BAB II LANDASAN TEORI
Pada Bab II akan dipaparkan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian tanda visual kesucian pada kartu ucapan Imlek, Natal dan Idul Fitri. Teori-teori tersebut antara lain teori tentang semiotika, tanda, semiotika komunikasi dan makna, serta konsep-konsep kesucian pada kepercayaan dan agama-agama. Teori-teori tersebut merupakan landasan dalam menguraikan analisis pada penelitian ini.
2.1 2.1.1
Teori Semiotika Pengertian Umum Semiotika
Pada dasarnya semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Berikut ini adalah pengertian tentang semiotika menurut beberapa ahli:
“Semiotics is concerned with everything that can be taken as a sign. A sign is everything which can be taken as significatly substituting for something else.” (Eco, 1976: 7). Pengertian tersebut dapat diartikan sebagai berikut, semiotik adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang tanda, dimana tanda bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang bisa digantikan dengan sesuatu yang lain.
Menurut Charles S. Peirce semiotika adalah “the formal doctrine of signs”, yaitu doktrin formal tentang tanda. Sementara Ferdinand de Saussure mengartikan semiologi adalah “a science that studies the life of signs within society”, yaitu suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat (Budiman, 2004: 3).
8
Dari pengertian tersebut maka diketahui bahwa Peirce menggunakan kata semiotika dengan pendekatan filsafat, sedangkan Saussure menggunakan pendekatan disiplin psikologi sosial.
Jadi semiotika adalah segala tanda yang ditemukan pada suatu obyek benda, gambar, kata ataupun kalimat, juga gejala-gejala dari kehidupan dalam masyarakat yang dapat dipelajari melalui ilmu semiologi.
2.1.2
Teori tentang Tanda
Tanda menurut Peirce adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang diciptakan dinamakan interpretant dari tanda pertama, dimana tanda tersebut menunjukkan sesuatu, yakni obyeknya (Fiske, 1990: 63).
Tanda
Interpretant
Obyek
Gambar II.1 Unsur makna dari Peirce Sumber: Fiske, 1990: 71.
Peirce membagi tanda pada obyeknya menjadi: 1. Ikon. Ikon menunjukkan kemiripan dengan obyeknya. Ikon merupakan hal yang terlihat jelas dalam tanda-tanda visual, seperti obyek gambar pada foto adalah sebuah ikon; peta adalah sebuah ikon; tanda visual umum yang ditempel di pintu
9
kamar kecil pria dan wanita adalah ikon. Ikon pun bisa berupa tanda-tanda verbal, seperti misalnya sekunpulan lebah di pohon elms tua membuat bunyi kata-kata yang mirip dengan suara lebah adalah merupakan ikonik. 2. Indeks. Indeks merupakan tanda yang hubungan eksistensialnya langsung dengan obyeknya. Asap adalah indeks api; bersin indeks flu; dan ciri dari sesuatu ataupun seseorang adalah merupakan indeks. 3. Simbol. Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan obyeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan. Palang merah dan angka adalah contoh dari simbol.
Jadi tanda merupakan sesuatu yang dapat dikenali yang menunjuk pada suatu obyek. Dimana ikon, indeks dan simbol merupakan bagian dari tanda. Ikon adalah tanda yang benar-benar secara langsung dapat dikenali dari obyeknya, indeks merupakan tanda yang berhubungan dengan sebab akibat ataupun ciri dari obyeknya, sedangkan simbol merupakan tanda yang telah disepakati oleh kelompok tertentu dan dipahami oleh semua orang.
2.2
Semiotika Komunikasi, Makna dan Kode
2.2.1
Semiotika Komunikasi
John Fiske dalam bukunya Cultural and Communication Studies, mengasumsikan komunikasi sebagai interaksi sosial melalui pesan, yaitu sebagai berikut: 1. Komunikasi adalah studi yang dapat dipertanggungjawabkan, namun memerlukan sejumlah pendekatan disipliner untuk bisa mengkajinya secara komprehensif. 2. Semua komunikasi melibatkan tanda (sign) dan kode (codes). Tanda adalah artefak atau tindakan yang merujuk pada sesuatu yang lain di luar tanda itu sendiri; yakni, tanda menandakan konstruk. Kode adalah sistem dimana
10
tanda-tanda diorganisasikan dan yang menentukan bagaimana tanda-tanda itu mungkin berhubungan satu sama lain. 3. Tanda-tanda dan kode-kode itu ditransmisikan atau dibuat tersedia pada yang lain: dan bahwa pentransmissian atau penerimaan tanda/ kode/ komunikasi adalah praktik hubungan sosial. 4. Komunikasi adalah sentral bagi kehidupan budaya kita: tanpa komunikasi kebudayaan dari jenis apa pun akan mati. Konsekuensinya, studi komunikasi melibatkan studi kebudayaan yang dengannya ia terintegrasi (Fiske, 1990: 8-10).
Semiotika dalam komunikasi, melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna, dimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna, yang berkenaan dengan peran teks dalam kebudayaan dengan menggunakan istilah penandaan, dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yang penting dari kegagalan komunikasi. Sehingga cenderung menggunakan linguistik dan subyek seni, dan cenderung memusatkan dirinya pada karya seni. Didefinisikan bahwa interaksi sosial sebagai yang membentuk individu sebagai anggota dari suatu budaya atau masyarakat tertentu. Dan melihat pesan sebagai suatu konstruksi tanda, yang melalui interaksinya dengan penerima, akan menghasilkan makna.
Hubungan terstruktur dalam pesan pada semiotika komunikasi, seperti gambar berikut:
Gambar II.2 Pesan dan Makna Sumber: John Fiske, 1990: 11
11
Sehingga komunikasi adalah suatu proses timbal balik antara dua orang atau lebih dalam
menyampaikan
suatu pesan
yang melibatkan
tanda-tanda sehingga
menghasilkan suatu makna tertentu, dimana makna yang terkandung tergantung dari referensi dari si penerimanya.
2.2.2
Makna
Makna menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dengan mengerti akan makna pada kata, kalimat, pesan, ataupun pada gambar dan bahasa tubuh maka akan menghindarkan kita dari kesalahan ataupun kesalahfahaman. Seperti pada seorang pria mengedipkan matanya kepada seorang wanita, apakah makna yang sebenarnya sang pria menyukai wanita tersebut? Apakah sang pria meminta perlindungan dari sang wanita? Ataukah sang pria memberikan tanda bahwa seseorang yang lain telah mengincar sang wanita?
Menurut Berger dalam semiologi, makna denotasi dan konotasi memegang peranan yang sangat penting. Dimana makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda. Sedangkan makna konotasi adalah makna yang tersirat atau makna yang terkandung didalam suatu obyek tertentu (Berger, 2000: 55). Perbandingan antara konotasi dan denotasi menurut Arthur Asa Berger, adalah sebagai berikut: Tabel II.1 Perbandingan Konotasi dan Denotasi Sumber: Sobur, mengutip Berger, 2003: 264. KONOTASI Pemakaian Figur Petanda Kesimpulan Memberi kesan tentang makna Dunia mitos
DENOTASI Literatur Penanda Jelas Menjabarkan Dunia keberadaan/eksistensi
12
Makna denotasi disebut juga makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu menunjuk kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat dicerap pancaindra (kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna ini disebut juga makna proposisional karena ia bertalian dengan informasi-informasi atau pernyataanpernyataan yang bersifat faktual (Sobur, 2003: 265). Seperti makna denotasi dari kata gajah adalah hewan yang berbadan besar, memiliki belalai dan tubuhnya berwarna keabu-abuan. Sedangkan makna konotasi disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif, Sobur mengutip (Keraf, 2003: 266). Sedangkan pada makna konotasi sebuah kata dipengaruhi dan ditentukan oleh dua lingkungan, yaitu lingkungan tekstual dan lingkungan budaya, Sobur mengutip (Sumardjo dan Saini, 2003: 266). Yang dimaksud dengan lingkuangan tekstual ialah semua kata di dalam paragraf dan karangan yang menentukan makna konotasi tersebut, contohnya pada kata kuda diikuti dengan kata Arab dan kuda perunggu menjadi dua ungkapan (frase yang mengandung makna konotasi lain, demikian pula kata-kata yang ada di dalamnya. Pengaruh lingkuangan budaya menjadi sangat jelas jika kita meletakkan kata tertentu di dalam lingkungan budaya yang berbeda. Seperti kata gajah bagi umumnya bangsa Indonesia hanya akan mengungkapkan makna konotasi yang berhubungan dengan kekuatan saja. Tetapi di India gajah memiliki makna konotasi lain, karena dalam agama Hindu gajah memiliki makna perlambangan.
