BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Manufaktur Sistem manufaktur adalah : penerapan proses fisik dan kimia untuk
mengubah geometri, sifat-sifat, dan atau merubah suatu penampilan atau bentuk suatu material awal dalam pembuatan komponen atau produk termasuk juga aktifitas penggabungan komponen untuk membuat produk rakitan.
Enterprise level
Production system
Factory level
Manufacturing support system
Manufacturing support Quality control system
Manufacturing system fasilities Material handling technologies
Automation and control technologies
Gambar 2.1 : Bagan Proses Manufaktur
5
6
Komponen Pokok Sistem Manufaktur
2.1.1
A. Mesin produksi : Berfungsi untuk melaksanakan proses operasi permesinan yang memberikan nilai tambah pada material atau barang setengah jadi hingga terbentuk produk akhir yang bernilai tambah. 1. Manually Operated Mesin bekerja menggunakan tenaga motor yang dikendalikan oleh manusia. Contoh Mesin bubut, gergaji, bor, dll. 2. Semi automated Mesin bekerja berdasarkan kendali program. Manusia diperlukan untuk membantu proses loading/unloading setiap siklus kerja. Contoh : Mesin CNC. 3. Fully automated Mesin mampu bekerja mandiri lebih dari satu siklus kerja. Contoh : Mesin Injection Moulding. Mesin ini mampu bekerja mandiri menghasilkan produk dalam jumlah yang banyak. Manusia diperlukan saat terjadi hambatan proses operasi. B. Sistem material handling : Berfungsi untuk memindahkan material dari satu posisi ke posisi lain dalam perusahaan.
7
1. Loading and Unloading : Memasukkan benda kerja kedalam mesin produksi dan mengeluarkannya saat selesai proses. 2. Positioning : Menempatkan benda kerja pada posisi siap operasi dan memasang benda kerja pada Workhead mesin. Biasanya ditambahkan sebuah Workholder ( pemegang benda kerja ). 3. Transporting : Memindahkan benda kerja diantara stasiun kerja dalam sistem banyak stasiun kerja. 4. Temporary Storage : Memberikan jaminan operasi mesin dari kelangkaan benda kerja.
Variable Routing WS1
WS4
Work Unit
WS2
WS3
WS5
WS6
Completed
Fixed routing
WS1
WS2
WS3
WS4
WS5
WS6
Gambar 2.2 : Bagan proses routing material
8
C. Sistem komputer pengendali : Berfungsi untuk mengendalikan fungsi peralatan yang terotomasi atau yang semi terotomasi dan juga untuk mengkoordinasikan dengan kegiatan manajemen. 1. Mengkomunikasikan Instruksi Kerja : Proses pengerjaan atau proses perakitan tertentu untuk benda kerja tertentu perlu dikomunikasikan 2. Mengunduh Part Program : Utamanya pada mesin CNC 3. Pengendali Sistem Material Handling : Agar stasiun kerja bisa sinkron 4. Penjadwalan Produksi 5. Diagnosa Kegagalan 6. Monitoring Keselamatan Kerja 7. Pengendalian Kualitas 8. Pengelolaan Operasi secara keseluruhan
D. Sumber Daya Manusia : Berfungsi sebagai pelaku proses pengendali baik manual maupun yang terotomasi. Berikut fungsi SDM dalam industri : 1. Melaksanakan proses penambahan nilai 2. Sebagai Direct Labor 3. Melaksanakan kerja manual 4. Mengendalikan mesin 5. Melaksanakan Loading and unloading 6. Mengganti dan mempertajam tool
9
7. Membuat program komputer pengendali 8. Perawatan dan penggantian
2.1.2
Klasifikasi Sistem Manufaktur
Tabel 2.1 : Klasifikasi sistem manufaktur Faktor Tipe Operasi
Jumlah Stasiun Kerja
Alternatif
Operasi Pengerjaan
Operasi Perakitan
Stasiun Tunggal (Type IM, IA)
Stasiun Banyak Variabel routing (Type IIM, IIA) Fixed Routing (Type IIIM, IIIA)
Manual (Type IM, IIM, IIIM)
Semi-automated (Type IIH, IIIH)
Fully automated (Type IIA, IIIA)
Variasi
Identik (Single Model = S)
Komponen/Produk
Bervariasi (Mixed Model = X)
Batch Model = B
Tingkat Otomasi
Sumber: Slide Presentasi Pengantar Sistem Manufaktur, Albertus Daud
10
2.1.3 Tipe Operasi Secara umum ada 2 kategori : Operasi Perakitan dan Operasi Pengerjaan. a. Operasi Pengerjaan 1. Proses pembahanan 2. Proses pemotongan 3. Proses konstruksi 4. Dll b. Operasi Perakitan 1. Pengeleman 2. Penyekrupan 3. Finishing 4. Dll
Komponen dapat digolongkan kedalam kelompok rotasional dan nonrotasional yang akan sangat menentukan jenis operasi proses yang diperlukan.
