BAB II
LANDASAN TEORI
Bab landasan teori berisi teori-teori dasar dan pendukung yang melandasi
pembuatan alat, baik dasar dari pemilihan dan pengangkatan judul yang di
dasarkan dari studi literatur yang telah dilakukan, maupun landasan teori untuk
setiap permasalahan yang dijumpai selama proses pembuatan alat. 2.1 Studi Literatur
Sebelum melakukan perancangan, langkah pertama yang dilakukan adalah
mencari referensi alat serupa yang pernah dibuat sebelumnya. Berikut didapatkan dua alat serupa dengan spesifikasi yang berbeda. a. Simulasi Pengendali Suhu Sistem Pengeringan Gabah Penulis
: Cepi Sukmayara (04301065)
Prodi/ Jurusan : T. Elektronika/ T. Elektro Instansi
: Politeknik Negeri Bandung
Spesifikasi alat : 1. Sensor suhu yang digunakan LM35 2. Menggunakan ADC untuk pngolahan data dari sensor 3. Mikrokontroler yang digunakan AT89S51 4. Pengaturan suhu tetap, yaitu pada kisaran 45°C 5. Ruang pengeringan berupa bak 6. Pemanas berupa heater elektik dengan kendali ON/OFF 7. Tambahan user interface berupa LCD, lampu indikator, dan alarm b. Prototipe
Sistem
Pengering
Gabah
Padi
dalam
Lumbung
menggunakan Peralatan Listrik dan Kontrol Elektronika Penulis
: Nurul Chusaini ( 2207039023 ) Billy Praginanta ( 2207039029 )
Instansi
: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Spesifikasi alat : 1. Sensor suhu yang digunakan LM35 2. Ruang pengeringan berupa ruangan skala besar (lumbung padi)
5
3. Monitoring dan pengaturan melalui LCD dan tombol-tombol
4. Pemanas berupa heater elektrik yang diratakan oleh fan
5. Pengaturan heater menggunakan TRIAC Dari dua literatur yang dipelajari, maka alat yang dibuat pada proyek akhir
ini memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Sensor yang digunakan adalah
yang tersedia
sensor suhu dan kelembaban
SHT10
2. Menggunakan mikrokontroler Atmega 16 untuk sistem indikator
dan sensor, serta mikrokontroler Atmega 8 pada sistem kontrol putaran, pemanas, dan sirkulasi udara. 3. Pengaturan suhu dan kelembaban bisa memilih dua menu yang ditetapkan programmer, yaitu: a) Pengaturan standard, yaitu pengaturan nilai suhu dan kelembaban sudah ditetapkan pada 40°C untuk pengaturan temperatur, dan 55%RH untuk nilai persentase kelembaban b) Pengaturan custom,
yaitu pengaturan nilai suhu dan
kelembaban dapat ditentukan sesuai keinginan operator dengan batasan sebagai berikut: Nilai temperatur: 30°C ≤ T ≤ 45°C Nilai persentase kelembaban relatif: 50 ≥ %RH ≥ 65 Ruang pengering berupa tabung rotary, sehingga proses pengeringan gabah akan teraduk secara merata 2.2 Pengering Gabah Pada kamus besar bahasa Indonesia daring (dalam jaringan) disebutkan bahwa gabah adalah butir padi yang sudah lepas dari tangkainya (jerami) dan masih berkulit. Pelepasan gabah dari tangkainya dilakukan dengan cara pengirikan. Gabah yang dihasilkan dari proses pengirikan akan memiliki kandungan air sekitar 30% sehingga diperlukan pengeringan untuk menurunkan kadar air pada gabah. Gabah merupakan salah satu jenis biji-bijian (hydroscopic) yang berarti di udara ambien dapat mengeluarkan atau menyerap air dalam bentuk uap. Pada suhu tertentu, udara tidak dapat menyerap jumlah uap air yang tidak 6
terbatas. Udara dikatakan "jenuh" ketika tidak mampu menyerap uap air pada
suhu tertentu dan memiliki kelembaban relatif 100 persen. Kelembaban relatif
didefinisikan sebagai hubungan antara berat uap air yang terkandung dalam 1 kg udara dan berat uap air yang terkandung dalam 1 kg udara jenuh pada suhu tertentu, dan dinyatakan dalam persen.
