BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Risiko Dan Tingkat Imbal Hasil (Return)
Dalam melakukan segala hal, kita selalu dihadapkan pada risiko (risk). Objek penelitian tesis ini adalah NAB pada sebuah reksadana perusahaan sekuritas. Dengan demikian, risiko yang mungkin terjadi adalah risiko penurunan NAB reksadana tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui, NAB setiap hari mengalami perubahan, apakah itu kenaikan ataupun penurunan NAB. Sekarang kita tahu mengenai risiko pada reksadana, tetapi bagaimanakah cara mengukur risiko tersebut?
Salah satu cara kuantitatif yang sering digunakan untuk
mengukur risiko adalah dengan menggunakan standard deviasi. “Standard deviation is a measure of the spread or dispersion about the mean of a probability distribution” (Keown, 2001, p177). Penulis menggunakan data historis NAB tahun buku 2002 untuk mengukur risiko NAB pada reksadana. Dalam konteks investasi. risiko dapat dikurangi, tetapi tidak dapat dihilangkan seluruhnya. Caranya adalah dengan melakukan diversivikasi. Apabila kita melakukan investasi pada satu jenis instrumen saja, risiko kita sepenuhnya akan tergantung pada kinerja investasi tersebut.
Tetapi apabila kita melakukan investasi pada beberapa
instrumen yang ada (seperti investasi pada deposito, reksadana, saham, dll.) kita dapat membagi-bagi risiko yang ada. Jadi apabila investasi yang satu mengalami kerugian,
maka kerugian tersebut dapat ditutup sebagian oleh keuntungan pada bentuk investasi yang lainnya. Prinsip diversifikasi mirip dengan prinsip “don’t put all your eggs in just one basket”. Apabila keranjang tersebut jatuh, maka tentunya semua telur yang ada didalamnya akan pecah. Apabila kita membagi “telur-telur” (dana) yang kita miliki ke dalam beberapa “keranjang” (instrumen investasi), berarti kita sudah melakukan diversivikasi. Karena apabila salah satu keranjang yang kita miliki jatuh, kita masih memiliki keranjang telur lainnya. Dalam konteks manajemen keuangan dan berdasarkan prinsip diversifikasi, kita dapat membagi risiko menjadi : -
Firm specific risk / Unsystematic Risk / Diversifiable Risk : the portion of the variation in instrument returns that can be eliminated through investor diversification. This diversifiable risk is the result of factors that are unique to the particular firm. Contoh firm specific risk : kebakaran pabrik sepatu tidak akan mengganggu kinerja pabrik textil, kelalaian manajemen bank A tidak akan mempengaruhi kinerja bank B, dll.
-
Market-related Risk / Systematic Risk / Non-diversifiable Risk : the portion of variations in investment returns that cannot be eliminated through investor diversification.
This variation results from factors that affect all investment
instruments. Contoh market risk : kenaikan tingkat suku bunga dan tingkat inflasi akan memiliki pengaruh terhadap seluruh perekonomian. Salah satu prinsip investasi yang utama adalah “risk-return tradeoff – We won’t take on additional risk unless we expect to be compensated with additional return” (Keown, 2001, p11). Artinya adalah bahwa kita bersedia untuk menanggung sejumlah
risiko asalkan kepada kita diberikan tambahan pendapatan (return) karena kita bersedia menanggung risiko tambahan tersebut. Pelaku investasi tentunya mengharapkan pendapatan atas sejumlah investasi yang telah atau akan ia tanamkan. Hal ini sering disebut sebagai expected rate of return. Dengan demikian expected rate of return berarti tingkat imbal hasil yang diinginkan investor atas kesediaannya menanggung sejumlah risiko atas investasi yang ia lakukan. Setelah investor dapat menghitung expected rate of return, selanjutnya ia akan mulai bertanya-tanya : sebenarnya berapa tingkat imbal hasil yang wajar yang diberikan oleh instrumen investasi tersebut? Tingkat imbal hasil yang wajar tersebut diistilahkan sebagai investor’s required rate of return, yang artinya adalah seberapa besar tingkat imbal hasil minimum yang diperlukan sehingga orang-orang akan menjadi tertarik untuk menaruh investasi pada instrumen investasi tersebut. Required rate of return memiliki dua komponen utama, yaitu tingkat suku bunga bebas risiko (risk-free rate) dan premi risiko (risk premium). Keduanya akan dibahas lebih lanjut kemudian. Jadi, kuncinya adalah menetapkan seberapa besar expected rate of return dan required rate of return. Apabila tingkat imbal hasil yang dibutuhkan investor (expected rate of return) lebih besar daripada tingkat imbal hasil minimum yang diperlukan investor (required rate of return), maka dikatakan bahwa investasi tersebut layak untuk dijalankan. Alasannya : karena investasi tersebut memberikan harapan imbal hasil yang lebih besar daripada tingkat imbal hasil yang dibutuhkan. Begitu pula sebaliknya yang terjadi jika expected rate of return lebih kecil daripada required rate of return, sebaiknya investasi tidak dilakukan.
