelompok, anak perempuan cenderung lebih sering mengalami early-maturation dibandingkan kelompok anak laki-laki. c. Masa Remaja puber dibagi dalam tahap-tahap Meskipun masa puber
relatif singkat dalam rentang kehidupan, namun
biasanya dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap prapuber, tahap puber, dan tahap pascapuber. d. Masa remaja puber merupakan fase negatif Terdapat bukti bahwa sikap dan perilaku negatif merupakan ciri dari bagian awal masa puber dan yang terburuk dari fase negatif ini akan berakhir bila individu secara seksual menjadi matang. Perilaku khas dari “fase negatif” masa puber lebih menonjol pada anak perempuan daripada anak laki-laki. e. Masa remaja puber merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat
29
Universitas Sumatera Utara
Masa puber atau pubertas adalah salah satu dari dua periode dalam rentang kehidupan yang ditandai oleh pertumbuhan yang pesat dan perubahan yang mencolok dalam proporsi tubuh. Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa puber pada umumnya disebut sebagai “remaja tumbuh pesat”. Lebih tepat lagi, ini adalah “pubertas tumbuh pesat” karena agak mendahului atau terjadi bersamaan dengan perubahan-perubahan masa puber lainnya. Tumbuh pesat ini berlangsung satu atau dua tahun sebelum anak secara seksual menjadi matang dan berlangsung terus selama enam bulan sampai setahun kemudian. Jadi seluruh periode tumbuh pesat berlangsung hampir selama tiga tahun.
3. Ciri-Ciri Seks Sekunder Yang Penting Pada Remaja Puber Perempuan Menurut Hurlock (1999) adalah sebagai berikut : a. Pinggul Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit. b. Payudara Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara juga berkembang. Putting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. c. Rambut Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua
30
Universitas Sumatera Utara
rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, dan lebih gelap, dan agak keriting. d. Kulit Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, dan lobang pori-pori bertambah besar. e. Kelenjar Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid. f. Otot Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai kaki. g. Suara Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.
4. Akibat Perubahan Masa Puber Perempuan Pada Sikap Dan Perilaku Menurut Hurlock (1999) adalah sebagai berikut : a. Ingin menyendiri Kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja puber perempuan biasanya menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga, dan sering bertengkar dengan teman-teman dan anggota keluarga. Remaja puber perempuan kerap melamun betapa seringnya ia tidak dimengerti dan
31
Universitas Sumatera Utara
diperlakukan dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan eksperimen seks melalui masturbasi. b. Bosan Remaja puber perempuan bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial, dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya, remaja puber perempuan sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya di berbagai bidang menurun. Remaja puber perempuan menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi khususnya karena sering timbul perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal. c. Inkoordinasi Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan, dan remaja puber perempuan akan merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap. d. Antagonisme sosial Remaja puber perempuan sering kali tidak mau bekerja sama, sering membantah dan menentang. Permusuhan terbuka antara dua seks yang berlainan
diungkapkan
dalam
kritik,
dan
komentar-komentar
yang
merendahkan. Dengan berlanjutnya masa puber, remaja tersebut kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain. e. Emosi yang meninggi Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber.
32
Universitas Sumatera Utara
Pada masa ini, remaja puber perempuan merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih, mudah marah dan suasanan hati yang negatif sangat sering terjadi selama masa prahaid dan awal periode haid. Dengan semakin matangnya keadaan fisik anak, ketegangan lambat laun berkurang dan sudah mulai mampu mengendalikan emosinya. f. Hilangnya kepercayaan diri Remaja puber perempuan yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang perdiri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun dan karena kritik yang bertubi-tubi datang dari orangtua dan teman-temannya. Banyak remaja puber perempuan setelah masa puber menjadi rendah diri. g. Terlalu sederhana Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan remaja puber perempuan menjadi sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang-orang lain akan memperhatikan perubahan yang dialaminya dan memberi komentar yang buruk.
E. EARLY-MATURATION 1. Definisi Early-Maturation Pada Perempuan Early-maturation adalah suatu proses kematangan yang berlangsung lebih cepat dari biasanya (Hurlock, 1999). Kematangan ini merupakan suatu proses dinamis secara biologis yang ditandai dengan adanya perubahan yang kelihatan di dalam proporsi tinggi badan, komposisi badan, dan pertumbuhan ciri-ciri seksual sekunder yang memuncak pada transisi dari pre-productive kepada tahap
33
Universitas Sumatera Utara
produktif sepanjang rentang kehidupan manusia ( Ellis, 2004). Haid pertama (menarche) sering digunakan sebagai kriteria maturation pada remaja puber perempuan (Hurlock, 1999). Sedangkan Stein (2005), mengatakan bahwa earlymaturation pada perempuan adalah menarche yang dialami sebelum mencapai usia 11 tahun. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa early-maturation adalah suatu proses kematangan secara biologis yang ditandai dengan menarche sebelum mencapai usia 11 tahun diikuti dengan perubahan dalam proporsi tinggi badan, komposisi badan, dan pertumbuhan ciri-ciri seks sekunder yang berlangsung lebih cepat dari biasanya.
