BAB II LANDASAN TEORI
2.1 2.1.1
Rumah Sakit Definisi Rumah Sakit Dari banyak definisi Rumah Sakit, salah satunya adalah definisi menurut WHO (World Health Organization). Sebagaimana yang termuat dalam WHO Technical Report Series No. 122/1957 yang berbunyi : “Rumah Sakit adalah bagian integral dari satu organisasi social dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif dan preventif kepada masyarakat serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah. Rumah Sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian bio-medik” Definisi lain di kemukakan dalam situs Wikipedia yaitu : ”Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.” Menurut American Hospital Association (1974) yang ada di dalam buku karangan Azrul Azwar (1996 : 82), definisi rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta
9
sarana
kedokteran
yang permanen
menyelenggarakan
pelayanan
kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Menurut Kotter (1983) yang ada di dalam situs Wikipedia, definisi rumah sakit adalah merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan atau jasa kesehatan, berbagai faktor mempengaruhi perkembangan RS, antara lain; teknologi, epidemiologi, demografi, sosial ekonomi, faktor kebutuhan masyarakat terhadap mutu pelayanan dan peraturan, serta faktor kebijaksanaan pemerintah yang berlaku.(Wikipedia) Sedangkan menurut Wolper dan Pena (1987) yang juga ada di dalam situs Wikipedia, mendefinisikan rumah sakit sebagai tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat serta berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.
2.1.2
Jenis-jenis Rumah Sakit Sistem pengelompokkan rumah sakit yang paling umum digunakan saat ini (Bastian, 2008 : 27) adalah sebagai berikut : 1. Sistem pengelompokkan yang paling dirasa bermanfaat dan bertahan lama digunakan oleh Asosiasi Rumah Sakit Amerika (AHA), di mana klasifikasi rumah sakit terbagi menjadi rumah sakit pemerintah (komunitas) dan nonpemerintah (nonkomunitas) sesuai dengan tingkat akses pemerintah pada rumah sakit itu.
2. Jenis pengelompokkan lain adalah berdasarkan kepemilikan atau control atas kebijakan dan cara operasi rumah sakit. Rumah Sakit di
10
bawah kepemilikan kelembagaan atau institusi dibagi dalam 4 kelompok : a. Pemerintah nonfederal b. Nonpemerintah nirlaba c. Rumah sakit yang dimiliki investor d. Rumah sakit milik pemerintah daerah 3. Berdasarkan rata-rata lama tinggal, rumah sakit dikelompokkan menjadi rumah sakit jangka pendek atau jangka panjang. Menginap di rumah sakit dikatakan singkat apabila rata-rata tinggal kurang dari 30 hari, sementara rata-rata nasional berada di bawah tujuh hari. Sedangkan dikatakan lama apabila tinggal lebih dari 30 hari.
4. Rumah sakit juga dapat dikelompokkan menurut jumlah tempat tidur : 6-24 tempat tidur, 25 sampai 49, 50 sampai 99, 100 sampai 199, 200 sampai 299, 300 sampai 399, 400 sampai 499 dan 500 atau lebih. Kategori ini biasanya dikombinasikan dengan pengelompokkan lain misalnya Rumah Sakit Daerah atau Rumah Sakit Pendidikan dan Nonpendidikan dalam rangka menentukan biaya rata-rata per jenis lembaga. 5. Rumah sakit juga dikelompokkan menurut rumah sakit yang diakreditasi dan yang bukan. Di Amerika Serikat selama lebih dari 60 tahun industri pelayanan kesehatan telah berpartisipasi dalam proses akreditasi suka rela, yang dirancang untuk memperbaiki kualitas pelayanan yang diberikan di rumah sakit dan fasilitas yang berhubungan dengan kesehatan. Istilah suka rela kini sering sering
11
disalahartikan, karena akreditasi rumah sakit telah menjadi begitu terikat dengan pembayaran pihak ketiga. Apabila klaim ini tidak bisa dilakukan, risiko kesulitan keuangan akan selalu membayangi. Akreditasi sangat penting bagi rumah sakit untuk alasan keuangan. Akreditasi juga merupakan tanda pembeda atas kualitas pelayanan terhadap pasien yang diberikan oleh rumah sakit dan bagi banyak program nonrumah sakit yang juga harus memenuhi syarat itu. 6. Pendidikan dan nonpendidikan juga merupakan pengelompokkan umum dari rumah sakit. Rumah sakit pendidikan berpartisipasi dalam pendidikan para dokter melalui program residensi. Berdasarkan jenis dan jumlah program residensi yang ditawarkan, sebuah rumah sakit juga dapat dikelompokkan sebagai lembaga yang pendidikannya lebih diutamakan atau sebaliknya hanya sebagai pelengkap. Untuk menjadi rumah sakit pendidikan sepenuhnya, rumah sakit harus menawarkan dalam batas minimum residensi berikut ini : kedokteran, pembedahan, kebidanan dan anak. Banyak rumah sakit tipe pendidikan penuh menawarkan residensi dalam setiap sub spesialis kedokteran dan bedah, selain spesialisasi patologi, anestesiologi, dokter keluarga dan banyak program lainnya. Rumah sakit yang porsi pendidikannya tidak banyak biasanya hanya mempunyai dua atau tiga program antara lain kedokteran, bedah dan anak, kebidanan atau kombinasi lain yang jumlahnya kurang dari empat spesialisasi.