Pada proses pengeringan bukan hanya kadar air yang perlu diperhatikan, tetapi ada beberapa parameter lain yang perlu diperhatikan, yaitu:
Keseragaman kadar air pada gabah;
Jumlah gabah yang patah dan rusak minimal; Daya tahan tinggi;
Nilai nutrisi tinggi;
Higienis; Proses pengeringan secara umum terbagi menjadi dua, yaitu pengeringan
alami dan pengeringan buatan. Pengeringan alami dilakukan dengan menjemur gabah dibawah terik matahari, sedangkan pengeringan buatan dilakukan menggunakan alat dengan sumber panas dari bahan bakar atau listrik. Pengeringan buatan maupun pengeringan secara alami dengan cara yang salah dapat merusak gabah, sehingga menimbulkan kerusakan antara lain: a. Case hardening terjadi karena suhu pengeringan langsung tinggi dan cepat, sehingga bagian luar sudah kering (terlalu kering) sementara bagian dalam masih basah b. Pengeringan terlalu cepat, terlalu lama atau suhunya terlalu tinggi dapat mengakibatkan keretakan sampai pecah. c. Apabila lapisan gabah yang dikeringkan terlalu tebal akan terjadi water front, misalnya pada pengering kotak tipe batch. Udara pengering (panas) dari bawah dapat menyebabkan lapisan bawah mengering lebih awal sehingga uap airnya mengalir ke atas sementara gabah bagian atasnya relatif lebih dingin sehingga terjadi kondensasi. Garis yang memisahkan lapisan basah dengan lapisan kering disebut water front. Esmay dan Soemangat (1973) membagi cara pengeringan secara umum ke dalam empat golongan menurut suhu udara pengeringnya, yaitu:
7
1. Cara pengeringan dengan suhu sangat rendah (ultra low temperature
drying system) 2. Cara pengeringan dengan suhu rendah (low temperature drying system)
3. Cara pengeringan dengan suhu tinggi (high temperature drying system) 4. Cara pengeringan dengan suhu sangat tinggi (ultra high temperature
drying system)
Beberapa ilmuan yang meneliti tentang nilai suhu saat pengeringan, diantaranya: 1. Menurut Khan (1964), pengeringan gabah yang digunakan untuk benih
pada suhu 43°C.
2. Menurut Esmay (1970) cara pengeringan dengan suhu 35°C – 45°C baik dan sesuai untuk diterapkan di daerah tropis dengan menggunakan alat pengering jenis bak sehingga mudah diterapkan di desa-desa atau pada organisasi petani di negara sedang berkembang. 3. Menurut Laforteza (1950), padi yang akan disimpan setelah panen akan aman dari kerusakan dengan pengeringan selama 6 – 12 jam, pada suhu pengeringan 43°C – 54°C, karena pada keadaan tersebut kandungan air akan tereduksi sampai mencapai 13 – 14 %. 4. Menurut
Catambay,
dkk.
(1960)
mengemukakan
bahwa
dengan
pengeringan akan menghasilkan gabah yang digiling berkualitas baik saat dilakukan pengeringan pada suhu 48°C – 60°C. 5. Menurut Lanuza (1967) bila semakin tinggi suhu pengeringan (sampai 60°C), maka semakin banyak jumlah air yang diuapkan dengan waktu pengeringan yang semakin cepat. Namun, konsekuensinya adalah penggunaan bahan bakar yang semakin banyak dengan semakin tinggi suhu yang digunakan. 2.2.1 Pengeringan Alami Pengeringan gabah alami dilakukan dengan cara menjemur gabah di bawah terik matahari dengan menyebar gabah pada lapisan tipis di geribik atau terpal pengering untuk menguapkan air yang terkandung pada gabah sehingga mendapatkan kadar air yang diinginkan. Cara penjemuran gabah dihamparkan setipis mungkin di atas lantai atau di atas anyaman bambu, namun untuk efisiensi dan mengurangi 8
pengaruh lantai yang terlalu panas maka tebal lapisan dianjurkan sekitar 5 - 7 cm.
Padi harus sering dibolak-balik secara merata minimal 2 jam sekali. Penjemuran
sebaiknya dilakukan di tempat yang bebas menerima sinar matahari, bebas banjir dan bebas dari gangguan unggas dan binatang pengganggu lainnya. Penjemuran biasanya dilakukan antara pukul 07.00 hingga 16.00 atau tergantung pada kondisi panas sinar
matahari. Proses pengeringan secara alami membutuhkan waktu sekitar 3 - 4 hari untuk musim kemarau dan bisa lebih lama saat musim hujan.