2. Faktor-Faktor Pembentukan Early-Maturation Menurut Santrock (2002), ada beberapa faktor yang mendorong pembentukan early-maturation pada remaja, yaitu : a. Nutrisi b. Lingkungan c. Globalisasi d. Media Massa
F. PENGARUH DIKUNGAN SOSIAL KELUARGA INTI PADA SIKAP REMAJA PUBER PEREMPUAN TERHADAP EARLY-MATURATION Pada zaman globalisasi sekarang ini, banyak faktor yang mendukung anakanak perempuan sekarang mangalami early-maturation, seperti, nutrisi, lingkungan, globalisasi, dan media massa (Santrock, 2002)
34
Universitas Sumatera Utara
Early-maturation yang dialami oleh remaja puber perempuan pada masa sekarang ini sering menjadi sorotan masyarakat. Hal ini disebabkan sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation yang cenderung negatif, seperti, kurang percaya diri, kurang popular diantara teman-temannya, cenderung memiliki masalah berperilaku, dan cenderung depresi (Elder, dalam Papalia & Olds, 2001). Sedangkan menurut Kail & Cavanaugh (2000), penyikapan remaja puber perempuan terhadap early-maturation seperti, bermabukan, merokok, dan seks. Penyikapan yang negatif dari remaja puber perempuan terhadap earlymaturation disebabkan karena kematangan fisik yang cepat dari tubuh mereka secara psikologis menuntut mereka ingin berpenampilan layaknya orang dewasa tanpa diikuti dengan kematangan mental dan sosial yang cukup (Sarigiani & Pettersen dalam Santrock, 2002). Remaja puber perempuan yang mengalami early-maturation secara psikologis memang sering terganggu dengan perubahanperubahan kelenjar, besarnya, dan posisi organ-organ internal yang dialaminya. Perubahan sosial juga memiliki pengaruh yang lebih besar pada penyikapan negatif remaja puber perempuan terhadap early-maturation dibandingkan dengan perubahan-perubahan kelenjar yang terjadi. Semakin sedikit simpati dan pengertian yang diterima remaja puber perempuan dari keluarga inti, maka akan semakin negatif sikap yang ditunjukkan terhadap early-maturation yang dialaminya (Hurlock, 1999). Menurut Maharani dan Andayani (2003), remaja puber perempuan membutuhkan bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari keluarganya untuk menghadapi segala permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan proses
35
Universitas Sumatera Utara
kematangan yang dialami remaja puber perempuan sekarang ini, sehingga remaja puber perempuan dapat melalui dan menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dengan wajar. Bantuan, bimbingan, dan pengarahan merupakan ciri-ciri dari dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan sesuatu yang dimiliki oleh individu yang hanya dapat dinilai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat kepada inividu tersebut. Dukungan sosial juga bisa diberi dalam bentuk pemberian materi, pemberian informasi, pemberian penghargaan, pemberian semangat, cinta, dan kasih sayang, serta pemberian perilaku atau kegiatan yang menyenangkan, seperti rekreasi (Orford, 1992). Keluarga inti sebagai wadah dimana anak-anak dididik untuk memahami dan menganuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat sangat memegang peran penting dalam memberikan bimbingan ataupun perhatian pada setiap tugas perkembangan yang dialami remaja puber perempuan. Bimbingan atau perhatian dalam bentuk dukungan sosial dapat ditunjukkan melalui pemberian informasi atau pengetahuan yang penting berkaitan dengan earlymaturation, melalui penyediaan sarana dan prasarana bagi kebutuhan anak, dan pernyataan-pernyataan positif mengenai kondisi remaja puber perempuan ketika mereka melalui early-maturation (Soekanto, 1990). Sikap yang ditunjukkan remaja puber perempuan terhadap early-maturation tergantung dari perubahan sosial yang ada disekitarnya (Hurlock, 1999). Sikap itu sendiri menurut Middlebrook (dalam Azwar, 1995), bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya
36
Universitas Sumatera Utara
sehingga sikap bersifat dinamis. Beliau juga mengatakan bahwa kehadiran orang lain yang dianggap penting juga bisa mempengaruhi sikap. Kehadiran keluarga inti merupakan hal terpenting bagi perkembangan diri anak, terutama ketika mereka sedang menginjak masa pubertas. Remaja puber perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri ketika mengalami masa pubertas dan bergantung kepada keluarga inti untuk memperoleh rasa aman. Remaja puber perempuan pada umumnya memerlukan bimbingan dan bantuan dalam menguasai tugas perkembangan early-maturation (Hurlock, 1999). Bimbingan dan bantuan tersebut dapat diperoleh dalam bentuk dukungan sosial yang tinggi dari keluarga intinya. Dukungan sosial keluarga inti besar pengaruhnya dalam membentuk sikap dan perilaku yang ditunjukkan remaja puber perempuan (Soekanto, 1990). Berdasarkan uraian dari berbagai teori para ahli yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial keluarga inti sangat berperan penting dalam membentuk sikap remaja puber perempuan terhadap earlymaturation. Semakin tinggi dukungan sosial keluarga inti yang diterima remaja puber perempuan, maka akan semakin positif sikap yang ditunjukkan remaja puber perempuan terhadap early-maturation.
G. HIPOTESA Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif dukungan sosial keluarga inti pada sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation.
37
Universitas Sumatera Utara