12
7. Rumah sakit juga dapat dikelompokkan menurut integrasi vertikal atau konsep regionalisasi. Menurut sistem ini, rumah sakit dibagi menjadi pusat layanan pertama, layanan kedua dan layanan ketiga. Fasilitas layanan pertama, terlepas dari struktur dan lokasi, menawarkan pelayanan berlandaskan tuntutan atau kebutuhan bagi masyarakat. Fasilitas tersebut dirancang, dilengkapi, diberi staf, diorganisir dan dijalankan sebagai bagian menyeluruh dari sistem pelayanan kesehatan yang komprehensifserta menawarkan pelayanan kesehatan dalam cara yang terus menerus, pribadi dan kontinu berdasarkan pasien rawat jalan.
Fasilitas
layanan
kedua,
memberikan
pelayanan
yang
memerlukan tingkat kesempurnaan serta keterampilan dan biasanya berhubungan dengan lingkup kebutuhan pencari perawatan untuk periode waktu tertentu. Rumah sakit untuk penyakit akut yang dikhususkan melayani pasien rawat jalan seperti pusat bedah, termasuk dalam kategori ini. Fasilitas layanan ketiga, memberikan layanan yang sangat khusus dengan keterampilan teknis yang tinggi. Jenis pelayanan ini biasanya ditawarkan oleh pusat-pusat medis universitas atau rumah sakit spesialis, misalnya pusat perawatan luka bakar. Dalam situs Wikipedia, rumah sakit dapat dibedakan menjadi 5 jenis rumah sakit menurut sifat dan fungsinya, yaitu : 1. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit yang dijalankan organisasi National Health Service di Inggris. Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan
13
biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaranya. Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan modern. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat
umum
(klinik).
Biasanya
terdapat
beberapa
klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit. 2. Rumah Sakit Terspesialisasi
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain.
Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan. Kebanyakan mempunyai afiliasi dengan universitas atau pusat riset medis tertentu. Kebanyakan rumah sakit di dunia didirikan dengan tujuan nirlaba.
14
3. Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran
pada
suatu
universitas/lembaga
pendidikan tinggi.
Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat/Tri Dharma perguruan tinggi. 4. Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah
sakit
militer,
lapangan
udara),
bentuk
jaminan
sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum. 5. Klinik
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya
15
hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik.
2.1.3
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit (Wikipedia), yaitu : 1. Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, 2. Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan, 3. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman, 4. Melaksanakan pelayanan medis khusus, 5. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan, 6. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi, 7. Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial, 8. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan, 9. Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi), 10. Melaksanakan pelayanan rawat inap, 11. Melaksanakan pelayanan administratif, 12. Melaksanakan pendidikan para medis, 13. Membantu pendidikan tenaga medis umum, 14. Membantu pendidikan tenaga medis spesialis, 15. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
16
16. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi, Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan tipe rumah sakit yang ada di Indonesia yang terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas A, B, C, D dan E. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah. perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Indonesia melalui keputusan Dirjen Yan Medik. Menurut kemampuan yang dimiliki rumah sakit di Indonesia dapat digolongkan dalam beberapa kategori, yaitu : 1. Rumah sakit tipe A, ciri-ciri : Specialis dan sub specialis lebih luas, Top referral hospital 2. Rumah sakit tipe B, ciri-ciri : Specialis dan sub specialis terbatas, pelayanan rujukan dari kabupaten 3. Rumah Sakit tipe C, ciri-ciri : Spesialis terbatas, Pelayanan rujukan dari Puskesmas 4. Rumah sakit tipe D, ciri-ciri : Pelayanan rujukan dari Puskesmas 5. Rumah sakit tipe E (rumah sakit khusus) : RS Jiwa, RS Jantung, RS Paru, Kanker, Kusta dll Dalam beberapa kebutuhan rumah sakit juga dapat di golongkan menjadi 2, yaitu : RS pendidikan dan non pendidikan. RS pendidikan dikelompokkan menjadi 2 golongan: (1) pusat ilmu kesehatan pada universitas besar yang mengadakan penelitian ilmu kesehatan dasar; dan
17
(2) RS pendidikan yang mengadakan tiga atau lebih program kedokteran spesialis. 2.1.4
Tujuan Rumah Sakit Rumah sakit yang ideal (Bastian, 2008) adalah tempat di mana orang-orang yang sakit bisa mencari dan menerima perawatan, di samping itu juga memberikan pendidikan klinis kepada para mahasiswa-mahasiswa kedokteran, perawat, serta seluruh ahli kesehatan. Rumah sakit yang dimaksud dapat juga memberikan pendidikan berkelanjutan bagi para dokter praktek dan secara bertahap menjalankan fungsi lembaga pembelajaran yang lebih tinggi bagi seluruh lingkungan, komunitas serta daerah. Selain peran pendidikannya, rumah sakit modern juga memimpin studi penyelidikan dan penelitian dalam ilmu pengetahuan kedokteran, baik tentang catatan klinis maupun para pasien, serta penelitian dasar dalam ilmu fisika dan ilmu kimia. Pembangunan rumah sakit diatur atau dipengaruhi
oleh
Undang-undang
Negara,
peraturan
Departemen
Kesehatan, Peraturan Daerah dan standar lainnya. Berubahnya penekanan dari pelayanan pasien inap ke pasien rawat jalan dan kemajuan teknologi kedokteran yang pesat, telah memfokuskan fasilitas yang ada sekarang untuk merencanakan kegiatan pengembangan penunjang medis dan pusat-pusat pelayanan pasien rawat jalan mandiri. Bangunan swadaya memungkinkan rumah sakit meminimalkan pengaruh keuangan yang kuat dari peraturan dan perundang-undangan yang menekan terhadap rumah sakit.