Dari penjabaran tersebut jelaslah bahwa makna denotasi merupakan makna yang langsung dapat ditangkap oleh si penerima secara jelas yang ditangkap melalui panca indera. Sedangkan makna konotasi merupakan makna yang tidak langsung atau tersirat yang dapat ditangkap oleh si penerima dengan bergantung akan referensinya terhadap obyek tersebut yang juga dipengaruhi oleh lingkungan budayanya.
13
Menurut Barthes selain denotasi dan konotasi terdapat mitos. Mitos adalah cerita yang digunakan suatu kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas atau alam. Mitos primitif berkenaan dengan hidup dan mati, manusia dan dewa, baik dan buruk. Mitos bagi Barthes merupakan cara berpikir dari suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara untuk mengkonseptualisasikan atau memahami sesuatu (Fiske, 1990: 121). Berikut ini adalah gambar Dua tatanan pertandaan Barthes.
Gambar II.3 Dua tatanan pertandaan Barthes dengan menambahkan nilai budaya. Sumber: Fiske, 1990:122.
2.2.3
Kode
Roland Barthes mengelompokkan kode-kode tersebut menjadi lima, yaitu: 1. Kode Hermeneutik. Kode Hermeneutik adalah artikulasi berbagai cara pertanyaan,
teka-teki, respons, enigma, penangguhan jawaban, akhirnya
menuju pada jawaban. Atau dengan kata lain, kode hermeneutik berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana. Siapakah mereka? Apa yang terjadi? Halangan apakah yang muncul? Bagaimanakah tujuannya? Jawaban yang satu menunda jawaban lain. 2. Kode Semantik. Kode Semantik yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Misalnya konotasi feminitas, maskulinitas. Atau dengan kata lain kode
14
semantik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi maskulin, feminin, kebangsaan, kesukuan, loyalitas. 3. Kode Simbolik. Kode Simbolik adalah kode yang berkaitan dengan psikoanalisis antitesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur, skziofrenia. 4. Kode Narasi. Kode Narasi atau Proairetik yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi atau antinarasi. 5. Kode Kebudayaan atau Kultural. Kode Kebudayaan atau Kultural, yaitu suarasuara yang bersifat kolektif, anonim, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda.
Dari teori semiotika di atas ada beberapa konsep semiotik yang secara khusus akan digunakan untuk menganalisis konsep kesucian pada ketiga kartu tersebut, yaitu menganalisis jenis tanda dengan menggunakan konsep ikon, indeks, simbol, dan menganalisis makna suci pada kartu ucapan dengan menjelaskan maknanya pada dua tingkat makna, yaitu makna denotasi, konotasi dan kode.
2.3
Konsep-Konsep Kesucian pada Kepercayaan dan Agama-agama
Annemarie Schimmel dalam bukunya Rahasia Wajah Ilahi melalui pendekatan fenomenologi agama dan menggunakan model yang dikembangkan Friedrich Heiler berusaha mengjelaskan tentang aspek-aspek suci dalam Islam. Ia berpendapat bahwa dengan menggunakan struktur lingkaran Friedrich Heiler dapat masuk ke dalam jantung agama dengan jalan menelaah lebih dulu fenomenanya dan selanjutnya lapisan-lapisan yang lebih dalam dan lebih dalam lagi dari tanggapan-tanggapan manusia terhadap Tuhan, hingga mencapai intisari suci atau deus absconditus yang paling dalam dari masing-masing agama. Friedrich Heiler selalu mengacu pada perkataan Friedrich von Hugel bahwa ruh itu bangkit ketika ia berhubungan dengan benda-benda materi, yaitu pengalaman ruhaniah tertinggi dapat dicetuskan oleh suatu obyek yang terindrai seperti angin hanya dapat dilihat melalui gerakan rumput, dan
15
lapisan-lapisan busa dipermukaan samudra menunjuk pada jurang yang tak terukur dalamnya. Hal tersebut merupakan suatu tanda bagi manusia yang ingin sekali menangkap kilasan Ilahi, karena Tuhan tidak terjangkau oleh segala bentuk dan imajinasi, namun berharap dapat menyentuh kekuatan sang Ilahi dengan satu atau cara yang lain. Bagi kaum muslim memahami bahwa segala sesuatu yang diciptakan itu adalah memuja Sang Pencipta dengan lisannya ataupun ucapan dalam hatinya karena inilah mereka diciptakan. Sehingga seluruh alam raya dapat dilihat sebagaimana adanya, dibawah cahaya agama: itulah
sebabnya mengapa setiap
tindakan manusia, meskipun tampaknya sangat duniawi, tetap dinilai dari sudut pandang agama dan diatur menurut Hukum wahyu Ilahi (Annemarie Schimmel, 1996: 22-23).
Gambar II.4 Struktur Lingkaran Friedrich Heiler Sumber: Annemarie Schimmel, 1996: 27.
Keterangan Struktur Lingkaran Friedrich Heiler: I. Dunia perwujudan luar terdiri atas tiga sektor: 1. Obyek suci, ruang suci dimana pemujaan itu berlangsung, waktu suci, saat mana ritual yang paling penting dijalankan, bilangan suci, yang dengannya
16
obyek-obyek, ruang-ruang, waktu-waktu, kata-kata, orang-orang diukur, tindakan (upacara) suci. 2. Kata suci, (1) kata-kata yang terucap: a) firman Tuhan, mantera, nama Tuhan, sabda dewa mitos, legenda, nubuat, ajaran, doktrin; b) kata untuk Tuhan, doa dalam pemujaan, penebusan dosa, pujian, syukur, permohonan, kepasrahan; c) sikap diam yang suci; (2) kata yang tertulis: kitab suci. 3. Manusia suci dan komunitas suci. Semua ini ada di dalam jangkauan yang secara fisik dapat diamati, dapat dilihat, dapat didengar, dan nyata. Agama bukanlah suatu keruhanian yang hampa, melainkan penyatuan dengan Ilahi. II. Lingkaran dalam yang pertama adalah dunia imajinasi agama, pikiran-pikiran, citra-citra, ide-ide, menyangkut zat Tuhan yang tak terlihat dan hasil karyanya yang terlihat: 1. Konsepsi tentang tuhan (teologi), 2. Konsepsi tentang penciptaan (kosmologi dan antropologi, termasuk kondisikondisi asal dan dosa asal), 3. Konsepsi tentang wahyu: kedekatan kehendak Ilahi dalam kata yang terucap, dalam sejarah, dalam jiwa (Kristologi), 4. Konsepsi tentang penebusan: (1) penebus; (2) obyek penebusan: (3) jalan menuju penebusan (soteriologi), 5. Pemenuhan di masa yang akan datang atau di dunia yang akan datang (eskatologi). III. Lingkaran dalam kedua mewakili dunia pengalaman agama, yaitu apa yang terjadi jauh di dalam jiwa, yang merupakan kebalikan dari citra-citra rasional atau fantastis tentang Tuhan, nilai-nilai keagamaan yang dikesampingkan dalam pertentangan antara manusia dan obyek-obyek suci dan dalam pelaksanaan tindakan-tindakan suci: 1) penghormatan (kepada Ilahi, kesuciaannya), 2) rasa takut, 3) iman dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, yang mengungkapkan diri-Nya sendiri, karya-karya-Nya, aturan-aturan-Nya, cinta kasih-Nya, dan pertolongan-pertolongan-Nya 4) harapan 5) kecintaan, kerinduan kepada Tuhan,
17
kepasrahan kepada-Nya, ketimbalbalikan dalam cinta kasih Tuhan. Setelah nilai-nilai ini, adalah kedamaian, kegembiraan, dan dorongan untuk berbagi. Kemudian ada pengalaman-pengalaman keagamaan yang luar biasa: ilham, peralihan agama secara mendadak, pencerahan, penampakan dan pendengaran, ekstase, kardiognosis dan berbagai perluasan kekuatan fisik, seperti pembicaraan dan penulisan otomatis, pembicaraan dalam bahasa asing dan stigmatisasi, dan sebagainya. IV. Dunia agama yang obyektif, pusat dari lingkaran-lingkaran itu, adalah Realitas Ilahi, yang dipahami melalui seluruh perwujudan eksternal, dugaan-dugaan batin, dan pengalaman-pengalaman jiwa, dalam suatu pengertian ganda: Sebagai Deus revelatus, yaitu Tuhan yang menghadapkan wajahnya pada manusia, sebagai kesucian mutlak, kebenaran, keadilan, belas kasih, keselamatan, Tuhan pribadi, yang dialami sebagai ‘Engkau’ dan sebagai zat kesatuan (Trinitas). Sebagai Deus ipse atau absconditus, yaitu ketuhanan, yang dialami sebagai ‘Dia’, sebagai kesatuan mutlak. Ada keterkaitan antara segmen-segmen dari berbagai lingkaran itu; bentuk-bentuk fisik dari ungkapan, pemikiran, perasaan, yang akhirnya terkait dengan realitas Ilahi. Meskipun realitas itu tidak akan pernah terungkap secara sempurna dalam bentuk-bentuk ungkapan, pemikiran, dan pengalaman manusia, ada keterkaitan tertentu dengan Ilahi, analogia entis: makhluk ciptaan berkaitan dengan zat Ilahi yang tak tercipta. (Annemarie Schimmel, 1996: 27-29)
Paparan tersebut di atas menjelaskan suatu konsep bahwa untuk menuju kepada deus absconditus yaitu Tuhan yang diakui sebagai suatu kesatuan mutlak, maka dapat dijabarkan melalui aspek-aspek suci seperti aspek alam dan kebudayaan suci, obyek suci, ruang dan waktu suci, tindakan suci, firman dan kitab suci, serta figur suci. Dimana dari melihat aspek-aspek tersebut akan menggiring kita untuk melihat konsep mengenai Tuhan, wahyu dan keselamatan sehingga akan menciptakan suatu
18
ketakjuban dan ketundukan, cinta serta iman yang kemudian akan menjadi suatu kekudusan dari Tuhan.
