BAB II LANDASAN TEORI
A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono, 2005). Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak. Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (FCGI, 2003).
Di Indonesia, KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) menetapkan prinsip-prinsip yang diharapkan perusahaan menerapkannya di setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. KNKG menyebut prinsip CG sebagai asas CG. Berikut ini lima asas yang tercantum di Pedoman Umum GCG (KNKG, 2006) : a) Transparansi yaitu perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disayaratkan oleh peraturan peraturan perundangundangan, tetapi juga hal penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. b) Akuntabilitas yaitu perusahaan harus memepertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. c) Responsibilitas yaitu, perusahaan harus mematuhi peraturan perundangundangan serta melaksanakan tangggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen.
d) Independensi yaitu, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak diintervensi oleh pihak lain. e) Kewajaran
dan
Kesetaraan
yaitu,
perusahaan
harus
senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Indikator mekanisme corporate governance , yaitu :
1. Komite audit Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dalam memelihara kreditabilitas proses penyusunan laporan keuangan. Jika komite audit berjalan dengan efektif maka control terhadap perusahaan akan lebih baik. Dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik BEI mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang pembentukan dewan komisaris independen dan komite audit. Peraturan mewajibkan perusahaan tercatat memiliki komite audit yang beranggotakan minimal tiga orang independen dan salah satunya memiliki kehlian dalam bidang akuntansi. Salah seorang anggota komite audit harus berasal dari komisaris independen yang merangkap sebagai ketua komite audit. Tugas komite berhubungan dengan kualitas laporan keuangan, karena komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu mengawasi atau memonitor proses pelaporan
keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan (Bradbury et al. 2004). Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Di dalam pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal dan auditor internal (Bradbury et al. 2004). Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. 2. Komisaris independen Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Komisaris independen dapat bertugas untuk mengawasi
jalannya perusahaan dengan memastikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan
praktek-praktek
transparasi,
disclosure,
kemandirian,
akuntabilitas dan praktek keadilan menurut ketentuan yang berlaku di suatu sistem perekonomian. Fungsi Dewan Komisaris termasuk anggota komisaris independen adalah mencakup dua peran sebagai berikut:
(1) Mengawasi Direksi perusahaan dalam mencapai kinerja dalam business plan dan memberikan nasehat kepada Direksi mengenai penyimpangan pengelolaan usaha yang tidak sesuai dengan arah yang ingin dituju oleh perusahaan. (2) Memantau penerapan dan efektivitas dari praktek good corporate governance. Dalam penelitian Beasley (1996) menyimpulkan bahwa komposisi dewan komisaris dari luar lebih dapat untuk mengurangi kecurangan pelaporan keuangan dari pada kehadiran komite audit. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran dewan dan karakteristik komisaris yang berasal dari luar perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan. Dalam penelitian Veronica dan Utama (2005) pengaruh praktik corporate governance terhadap manajemen laba. Praktik corporate governance yang diteliti yaitu proporsi dewan komisaris independen. Hasil dari penelitian ini adalah kesimpulan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. 3. Kepemilikan institusional Investor institusional adalah pemilik sementara sehingga hanya terfokus pada laba sekarang. Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak
dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melakukan likuidasi sahamnya maka akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan earning management. Menurut Jensen dan Meckling (1976) kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan (agency conflict). Para investor institusional mempunyai kesempatan, sumber daya dan kemampuan
untuk
melakukan
pengawasan,
menertibkan
dan
mempengaruhi para manajer perusahaan dalam hal tindakan oportunistik manajemen. 4. Kepemilikan manajerial Kepemilikan manajerial dilakukan oleh dewan direksi dan dewan komisaris. Struktur kepemilikan ini oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalisasi nilai perusahaan. Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan
memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan.