18
Kebutuhan akan sistem yang dapat mengintegrasikan dan membedakan terminologi, definisi serta karakter penting lembaga pelayanan kesehatan telah lama diakui. Kesulitan yang dihadapi dalam upaya menghubungkan dan membandingkan data yang diperoleh oleh agen-agen yang menggunakan terminologi dan definisi yang berbeda telah jelas terlihat selama bertahun-tahun. Secara umum, organisasi kesehatan atau rumah sakit mempunyai tujuan mendorong peningkatan status kesehatan masyarakat secara mandiri, terpadu dan mampu berdaya saing antarindividu, keluarga, masyarakat serta bangsa dalam kondisi lingkungan yang kondusif dan sehat. Sementara itu, tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu : 1. Terwujudnya penyelenggaraan sistem kesehatan dalam organisasi kesehatan atau rumah sakit yang mencakup sistem pembangunan kesehatan, sistem pelayanan kesehatan dan sistem informasi kesehatan secara tepat, cepat serta akurat. 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat dengan penggunaan obat secara rasional. 3. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian individu, keluarga serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan, status gizi, pencegahan dan pemutusan rantai penularan penyakit.
19
4. Meningkatkan pemakaian sarana sanitasi kesehatan dan pembangunan yang berwawasan lingkungan. 5. Meningkatkan
kemampuan
dan
keterampilan
petugas
dalam
membentuk tenaga kesehatan yang profesional. 6. Dan menjalin kemitraan lintas sektor, LSM/Lembaga Masyarakat maupun Pemda dan lain sebagainya.
2.1.5
Sumber Pembiayaan Rumah Sakit Sumber pembiayaan pada organisasi kesehatan atau rumah sakit biasanya berasal dari masyarakat pengguna jasa, pemerintah atau penyandang dana. Di organisasi kesehatan atau rumah sakit yang berstatus milik pemerintah, pembiayaannya atau modalnya bersumber dari anggaran pemerintah dan iuran masyarakat pengguna jasa. Sedangkan untuk organisasi kesehatan atau rumah sakit yang berstatus milik swasta, seperti berada di bawah naungan suatu yayasan, koperasi atau milik perseorangan, sumber
pembiayaannya
berasal
dari
alokasi
dana
yayasan/pemilik/sumbangan lain dan masyarakat pengguna jasanya. (Bastian, 2008 : 4) 2.1.6
Pertanggungjawaban Rumah Sakit Di organisasi kesehatan atau rumah sakit dengan status milik negara atau organisasi publik, pertanggungjawaban dilakukan berdasarkan birokrasi yang ada. Sebagai contoh, RSUP berada di bawah naungan pemerintah provinsi, sehingga RSUP bertanggung jawab
kepada
20
pemerintah provinsi. Sedangkan RSUD yang berada di bawah naungan pemerintah Kabupaten/Kota, bertanggung jawab kepada pemerintah Kabupaten/Kota. Demikian pula Puskesmas, Poliklinik, Polindes dan organisasi
kesehatan
publik
lainnya
bertanggung
jawab
kepada
badan/divisi yang membawahinya. Di organisasi kesehatan atau rumah sakit dengan status milik swasta atau nonpemerintah, pertanggungjawaban akan dilakukan ke badan/divisi yang menaunginya. Sebagai contoh, untuk rumah sakit swasta di
bawah
sebuah
yayasan
atau
sekelompok
pribadi,
pertanggungjawabannya dilakukan oleh dewan/bagian yang berwenang. Dalam situasi tertentu, seperti saat bencana, rumah sakit semipermanen didirikan oleh sebuah organisasi sosial tertentu dalam rangka memberikan layanan sosial. Dalam hal ini, pertanggungjawaban dilakukan ke pihak pemberi dana atau organisasi yang menaunginya. (Bastian, 2008:5)
2.1.7
Pelayanan Rumah Sakit Menurut Bastian (2008 : 36), untuk menghasilkan suatu pelayanan kesehatan yang berkarakter, pihak manajemen harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut : 1. Terhadap karyawan : melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan pembentukan karakter yang baik, terutama di bidang pelayanan pasien. Pihak manajemen harus melakukan
21
pengawasan terhadap perilaku karyawannya, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan langsung dapat diperbaiki. 2. Terhadap pasien : pasien mengetahui hak dan kewajibannya, sehingga ia tahu mana yang merupakan haknya dan apa yang menjadi kewajibannya. Pihak manajemen harus mencantumkan atau memasang peraturan-peraturan tersebut, sehingga pasien mudah membacanya. 3. Terhadap pihak manajemen sendiri : pihak manajemen harus membuka diri untuk menerima saran dan kritikan dari karyawan serta dari pihak pasien. Pihak manajemen harus dapat memenuhi hak dan kewajiban untuk mensejahterakan karyawannya, sehingga kualitas pelayanan dapat ditingkatkan. Pihak manajemen harus secara terus menerus memperbaiki dan mengevaluasi setiap kebijakan yang dibuat sesuai dengan prinsip “good governance”. Organisasi-organisasi pelayanan kesehatan harus mempunyai komitmen untuk memberikan layanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat yang mereka layani. Jadi, organisasi pelayanan kesehatan harus dapat terus berjalan secara keuangan, efektif dalam biaya dan sensitif terhadap kebutuhan para pasiennya. Hubungan dengan pasien dipengaruhi oleh sikap pekerja, pengumpulan informasi yang efektif, sistem
pemrosesan,
penjadwalan,
koordinasi
dan
komunikasi
antardepartemen. (Wolper, 2001)
22
2.2 Sistem Akuntansi 2.2.1
Sistem Akuntansi pada Rumah Sakit Akuntansi merupakan suatu kegiatan untuk meraih hasil dalam tingkat tertentu dan bermanfaat bagi kehidupan organisasi kesehatan terkait. Seperti di berbagai lembaga publik lainnya, yaitu lembaga pendidikan, lembaga keagamaan dan lain-lain, penerapan akuntansi dalam organisasi kesehatan tidak jauh berbeda. Perbedaan hanya muncul karena perbedaan lingkungan
yang mempengaruhi.