2.1.4
Tipe Stasiun Kerja
a. Tipe I : Stasiun Tunggal, n = 1 bisa jadi manual, semi automated atau fully automated. b. Tipe II : Stasiun Banyak dengan rute berubah-ubah, n > 1; proses layout. c. Type III : Stasiun Banyak dengan rute tetap, n > 1 ; produk layout.
11
2.1.5 Tingkat Otomasi Manning level (M) identik dengan tingkat otomasi sistem manufaktur.
Otomasi
Manual
0
M
≥1
Gambar 2.3 : Tingkat otomasi produksi
a. Manning level (M) identik dengan tingkat otomasi sistem manufaktur b. M = 1 ; 1 pekerja 1 stasiun kerja c. M = 0,25 ; 1 pekerja 4 stasiun kerja d. M = 2 ; 2 pekerja 1 stasiun kerja
12
2.1.6
Sistem Manufakturing M
Work
out
in
in
Work
out
A
flow
flow
Tipe 1 A
Tipe I M M
Work
M
Work out
in M
A
Work
out
in
M
A
Tipe II M Work
Work
A
A
Tipe II A
M
M
M
Work
M
in
out Tipe III M Work
Work in
A
A
A
out
A
Tipe III A
Work in
Work
M
M A
A
out
Tipe III H Tipe II H Work in
A
M
M
A
Work out
Gambar 2.4 : Sistem manufaktur dalam produksi
13
2.1.7 Variasi Komponen a. Sebuah sistem manufaktur bisa jadi mampu mengerjakan: 1. Beda jenis atau warna 2. Beda komponen 3. Beda ukuran 4. Beda geometri komponen mesin b. Single Model disimbolkan S, tidak punya variasi produk, tidak diperlukan flexibilitas sistem manufaktur. c. Batch Model disimbolkan B, model sama dalam satu batch, beda dalam lain batch, diperlukan fleksibilitas yang cukup. d. Mixed Model disimbolkan X, Produk sangat bervariasi, diperlukan fleksibilitas yang tinggi.
2.1.8
Fleksibilitas Sistem Manufakturing Memungkinkan Sistem Manufaktur Mixed Model mengerjakan variasi
komponen / produk tanpa penghentian. Kemampuan yang harus dimiliki : a. Identifikasi perbedaan variasi produk b. Penggantian instruksi kerja c. Penggantian set-up peralatan
2.2
Analisa Kelayakan Investasi Beberapa metoda yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan
investasi, yaitu :payback period (PP), net present value (NPV) dan profitabilitas
14
indeks (PI). Dasar perhitungan metode payback period (PP), net present value (NPV) dan profitabilitas indeks (PI) adalah aliran kas (cash flow),sedangkan dasar perhitungan dalam metode Average Rate of Return (ARR) adalah keuntungan neto sesudah pajak yang dilaporkan dalam buku (reported accounting income).
2.3
Metode Payback Period (PP) Payback period merupakan metode yang digunakan untuk menghitung
lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Apabila proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama, maka payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi (outlays) dengan proceeds tahunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung payback period adalah sebagai berikut:
payback period (PP) =
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan payback period adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika payback period lebih pendek dibandingkan periode payback maximum.Sebaliknya, jika payback period (PP) suatu investasi lebih panjang daripada periode payback maximum, maka
15
investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternative investasi maka untuk menentukan alternative terbaik dilakukan pemilihan investasi yang mempunyai payback period yang paling pendek. Dengan melihat kelebihan dan kekurangan pada metode Payback Period, maka metode tersebut cocok digunakan jika dalam kondisi:
a. Kecepatan informasi atau estimasi nilai pengembalian investasi sangat penting b. Ketepatan penghitungan tidak begitu penting c. Risiko dimasa yang akan datang diperkirakan cukup tinggi.
2.4
Metode Present Worth Analysis Present worth analysis (analisis nilai sekarang) didasarkan pada konsep
ekuivalensi dimana semua arus kas masuk dan arus kas keluar diperhitungkan terhadap titik waktu sekarang pada suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan
(minimumattractiverateofreturn–MARR).