Kekurangan dari proses pengeringan secara alami adalah:
b. Sangat bergantung pada cuaca
c. Sulit mengatur suhu dan laju pengeringan d. Memerlukan lahan yang luas e. Membutuhkan banyak tenaga kerja untuk menebarkan, membalik dan mengumpulkan kembali gabah yang dikeringkan. f. Mudah terkontaminasi Sedngkan keuntungan dari proses pengeringan secara alami adalah: b. Kualitas hasil pengeringan relatif lebih baik c. Ekonomis karena tidak memerlukan biaya tambahan untuk proses pengeringan
2.2.2 Pengeringan Buatan Pengeringan buatan dilakukan dengan cara memberikan panas yang relatif konstan pada gabah, sehingga proses pengeringan dapat berlangsung dengan cepat dan diperoleh hasil yang maksimal. Dengan pengeringan buatan diharapkan kandungan air mula-mula sekitar 30 % akan turun sedemikian rupa hingga mencapai kadar air 12 – 16 %. Gabah yang memiliki kadar air 12-16% dapat melalui proses penggilingan dengan baik atau dapat disimpan untuk waktu yang cukup lama tanpa mengalami kerusakan Secara garis besar pengeringan buatan dibagi dalam dua jenis, yaitu Bed Drying dan Continuous Drying. 2.2.2.1 Bed Drying Metoda "Bed Drying" yang banyak digunakan di Indonesia adalah model boks atau kotak yang dikenal juga sebagai FBD (Flat Bed Type Dryer). Kelemahannya adalah keterbatasan ketebalan lapisan gabah yang 9
dikeringkan sehingga masih membutuhkan banyak tenaga untuk mengisi
serta mengeluarkan gabah. 2.2.2.2 Continuous Drying
Metode Continuous Drying dilakukan dengan cara mengalirkan gabah selama proses pengeringan. Aliran gabah pada umumnya dengan memanfaatkan prinsip gravitasi. Gabah mengalir dengan cara cross and
counter flow system dan pada waktu yang bersamaan bertemu dengan
udara pengering.
2.3 Sistem Instrumentasi Elektronika
Sistem instrumentasi elektronika merupakan sistem pengukuran yang
didalamnya terdapat komponen sensor transduser, pengkondisi sinyal, serta pengolah dan penampil data, seperti yang ditunjukan pada gambar 1.
Gambar 1 Sistem Instrumentasi Elektronika secara umum
Sensor transduser merupakan komponen yang mendeteksi perubahan nilai variabel fisis yang diukur dan merubahnya menjadi besaran listrik. Pengkondisi sinyal digunakan untuk mengkondisikan sinyal keluaran dari sensor transduser agar sesuai dengan karakteristik input pengolah data. Dengan berkembangnya teknologi komponen, blok pengkondisi sinyal dan pengolah dapat digantikan dengan satu komponen mikrokontroler, sehingga sistem instrumentasi dapat digambar seperti pada gambar 2.
Gambar 2 Sistem Instrumentasi Elektronika Modern
Mikrokontroler berfungsi untuk melakukan operasi-operasi pengolahan data yang dilengkapi dengan fitur-fitur yang berbeda-beda tergantung pada jenis IC mikrokontroler. Pada IC mikrokontroler keluarga ATmega terdapat fitur ADC, PWM, dan Komparator yang berfungsi sebagai pengkondisi sinyal dan pengolah.
10
2.4 Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah sebuah IC yang didalamnya sudah terintegrasi sistem mikroprosessor yang lengkap, mulai dari prosessor, memori flash, RAM, bahkan beberapa IC didalamnya terdapat EEPROM yang dapat diakses untuk
keperluan umum, sehingga memungkinkan membuat sistem kontrol berbasis mikroprosessor dengan hanya menggunakan sebuah IC saja. Untuk menggunakan IC mikrokontroler diperlukan catu daya 3,3V sampai 5V. Selain itu mikrokontroler membutuhkan clock yang berfungsi seperti detak pada tubuh manusia. Semakin tinggi frekuensi clock yang diberikan pada jantung
mikrokontroler, maka semakin cepat kerja mikrokontroler, namun daya yang diserap akan semakin besar dan tentunya dibatasi oleh spesifikasi dari tiap mikrokontroler. Mikrokontroler yang akan digunakan adalah mikrokontroler ATmega8. IC ini dipilih karena bentuknya yang cukup kecil, memiliki jalur I/O yang cukup banyak, dapat berkomunikasi secara serial, dan memiliki timer yang dapat digunakan untuk kendali PWM. IC ini akan digunakan untuk mengontrol semua aktuator yang terhubung melalui masing-masing driver ke mikrokontroler. Gambar 3 dan gambar 4 memperlihatkan konfigurasi pin ATmega 8 kemasan PDIP dan bentuk fisik dari ATmega 8 tersebut.