Perbedaan sifat dan
karakteristik organisasi kesehatan tergolong ke dalam organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya yang profit oriented, dapat dilihat dengan membandingkan
tujuan
organisasi,
sumber
pendanaan,
pola
pertanggungjawaban, struktur keorganisasian dan anggarannya. Setiap organisasi memiliki tujuan khusus yang hendak dicapai. Dilihat dari tujuannya, organisasi kesehatan memberikan pelayanan dan menyelenggarakan seluruh aktivitas yang terkait dengan pemeriksaan, penanganan dan pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat. Meskipun tujuan utama organisasi kesehatan adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, ini tidak berarti bahwa organisasi kesehatan sama sekali tidak memiliki tujuan keuangan. Hal ini tergantung pada kondisi organisasi yang bersangkutan dan besarnya biaya operasional organisasi. Sebagai contoh, apabila organisasi tidak mempunyai sumber dana yang pasti, kebutuhan akan daya dukung pelayanan kesehatan turut
23
berkembang. Kenyataannya, keuangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan pelayanan kesehatan. Dari segi sumber pendanaan atau lebih konkretnya struktur modal dan struktur pembiayaan, organisasi kesehatan sangat berbeda dalam hal bentuk dan jenisnya. Sumber pendanaan organisasi kesehatan berasal dari masyarakat, subsidi pemerintah (bagi organisasi kesehatan milik pemerintah) dan sumbangan pihak tertentu bagi organisasi kesehatan swasta. Dalam konteks pola pertanggungjawaban, pertanggungjawaban dilakukan kepada lembaga yang menaunginya, seperti pemerintah atau pemilik yayasan/lembaga. Pertanggungjawaban organisasi kesehatan merupakan bagian terpenting dalam menciptakan kredibilitas pengelolaan yang dijalankan. Apabila elemen pertanggungjawaban ini tidak dapat dipenuhi, implikasinya sangat luas, yang bisa berupa ketidakpercayaan, ketidakpuasan atau bahkan buruknya citra organisasi terkait.
2.2.2
Tujuan Akuntansi pada Rumah Sakit Seperti halnya akuntansi organisasi publik lainnya, akuntansi kesehatan terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan informasi, pengendalian
pengelolaan dan
akuntabilitas.
Akuntansi
kesehatan
merupakan alat informasi tentang pengelolaan bagi lembaga yang menaungi sebuah organisasi kesehatan. Bagi organisasi kesehatan bersangkutan, informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian
24
pengelolaan mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban. Tujuan akuntansi dalam organisasi kesehatan atau rumah sakit (Bastian, 2008 : 6) adalah 1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola organisasi secara tepat, efisien dan ekonomis menyangkut kegiatan dan alokasi sumber daya yang dipercayakan ke organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian pengelolaan. 2. Memberikan informasi yang memungkinkan pengelola organisasi untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan secara tepat dan efektif beserta penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, di samping memungkinkan pengelola organisasi untul melaporkan ke publik atau lembaga penaung atas hasil operasi organisasi. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas. Informasi akuntansi bermanfaat sebagai salah satu pedoman pengambilan keputusan, terutama membantu pengelola organisasi dalam mengalokasikan sumber daya. Informasi akuntansi juga digunakan untuk menentukan biaya program atau kegiatan beserta kelayakannya, baik secara ekonomis maupun teknis. Dengan informasi akuntansi, pengelola organisasi menentukan biaya operasional yang akan dibebankan ke masyarakat sasarannya dan menetapkan biaya standar serta harga yang akan dibebankan ke organisasi kesehatan bersangkutan. Selain itu, informasi akuntansi kesehatan juga dapat digunakan untuk membantu pemilihan dan peningkatan kegiatan pelayanan yang
25
efektif dan efisien ini sangat membantu meringankan penganggaran. Pada akhir proses pengendalian organisasi kesehatan, akuntansi diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan yang merupakan bagian terpenting dari proses akuntabilitas pada lembaga penaung dan publik.
2.2.3
Siklus Akuntansi pada Rumah Sakit Siklus akuntansi (Bastian, 2008) merupakan serangkaian prosedur kegiatan akuntansi selama satu periode, mulai dari pencatatan transaksi pertama sampai dengan penyusunan laporan keuangan, penutupan pembukuan secara keseluruhan, hingga pencatatan transaksi periode selanjutnya. Proses Akuntansi : 1. Pencatatan dan pengklasifikasian (dalam jurnal) 2. Peringkasan (dalam akun buku besar) 3. Penyajian dalam bentuk laporan keuangan, yaitu laporan posisi keuangan/neraca, laporan arus kas dan laporan aktivitas organisasi. Untuk memudahkan pekerjaan menyusun laporan keuangan biasanya dibuat neraca lajur (kertas kerja).