Lebih jauh Annemarie Schimmel menjelaskan tentang aspek-aspek suci, terlihat pada bagan berikut sebagai berikut:
19
Alam & Kebudayaan
Ruang dan Waktu
x x x x x x x x x x x
x x x x x x x
Alam Tak Bernyawa
Alam Bernyawa
Obyek-obyek Buatan Manusia
Batu-batu mulia Debu Air Hujan Api Bulan Bintang Langit Cahaya Warna Gunung
2. Tumbuh-tumbuhan x Pohon x Bunga x Daun 3. Hewan-hewan
x x x x x x
Ruang
Waktu x x x
Gua Rumah Masjid Kuburan seorang suci Makkah dan Madinah Ka’bah Jalan
Bulan suci Hari-hari keramat Jam-jam atau saatsaat yang dirahmati
Senjata Tongkat Bendera Cermin Tenunan Pakaian
Angka x
Angka ganjil
Tindakan Suci x x x x x x
Suci
x
Berdoa Pengakuan dosa Menyentuh atau membaca Al Qur’an Wudhu Shalat Melepas sandal atau sepatu saat memasuki masjid Berkurban
x x x x x x x x
Berzakat Bersedekah Berpuasa Khitan Menggunakan pacar Penyucian Penyelubungan Melayarkan rakit atau perahu keci lbeserta makanan yang telah didoakan
Firman
Firman & Kitab Suci
x x x x x x
Suara-suara yang benar Kata Lagu keagamaan Nama Mimpi Ramalan
x x x x x
Kitab Suci Mitos-mitos Saga Dongeng Legenda Puisi
x x x
Huruf Syahadat Ayat-ayat
Manusia
Figur
x x x
Nabi dan Rasul Wali Sufi
Bagan II.1 Aspek Suci Annemarie Schimmel melalui pendekatan fenomena dalam agama Islam
20
2.3.1
Kepercayaan dan Agama dalam Masyarakat Cina
Masyarakat Cina yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan masyarakat Tionghoa. Masyarakat Tionghoa selalu mengembalikan hakekat keharmonisan antara “langit” (alam gaib) dan kehidupan di bumi (alam dunia nyata). Mereka percaya bahwa alam semesta ini sebagai akibat dari interaksi kekuatan alam. Alam dikuasai oleh spirit-spirit yang kekuatannya luar biasa yang berada dan hidup di dalam fenomena-fenomena alam seperti; langit, matahari, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, gunung dan fenomena lainnya. Keseluruhan spirit tersebut berasal dari arwah leluhur yang kekuatan hidupnya sangat besar, dimana kehidupan akan dilanjutkan dan kekal setelah jasad jasmaninya mati. Dasar pemikiran orang Tionghoa, bahwa seluruh fenomena alam dibagi atas dua klasifikasi yaitu Yang dan Yin. Yang merupakan prinsip dasar yang mewakili laki-laki, arah selatan, matahari, panasnya cahaya (siang), sedangkan Yin adalah prinsip dasar yang mewakili wanita, bulan, arah utara, dingin, dan gelap (malam). Sehingga manusia harus menyesuaikan diri dengan ritme alam semesta, dimana kehidupan harus harmonis dengan tiga dasar yaitu kehidupan langit, bumi dan kehidupan manusia itu sendiri (Hasyim, 2002: 3).
Gambar II.5 Yin dan Yang Sumber: www.en.wikipedia.org
21
Prinsip Yin dan Yang merupakan nafas dan kekuatan yang dilambangkan dalam bentuk lingkaran yang dibagi dalam dua bagian dengan garis yang saling melingkar memisahkan Yin dan Yang. Yang merupakan daya cipta suatu sifat Tuhan yang memberi gerakan dan hidup kepada sesuatu. Yin merupakan zat yang diberi kemampuan menerima Yang, sehingga terjadilah hidup dan bergerak. Yang bersifat memberi dan memperbanyak, sedangkan Yin bersifat menerima dan menyimpan. Adanya kesatuan hidup antara Yang dan Yin, terjelmalah fenomena alam semesta seperti air, tanah, bumi, dan makhluk hidup di dalamnya. Penciptaan gerakan Yang dan Yin tunduk dan mengikuti hukum dan tata kehidupan alam semesta, dengan demikian kesemuanya bergerak dengan teratur dan berirama. Ritme ini mengisi dan mengatur tiap ruang di alam semesta seperti perjalanan matahari, bintang, bulan, dan pergantian musim. Ritme tersebut dinamakan Tao (jalan Tuhan) yaitu bagaimana sesuatu di dunia diciptakan dan jalan bagaimana manusia harus mengatur hidup. Dari dasar pemikiran tersebut yang selanjutnya menimbulkan ajaran Taoisme (Hasyim, 2002: 4).
Masyarakat Tionghoa mengenal atau menganut tiga ajaran yaitu: Taoisme, Konfusianisme, dan Budha. Ketiga ajaran ini saling menyatu (sinkretisme) yang dikenal dengan nama. Masyarakat Tionghoa sangat toleran terhadap hal-hal agama. Setiap agama dianggap baik dan bermanfaat, begitu pula dengan ajaran Taoisme, Konfusianisme, dan ajaran Budha yang mempunyai banyak kesamaan pandangan dan saling membutuhkan sehingga tiga ajaran tersebut terpadu menjadi satu (Hasyim, 2002: 4).
2.3.1.1
Taoisme
Ajaran Taoisme merupakan ajaran pertama bagi masyarakat Tionghoa yang dikemukakan oleh Laotze. Tao pada hakekatnya adalah suatu jalan yang seharusnya atau jalan yang benar. Dengan Tao manusia dapat terhindar dari segala keadaan yang
22
bertentangan dengan ritme atau irama alam semesta. Tao berarti “Jalan” dan dalam arti luas yaitu realitas absolut, yang tidak terselami, dasar penyebab, dan akal budi. Kitab Tao Te Ching memuat ajaran bahwa seharusnya manusia mengikuti geraknya (hukum alam) yaitu dengan menilik kesederhanaan hukum alam. Sebagai contoh, manusia seharusnya memiliki sifat seperti air yang selalu memilih tempat rendah, yang terlemah dari semua benda, tetapi dapat menembus batu yang keras.
