BAB II LANDASAN TEORI
A. Fluktuasi 1. Pengertian fluktuasi Pengertian fluktuasi menurut Pass dan Lowes (2004 : 241) adalah: Suatu mekanisme untuk mengkoordinasi nilai tukar mata uang Negara-negara yang meliputi nilai mata uang setiap Negara yang diukur dengan nilai mata uang Negara lain yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran mata uang di Pasar Valas. Nilai tukar mata uang Negara yang bersangkutan (Rupiah Indonesia) atas mata uang Negara lain (Dolar Amerika Serikat) tentunya mempunyai mekanisme tertentu ketika dilaporkan dalam laporan keuangan. Dalam FASB (Financial Accounting Standard Board) Statement No. 8, FASB menggunakan sejumlah pendekatan untuk menjabarkan laporan keuangan dalam mata uang asing ke dalam mata uang Dolar AS, meliputi: a. Metode
lancar-tak
lancar
(current-noncurrent
method),
yang
mentranslasikan akun-akun lancar (current account) pada kurs sekarang, serta akun-akun tidak lancar (noncurrent account) pada kurs historis. b. Metode moneter-nonmoneter, yang mentranslasikan aktiva dan kewajiban moneter pada kurs sekarang (current exchange rate) serta aktiva dan kewajiban nonmoneter pada kurs historis.
1
c. Metode temporal, yang mentranslasikan aktiva dan kewajiban dengan nilai pada harga masa lalu, sekarang dan masa depan dengan cara sedemikian rupa sehingga prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan untuk menilainya tetap dipertahankan. Misalnya, akun kas, hutang dan piutang, serta aktiva dan kewajiban yang dinilai dengan harga sekarang atau masa depan ditranslasikan ke dalam kurs sekarang, dan aktiva serta kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu ditranslasikan pada kurs historis yang sesuai. d. Metode kurs sekarang, yang mentranslasikan seluruh aktiva dan kewajiban pada kurs sekarang.
2. Apresiasi Beberapa pengertian apresiasi adalah sebagai berikut: a. Menguatnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang tertentu lainnya. b. Kenaikan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang. 3. Depresiasi Beberapa pengertian depresiasi adalah sebagai berikut: a.
Penurunan nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
b. Melemahnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang tertentu lainnya, secara bertahap.
2
B. Kurs Valuta Asing 1. Pengertian kurs valuta asing Menurut SAK (2011 : 10.2), suatu transaksi dalam mata uang asing adalah:
“Suatu
transaksi
yang
didenominasi
atau
membutuhkan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing.” Sedangkan menurut Frederick, foreign currency transactions (transaksi mata uang asing) yaitu: “Transactions whose terms are stated in a currency other than the entity’s functional currency.”(Frederick, 2002 : 210). Jadi, transaksi dalam mata uang asing merupakan transaksi yang terjadi dalam mata uang yang berbeda, dan memerlukan penyelesaian juga dalam mata uang yang berbeda pula. Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan transaksi yang termasuk dalam transaksi mata uang asing. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, transaksi mata uang asing termasuk transaksi yang timbul ketika suatu badan usaha: a. Membeli
atau
menjual
barang
atau
jasa
yang
harganya
didenominasikan dalam suatu mata uang asing. b. Meminjam
(utang)
atau
meminjamkan
(piutang)
dana
yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing. c. Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana, atau d. Memperoleh atau melepas aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang didenominasi dalam suatu mata uang asing. (Standar Akuntansi Keuangan, 2011 : 10.2)
3
Kurs menunjukkan harga suatu mata uang jika dipertukarkan dengan mata uang lain. Sebagai contoh, nilai kurs Rp/USD sebesar 8.000, berarti bahwa untuk membeli 1 USD diperlukan Rp 8.000 (Yulianti dan Prasetyo, 1998). Penurunan kurs antara Rupiah dan USD (misalnya, dari Rp 8.000/USD menjadi Rp 9.000/USD) berarti Dolar menjadi lebih mahal dalam nilai Rupiah. Ini mencerminkan bahwa nilai Dolar naik karena jumlah Rupiah yang diperlukan untuk membeli Dolar meningkat. Dengan kata lain, Dolar mengalami apresiasi terhadap Rupiah. Dari sisi lain, Rupiah menjadi lebih murah dinilai dalam Dolar, artinya Rupiah mengalami depresiasi terhadap Dolar. Untuk menghindari kebingungan, harus diingat bahwa kurs antara mata uang domestik dan mata uang asing diartikan sebagai jumlah mata uang domestik yang diperlukan untuk membeli mata uang asing. Bila kurs meningkat berarti mata uang domestik mengalami depresiasi dan mata uang
asing
mengalami
apresiasi.