26
27
BUKU BESAR
BUKU BESAR PEMBANTU
ELIMINASI
PENYESUAIAN
KERTAS KERJA
NERACA SALDO
LAP ARUS KAS
PERUBAHAN EKUITAS
SURPLUS/ DEFISIT
NERACA
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi dalam Rumah Sakit
(Sumber : Bastian, 2008 : 140)
NERACA AWAL
JURNAL
BUKTI
TRANSAKSI
KASIR
PASIEN
LAP KEU RS
PEMBALIKAN
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
PENUTUPAN
2.2.4
Tahapan Siklus Akuntansi pada Rumah Sakit Siklus akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tahap (Bastian, 2008 : 128), yaitu : Gambar 2.2 Tahapan Siklus Akuntansi pada Rumah Sakit 1) Kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran
bukti
transaksi dan bukti pencatatan. 1 Tahap Pencatatan
2) Kegiatan pencatatan bukti transaksi ke dalam buku harian atau jurnal. 3) Memindah-bukukan (posting) dari jurnal berdasarkan kelompok atau jenisnya ke dalam akun buku besar.
1) Penyusunan neraca saldo (trial balance) berdasarkan akun-akun buku besar. 2 Tahap Pengikhtisaran
2) Pembuatan ayat jurnal penyesuaian. 3) Penyusunan kertas kerja atau neraca lajur (work sheet). 4) Pembuatan ayat jurnal penutup (closing entries). 5) Pembuatan neraca saldo setelah penutupan. 6) Pembuatan ayat jurnal pembalik
1) Laporan Surplus/Defisit 3 Tahap Pelaporan
2) Laporan Arus Kas 3) Neraca 4) Laporan Perubahan Ekuitas 5) Catatan atas Laporan Keuangan
(Sumber : Bastian, 2008 : 128-129)
28
2.3 2.3.1
Sistem Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya pada Rumah Sakit Mulyadi mendefinisikan akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Obyek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya. Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian, serta penafsiran informasi biaya adalah tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini proses akuntansi biaya harus memperhatikan karateristik akuntansi keuangan. Dengan demikian akuntansi biaya dapat merupakan bagian dari akuntansi keuangan. Dapat ditujukan pula untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam perusahaan. Akuntansi biaya atau akuntansi manajemen menurut Amin Widjajatunggal adalah sistem yang didesain untuk mengukur biaya produk, performa dan pengendalian operasi perusahaan. Akuntansi biaya menurut National Association of Accountants (NAA) didefinisikan sebagai suatu teknik atau metode untuk menentukan biaya suatu proyek, proses, atau hal-hal yang digunakan oleh mayoritas kesatuan legal dalam suatu masyarakat atau secara khusus ditentukan oleh suatu kelompok akuntansi otoritatif. Akuntansi biaya memberi perhatian pada penentuan biaya.
29
Sedangkan menurut Bastian, akuntansi biaya merupakan proses penentuan biaya penuh maupun biaya tambahan bagi penyedia layanan serta barang untuk pasien dan masyarakat. Untuk menentukan total biaya penyediaan layanan, semua jenis dan besaran biaya harus dipastikan terlebih dahulu. Sebagai contoh, sejumlah bagian yang tidak menyediakan layanan secara langsung pada pasien, juga merupakan operasi lembaga. Beban suatu bagian overhead harus dialokasikan ke bagian yang menggunakannya. Dalam kenyataannya, untuk mengeluarkan keputusan manajemen, biaya harus diketahui berdasarkan dengan prosedur, pasien dan bagian atau departemen terkait. 2.3.2
Biaya pada Rumah Sakit Menurut
AICPA
(American
Institute
of
Certified
Public
Accounting), biaya adalah pengurangan pada aktiva netto sebagai akibat digunakannya jasa-jasa ekonomi untuk menciptakan penghasilan. Biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan member manfaat saat sekarang atau di masa akan datang bagi organisasi. Secara terminologi (Masiyah Kholmi, 2002), biaya dapat dibedakan antara biaya (cost) dan beban (expenses) : 1. Cost atau unexpired cost merupakan pengorbanan sumber ekonomi perusahaan yang digunakan untuk memperoleh barang atau jasa. Contohnya : pembelian bahan baku.
30
2. Expenses atau expired cost adalah pengorbanan sumber ekonomi perusahaan yang digunakan untuk mengarahkan penghasilan. Beban ini terjadi dalam periode terjadinya transaksi dan dapat langsung memberi manfaat pada periode yang bersangkutan. Contohnya : beban penjualan, beban sewa, dan lain-lain. Tetapi menurut Amin Widjajatunggal, biaya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : 1. Cost (biaya) adalah nilai dari pengorbanan yang dilakukan (manfaat yang diberikan) untuk mendapatkan barang dan jasa. 2. Biaya (expenses) adalah suatu ‘cost’ yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah kadaluarsa (expired). 3. Kerugian (loss) adalah suatu ‘cost’ yang terjadi pada saat barang dan jasa siap dibeli, ditentukan tidak bernilai, tanpa memberikan manfaat apapun. Dan Hansen dan Mowen, mengemukakan biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Bastian (2008 : 204) mengemukakan bahwa biaya dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori yaitu : 1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya
yang jumlah totalnya tidak
dipengaruhi oleh perubahan kegiatan organisasi. Biaya yang termasuk
31
ke dalam biaya tetap adalah biaya gaji direktur, biaya gaji bulanan atau tahunan dan lain-lain. Biaya tetap itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian, yaitu : a. Biaya yang tidak dipengaruhi oleh kebijakan manajemen, adalah biaya tetap yang dikeluarkan karena keputusan masa lalu dan berhubungan dengan ramalan pengoperasian jangka panjang atau untuk menjaga kapasitas yang dibutuhkan dalam jangka panjang. Sebagai contoh, biaya penyusutan aktiva tetap, pajak bumi dan bangunan, biaya asuransi, biaya sewa dan gaji karyawan utama. b. Biaya yang dipengaruhi oleh kebijakan manajemen adalah biaya yang timbul dari keputusan penyediaan anggaran secara berkala (biasanya
tahunan).