2.3.1.2
Konfusianisme
Ajaran konfusianisme merupakan kepercayaan agama tradisional yang paling berpengaruh dan mendarah daging dalam kehidupan mayoritas masyarakat Tionghoa. Konghucu adalah seorang suci yang mengajarkan mulai dikenal melalui pemikiranpemikirannya yang cemerlang yang dilontarkan pada zaman Chou Timur. Konfusianisme adalah humanisme, tujuan yang hendak dicapai adalah kesejahteraan manusia dalam hubungan harmonis dengan masyarakatnya. Kodrat manusia menurut Konghucu adalah pemberian langit, yang berarti bahwa dalam hal tertentu ia berada di luar pilihan manusia. Kesempurnaan manusia terletak dalam pemenuhannya sebagai manusia yang seharusnya. Moralitas merupakan realisasi dari rancangan yang ada dalam manusia dengan seluruh isi alam semesta. Bagi Konghucu, manusia adalah bagian dari konstitutif dari alam semesta. Manusia harus berhubungan secara indah dan harmonis dengan harmoni alam di luarnya. Tiga pokok ajaran Konghucu adalah pemujaan terhadap Tuhan (Thian), pemujaan terhadap leluhur, dan penghormatan terhadap Konghucu (Hasyim, 2002: 5).
Konghucu mengajarkan keyakinan kepada pengikutnya bahwa Thian menjadi awal atas sumber kesadaran alam semesta dan segalanya. Ia menekankan perlunya bersembahyang terhadap Thian. Pengertian Tuhan dalam kepercayaan Tionghoa tidak berbeda dengan agama-agama yang lain yaitu sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya. Thian adalah penguasa tertinggi dalam alam semesta ini, karena itu
23
kedudukan-Nya berada di tempat yang paling agung, sedang para dewa dan malaikat yang lain adalah para pembantunya dalam menjalankan roda pemerintahan di alam semesta. Sistem ini merupakan cerminan dari prinsip Yin dan Yang, diwujudkan dalam bentuk pemerintahan di dunia dan pemerintahan surga yang dilakukan oleh para dewa yang dipuncaki oleh Thian. Rakyat percaya pemerintahan surga memiliki struktur yang sama dengan pemerintahan dunia. Kalau pemerintahan dunia terdiri dari kaisar, para keluarganya, perdana menteri, menteri-menteri sipil dan militer, dan lain sebagainya, maka pemerintahan surga pun dipimpin oleh Thian dan dibantu para dewa-dewa baik sipil maupun militer untuk mengatur tata tertib di alam semesta ini. Dengan demikian, para kaisar yang di bumi merasa perlu untuk memuja Thian (yang berkedudukan di atas) untuk memohon perlindungan dan berkah serta petunjukpetunjuk untuk menjalankan roda pemerintahan di dunia ini agar selaras dengan dengan kehendak Thian. Pemujaan terhadap leluhur adalah menolong seseorang untuk mengingat kembali asal-usulnya. Pemujaan leluhur dipandang sebagai perwujudan dari bakti anak terhadap orang tua dan leluhur. Penghormatan terhadap Konghucu dianggap sama halnya dengan penghormatan terhadap orang tua. Konghucu dianggap telah berjasa dalam mengajarkan dasar-dasar ajaran moral yang sampai sekarang masih terus diterapkan.
2.3.1.3 Budhaisme Agama Budha sudah menjadi bagian dari filosofi orang Tionghoa, meskipun Budha bukanlah merupakan agama asli, melainkan pengaruh dari India. Tetapi ajaran Budha mempunyai pengaruh yang cukup berarti pada kehidupan orang Tionghoa. Buddhisme masuk ke Cina kira-kira abad 3 Masehi, masa pemerintahan dinasti Han. Buddhisme selanjutnya mengalami perkembangan sendiri di negara tersebut dan mendapat pengaruh dari kepercayaan yang sudah ada sebelumnya yaitu Taoisme dan Konfusianisme. Wujud dari agama ini adalah timbulnya dewata-dewata Budhha, seperti Dewi Kwan Im yang merupakan Dewi Welas Asih. Dewi Kwan Im sebagai
24
Dewi tempat orang memohon pertolongan dalam kesukaran, memohon keturunan dan lain sebagainya (Hasyim, 2002: 7). Agama Budha adalah agama yang diajarkan oleh Sidharta atau Budha Gautama yang ajaran pokoknya menekankan pada bagaimana menghindarkan penderitaan umat manusia di dunia (Onang Murtiyoso, 1999: 50). Dimana ajarannya memegang teguh pada kebenaran, dimana kebenaran tidak selamanya menyangkut mengenai masalah moral semata. Kebenaran sendiri dalam agama Budha terdiri dari dua jenis, yaitu atau kebenaran mutlak dan kebenaran relatif, yang harus memiliki kriteria sebagai berikut: 1) harus benar (apa adanya), 2) tidak terikat oleh waktu, baik waktu dulu, sekarang dan waktu yang akan datang, kebenaran ini tetap ada dan tidak berubah ataupun berbeda, dan 3) tidak terikat oleh tempat, baik di suatu tempat atau di tempat lain, di Indonesia atau di planet Mars, kebenaran ini ada dan tidak berubah ataupun berbeda. Sedangkan kebenaran relatif adalah kebenaran yang masih terikat dengan waktu dan tempat. Kebenaran ini hanya ada berlaku di tempat tertentu dan waktu tertentu (www.bhagavant.com). Jadi konsep suci dalam budaya dan kepercayaan masyarakat Cina adalah merupakan gabungan antara kepercayaan Konfusianisme, Taoisme dan agama Budha yang meletakkan keharmonisan hidupnya dalam prinsip Yin dan Yang. Dimana Yang merupakan suatu prinsip Sang Kuasa yang menciptakan dan memberikan hidup kepada sesuatu yang bersifat menerima yaitu Yin sehingga akan menciptakan kehidupan dalam fenomena alam semesta dan makhluk hidup.
2.3.2
Agama Kristiani
Agama Kristiani adalah semua ajaran dan golongan agama yang didasarkan atas ajaran-ajaran Yesus Kristus. Agama Kristiani juga merupakan agama yang bersifat etik, sejarah, universal, monotheis, dan penebusan (Mudjahid Abdul Manaf, 2006: 73). Umat Kristiani percaya bahwa Yesus Kristus adalah putra Allah dan putra manusia, sungguh-sungguh Allah, sungguh-sungguh manusia dan tanpa dosa. Yesus
25
lahir di Palestina 2.000 tahun yang silam, berkeliling mengajar dan menyembuhkan disalib atas perintah Gubernur Romawi, dan bangkit lagi tak lama sesudah kematianNya. Dengan kematian dan kebangkitan-Nya kembali, dosa-dosa manusia diampuni Allah, dan memungkinkan semua orang masuk ke kehidupan abadi bersama Dia (Michael Keene, 2006: 86). Umat Kristen perdana sering menyebut Yesus sebagai “putra Allah” sebutan yang menyoroti hubungan yang unik antara Yesus dan Allah, tetapi Ia sendiri lebih senang menyebut diri-Nya “anak manusia” yang mengacu pada “manusia”, namun kata itu juga dapat menunjukkan sosok seorang tokoh spiritual besar yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk memerintah kerajaan abadi. Sehingga gambaran Yesus melihat diri-Nya sendiri adalah sebagai Mesias, yang datang untuk membebaskan manusia dari dosa; sebagai putra Allah, Ia mengalami keintiman hubungan dengan Allah; dan sebagai putra manusia, Ia mengidentifikasikan diri-Nya dengan seluruh umat manusia. Penjelmaan menunjuk pada Allah lahir menjadi daging dalam diri Yesus dan menekankan bahwa Yesus benar-benar Allah dan juga benar-benar manusia. Hal tersebut yand dinamakan Trinitas yaitu satu Allah tiga pribadi, yaitu Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus (Keene, 2006: 89).