Gambar 3 Konfigurasi pin ATmega 8
11
Gambar 4 Bentuk fisik ATmega 8
2.5 BASCOM AVR
BASCOM-AVR adalah salah satu software yang digunakan dalam
pembuatan dan pengembangan program untuk mikrokontroler, khususnya mikrokontroler keluarga AVR seperti mikrokontroler ATmega 8. BASCOM-AVR disebut sebagai IDE (Integrated Development Environment) yaitu lingkungan kerja yang terintegrasi, karena disamping meng-compile kode program menjadi file dengan ekstensi .HEX, BASCOM-AVR juga memiliki kemampuan / fitur lain yang sangat berguna seperti :
Terminal (monitoring komunikasi serial)
Programmer (untuk menanamkan program yang sudah di-compile ke microcontroller). Sesuai dengan namanya, pada BASCOM (Basic Compiler) bahasa yang
digunakan adalah bahasa BASIC. Konstruksi dari program bahasa BASIC harus mengikuti aturan sebagai berikut: ‘$regfile = “header” ’inisialisasi ’deklarasi variable ’deklarasi konstanta Do ’pernyataan-pernyataan Loop End
12
2.5.1
Pengarah Prosessor
$regfile = “m16def.dat” merupakan pengarah pengarah preprosesor bahasa BASIC yang memerintahkan untuk meyisipkan file lain, dalam hal ini adalah file m16def.dat yang berisi deklarasi register dari mikrokonroller
ATmega 16, pengarah preprosesor lainnya yang sering digunakan ialah
sebagai berikut:
$crystal = 12000000 ‘menggunakan crystal clock 12 MHz
$baud = 9600 ‘komunikasi serial dengan baudrate 9600
$eeprom ‘menggunakan fasilitas eeprom 2.5.2 Tipe Data Tipe data merupakan bagian program yang paling penting karena sangat berpengaruh pada program. Pemilihan tipe data yang tepat maka operasi data menjadi lebih efisien dan efektif. Tipe data pada BASCOM AVR diberikan pada table 1. Tabel 1 Tipe Data pada Bascom AVR
Tipe Data
Ukuran (Byte)
Jangkauan Data
1/8
0 atau 1
Byte
1
0 s/d 255
Integer
2
-32768 s/d 3767
Word
3
0 s/d 65535
Long
4
-2147483648 s/d 2147483647
Single
4
1,5x10-45 s/d 3,4x1038
Double
8
5x10-324 s/d 1,7x10308
String
s/d 254
Bit
2.5.3
Konstanta Konstanta merupakan suatu nilai dengan tipe data tertentu yang tidak
dapat diubah-ubah selama proses program berlangsung. Konstanta harus didefinisikan terlebih dahulu diawal program. Contoh : Kp = 35, Ki=15, Kd=40
13
2.5.4
Variabel Variabel adalah suatu pengenal (identifier) yang digunakan untuk
mewakili suatu nilai tertentu di dalam proses program yang dapat diubahubah sesuai dengan kebutuhan. Nama dari variable terserah sesuai dengan
yang diinginkan namun hal yang terpenting adalah setiap variabel
diharuskan : a.
b.
Terdiri dari gabungan huruf dan angka dengan karakter pertama harus berupa huruf, max 32 karakter. Tidak boleh mengandung spasi atau symbol-simbol khusus seperti : $, ?, %, #, !, &, *, (, ), -, +, = dan lain sebagainya kecuali underscore.
c.