Sebagai
contoh,
biaya
riset
dan
pengembangan, biaya iklan, biaya promosi, biaya program latihan karyawan dan biaya konsultan. 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah jumlah biaya yang totalnya dipengaruhi oleh perubahan kegiatan. Contoh biaya variabel pada organisasi manufaktur yaitu biaya bahan baku dan biaya upah tenaga kerja langsung. Sedangkan contoh biaya variabel untuk organisasi jasa adalah biaya administrasi dan biaya komisi. 3. Biaya Semivariabel Biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki unsure tetap dan
variabel.
Unsure
tetap
adalah
jumlah
minimum
untuk
32
menyediakan jasa, sedangkan unsure variabel adalah bagian dari biaya semivariabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Bastian
juga
mengemukakan
bahwa
biaya
juga
dapat
diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu : 1. Biaya Langsung Biaya langsung adalah biaya yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan yang direncanakan. Jenis biaya langsung adalah biaya staf dan relawan serta biaya peralatan. 2. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. 2.3.3
Sistem Akuntansi Biaya pada Rumah Sakit Dalam organisasi kesehatan (rumah sakit) di Indonesia, sistem akuntansi biaya yang telah diterapkan adalah : 1. Activity Costing System (Sistem Pembiayaan Berdasarkan Aktivitas Kesehatan) ACS (Activity Costing System) adalah suatu pembiayaan yang diberikan oleh pihak rumah sakit berdasarkan aktivitas yang diterima oleh pasien. Pihak rumah sakit akan memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan diagnosis pasien. Bastian (2008 : 207) mengungkapkan bahwa dalam penerapan ACS,
biaya pasien
dialokasikan ke kategori jenis biaya berdasarkan aktivitas yang diterima dari pihak rumah sakit.
33
Contoh penerapan Activity Costing System : Seorang pasien terkena penyakit stroke yang dirawat inap di sebuah rumah sakit dengan ACS. Asumsi biaya kamar Rp325.000,00 per hari. Biaya yang harus ditanggung oleh pasien tersebut adalah Tabel 2.1 Activity Costing System No. Layanan 1 Lama tinggal/rawat inap (selama 25 hari) 2 Biaya diagnosis 3 Biaya terapi 3 Biaya perawat, dokter dan ahli medis lainnya 4 Tindakan medis (pengobatan, UGD) 5 Obat Jumlah (Sumber : Bastian, 2008 : 207)
Tarif (Rp) 8.125.000,00 475.000,00 800.000,00 1.750.000,00 2.350.000,00 3.650.000,00 17.150.000,00
2. DRG (Diagnosis Related Groups) System Konsep DRG’s berkembang di Yale-New Haven Hospital oleh Robert Fetter dan John Thompson yang semula dimaksudkan untuk mempelajari dan mengembangkan penilaian atas proses utilisasi (utilization review process) sejak tahun 1970. Pengelompokkan DRG’s semula
mempergunakan
Classification
of
klasifikasi
Disease,
Eight
ICD-8-CM Edition
(International
Revision-Clinical
Modification). Dengan menggunakan data medik (medical record) dari New Jersey, Conneticut dan South Carolina, diagnosis klinik dikelompokkan sesuai dengan tiga prinsip yang ditetapkan yaitu, pertama bahwa diagnosis disesuaikan dengan pengelompokan anatomi dan fisiologis; kedua, bahwa jumlah kasus cukup besar, sehingga dapat
34
mewakili kasus tersebut; dan ketiga dapat mencakup seluruh ICD-8CM dengan tidak saling tumpang tindih. Hasilnya, sejumlah 83 pengelompokan diagnosis. Perkembangan berikutnya adalah bahwa ternyata dari group yang telah ditetapkan perlu diperluas lagi, untuk menghindari variasi yang sangat besar dalam angka rawat inap RS. Perkembangan itu telah membuka kategori untuk diagnosis berikutnya (secondary diagnosis), operasi, usia penderita dan lain-lainnya. Hasilnya menjadi 383 DRG’s. Generasi kedua DRG’s berkembang sejak tahun 1981, sehubungan dengan terbitnya ICD-9-CM (International Classification of Disease, Ninth Revision-Clinical Modification). Sebuah panel para ahli membagi ICD-9-CM menjadi 23 diagnosis besar (Major Diagnosis) berdasarkan organ tubuh. Diagnosis besar itu kemudian diklasifikasikan kembali sesuai dengan tindakan operasi yang dilakukan, komplikasi yang dialami, umur pasien, kelamin dan status pasien pada saat keluar RS. Hasilnya 467 DRG’s. (Soelastomo, 2006) DRG adalah suatu sistem pemberian imbalan jasa pelayanan kesehatan pada penyedia pelayanan kesehatan (PPK) yang ditetapkan berdasarkan pengelompokkan diagnosa penyakit. Diagnosis dalam DRG sesuai dengan ICD-9-CM (International Classification Disease Ninth Edition Clinical Modification) dan ICD-10. Dengan adanya ICD memudahkan dalam pengelompokkan penyakit agar tidak terjadi tumpang tindih.