Contoh : investor A melakukan analisis tingkat imbal hasil yang akan ia terima atas investasi yang akan ia lakukan. Berdasarkan perhitungannya, ia mendapatkan bahwa expected rate of return atas investasinya tersebut sebesar 15%, dan required rate of return atas investasi tersebut sebesar 12%. Artinya, ia berharap untuk mendapatkan tingkat imbal hasil sebesar 15%, padahal hanya dengan tingkat imbal hasil sebesar 12% saja ia juga sudah mau melakukan investasi tersebut. Akan tetapi apabila investor B melakukan perhitungan atas investasi yang sama, dan berdasarkan oleh perhitungannya itu ia menyimpulkan bahwa expected rate of return dari investasi tersebut hanyalah 10%, sedangkan tingkat required rate of return adalah sama yaitu sebesar 12%. Investor B tidak akan mau menjalankan investasi tersebut, karena ia hanya akan mendapatkan imbal hasil sebesar 10%, sedangkan tingkat imbal hasil minimum yang dibutuhkan oleh para investor lebih besar daripada harapannya, yaitu sebesar 12%. Dari sudut pandang bisnis, setiap investasi memiliki expected rate of return dan required rate of return yang berbeda-beda. Jadi, kuncinya adalah membandingkan antara expected return dan required return atas suatu investasi. Dalam praktek bisnis terdapat instrumen investasi yang dikategorikan sebagai investasi yang bebas dari risiko, seperti investasi pada obligasi pemerintah, deposito, dll. Disebut bebas risiko adalah karena risiko yang dipikulnya relatif kecil, hampir tidak ada. Risiko negara untuk gagal dalam membayar kupon obligasi atau membayar pokok obligasi pada saat jatuh tempo sangat kecil sekali, bahkan hampir tidak ada. Kalaupun ada, maka dapat dikatakan negara dalam keadaan bangkrut. Instrumen investasi yang seperti ini sering disebut sebagai asset yang bebas risiko (risk free assets).
Investasi bebas risiko tentunya memiliki tingkat return tertentu, yang sering disebut sebagai tingkat investasi bebas risiko (risk-free rate). “Risk-free rate : the rate of return on risk-free investments” (Keown, 2001, p 191). Dalam melakukan investasi, kita dihadapkan pada risiko yang bermacam-macam (systematic risk dan unsystematic risk). Kita kemudian perlu mengetahui seberapa besar tambahan risiko yang kita tanggung, untuk kemudian kita perhitungkan dengan tingkat imbal hasil pendapatan (expected rate of return) yang kita harapkan. Tambahan risiko yang kita tanggung sering disebut sebagai premi risiko (risk premium). Risk premium is the additional rate of return we expect to earn above the risk-free rate for assuming risk. Dalam investasi, terdapat hubungan antara konsep required rate of return, riskfree rate, dan risk premium, yang tertuang dalam sebuah rumusan yaitu sebagai berikut: Required rate of return = Risk-free rate + Risk premium Jadi secara keseluruhan, kita dapat menyimpulkan bahwa required rate of return merupakan penjumlahan atas tingkat suku bunga bebas risiko (risk-free rate) dan premi risiko (tambahan risiko atas risky investment). Dengan demikian perubahan pada suku bunga bebas risiko dan premi risiko menentukan perubahan pada required rate of return atas suatu investasi.
2.2
Pengertian Reksadana
“Reksadana adalah suatu wadah yang mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk Unit Penyertaan (UP) untuk dikelola oleh Perusahaan Manajer Investasi alias Manajer Investasi / MI (fund manager)” (Tedy Fardiansyah, 2002, p171). Dana yang
terkumpul dikelola dan diinvestasikan lagi di pasar modal dan pasar uang, tergantung jenis reksadananya. Jenis-jenis reksadana adalah : -
Reksadana Saham (RDS) – sering disebut dengan reksadana pertumbuhan (growth fund) karena berusaha untuk mendapatkan pertumbuhan NAB yang paling tinggi dengan berinvestasi di saham.
-
Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT) – mengutamakan pendapatan yang konstan dengan berinvestasi di obligasi atau surat hutang jangka panjang lainnya.
-
Reksadana Pasar Uang (RDPU) – lebih mengutamakan keamanan daripada pertumbuhan dana, berinvestasi di deposito atau sekuritas pasar uang jangka pendek.