Penebusan dosa merupakan hubungan antara Allah dengan manusia yang didapatkan melalui kematian dan kebangkitan Yesus. Yesus adalah teladan paling agung bagi dunia tentang pengurbanan diri, dimana persembahan kepada Allah dengan mengurbankan jiwa supaya dosa dunia dapat diampuni. Segala sesuatu yang disempurnakan oleh kematian Yesus dimateraikan oleh kebangkitan-Nya. Roh kudus adalah salah satu pribadi dari Trinitas dan kuasa Allah yang ada di dunia sekarang ini, seperti memberikan ilham dalam penulisan kitab suci dan masih berbicara melalui kitab suci dan Ia menolong umat manusia untuk berdoa dan memberikan semangat kepada mereka untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini. Dimana Alkitab adalah wahyu Allah tanpa cacat yang mempunyai kewenangan dalam segala hal tentang iman dan tingkah laku manusia. Bagi umat Katolik perawan Maria mendapatkan status yang jauh di atas sekadar sebagai ibu Yesus, karena ia
26
mengandung Yesus secara adikodrati dengan perantara Roh Kudus, dan tetap perawan sampai akhir hidupnya, yang diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya tanpa mengalami kematian badan, dan yang sekarang sangat dekat dengan Allah sehingga ia mampu menyampaikan kebutuhan semua umat manusia yang masih hidup di dunia (Keene, 2006: 100-101).
Alkitab yang digunakan oleh umat Kristiani didalamnya terdapat dua perjanjian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama merupakan perjanjian yang telah ada sebelum Yesus lahir, dan merupakan firman dari Tuhan. Sedangkan Perjanjian Baru merupakan perjanjian ada setelah Yesus lahir, dimana perjanjian tersebut memuat hal-hal yang lebih rinci yang telah ada pada Perjanjian Lama. Dalam situs www.pemudakristen.com dikatakan bahwa Yesus mengajarkan bahwa Perjanjian Lama adalah perkataan Tuhan yang diinspirasikan, dan dengan bukti keilahian-Nya maka hal ini menegaskan bahwa Perjanjian Lama adalah wahyu Tuhan dalam bentuk tulisan (www.pemudakristen.com).
Gereja-gereja yang ada di Indonesia sangat beragam, namun secara umum terdapat dua gereja besar seperti gereja katolik Roma dan gereja kristen protestan. Gereja katolik Roma adalah gereja umat katolik yang langsung dari Vatikan, Roma yang dipimpin oleh Paus. Gereja katolik Roma mengenal upacara penghapusan dosa dan mengharuskan monogami. Sedangkan gereja kristen protestan adalah gereja umat kristen yang ajarannya berdasarkan seorang rahib Luther yang membawa pembaruan di gereja Katolik, dimana gereja Protestan tidak mengenal upacara pengampunan dosa.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa agama Kristiani merupakan agama yang meyakini trinitas yaitu satu Allah dengan tiga pribadi yaitu Allah Bapa yang menciptakan, yang menjelma dalam Allah Putera, dan hadir dalam spirit Roh Kudus. Umat
Kristiani
mempercayai
bahwa
27
penyaliban
Yesus
sebagai
bentuk
penghorbanannya untuk menyelamatkan manusia dari segala dosa-dosa. Dengan mengimani Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang keduanya saling melengkapi dan tidak diragukan kebenarannya.
2.3.3
Agama Islam
Islam adalah nama sebutan agama Allah, Sebutan ini dapat berarti “selamat” karena taat kepada Allah dan Rasulnya, dapat juga berarti “damai” karena damai dengan sesama mukmin (orang beriman) dan dapat juga berarti “meningkatkan derajat ummat”. Padanannya adalah: selima yaitu selamat, salami yaitu taat, silmi yaitu damai,
dan
sullam
yaitu
meningkatkan
derajat.
Islam
disebut
sebagai
”dinullah” yaitu agama milik Allah, “dinul-haq” yaitu kebenarannya nyata dalam kehadirannya dan adanya, “ad-dinulkhalis” yaitu agama yang bersih dan murni dari kemusyrikan dan khufarat sehingga kebersihan dan kemurnian ajarannya terpelihara selama-lamanya, “ad-dinul Qayyim” yaitu agama yang tepat dan tetap tegak karena Islam adalah agama fitrah maka seluruh ajaran dan syariatnya selalu tepat untuk tercapainya derajat ummat yang beriman dan bertakwa kepada Allah dan Rasul-Nya, dan juga merupakan “fitrah Allah” atau asal kejadiannya sesuatu yaitu karena alam semesta dijadikan dan diatur oleh Allah dengan agama Allah, maka Allah menjadikan dan mengatur segala ciptaan-Nya dengan agama-Nya yaitu dengan Islam (Manaf, 2006: 129-130).
Islam mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT. kepada nabi Muhammad SAW. sebagai penyebar ajaran Islam kepada umat muslim. Sumber ajaran Islam adalah Al Qur’an dan Hadist, Al Quran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril sebagai pedoman bagi umat muslim dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Sedangkan Hadist adalah wahyu yang
28
diterangkan dalam bentuk sabda, perbuatan dan persetujuan nabi Muhammad SAW. terhadap sesatu perbuatan. Islam merupakan agama yang mengesakan Allah SWT. sebagai Tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta dan nabi Muhammad SAW. sebagai utusan Allah SWT. untuk menyebarkan ajaran-Nya dengan berdasarkan kitab suci Al Qur’an dan Hadist.
Berdasarkan kepercayaan dan agama masyarakat Cina, Kristiani, dan Islam tersebut, akan diuraikan apa saja yang menjadi tanda-tanda visual kesucian dalam masyarakat Cina, Kristiani, dan Islam berdasarkan aspek alam dan kebudayaan, ruang dan waktu, tindakan, firman atau ucapan, dan aspek figur.
2.4
Aspek-Aspek Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
2.4.1
Alam dan Kebudayaan Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
2.4.1.1 Langit Langit dalam budaya Cina memiliki arti yang paling tinggi dimana merupakan tempat para Dewa bersemayam seperti yang dikatakan bahwa Dewata penguasa alam semesta yang mempunyai wilayah kekuasaan di langit (Hasyim, 2002: 7). Awan dalam budaya Cina dikaitkan dengan the Dragon of clouds, merupakan pembawa berkah dari awan menurunkan hujan yang membawa kehidupan bagi semua makhluk hidup sehingga membawa udara kesegaran dan awan yang menurunkan hujan adalah bentuk rasa kasih sayang dan melindungi makhluk hidup dari kesengsaraan (Cooper, 1978: 38).