35
Alasan perlu adanya klasifikasi penyakit adalah bahwa rumah sakit memiliki banyak produk pelayanan kesehatan sehingga dengan adanya klasifikasi tersebut dapat menerangkan dari berbagai produk tersebut. Selain itu, dapat juga membantu klinisi dalam meningkatkan pelayanan, membantu dalam memahami pemakaian sumberdaya dan menciptakan alokasi sumberdaya yang lebih adil, meningkatkan efisiensi dalam melayani pasien serta menyediakan informasi yang komparatif antar rumah sakit. Manfaat Diagnostic Related Group (Bastian, 2008 : 211) : a. Penyedia layanan kesehatan terhindar dari godaan penggunaan yang berlebihan, tidak terencana dan salah sehingga biaya kesehatan dapat lebih terkendali. b. Sistem dan beban administrasi pengelola dana serta penyelenggara pelayanan kesehatan akan lebih sederhana dan tidak merepotkan, sehingga biaya pengelolaan turun. c. Dalam sistem pengelolaan perawatan, dokter dibantu dalam mengidentifikasi bagian mana yang membutuhkan peningkatan kualitas. d. Tidak menurunkan kualitas pelayanan. Beberapa keuntungan dari pengimplementasian metode DRG yaitu : a. Bagi rumah sakit yaitu sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mutu standar pelayanan kesehatan,
memantau pelaksanaan
36
program
”Quality
Assurance”,
memudahkan
mendapatkan
informasi mengenai variasi pelayanan kesehatan, dapat digunakan untuk
mengevaluasi
kualitas
pelayanan
kesehatan,
dapat
mempelajari proses pelayanan pasien, adanya rencana pelayanan pasien yang tepat, dan dapat dijadikan sebagai alat perencanaan anggaran rumah sakit. b. Bagi pasien, yaitu memberikan prioritas pelayanan kesehatan berdasarkan tingkat keparahan penyakit, pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang baik, mengurangi/meminimalkan risiko yang
dihadapi
pasien,
dan
mempercepat
pemulihan
dan
mengevaluasi
dan
meminimalkan kecacatan. c. Bagi
institusi
kesehatan,
yaitu
dapat
membandingkan kinerja rumah sakit, benchmarking, area untuk audit klinis, mengembangkan kerangka kerja klinis dan alur pelayanan
kesehatan
(SOP),
dan
menstandardisasi
proses
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada pedoman Daftar Penggolongan Penyakit dan Tindakan serta Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Tahun 2008 yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI terdapat penggolongan 23 Major Diagnostic Categories (MDC) yang terbagi dalam 1077 diagnosis penyakit. Tarif pelayanan askes ini meliputi tarif pelayanan rawat inap (Inpatient Procedure) dan rawat jalan (Ambulatory Procedure) untuk rumah sakit tipe A, B, C, D,
37
RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSAB Harapan Kita, RSJP Harapan Kita, dan RS Kanker Dharmais. Komponen biaya yang ada dalam tarif INA-DRG meliputi jasa pelayanan, biaya pemeriksaan penunjang, biaya obat dan alat habis pakai, biaya akomodasi, dan biaya administrasi.
38
Tabel 2.2 23 Major Diagnostic Categories MDC
Keterangan MDC
01
Disease and Disorders of the Nervous System
02
Disease and Disorders of the Eye
03
Disease and Disorders of the Ear, Nose, Mouth, and Throat
04
Disease and Disorders of the Respiratory System
05
Disease and Disorders of the Circulatory System
06
Disease and Disorders of the Digestive System
07
Disease and Disorders of the Hepatobiliary System and Pancreas
08
Disease and Disorders of the Musculoskeletal System and Conn Tissue
09
Disease and Disorders of the Skin, Subcutaneous Tissue and Breast
10
Disease and Disorders of the Endocrine, Nutritional, and Metabolic System
11
Disease and Disorders of the Urinary Tract
12
Disease and Disorders of the Male Reproductive System
13
Disease and Disorders of the Female Reproductive System
14
Childbirth
15
Newborns and Other Neonates
16
Diseases and Disorders of Blood, Blood Forming Organs, Immunolog Disord
17
Myeloproliferative Diseases and Disorders, Poorly Differentiated Neoplasm
18
Infectious and Parasitic Diseases, Sistemic or Unspecified Sites
19
Mental Diseases and Disorders
20
Alcohol/Drug Use and Alcohol/Drug Induced Organic Mental Disorders
21
Injuries, Poisonings, and Toxic Effects of Drugs
22
Factors Influencing Health Status and Other Contacts With Health Service
23
Medical Outpatient Visit
Sumber : RS Roemani Muhammadiyah Semarang
39
Penentuan Diagnostic Related Group harus ditentukan lebih dulu sebelum ditetapkannya sebuah tarif. Diagnosis yang ada dikelompokkan dengan menggunakan kode seperti gambar di atas. Principal diagnostic adalah diagnosis yang berdasarkan International Disease Classification (ICD) yaitu kondisi yang dinilai sebagai penyebab utama pasien masuk rumah sakit. Major Diagnostic Category (MDC) yang terdiri dari 23 MDC dalam INA-DRG, terdiri dari dua macam yaitu sistem organ yang terkena penyakit dan jenis penyakit. Misalnya dalam kasus diagnosis penyakit diare, sistem organ yang terkena adalah sistem saluran pencernaan dan jenis penyakitnya adalah penyakit infeksi dan parasit. Kemudian ditentukan apakah perlu untuk dilakukan tindakan pembedahan atau tidak. Tetapkan apakah umur dan komplikasi berpengaruh. Di lingkungan PT Askes Indonesia semacam DRG’s telah diberlakukan bagi tindakan-tindakan khusus, misalnya cuci darah, transplantasi ginjal, dan tindakan operasi jantung terbuka. Keuntungan yang diperoleh adalah penyederhanaan administrasi serta efisiensi dana pelayanan kesehatan. (Soelastomo, 2006 : 23-24) 2.4