Deklarasi Deklarasi sangat diperlukan bila akan menggunakan pengenal (identifier) dalam suatu program. 2.5.4.1 Deklarasi variable Bentuk umum pendeklarasian suatu variable adalah Dim nama_variabel AS tipe_data. Contoh: Dim x As Integer ‘deklarasi x bertipe integer 2.5.4.2 Deklarasi Konstanta Dalam Bahasa Basic konstanta di deklarasikan langsung. Contohnya : S = “Hello world” ‘Assign string 2.5.4.3 Deklarasi Fungsi Fungsi merupakan bagian yang terpisah dari program dan dapat dipanggil di manapun di dalam program. Fungsi dalam Bahasa Basic ada yang sudah disediakan sebagai fungsi pustaka seperti print, input data dan untuk menggunakannya tidak perlu dideklarasikan. 2.5.4.4 Deklarasi Buatan Fungsi yang perlu dideklarasikan terlebih dahulu adalah fungsi yang dibuat oleh programmer. Bentuk umum deklarasi sebuah fungsi adalah :
14
Sub Test ( byval variabel As type)
Contohnya : Sub Pwm(byval Kiri As Integer , Byval Kanan As Integer)
2.5.5
Operator
Operator terbagi kedalam beberapa bagian, diantaranya:
Operator penugasan (Assignment operator) dalam bahasa Basic berupa “=”
Operator aritmatika seperti perkalian (*), pembagian (/), pertambahan (+),
pengurangan (-), sisa pembagian/ modulus (%) Operator hubungan (perbandingan) misalnya sama dengan (=), lebih kecil (<), lebih besar (>), lebih kecil sama dengan (<=)
Operator logika seperti NOT, AND, OR, X-OR
Operator Bitwise misalnya Shift A, Left 2 (digunakan untuk manipulasi bit dari data untuk pergeseran bit ke kiri)
2.5.6
Pernyataan Kondisional
Pernyataan kondisioanl yang sering digunakan adalah a. IF – THEN - END IF Pernyataan ini digunakan untuk melakukan pengambilan keputusan terhadap dua buah bahkan lebih kemungkinan untuk melakukan suatu blok pernyataan atau tidak. Contoh kontruksi penulisan pada bahasa Basic: IF pernyataan kondisi 1 THEN ‘blok pernyataan 1 yang dikerjakan bila kondisi 1 terpenuhi IF pernyataan kondisi 2 THEN ‘blok pernyataan 2 yang dikerjakan bila kondisi 2 terpenuhi Setiap penggunaan pernyataan IF-THEN harus diakhiri dengan perintah END IF sebagai akhir dari pernyatan kondisional. b. SELECT – CASE – END SELECT Pernyataan ini digunakan untuk melakukan pengambilan keputusan terhadap banyak kondisi. Konstruksi penulisan pada bahasa: SELECT CASE var CASE ‘kondisi1 : ‘blok perintah1
15
CASE ‘kondisi2 : ‘blok perintah2
CASE ‘kondisi’n’ : ‘blok perintah’n’ END SELECT ‘akhir dari pernyatan SELECT CASE
2.6 Driver Motor DC
Driver motor adalah rangkaian yang berfungsi untuk mengatur putaran motor DC, baik itu berupa pengaturan arah putaran, kecepatan putaran, maupun keduanya. Driver yang digunakan pada alat yang akan dibuat adalah IC L298 seperti ditunjukan pada gambar 5. Pada IC L298 terdapat dua buah driver motor dengan arus maksimum masing-masing mencapai 2A. Tiap
driver motor dalam IC L298 dapat digunakan baik untuk mengatur arah putaran motor maupun untuk mengatur kecepatan motor dengan teknik PWM. Untuk menggunakan IC ini hanya perlu menambahkan dioda pengaman arus balik pada setiap terminal keluaran, sehingga lebih praktis dibandingkan dengan merancang sendiri driver motor dengan komponen transistor.
Gambar 5 IC Driver Motor L298
2.7 Limit switch Limit switch seperti ditunjukan pada gambar 6 adalah sensor yang bersifat mekanis dan mendeteksi sesuatu setelah terjadi kontak fisik. Penggunaan sensor ini biasanya digunakan untuk membatasi gerakan maksimum sebuah mekanik. Contohnya pada penggerak robot ini pada posisi jalan mundur di mana limit switch akan aktif dan memberikan masukan pada CPU untuk menghentikan gerak motor di saat ada dinding/penghalang dibelakang. Sensor ini juga seringkali digunakan untuk sensor cadangan bilamana sensor yang lain tidak berfungsi.