Matahari dalam budaya Cina merupakan unsur yang, yaitu dengan prinsip maskulin, matahari juga merupakan surga, eye of the day atau mata dari hari, dimana sebagai
29
sumber kekuatan yang terus menerus menggerakkan bumi sehingga matahari dikatakan sebagai lambang kekuatan (Cooper, 1978: 163). Cahaya diidentikkan dengan berkah dari Dewa, dimana dalam ajaran tao disebutkan bahwa “Cahaya Kedewaan menyilaukan mata menyinari ujung kepala kita. Ucapan dan perbuatan haruslah benar, sopan, hingga tidak bersalah.” (www.siutao.com). Warna dalam kehidupan masyarakat Cina memiliki makna tertentu seperti, warna kuning yang termasuk warna Kekaisaran dan kadang-kadang menjadi warna simbolik yang digunakan oleh paderi Budha. Warna merah biasanya sangat dominan terlihat dalam perayaan Tahun Baru Imlek, hari pernikahan, hari ulang tahun, dan kelahiran, karena memiliki makna kebahagiaan. Warna putih memiliki makna berkabung, warna biru yang dianggap sebagai warna golongan cendikiawan (Hasyim, 2002: 10). 2.4.1.2 Tanah Gunung sejak zaman dahulu kala dijadikan suatu tempat yang sangat dekat dengan pensucian hati dimana orang-orang bersemedi, mencari hikmah kehidupan, dan belajar keadidayaan. Dikisahkan seorang dewa bernama Lu Dongbin lahir pada masa Dinasti Tang. Ayah dan kakeknya adalah pegawai pengadilan. Lu Dongbin sejak kecil sangat pandai. Dengan mudahnya ia mengingat dan menceritakan kembali ajaran-ajaran Konghucu. Pada saat berada di Gunung Lushan, Lu bertemu dengan Pendekar
Naga
Api
yang
mengajarkan
ilmu
pedang
tingkat
lanjutan
(www.siutao.com). Pepohonan dalam ajaran Tao diperumpamakan sebagai manusia yang ditanam pada kondisi yang berbeda-beda. Bibit yang tumbuh di tanah yang subur akan lebih sehat dan cepat berkembang. Kita semua bertumbuh namun kematangannya tidaklah sama. Pohon yang sehat akar-akarnya kuat sehingga tak mudah roboh tertiup badai. Batangnya lentur menari-nari mengikuti irama angin. Daun-daunnya rimbun meneduhi sekitarnya, dan buah-buahnya pun ranum dan lezat. Pepohonan yang
30
tumbuh dikawasan yang lebat, tanahnya subur, daunnya dapat menjadi pupuk bagi tanaman-tanaman lain yang baru tumbuh. Pohon yang satu menjadi pelindung dari pohon yang lainnya. Pepohonan yang rindang menjadi tempat berteduh bagi segala makhluk lainnya. Itulah manfaat hidup berdampingan, damai, dan bersatu (www.siutao.com). Pohon bambu bambu adalah suatu lambang dari umur yang panjang karena ketahanannya dan fakta bahwa bambu pohon yang selalu hijau dan tumbuh dengan subur sepanjang musim dingin (Williams, 2006: 60). Buah jeruk merupakan lambang dari keabadian dan keberuntungan atau kekayaan yang baik. Buah ini menurut legenda adalah persembahan kerajaan ke surga pada awal tahun tiap tahunnya, dengan tujuan sebagai penghormatan. Sehingga buah jeruk yang ada saat tahun baru Cina merupakan harapan untuk kemakmuran dan kebahagiaan yang berlimpah-limpah sepanjang duabelas bulan kedepannya (Williams, 2006: 291-292). Bunga teratai Simbol Budha yang berada pada bunga teratai yang belum merekah pada kelopak dalamnya melambangkan kebijaksanaan sang Budha. Dalam budaya Cina, bunga teratai merupakan lambang dari kemurnian, kesempurnaan, berkah rohani, damai, sesuatu yang bersifat feminin, musim panas, dan kesuburan. Bunga teratai juga menghadirkan masa lalu, masa kini dan masa depan karena sama dengan menanam beruang tunas, bunga dan menabur benih pada waktu yang sama. Dan melukiskan pula keindahan yang sejati walaupun ia berada pada air yang tak jernih, tidak akan menodai keindahannya (Cooper, 1978: 101). Bunga mawar juga melambangkan akan keharuman dan kemakmuran (Cooper, 1978: 141). 2.4.1.3 Air Dalam salah satu ajaran Tao adalah supaya kita mempunyai sifat seperti air, yang dapat diterima kapanpun, dimana saja dan oleh siapapun. Air mempunyai tiga sifat, yaitu pertama air dapat memberikan kehidupan kepada siapa saja. Seperti air yang
31
memberikan kehidupan kepada siapapun secara adil, orang yang berbudi luhur tidak mengharapkan pamrih untuk sesuatu yang dilakukannya. Kedua karena lunak, air tidak menentang hal-hal yang menyimpang namun membiarkan semuanya itu berjalan sebagaimana mestinya. Ketiga Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Tempat yang rendah adalah tempat yang diremehkan orang. Dimana seperti air yang tempatnya di bawah, orang yang berbudi luhur mau bersifat rendah. Seperti air yang dalam dan jemih, orang yang berbudi luhur tetap diam dan tidak sombong. Seperti air, orang bijaksana tidak bersaing mencapai tempat yang tinggi, tetapi sebaliknya. Apapun yang dikatakan orang berbudi luhur, bersifat jujur dan benar, seperti refleksi suatu benda di air. Karena sifatnya yang lemah, air dapat mengambil bentuk apapun, tergantung dari tempatnya. Kalau orang bisa seperti air, dia bisa memperoleh hasil yang spontan. Mungkin air adalah sesuatu di dunia yang paling lunak dan lemah, namun air mampu menembus benda yang keras, kelunakkan dapat
mengalahkan
kekuatan,
dan
kehalusan
mengalahkan
kekerasan
(www.siutao.com).
Laut dianggap sebagai tempat suci dimana tempat disemaikannya abu jenazah bagi orang-orang yang telah meninggal. Menurut ajaran Tao laut seperti “Roh-roh jahat tak akan berani terhadap kejujuran. Menghadap Tao yang tinggi roh-roh jahat jadi berantakan. Tao yang jujur diumpamakan lautan-lautan. Semua aliran mengalir ke laut akhir tujuan.” (www.siutao.com).
2.4.1.4 Shio dan Hewan Menurut legenda, ketika sang Budha hendak meninggalkan bumi, beliau memerintahkan semua binatang untuk hadir dihadapannya. Kebanyakan tidak mengindahkan undangan tersebut dan mereka mengarang bermacam alasan untuk tidak hadir. Akhirnya hanya ada 12 binatang yang muncul untuk mengucapkan selamat jalan kepada sang Budha. Pertama-tama datanglah Tikus, kemudian Kerbau,
32
Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan yang terakhir Babi. Sebagai tanda penghargaan, sang Budha memutuskan untuk menghormati setiap binatang dengan menamai suatu tahun sesuai dengan nama dan urutan kedatangan binatang-binatang itu. Kemudian beliau menyatakan bahwa setiap hewan yang menguasai tahun yang dihadiahkan, diijinkan untuk memberikan sifatsifatnya kepada setiap anak manusia yang lahir dalam tahun tersebut dan menunjukkan pengaruhnya melalui peristiwa yang terjadi di dunia. Sejak saat itulah manusia memiliki 12 shio binatang. Menurut kepercayaan Cina, binatang yang menguasai tahun kelahiran manusia mempunyai pengaruh yang amat dalam terhadap kehidupannya. Menurut sejarah, zodiak binatang Cina dikenalkan kurang lebih pada tahun 2637 SM, ketika Kaisar Cina Huang Ti memulai putaran pertama dari zodiak tersebut pada tahun pemerintahannya yang ke-61 (http://grethau.blogspot.com) Shioshio tersebut sering dikaitkan dengan kelahiran manusia, sehingga dapat diketahui sifat-sifat dari manusia tersebut. Tahun-tahun pada perayaan Imlek pun dilambangkan dengan keduabelas shio, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan peramalan apa yang akan terjadi selama setahun kedepan bagi masyarakat Cina.
Ikan merupakan motif yang disukai dikebudayaan Cina, baik itu ikan emas, ikan koi, ikan gurami dan sebagainya. Hal tersebut dikarenakan lafal mandarin untuk ikan adalah Y’u adalah homonim dengna kata Yu (kelebihan) sehingga relief ikan menjadi simbol yang bermakna baik dan mengandung arti “selalu kelebihan atau kelimpahan”. Seperti pepatah Cina yang mengatakan “Lian-Nian-Yo-Y’u” artinya setiap tahun ada ikan. Namun makna sebenarnya adalah setiap tahun ada kelebihan atau kelimpahan (Kwek, 2006: 33).
Kucing yang datang dan menetap di suatu rumah dalam budaya Cina dipercaya dapat meramalkan kondisi keuangan dalam keluarga tersebut, karena berhubungan dengan banyaknya tikus di dalam rumah tersebut. Sehingga akan sangat tidak beruntung jika kucing dicuri dari rumah tersebut. Konon seekor kucing yang mengusap wajahnya
33
menandakan akan kedatangan seseorang (Williams. 2006: 82). Sehingga menurut kepercayaan Cina dengan memasang patung kucing yang mengusap wajahnya di toko-toko yang mereka miliki akan membawa keberuntungan dengan harapan akan banyak orang yang berbelanja di toko tersebut.