Sistem dan Prosedur Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas : ”Rawat inap adalah (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya
40
sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat jalan di Unit Rawat Jalan, akan mendapatkan surat rawat dari dokter yang merawatnya, bila pasien tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah sakit, atau menginap di rumah sakit. Saat ini, di Rumah Sakit Dr. Moehammad Hoesin Palembang terdapat beberapa zaal atau bangsal yang digunakan untuk merawat pasien.” Semua rumah sakit yang menyediakan pelayanan kesehatan rawat inap hampir memiliki prosedur rawat inap yang sama. Salah satu contoh prosedur pelayanan kesehatan rawat inap yang dilakukan oleh RSUD Kota Prabumulih (www.google.co.id) adalah sebagai berikut :
1. Pasien yang dirujuk untuk Rawat Inap melakukan Pendaftaran atau Registrasi Rawat Inap. 2. Setelah terdaftar sebagai pasien Rawat Inap, kemudian pasien tersebut menempati bed. 3. Pasien ke layanan penunjang yaitu Laboratorium atau Radiologi untuk diketahui diagnosa penyakitnya. 4. Hasil tersebut diserahkan ke dokter piket atau jaga ke ruangan. 5. Pasien ke Farmasi / Apotek untuk pengesahan obat. 6. Pasien melakukan pembayaran ke Kasir / Verifikasi ke bagian Askes. 7. Pasien mengambil obat di Farmasi / Apotek. 8. Pasien ke ruangan untuk menyerahkan obat–obatan kepada perawat.
41
9. Pasien diperbolehkan pulang.
Di dalam PT JAMSOSTEK, pelayanan dan prosedur rawat inapnya adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan rawat inap di rumah sakit meliputi: a. Kamar perawatan :Kelas II (dua) rumah sakit umum pemerintah, atauKelas III (tiga) di rumah sakit TNI/ Polri/ BUMN/ Swasta. b. Lama hari rawat ditanggung maksimum 60 hari/kasus/tahun kalender, termasuk 20 hari/kasus/tahun kalender untuk perawatan khusus. c. Visite dokter yang merawat maksimum 1x sehari. d. Konsultasi dokter spesialis yang diperlukan secara medis. e. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi medis yang merujuk pada standar obat JPK PT Jamsostek (Persero). f. Pemeriksaan penunjang diagnostik seperti laboratorium, rontgen, elektromedis, dan patologi. g. Tindakan Medis. h. Perawatan khusus (ICCU, ICU, HCU,NICU, dan ICU Anak). i.
Operasi sesuai klasifikasi operasi dengan penyetaraan setinggitingginya setara dengan operasi besar.
j.
Alat Kesehatan tidak habis pakai (Pin, Plate, Screw, korset, collar neck, Intra Ocular Lens, Double J, peritoneal stein, dan jaring untuk hernia)
ditanggung oleh
PT JAMSOSTEK (Persero)
42
sebesar 60% nilai barang, atau setinggi-tingginya Rp 500.000,sisanya ditanggung oleh peserta. 2. Prosedur pelayanan rawat inap di rumah sakit : a. Pasien yang membutuhkan perawatan inap atas sesuai indikasi medis akan mendapatkan surat perintah rawat inap dari dokter spesialis RS atau dari UGD. b. Surat perintah rawat inap akan ditindak lanjuti dengan mendatangi bagian pendaftaran untuk konfirmasi ruangan sesuai hak peserta dengan membawa KPK asli dan fotocopy sehingga peserta bisa langsung dirawat. c. Bila ruang perawatan sesuai hak peserta penuh, maka ybs berhak dirawat 1 (satu) kelas diatas/dibawah haknya. Selanjutnya peserta dapat pindah menempati kamar sesuai haknya dan bila terdapat selisih biaya yang timbul maka peserta membayar selisih biaya perawatan. d. Bagian Pendaftaran rawat inap di RS akan menerbitkan Surat Keterangan Perawatan RS dan selanjutnya akan diteruskan ke Kantor Cabang PT Jamsostek (Persero) dapat melalui faksimil agar segera dapat diterbitkan surat jaminan rawat inap. e. Bidang Pelayanan atau Bidang Pelayanan JPK Kantor Cabang PT Jamsostek
akan
menerbitkan
Surat
Jaminan
Rawat
Inap
berdasarkan Surat Keterangan Perawatan RS dan akan dikirim melalui faksimil ke RS. Surat jaminan harus sudah diurus
43
selambat-lambatnya 2x24 jam terhitung peserta rawat inap di rumah sakit. f. Bila pasien membutuhkan pemeriksaan penunjang diagnostik lanjutan atau tindakan medis, maka yang bersangkutan harus menandatangani Surat Bukti Pemeriksaan dan Tindakan setiap kali dilakukan. g. Setiap selesai rawat inap, peserta/orangtua peserta bersangkutan harus menandatangani Surat Bukti Rawat Inap dan pasien akan mendapatkan perintah untuk kontrol kembali ke spesialis yang bersangkutan. h. Pasien akan membawa surat perintah kontrol kembali dari dokter spesialis ke dokter PPK I untuk mendapatkan Surat Rujukan PPK I ke dokter spesialis di RS yang ditunjuk. i.
Selanjutnya berlaku prosedur rawat jalan dokter spesialis di RS.
j.
Jawaban rujukan dari dokter spesialis dapat diberikan kembali kepada dokter keluarga di PPK I.
44