Usia pakai berbagai alternatif yang akan dibandingkan dan periode analisis yang akan digunakan bisa berada dalam situasi: 1. Usia pakai sama dengan periode analisis 2. Usia pakai berbeda dengan periode analisis 3. Periode analisis tak terhingga
16
Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung Net Present Value (NPV) dari masing-masing alternatif. NPV diperoleh menggunakan persamaan: NPV=PWpendapatan–PWpengeluaran Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai NPV ≥ 0 maka alternatif tersebut layak diterima. Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif, maka alternatif dengan NPV terbesar merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat independent, dipilih semua alternatif yang memiliki NPV ≥ 0. 2.5
Metode Net Present Value (NPV) Metode net present value (NPV) digunakan untuk mengurangi
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode payback period. Metode net present value merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Oleh karena itu, untuk melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal (initial cash outflow), aliran kas masuk bersih dimasa yang akan datang (future net cash inflows), dan rate of return minimum yang diinginkan. Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return minimum yang diinginkan. Sebaliknya jika NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan rate of return minimum yang diinginkan, maka investasi harus ditolak.
17
Rumus untuk menghitung net present value adalah:
n
Net Present Value (NPV) = å t=0
At (1+ k) t
Apabila setiap tahun investasi menghasilkan proceeds yang sama besarnya, maka net present value (NPV) dapat dihitung dengan menggunakan bantuan tabel present value (PV) annuity. Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode net present value (NPV) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak, jika net present value (NPV) lebih besar dari nol atau bernilai positif. Sebaliknya, jika net present value (NPV) suatu investasi lebih kecil dari nol atau bernilai negatif maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk alternatif investasi yang terbaik dipilih dengan cara menentukan alternative investasi yang mempunyai net present value (NPV)yang paling besar. 2.6
Metode Annual Cash Flow Analysis Annual worth analysis (analisis nilai tahunan) didasarkan pada konsep
ekuivalen dimana semua arus kas masuk dan arus kas keluar diperhitungkan dalam sederetan nilai tahunan yang sama besar pada suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (minimum attractive rate of return – MARR).
18
Hasil AW alternatif sama dengan PW dan FW, dimana AW = PW(A/P,i,n) dan AW = FW(A/F,i,n). Dengan demikian, AW dari setiap alternatif dapat dihitung juga dari nilai-nilai ekuivalen lainnya. Nilai AW alternatif diperoleh dari persamaan: AW = R – E – CR Dimana: R
= Revenues (penghasilan atau penghematan ekuivalen tahunana)
E
= Expence (pengeluaran ekuivalen tahunan)
CR
= Capital recovery (pengembalian modal) Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai AW ≥ 0 maka alternatif
tersebut layak diterima. Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif, maka alternatif dengan NPV terbesar merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat independent, dipilih semua alternatife yang memiliki AW ≥ 0. Capital recovery suatu alternatif ialah nilai seragam tahunan yang ekuivalen dengan modal yang diinvestasikan. Beberapa persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung CR adalah: CR = I(A/P,i,n) – S(A/F,i,n) CR = (I – S)(A/F,i,n) + I(i) CR = (I – S)(A/P,i,n) + S(i)
19
Dimana: I = investasi awal alternative S = nilai sisa di akhir usia pakai n = usia pakai alternatif
2.7
Metode Profitabilitas Index (PI) Metode profitabilitas indeks (PI) atau sering disebut dengan desirabilty
index (DI) merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (proceeds) dengan nilai sekarang investasi (outlays). Rumus yang digunakan untuk menghitung profitabilitas indeks (PI) adalah sebagai berikut:
Profitability Index (PI) =
Proceeds Outlays
Keterangan : R
= Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dan proceeds sama dengan P.V, dari capital outlays
At
= Cashflow untuk periode t
N
= Periode terakhir dimana cash flow diharapka
20
Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun, maka seperti halnya dalam metode net present value (NPV) untuk menghitung dengan profitabilitas indeks (PI), harus menghitung present value dari Proceeds setiap tahunnya terlebih dahulu untuk dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah present value dari keseluruhan proceeds yang diharapkan dari investasi. Kriteria
kelayakan
penerimaan
investasi
menggunakan
metode
profitabilitas indeks (PI) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika profitabilitas indeks (PI) lebih besar dari satu.Sebaliknya, jika profitabilitas indeks (PI) suatu investasi lebih kecil dari satu maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka alternatif investasi terbaik ditentukan dengan cara memilih alternatif investasi yang mempunyai profitabilitas indeks (PI) yang paling besar. 2.8
Metode Internal Rate of Return (IRR) Metode internal rate of return (IRR) pada dasarnya merupakan metode
untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek.Maka pada prinsipnya metode ini digunakan untuk menghitung besarnya rate of return yang sebenarnya. Pada dasarnya internal rate of return harus dicari dengan caratrial and error.
Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut:
21
é A ù t ú=0 åê (1+r) 1 û t=0 ë n
Keterangan : R
= Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dan proceeds sama dengan P.V, dari capital outlays
At
= Cashflow untuk periode t
N
= Periode terakhir dimana cash flow diharapkan
Jika initial cash flow terjadi pada waktu 0 maka persamaannya dapat dinyatakan sebagai berikut:
A0 =
A1 A2 An + + ......... + (1+ r) (1+ r)2 (1+ r) n
Selanjutnya, dengan mengadakan interpolasi dari 2 tingkat bunga yang dipilih secara coba-coba r-nya dapat dihitung seperti cara tersebut di atas. Dengan rumus IRR seperti tersebut di atas maka langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghitung nilai IRR adalah sebagai berikut: Menghitung present value dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang dipilih secara apriori. Membandingkan hasil perhitungan present value dari proceeds dengan jumlah present value dari investasi (outlays).Jika present value dari proceeds
22
lebih tinggi dibandingkan jumlah present value dari investasi (outlays) maka tingkat bunga yang lebih tinggi harus digunakan. Sebaliknya, jika present value dari proceeds lebih kecil dari present value dari investasi outlays-nya maka tingkat bunga yang lebih rendah harus digunakan. Ulangi langkah ketiga hingga menemukan tingkat bunga yang dapat menjadikan present value dari proceedssama besarnya dengan present value dari outlays-nya. Pada tingkat bunga yang dapat menjadikan present value dari proceedssama besarnya dengan present value dari outlay-nya, Net Present Value (NPV) dari usul investasi tersebut adalah Rp 0 (nol) atau mendekati nol. Besarnya tingkat bunga tersebut menggambarkan besarnya IRR dari usul investasi tersebut. Ada dua permasalahan dalam menghitung IRR, yaitu aliran kas masuk sama untuk setiap periode dan aliran kas masuk yang tidak sama untuk setiap periode.Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode IRR adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat keuntungan yang dikehendaki.Sebaliknya, jika IRR suatu investasi lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka pilih alternatif investasi terbaik dengan memilih alternatif investasi yang mempunyai IRR yang paling besar.
23
2.9
Effective Interest Rate Effective interest rate, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
berarti suku bunga efektif, merupakan salah satu metode amortisasi yang digunakan dalam
penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
50/55. Sebenarnya istilah effective interest rate tidak terbatas pada metode amortisasi saja, namun dalam tulisan ini saya akan membatasi penggunaannya dalam perhitungan jadwal amortisasi. Metode amortisasi effective interest rate digunakan pada aset keuangan yang memiliki jadwal arus kas (estimated cash flow).
Simbol-simbol : I = suku bunga tiap periode n = jangka waktu / umur teknis P = jumlah uang sekarang (present worth) F = jumlah uang mendatang (future worth) A = pembayaran seri merata(anuitas) G = pembayaran secara gradien Hubungan antara P, F dan A sebagai fungsi dari i dan n adalah : A. Pembayaran Tunggal 1. Faktor jumlah bergabung Misal sekarang ada uang sejumlah P dan diinvestasikan dengan suku bunga tiap tahun, diperoleh : Jadi jika jumlah uang sekarang P, maka pada akhir tahun ke n menjadi P (1 + i)n
24
atau nilai P akan ekuivalen dengan P (1 + i)n setelah n tahun, yakni: F = P (1 + i)n = P (F/P , i% , n) (F/P , i% , n) = (1 + i) disebut faktor jumlah bergabung 2. Faktor jumlah sekarang Dari rumus P = F (1 +i) – n = F (P/F.i %,n) (P/F,i %, n) = (1 + i)- n disebut faktor jumlah sekarang. B. Pembayaran Seri Merata 1. Faktor terpendam (sinking fund factor) F
0
A
A
1
2
A
3
F = F(A/F,i%,n), disebut faktor terpendam.
AA
n-1
n
25
2. Faktor Pengembalian Modal (Capital recovery factor) P
0
A
A
A
A
1
2
3
n
P ekuivalen dengan A A = P(A/F,i%,n), disebut faktor pengembalian modal. 3. Faktor jumlah bergabung F = A (F/A, i %, n), disebut faktor jumlah bergabung. 4. Faktor jumlah sekarang (untuk pembayaran seri merata). P = A(P/A, i %, n) disebut faktor jumlah sekarang C. Pembayaran seri tidak merata (n-1)G P
1G
0
2G
3G
1 Gradien
2
3
26
1. Faktor konversi gradien untuk pembayaran seri merata A = G(A/G, i %, n) disebut faktor konversi gradien untuk pembayaran seri merata 2. Faktor konversi gradien untuk nilai uang sekarang P = G(P/G, i %, n) = (A/G, i %, n) (P/A, i %, n) disebut faktor konversi gradien untuk nilai uang sekarang.