Panda putih dari Cina merupakan suatu ikon yang telah mendunia, terdapat suatu legenda tentang panda ini, yaitu konon suatu hari seorang kaisar Zhou bermimpi seekor beruang masuk ke kamarnya melalui jendela, dan duduk di kursi di dekat tempat tidurnya hal tersebut dipercayai sebagai ramalan yang berkaitan dengan status sang kaisar. Gambar seekor beruang pun dipercayai akan menghindari seseorang akan perampokan, karena gambar seekor beruang adalah suatu lambang keberanian, kekuatan, dan kehormatan. Kura-kura dalam budaya Cina dipercayai sebagai lambang dari panjang umur, kekuatan dan daya tahan. Singa dalam kebudayan Cina memiliki arti yang sangat penting, ia merupaka binatang penguasa. Konon singa dijadikan hadiah bagi kaisar, dan kemudian dalam ajaran Budha singa digunakan sebagai lambang pembela kebenaran dan merupakan sosok penjaga. Burung bangau dalam legenda Cina dipercayai merupakan lambang kehormatan suatu bangsa dan merupakan jalan keabadian.
2.4.1.5 Obyek Buatan Manusia Obyek-obyek buatan manusia seperti patung-patung Dewa-Dewi banyak ditemukan baik di rumah-rumah dan tempat peribadatan, bagi masyarakat yang percaya meletakkan patung dari Dewa-Dewi dan menghormatinya adalah sebagai sarana untuk mengingat tauladannya dalam kehidupan sehari-hari yang selalu menolong sesamanya (www.siutao.com). Barongsai adalah suatu atribut dalam menarikan tarian barongsai dengan menggunakan tampilan singa yang dianggap sebagai lambang kebahagiaan dan
34
kesenangan, sehingga tarian singa ini dipercaya membawa keberuntungan sehingga sering dipentaskan diberbagai acara dan ritual, seperti pada pendirian Klenteng, pembukaan rumah makan, acara-acara besar lainnya (Surip Prayugo, 2005: 10). Atraksi barongsai bermula di Provinsi Xin Chiang dan Xi Chuan, dekat pegunungan Himalaya yang 5.000 tahun lalu masih berhutan lebat dan mengakibatkan anak-anak yang seharusnya bergembira merayakan Tahun Baru Imlek justru takut ke luar rumah sebab banyak harimau dan macan ganas berkeliaran. Seorang seniman, kemudian menciptakan barongsai yang dimainkan dengan bunyi-bunyian bambu supaya anakanak tertarik dan mau ke luar rumah. Namun, pada saat pertama, justru ada pemainnya kesurupan dan mencakar penonton. Begitu pun pada kali kedua. Pada akhirnya, turunlah utusan utusan Tuhan yang memberikan hewan dari atas atau kahyangan yang di tengah-tengah kepalanya terdapat tanduk sebagai penangkal supaya ruh tidak lagi mengganggu orang. Barongsai dipercaya pengusungnya sebagai dapat menjadi penolak bala. Genderang dan
alat-alat musik lainnya dalam tarian
barongsai yang membawa gaung ke langit, akan menangkal roh jahat dan membawa keberuntungan kepada para penontonnya. Lampion merupakan simbol kemeriahan dalam perayaan imlek dimana lampion adalah lampu yang diselubungi dengan kain dan kertas berwarna merah dan berfungsi sebagai alat penerangan. Guci pada budaya Cina merupakan barang yang sangat bermakna karena mengandung pesan pada ornamen porselinnya. Petasan ataupun kembang api merupakan alat yang dipercaya untuk melawan kejahatan dan dapat mendatangkan perdamaian serta keberuntungan sepanjang tahun, dalam budaya Cina hal ini bertujuan untuk mengusir atau menjaga rumah dari masuknya roh jahat, sehingga semakin banyak petasan yang dinyalakan sepanjang malam maka akan semakin baik karena dapat mengusir roh jahat sebanyak mungkin.
35
2.4.2
Ruang dan Waktu Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
2.4.2.1
Ruang Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
Kelenteng adalah sebuah tempat ibadah yang penuh dengan hal-hal yang bersifat sakral dan suci, yang tidak boleh dibuat sembarangan dari situ pula menimbulkan perasaan mengindahkan, dan kelenteng adalah sebuah tempat suci untuk melaksanakan ibadah kepada Tuhan, para Nabi, dan para Suci agama-agama Taoisme, Konghucu dan Budha (www.indomedia.com). Kelenteng sebagai ruang ibadah bersatunya kepercayaan dan agama dalam masyarakat Cina adalah satu tempat yang sangat penting dan sakral dimana didalamnya terdapat patung-patung Dewa Dewi dan orang-orang suci yang merupakan bentuk penghormatan dari manusia. Dan perayaan Tahun Baru Imlek sebagai perayaan tahunan merupakan satu waktu yang sangat dinanti-nantikan dan diperingati oleh seluruh masyarakat Cina dengan tidak memandang satu kepercayaan dan agama tertentu, mereka sama-sama menyambut tahun yang baru dengan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang diberikan dan saling bersilaturahmi kepada orang tua dan keluarga untuk mempererat tali persaudaraan.
2.4.2.2
Waktu Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
Perayaan Tahun baru Imlek atau yang lebih dikenal dengan Tahun Baru Cina, penanggalan imlek ditentukan berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi yang dikombinasikan dengan peredaran bumi mengelilingi matahari. Perayaan imlek merupakan permulaan musim tanam para petani di Cina, yaitu musim semi, dengan harapan dapat dihasilkan panen raya yang melimpah. Konghucu menentukan awal tahun sebagai perayaan Imlek adalah demi kesejahteraan manusia, dan akan menjadi pedoman untuk mempersiapkan dan merencanakan segala sesuatu selama satu tahun yang akan datang. Tahun baru imlek melambangkan keharmonisan dalam tata
36
kehidupan di muka bumi. Pengantian tahun merupakan sebuah momentum yang menandakan bahwa kita terikat oleh waktu. Selama perputaran waktu itu, banyak hal yang terjadi di muka bumi ini seperti perubahan gejala alam yang pada dasarnya bisa menyadarkan kita tentang kekuasaan Tujan Yang Maha Esa. Kita menjadi makhluk yang kecil di tengah alam semesta yang begitu raya, karena itu sudah sepantasnya mengucapkan rasa syukur akan karunia dan kehidupan yang diberikan kepada-Nya. Sehingga diharapkan adanya usaha memperbaiki diri dan mengakhiri semua bentuk permusuhan, kebencian, serta kejahatan. Karena itu hari raya Imlek dijadikan sebagai hari agung untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan perayaannya lebih ditekankan pada introspeksi diri, perenungan, sujud syukur ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa, sungkem kepada orang tua, pembinaan diri, serta perbaikan tali silaturahmi dan persaudaraan sesama manusia (Prayugo, 2005: 6-7).
2.4.3
Tindakan Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
Berdoa atau sembahyang di kelenteng adalah adalah salah satu bentuk beribadat bagi penganut agama Budha, Tao dan Konghucu, dimana sembahyang pada hari-hari tertentu memiliki arti tertentu bagi mereka, seperti sembahyang di kelenteng dilakukan dengan membakar kertas emas agar dosa-dosa mereka di dalam dunia dapat diperingan. Pada upacara Tiong Goan dengan menyembahyangi arwah untuk orang-orang mati terlantar dengan maksud untuk membebaskan dunia daripada arwah penasaran yang kelaparan, yang bisa menganggu keamanan di dalam dunia ini. Memakan makanan yang tidak berjiwa juga merupakan budaya dan kepercayaan bagi masyarakat Cina untuk kebersihan lahir dan batin (Putri Wong Kam Fu, 2005: 1618).
Berderma dalam budaya Cina dikaitkan dengan pemberian angpao atau amplop merah pada hari-hari tertentu seperti pada perayaan Imlek, dimana di dalamnya berisi uang dengan harapan akan menjamin kehidupan pada tahun berikutnya. Menarikan
37
tarian tertentu dalam budaya Cina dianggap dapat membawa keberuntungan seperti tarian Barongsai yang dilakukan pada berbagai acara dan ritual, sehingga pemberian kepada para anggota keluarga dan pemberian angpao pada pertunjukkan barongsai merupakan bentuk syukur dan pengharapan akan mendapatkan kenikmatan yang lebih banyak di tahun yang baru tersebut.