B. Kualitas Laba Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan sumber informasi sangat penting khususnya informasi laba, yang menjadi pusat perhatian dalam laporan keuangan, bagi para pihak pengguna terutama pihak di luar perusahaan. Manajer seharusnya memberikan informasi yang mampu menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Namun, secara realitasnya sering terjadi ketimpangan informasi dimana manajer seringkali lebih mengetahui informasi yang sebenarnya dibandingkan stakeholders. Model teoritis (e.g., Diamond, 1985; Diamond and Verrecchia, 1991) memprediksi pengungkapan kualitas laba yang tinggi dengan rendahnya asimetri informasi antara partisipasi pasar (investor), akan mengakibatkan rendahnya biaya modal. Bagi pemilik saham dan atau investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima, melalui pembagian dividen. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan. Kualitas laba khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan karena untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi (Schipper dan Vincent, 2003). Kualitas laba menurut Schipper dan Vincent (2003), laba ekonomik yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi dalam satu periode dengan menjaga kemampuan perusahaan pada awal dan akhir periode tetap sama. Mereka mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan sifat runtun waktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam kerangka konseptual, hubungan laba kas akrual, dan keputusan implementasi. 1. Berdasarkan sifat runtun waktu laba. Kualitas laba meliputi persistensi, adalah laba yang berkualitas yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen. Persistensi sebagai kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan kdalam penilaian ekuitas. Prediktabilitas (kemampuan prediksi) menunjukkan kapasitas laba dalam memprediksi informasi tertentu seperti misalnya laba yang berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba di masa datang. 2. Kualitas laba dapat didasarkan pada karakteristik kualitatif dalam kerangka konseptual. Laba yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan yaitu yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan konsistensi. 3. Kualitas laba didasarkan pada hubungan laba kas akrual. Dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, laba yang semakin dekat dengan aliran kas operasi mengindikasi laba yang semakin berkualitas. Perubahan akrual total, laba berkualitas adalah laba yang mempunyai perubahan akrual total kecil. Dapat diasumsikan bahwa perubahan total akrual disebabkan oleh perubahan discretionary accruals. Estimasi discretionary accruals (akrual kebijakan), semakin kecil discretionary accruals semakin tinggi kualitas labanya begitu juga sebaliknya. Dan estimasi hubungan antara akrual dan aliran kas juga dapat digunakan untuk mengukur kualitas laba. Semakin erat hubungan antara akrual dan aliran kas semakin tinggi kualitas laba. 4. Kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua pendekatan. Pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif dengan banyaknya pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh penyusunan laporan keuangan.
Semakin banyak estimasi yang diperlukan oleh
penyusunan laporan keuangan dalam mengimplementasi standar pelaporan maka semakin rendah kualitas labanya begitu juga sebaliknya. Pendekatan kedua, kualitas laba berhubungan negatif dengan besarnya keuntungan yang diambil
oleh
manajemen
dalam
menggunakan
pertimbangan
agar
menyimpang dari tujuan standar (manajemen laba). Manajemen laba yang
semakin besar mengindikasi maka kualitas laba yang dihasilkan semakin rendah dan sebaliknya. Kualitas laba dapat diindikasikan sebagai kemampuan informasi laba memberikan respon kepada pasar. Dengan kata lain, laba yang dilaporkan memiliki kekuatan respon (power of response). Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya earnings response coefficients (ERC), menunjukkan laba yang dilaporkan berkualitas.
C. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kualitas Laba Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak. Penerapan corporate governance dapat
dicerminkan dalam nilai perusahaan yang dilihat dari harga saham perusahaan yang bersangkutan. Kualitas laba menurut Schipper dan Vincent (2003), laba ekonomik yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi dalam satu periode dengan menjaga kemampuan perusahaan pada awal dan akhir periode tetap sama.
Secara normatif tujuan dari pengelolaan keuangan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan, yang tercermin dari harga pasar sahamnya (Fama, 1978; Wright dan Ferris, 1997; Walker 2000; dan Qureshi, 2006). Pengelolaan keuangan perusahaan menyangkut penyelesaian atas keputusan penting yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen. Suatu kombinasi yang optimal atas ketiga keputusan itu akan memaksimumkan nilai perusahaan, dengan demikian keputusan-keputusan tersebut adalah saling berkaitan satu dengan lainnya (Mbodja dan Mukhrejee, 1994; dan Qureshi, 2006). Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan principal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba.
Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas. Pemikiran ini didukung hasil penelitian Vafeas
(2000) dan Anderson et al. (2003) hasil peneilitian ini memberikan simpulan bahwa komposisi dewan komisaris di perusahaan dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Struktur corporate governance internal yang berorientasi pada struktur kepemilikan dan keanggotaan dewan komisaris, berpotensi untuk mengurangi dan atau mencegah kecenderungan para manajer untuk berperilaku oportunistik, serta mendorong mereka untuk bekerja dalam meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran dewan yang besar tidak bisa melakukan pengambilan keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran dewan yang kecil, sehingga nilai perusahaan yang mempunyai anggota dewan yang banyak lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih kecil. Dalam penelitian Rajgopal dan Venkatachalam (1998) dan Pratana P. Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz (2003). Menemukan hasil penelitian yang memberikan simpulan bahwa kepemilikan institusional di perusahaan dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang dikelola. Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Dalam penelitian Demsetz (1983), Fama & Jensen (1983), Morck et al. (1989), Jensen (1993), Warfield et al. (1995), Gabrielsen et al. (2002), Yeo et
al. (2002) dan Pratana P. Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz (2003). Ditemukan hasil penelitian yang memberikan simpulan bahwa kepemilikan manajerial di perusahaan dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Dengan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang dikelola. D. Kerangka Penelitian Konseptual Gambar 2.1 Independen (X)
Dependen (Y)
Komite Audit
Komisaris Independen Kualitas Laba Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Manajerial