Sebaliknya
penurunan
kurs
mencerminkan terjadinya apresiasi mata uang domestik dan depresiasi mata uang asing (Kuncoro, 1996). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs valuta asing Menurut Sadono Sukirno (2002 : 362), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tukar, yaitu : a. Perubahan dalam cita rasa masyarakat Perubahan ini akan mempengaruhi permintaan. Apabila penduduk suatu negara semakin lebih menyukai barang-barang dari satu negara
4
lain, maka permintaan ke atas mata uang negara lain tersebut bertambah. Maka perubahan seperti itu mempunyai kecenderungan untuk menaikkan nilai mata uang negara lain tersebut. b. Perubahan harga dari barang-barang ekspor Apabila harga barang-barang ekspor mengalami perubahan maka perubahan ini akan mempengaruhi permintaan ke atas barang ekspor itu. Perubahan ini selanjutnya akan mempengaruhi kurs valuta asing. Kenaikan harga barang-barang ekspor akan mengurangi permintaan ke atas barang tersebut di luar negeri. Maka kenaikan tersebut akan mengurangi penawaran mata uang asing. Kekurangan penawaran ini akan menjatuhkan nilai uang dari negara yang mengalami kenaikan dalam harga-harga barang ekspornya. c. Kenaikan harga-harga umum (Inflasi) Berlakunya keadaan demikian di suatu negara dapat menurunkan nilai mata uangnya. Di satu pihak kenaikan harga-harga itu akan menyebabkan penduduk negara itu semakin banyak mengimpor dari negara lain. Oleh karenanya permintaan ke atas valuta asing bertambah. Di lain pihak ekspor negara itu bertambah mahal dan ini akan mengurangi permintaannya dan selanjutnya akan menurunkan penawaran valuta asing.
5
d. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi Di samping dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran ke atas barang-barang yang diperdagangkan di antara berbagai negara, kurs valuta asing dipengaruhi pula oleh aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat mempengaruhi jumlah serta arah aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat pendapatan investasi yang lebih menarik akan mendorong pemasukan modal ke negara tersebut. Penawaran valuta asing yang bertambah ini akan meninggikan nilai mata uang negara yang menerima modal tersebut. e. Perkembangan ekonomi Bentuk dari pengaruh perkembangan ekonomi pada kurs valuta asing tergantung kepada corak dari perkembangan ekonomi itu. Apabila ia terutama disebabkan oleh perkembangan sektor ekspor, penawaran ke atas mata uang asing tersebut terus menerus bertambah. Dalam keadaan seperti ini, perkembangan ekonomi akan meninggikan nilai mata uang. Tetapi apabila sumber perkembangan itu adalah dari perluasan kegiatan ekonomi di luar sektor ekspor, perkembangan itu berkecenderungan akan menurunkan nilai mata uang asing. Akibat yang demikian akan timbul karena pendapatan yang bertambah akan menaikkan impor. Kenaikan impor ini akan menaikkan permintaan ke atas valuta asing.