-
Reksadana Campuran – merupakan kombinasi dari RDS, RDPT, dan RDPU dengan berinvestasi di saham, obligasi, dan instrumen pasar uang seperti deposito.
Nilai per UP di pasar mencerminkan asset yang mendukung UP tersebut, disebut sebagai Nilai Aktiva Bersih (NAB), yaitu nilai per-UP setelah dikurangi dengan kewajiban-kewajiban (fee) dibagi dengan jumlah UP yang beredar.
2.3
Pengertian Obligasi
“A bond is a type of debt or long-term promissory note, issued by the borrower, promising to pay its holder a predetermined and fixed amount of interest per year” (Keown, 2001, p212). Obligasi (bond) memiliki beberapa karakterstik unik, yaitu :
1. Nilai / harga sebuah obligasi berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga. Dengan kata lain, kenaikan (penurunan) tingkat suku bunga akan menyebabkan penurunan (kenaikan) harga obligasi. 2. Harga pasar obligasi akan lebih rendah dari nilai par (par value)-nya apabila required rate of return investor lebih tinggi daripada tngkat kupon obligasi. Demikian juga sebaliknya apabila required rate of return investor lebih rendah daripada tingkat kuponnya, maka harga obligasi akan lebih tinggi dari nilai parnya. 3. Harga pasar obligasi akan semakin mendekati nilai pasarnya seiring dengan berjalannya waktu yang mendekati masa maturity-nya. 4. Obligasi jangka panjang memiliki risiko lebih tinggi daripada obligasi jangka pendek. Hal ini disebabkan oleh risiko fluktuasi tingkat suku bunga (sebagaimana yang kita ketahui, obligasi memiliki hubungan / korelasi negatif terhadap tingkat suku bunga). 5. Sensitifitas perubahan harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga tidak hanya dipengaruhi oleh umur obligasi (time to maturity), melainkan juga dipengaruhi oleh cash flow obligasi tersebut. Obligasi yang membagikan kupon pada awal periode akan memberikan efek perubahan harga obligasi yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan obligasi yang membayarkan kupon pada akhir periode. Hal ini dijelaskan oleh Macaulay (1938) dengan konsep durasi. Obligasi memiliki beberapa risiko, yaitu sebagai berikut : 1. Risiko tinkat bunga (interest rate risk). Jika tingkat bunga mengalami kenaikan, maka harga obligasi akan turun, dan begitu juga sebaliknya.
2. Risiko gagal bayar (default risk). Risiko ini timbul apabila perusahaan penerbit obligasi gagal melakukan pembayaran kopon ataupun pokok pinjaman (nilai pari).
2.4
Pengertian Capital Asset Pricing Model (CAPM)
“Menurut CAPM, E(r) pada suatu saham akan tergantung dari risiko saham tersebut dan hanya risiko pasarlah yang mempengaruhi risiko sebuah saham, karena dianggap semua investor telah melakukan diversifikasi secara efisien” (Tedy Fardiansyah, 2002, p48). Dengan demikian CAPM memberikan prediksi hubungan antara risiko dan tingkat imbal hasil harapan [expected rate of return – E(r)] dari sebuah asset (misalnya saham) dan hubungan antara tingkat imbal hasil saham tersebut terhadap tingkat imbal hasil pasar. Salah satu asumsi dasar CAPM adalah bahwa investor telah melakukan diversifikasi. Oleh karena itu menurut CAPM, risiko yang relevan hanyalah systematic risk.
Firm specific risk menjadi tidak begitu relevan karena risiko ini dapat di-
minimalisasi dengan melakukan diversifikasi. Rumus CAPM : (expected return – beta relationship) E(r) – Rf = β [ E(Rm) – Rf ] E(r)
! expected rate of return
Rf
! tingkat suku bunga bebas risiko
β
! beta / risiko sistematis atas suatu investasi
E(Rm) ! expected rate of return dari market / portfolio pasar
[ E(Rm) – Rf ] disebut sebagai premi risiko, karena mencerminkan kompensasi atas kesanggupan investor dalam menanggung risiko diatas tingkat suku bunga bebas risiko. Portfolio pasar adalah portfolio yang mewakili semua kesempatan investasi yang ada. Sebagai pendekatan dapat digunakan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bursa saham. Beta diartikan sebagai suatu ukuran kepekaan sebuah portfolio investasi terhadap risiko pasar, atau dengan kata lain, besarnya kontribusi risiko portfolio investasi terhadap risiko pada portfolio pasar secara keseluruhan. Rumus Beta :
β=
Cov( Ri, Rm) σm 2
Dimana : β
! beta / systematic risk
Cov (Ri, Rm) !
covariance antara Return portfolio (NAB) dengan return market
(IHSG) σm²
! variance dari return market (IHSG)