2.10
Metode Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit cost ratio adalah perbandingan nilai ekuivalen semua manfaat
terhadap nilai ekuivalen semua biaya. Perhitungan nilai ekuivalen dapat dilakukan menggunakan salah satu dari analisis nilai sekarang, nilai pada waktu yang datang atau nilai tahunan.
PWmanfaat FWmanfaat AWmanfaat B /C = = = PWbiaya FWbiaya AWbiaya 2.11
Analisa Data Kelayakan Investasi Analisa data yang digunakan untuk melakukan analisis pada aspek
keuangan adalah analisis kuantitatif, dengan menggunakan analisis kemampuan pemenuhan kebutuhan permodalan dan analisis kelayakan investasi, seperti Payback Period (PP),Net Present Value (NPV), Profitability Indeks (PI), Internal Rate of Return (IRR), Average Rate of Return (ARR) dan Benefit Cost Ratio (BCR).
27
Kriteria kelayakan kemampuan kebutuhan permodalan adalah dengan membandingkan antara besarnya kebutuhan permodalan dengan kemampuan untuk menyediakan permodalan. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan kemampuan menyediakan permodalan jika pelaku bisnis mampu menyediakan permodalan yang lebih besar atau sama dengan kebutuhan permodalan. Kriteria penerimaan investasi untuk masing-masing rasio kelayakan investasi adalah sebagai berikut: Payback Period (PP), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Payback Period (PP) lebih cepat dibandingkan dengan payback minimum. Sebaliknya, jika Payback Period (PP) lebih lama dari payback minimum maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. PP < payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan layak. PP ≥ payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
Net Present Value (NPV), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari 0 (nol) atau bernilai positif. Sebaliknya, jika nilai Net Present Value (NPV) lebih kecil dari 0 (nol) atau bernilai negatif maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Suatu ide bisnis yang memiliki nilai Net Present Value lebih kecil dari 0 (nol) atau negatif berarti seluruh pendapatan yang diterima dari ide bisnis tersebut belum mampu menutup semua biaya yang dikeluarkan.
28
NPV > 0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan layak. NPV ≤ 0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
Profitability Indeks (PI), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Profitability Indeks (PI) lebih besar dari 1 (satu). Sebaliknya, jika Profitability Indeks (PI) lebih kecil dari 1 maka rencana proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Suatu rencana proyek yang memiliki nilai Profitability Indeks (PI) lebih kecil dari 1 berarti pendapatan tersebut tidak dapat menutup biaya yang harus dikeluarkan. PI > 1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan layak. PI ≤ 1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
Internal Rate of Return (IRR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari tingkat keuntungan yang dikehendaki. Sebaliknya, jika Internal Rate of Return (IRR) lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. IRR > tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan layak. IRR ≤ tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan tidak
layak.
29
Tingkat keuntungan yang dikehendaki dapat digunakan sebagai bunga simpanan tertinggi yang dapat diperoleh.Suatu ide bisnis yang memiliki nilai Internal Rate of Return (IRR) lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki berarti bahwa pendapatan tersebut dinilai tidak efisien karena masih lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang semestinya diperoleh jika biaya tersebut disimpan di bank. Average Rate of Return (ARR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Average Rate of Return (ARR) lebih besar dari minimum accounting rate of return yang dikehendaki. Sebaliknya, jika Average Rate of Return (ARR) lebih kecil dari tingkat minimum accounting rate of return yang dikehendaki maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. ARR < minimum accounting rate of return yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan tidak layak. ARR ≥ minimum accounting rate of return yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakanlayak.
Benefit Cost Ratio (BCR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai BCR lebih besar dari 1 (satu). Sebaliknya, jika nilai BCR lebih kecil dari 1 (satu) maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.
Kriteria pengambilan keputusan: a. Alternatif tunggal Jika nilai B/C ≥ 1, makaide bisnis dinyatakan layak.
30
Jika nilai B/C < 1, makaide bisnis dinyatakan tidak layak. b. Beberapa alternatif (incremental) Jika nilai B/C ≥ 1 (alternatif terpilih: biaya yang lebih besar) Jika nilai B/C < 1(alternatif terpilih: biaya yang lebih kecil)