6
3. Fungsi pasar valuta asing Dalam rangka memperlancar pembayaran internasional, pasar valuta asing mempunyai fungsi yang amat penting. Fungsi pasar valuta asing antara lain: a. memperlancar terjadinya kegiatan ekspor dan impor b. memperlancar penukaran valuta asing c. memperlancar pemindahan dana dari suatu Negara ke Negara lainnya d. memberikan tempat para pedagang valuta asing untuk melakukan spekulasi. Nopirin (1999 : 139-140) menyebutkan beberapa fungsi pokok pasar valuta asing dalam membantu kelancaran lalu-lintas pembayaran internasional yaitu: a. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dana ini dapat dilakukan dengan sistem clearing seperti halnya yang dilakukan oleh bank-bank serta pedagang. b. Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu segeradiselesaikan pembayaran atau penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian atau kontrak jual beli dengan kredit. c. Memungkinkan dilakukannya hedging. Seorang pedagang melakukan hedging apabila dia pada saat yang sama melakukan transaksi jual beli
7
valuta asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs. 4. Sistem kurs valuta asing Pada setiap negara terdapat suatu sistem kurs valuta asing yang ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah masing-masing negara tersebut. Menurut Floyd A. Beam : “… consider exchange rate behavior under three different kinds of exchange systems: floating, fixed, and controlled.” (Floyd A. Beam, 2003 : 390-391). Pendapat di atas menyatakan bahwa terdapat tiga sistem kurs valuta asing yang dipakai suatu negara, yaitu: a. Sistem kurs bebas Dalam sistem ini tidak ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan nilai kurs. Nilai tukar kurs ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap valuta asing. b. Sistem kurs tetap Dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan turut campur secara aktif dalam pasar valuta asing dengan membeli atau menjual valuta asing jika nilainya menyimpang dari standar yang telah ditentukan. c. Sistem kurs terkontrol/terkendali Dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan mempunyai kekuasaan eksklusif dalam menentukan alokasi dari penggunaan valuta asing yang tersedia.
8
Warga negara tidak bebas untuk campur tangan dalam transaksi valuta asing. Capital inflows dan ekspor barang-barang menyebabkan tersedianya valuta asing.
C. Saham 1. Pengertian saham Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Tjiptono dan Hendy, 2001: 5). 2. Jenis-jenis saham 1) Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim: 1) Saham biasa (Common stock) Saham biasa mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.
9
2) Saham preferen (Preferred stock) Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan membayar deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. 2) Ditinjau dari cara peralihannya 1) Saham atas unjuk (Bearer stock) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. 2) Saham atas nama (Registered stock) Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
10
3) Ditinjau dari kinerja perdagangan 1) Blue–Chip Stock Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2) Income Stock Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi. 3) Growth Stock a) Well-Known, adalah saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. b) Lesser-Known, adalah saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.
11
4) Speculative Stock Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5) Counter Cyclical Stocks Saham ini tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. 3. Keuntungan dan resiko penerbitan saham a. Keuntungan penerbitan saham 1) Capital gain, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham berupa kelebihan nilai jual dari nilai beli saham. Misalnya sewaktu membeli nilainya Rp 2.000,- per saham dan kemudian dijual dengan harga Rp 2.500,- Jadi selisih yang sebesar Rp 500,- ini disebut capital gain. 2) Deviden, yaitu keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Biasanya tidak seluruh keuntungan perusahaan dibagikan kepada pemegang saham, tetapi ada bagian yang ditanam kembali. Besarnya dividen yang kita terima ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan tersebut. Namun yang perlu dicatat adalah bahwa perusahaan tidak selalu membagikan dividen kepada para pemegang saham tetapi tergantung kepada kondisi
12
perusahaan itu sendiri (khususnya berkaitan dengan keuntungan yang diraih). Artinya jika perusahaan mengalami kerugian tentu saja dividen tidak akan dibagikan pada tahun berjalan tersebut. b. Resiko penerbitan saham 1) Capital
loss,
merupakan
kebalikan
dari
capital
gain,
yaitu
suatu kondisi dimana kita menjual yang kita miliki di bawah harga belinya. Misalnya saham PT. ABC kita beli dengan harga Rp 2.000,per saham, kemudian harga saham tersebut mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus menurun, maka kita kemudian menjual pada harga tersebut sehingga kita mengalami kerugian sebesar Rp 600 per saham. Itulah capital loss yang menimpa kita. 2) Resiko likuidasi, yaitu ketika perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas
terakhir
setelah
seluruh
kewajiban
perusahaan
dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh apa-apa. Ini merupakan resiko yang terberat dari seorang pemegang saham. Untuk itu seorang
13
pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan dari perusahaan yang sahamnya dimiliki.