16
Gambar 6 Limit switch
2.8 TRIAC TRIAC dengan bentuk fisik yang ditunjukan pada gambar 7 serta symbol
pada gambar 8, dapat mengalirkan arus listrik ke kedua arah ketika diaktifkan. TRIAC dapat disulut dengan memberikan tegangan positif ataupun negatif pada
elektroda gerbang. Sekali disulut, komponen ini akan terus menghantar hingga arus yang mengalir lebih rendah dari arus genggamnya, misalnya pada akhir paruh siklus dari arus bolak-balik. Operasi TRIAC sangat mirip dengan SCR. Perbedaannya adalah apabila SCR dihubungkan ke dalam rangkaian ac, tegangan output disearahkan menjadi arus searah sedangkan TRIAC dirancang untuk menghantarkan pada kedua tengahan dari bentuk gelombang output. Oleh karena itu, output dari TRIAC adalah arus bolak-balik, bukan arus searah. TRIAC dibuat untuk memudahkan pengontrolan beban dengan arus AC.
Gambar 7 Bentuk fisik TRIAC
Gambar 8 Simbol TRIAC
17
TRIAC beroperasi sebagai dua SCR yang dipasang paralel berkebalikan.
Rangkaian ekuivalen TRIAC diperlihatkan sebagai dua SCR yang dihubungkan
paralel terbalik seperti diperlihatkan pada Gambar 9. Dengan demikian, TRIAC mampu menghantarkan dengan salah satu polaritas tegangan terminal. TRIAC dapat juga disulut dengan salah satu polaritas sinyal gerbang.
Gambar 9 Rangkaian ekuivalen TRIAC
TRIAC mempunyai tiga terminal; dua terminal utama (MT2) dan terminal utama 1 (MT1) dan gerbang (G). Terminal MT2 dan MT1 dirancang demikian sebab aliran arus adalah dua arah. Karena aliran berinteraksi dengan gerbang, MT1 digunakan sebagai pengukuran terminal referen. Arus dapat mengalir antara MT2 dan MT1 dan juga antara gerbang dan MT1. TRIAC dapat disulut agar konduksi pada salah satu arah dengan arus gerbang bergerak masuk atau keluar dari gerbang. Apabila aliran arah arus terminal utama ditentukan, TRIAC pada dasarnya mempunyai karakteristik pengoperasian internal yang sama dengan SCR. TRIAC mempunyai empat kemungkinan mode penyulutan. Sehubungan dengan MT1 yaitu:
MT2 adalah positif dan gerbang positif
MT2 adalah positif dan gerbang negatif
MT2 adalah negatif dan gerbang positif
MT2 adalah negatif dan gerbang negatif
18
Gambar 10 Mode penyulutan TRIAC
Dua mode pengaktifan TRIAC tersebut diperlihatkan pada Gambar 10. Karena TRIAC dapat menghantarkan pada kedua tengahan siklus, maka sangat bermanfaat untuk mengontrol beban yang beroperasi pada arus searah. Efisiensi penuh dapat dicapai dengan menggunakan kedua tengahan gelombang dari tegangan input AC. 2.9 Optocoupler Optocoupler dengan konstruksi seperti yang ditunjukan pada gambar 10 adalah suatu piranti yang terdiri dari 2 bagian yaitu transmitter dan receiver. Penghubung antara bagian transmitter dan receiver menggunakan media cahaya. Biasanya optocoupler digunakan sebagai saklar elektrik yang bekerja secara otomatis. Bagian transmitter dibangun dari sebuah LED infra merah. Jika dibandingkan dengan menggunakan LED biasa, LED infra merah memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap sinyal tampak. Cahaya yang dipancarkan oleh LED infra merah tidak terlihat oleh mata telanjang. Bagian receiver dibangun dengan dasar komponen yang peka terhadap cahaya, biasanya foto dioda, foto transistor, atau foto diac. Saat led pada bagian transmitter memancarkan cahaya, komponen peka cahaya pada bagian receifer akan konduksi. Dengan kata lain saat bagian transmitter aktif, maka bagian receifer juga akan aktif.
19
Gambar 11 Kontruksi optocoupler
Ditinjau dari kegunaan fisik optocoupler dapat berbentuk bermacam
macam. Bila hanya digunakan untuk mengisolasi level tegangan atau data pada sisi transmitter dan sisi receifer, maka optocoupler ini biasanya dibuat dalam bentuk solid (tidak ada ruang antara bagian trnsmitter dan receifer) sehingga
sinyal listrik yang ada pada input dan output akan terisolasi.
20