D. Indeks Harga Saham 1. Pengertian indeks harga saham Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini; apakah sedang naik, stabil atau turun. Misal, jika di awal bulan nilai indeks 300 dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa secara ratarata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula. 2. Fungsi indeks harga saham Di Pasar Modal, sebuah indeks harga saham diharapkan memiliki 5 fungsi menurut Tjiptono dan Hendy (2001 : 95), yaitu: a. Sebagai indikator trend pasar b. Sebagai indikator tingkat keuntungan
14
c. Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif 3. Jenis-jenis indeks harga saham yang ada di BEI a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Perhitungannya menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks di mana satuan perubahan indeks dinyatakan dengan satuan poin. IHSG = (Jumlah saham tercatat x harga terakhir) / (Jumlah saham tercatat x harga perdana) x 100% b. Indeks Individual Indeks individual menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang sama dengan IHSG yaitu: (Harga pasar / Harga dasar) x 100% c. Indeks Harga Saham Sektoral Indeks ini mulai diberlakukan tanggal 2 januari 1996 dari BEI, indeks sektoral terdapat 9 sektor, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor: Sektor-sektor primer (ekslaratif) a) Pertanian b) Pertambangan
15
Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur) a) Industri dasar dan kimia b) Aneka Industri c) Industri barang konsumen Sektor-sektor tertier (jasa) a) Properti dan real estate b) Transportasi dan infrastruktur c) Keuangan d) Perdagangan, jasa dan investasi d. Indeks LQ45 Indeks LQ45 adalah jenis indeks yang terdiri dari 45 saham/emiten dengan likuiditas yang tinggi, yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria pemilihan saham. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Berikut adalah kriteria tertentu dan seleksi utama sebuah saham untuk masuk dalam LQ45: 1) Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar regular (rata–rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). 2) Ranking berdasarkan kapitalis pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). 3) Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan. 4) Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
16
e. Indeks Jakarta Islamic (JII) Merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh Bursa Efek Indonesia. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasikan syariatsyariat investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan syariah islam. Dalam indeks ini terdapat 30 saham pilihan yang telah memenuhi syarat menurut Syariah Islam, sebagai tolak ukur saham-saham yang dihalalkan dalam melakukan jual-beli saham. E. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu Bursa Efek Jakarta (BEJ)). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. Posisi tertinggi yang pernah dicapai IHSG adalah 4.193,44 poin yang tercatat pada 01 Agustus 2011. Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang
17
berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEI pada hari tersebut. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut: IHSG = (Jumlah saham tercatat x harga terakhir) / (Jumlah saham tercatat x harga perdana) x 100% Perhitungan indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue), partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock split, dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang. Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal
ini
dapat
dilakukan
setelah
sistem
perdagangan
otomasi
diimplementasikan dengan baik.
18
F. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang berhubungan dengan fluktuasi nilai tukar Rupiah pernah dilakukan pada tahun 2002. Kristanto Bustami dari Institut Teknologi
Bandung meneliti tentang “Analisa pengaruh fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap return saham perbankan, studi di Bursa Efek Jakarta”. Pada tahun 2007, Nadia Ardikani dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember meneliti tentang “Analisa resiko fluktuasi nilai tukar terhadap kinerja finansial proyek dan penetapan nilai hedging yang optimum”. Kemudian pada tahun 2008, Sri Kiki Sundari dari Universitas Sumatera Utara meneliti tentang “Analisa pengaruh fluktuasi nilai tukar Rupiah atas Dolar Amerika Serikat terhadap neraca perdagangan Sumatera Utara ” Penelitian yang berhubungan dengan fluktuasi nilai tukar Rupiah juga pernah dilakukan pada tahun 2010. Agus Budi Santosa dari Universitas
Stikubank Semarang meneliti tentang “Pengaruh fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap neraca transaksi berjalan”. Astuti dan Sherry dari Universitas Andalas meneliti tentang “Pengaruh fluktuasi nilai tukar Rupiah
terhadap
return
saham,
studi
empiris
pada
perusahaan
telekomunikasi yang terdaftar di BEI”. Dan terakhir Desyetti dkk, dari Universitas Stikubank Semarang meneliti tentang “Analisis Pengaruh fluktuasi nilai tukar Rupiah dan suku bunga SBI terhadap IHSG, studi kasus Pasar Modal Indonesia”
19