2.4.4
Ucapan Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
Firman-firman dalam kepercayaan masyarakat Cina lebih banyak berupa puisi dan nasehat-nasehat dari para filsuf dan sastrawan yang kemudian dianggap sebagai seorang nabi. Dalam kepercayaan Konghucu, menganut ajaran Konghucu dimana ajaran-ajarannya lebih ditekankan kepada hubungan harmonis diantara manusia. Kumpulan ajarannya terdapat pada teks kuno dalam sejarah Cina, seperti Book of History dan Book of Odes. Dimana para sejarahwan percaya bahwa Books of History tidak dapat diselamatkan ketika Dinasti Ch’in (221-207 SM) melakukan pembakaran buku, buku ini adalah buku pertama yang disunting oleh Konghucu yang merupakan kumpulan dokumen dari Kaisar Yao, Shun, dan Yu. Dimana berisikan nasehat bijaksana dan pengaturan agung yang dilakukan oleh para raja bijaksana beserta para meteri mereka. Semangat karya ini bersifat etis, termasuk cara memerintah berdasarkan keluhuran budi seperti ungkapan “Biarkan Raja serius dalam segala hal yang dilakukannya, Ia tidak boleh mengabaikan keluhuran dari suatu kebajikan”. Sedangkan dalam Book of Odes atau Shih Ching merupakan kumpulan dari sekitar 300 puisi dan lagu yang berasal dari masa awal Dinasti Chou, dan beberapa di antaranya berasal dari Dinasti Shang. Konghucu menafsirkan lirik-lirik yang ada dibuku tersebut dan mendiskusikannya setiap hari dengan murid-muridnya, serta menggunakan lagu dan puisi untuk menyampaikan ajaran Konfusian (Simpkins, 2006: 6-8).
38
Pada ajaran Taoisme yang ajarkan oleh Laotze pada hakekatnya adalah suatu jalan yang seharusnya atau jalan yang benar. Dengan Tao manusia dapat terhindar dari segala keadaan yang bertentangan dengan irama alam semesta. Ajaran ini bersumber kepada kitab Tao Te Ching yang memuat ajaran bahwa seharusnya manusia mengikuti geraknya (hukum alam), yaitu dengan menilik kesedarhanaan hukum alam seperti manusia seharusnya memiliki sifat seperti air yang selalu memilih tempat rendah, yang terlemah dari semua benda, tetapi dapat menembus batu yang keras (Muh Hasyim, 2002: 4). Agama Budha adalah agama yang diajarkan oleh Sidharta atau Budha Gautama yang ajaran pokoknya menekankan pada bagaimana menghindarkan penderitaan umat manusia di dunia, ajaran-ajarannya termuat pada kitab suci Tripitaka, yaitu kitab suci agama Budha (Murtiyoso, 1999: 50).
Pada dasarnya firman-firman suci yang dipercayai oleh masyarakat Cina baik pada kepercayaan Konfusianisme, Taoisme dan agama Budha adalah bersumber dari ajaran-ajaran manusia yang dianggap sebagai orang yang suci ataupun Nabi, sehingga firman-firman tersebut banyak tertuang dalam puisi, nasehat-nasehat dan pribahasa yang kesemuanya menceritakan hal-hal yang baik yang dapat dijadikan tauladan bagi penganutnya.
2.4.5
Figur Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
Figur-figur suci dalam kebudayaan Cina dimulai dari Dewata, dimana dalam sistem kepercayaan masyarakat Cina mengenal tiga penggolongan Dewata, yaitu Dewata penguasa alam semesta yang mempunyai wilayah kekuasaan di langit, dimana dewata golongan ini dipimpin oleh dewata tertinggi yaitu Yu Huang Da Di, Yuan Shi Tian Sun, dan termasuk di dalamnya antara lain Dewa binatang, Dewa kilat, dan Dewa angin. Kedua adalah Dewata penguasa bumi yang memiliki kekuasaan di bumi, kekuasaan mereka adalah dunia dan manusia, termasuk akhirat. Mereka dikatakan sebagai para Dewata yang menguasai lima unsur, dan yang ketiga adalah Dewata
39
penguasa manusia yaitu para dewata yang mengurus dan berhubungan dengan kehidupan manusia seperti kelahiran perjodohan, kematian, usia dan rezeki, kekayaan, kepangkatan, dan lain sebagainya (Hasyim, 2002: 7-8).
Setelah para Dewa orang yang sangat di Konghucu sangat dihormati di kebudayaan Cina, bahkan orang Tionghoa berkewajiban untuk menghormati Konghucu yang mereka anggap sebagai guru besar seperti halnya penghormatan terhadap orang tua. Konghucu dianggap telah berjasa dalam mengajarkan dasar-dasar ajaran moral yang sampai sekarang masih terus diterapkan karena filsafatnya telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Tionghoa (Hasyim, 2002: 6).
Figur-figur suci Dewa Dewi dan Konghucu dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat Cina merupakan bentuk dari panutan yang harus ditauladani dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
2.5
Aspek-aspek Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
2.5.1
Alam dan Kebudayaan Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
2.5.1.1
Langit
Langit merupakan bentuk dari kemuliaan Allah seperti yang tercantum dalam Alkitab yang berbunyi “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” (Alkitab, Mazmur 19:2).
Awan merupakan lambang dari kehadiran Tuhan, karena kehadiran Tuhan yang Maha Kuasa ditandai dengan kehadiran awan (Apostolos, 1998: 83). Hal tersebut juga ditegaskan dalam alkitab yaitu “Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan” (Alkitab, Keluaran 13: 21) dan
40
“Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci.” (Alkitab, Keluaran 40:34).
Bintang juga merupakan tanda akan kehadiran Ilahi dengan mengutus malaikat sebagai penyampai berita baik kepada umatnya (Cooper, 1978: 159). Matahari adalah lambang dari Tuhan, Bapa sebagai penguasa dan penopang alam semesta, dengan memancarkan cahaya dan cinta kasih (Cooper, 1978:162). Cahaya merupakan tanda dari jiwa suci sang Yesus Kristus dalam kebaikan dan kearifannya, dimana cahaya adalah suatu kekuatan positif yang berlawanan dengan kejahatan atau malapetaka dan ketidaktahuan dari kegelapan (Apostolos, 1998: 212-213). Warna biru dalam agama Kristiani merupakan warna surga, bentuk kasih sayang dalam kerohanian, ketaatan, kebenaran dan kemurnian (Apostolos, 1998: 63). Warna putih dan kuning melambangkan sukacita dan kemurnian jiwa, warna merah melambangkan pencurahan darah dan api kasih Allah yang menyala-nyala.Warna hijau melambangkan pengharapan dan hidup, seperti tunas-tunas hijau yang menyembul di antara pepohonan yang tandus diawal musim semi membangkitkan pengharapan akan hidup baru. Warna ungu merupakan tanda pertobatan, kurban dan persiapan, sedangkan warna hitam adalah tanda maut atau duka (www.indocell.net).
2.5.1.2
Tanah
Bumi menandakan gereja sebagai penyedia dari makanan rohani dan tempat perlindungan (Apostolos, 1998: 116), seperti yang terdapat dalam Alkitab bahwa “Berbicaralah mereka kepada Malaikat TUHAN yang berdiri di antara pohon-pohon murad itu, katanya: Kami telah menjelajahi bumi, dan sesungguhnya seluruh bumi itu tenang dan aman.” (Alkitab, Zakharia 1: 11). Gunung dan batu merupakan hal yang tak dapat terpisahkan dimana gunung merupakan simbol Tuhan, Bapa atau rumah Tuhan (Apostolos, 1998: 247) dan batu merupakan simbol dari firman-Nya, dalam Alkitab disebutkan bahwa “Tuhan berfirman kepada Musa: “Naiklah menghadap
41
Aku, ke atas gunung, dan tinggallah di sana, maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka.” (Alkitab, Keluaran 24: 12).
Pohon cemara adalah suatu simbol kekuatan, keheningan, dan kesuburan. Pohon yang selalu hijau ini adalah sering disebut sebagai “tree of life” yaitu pohon yang dipercayai telah digunakan sebagai salib dari kematian Yesus Kristus, sehingga menjadikannya sebagai simbol surga dan keabadian hidup. Bunga lily disimbolkan sebagai kemurnian, kesucian, kelahiran dan kebangkitan dari Yesus. Daun dipercayai sebagai simbol dari kemenangan, perlindungan, pertumbuhan, dan pembaruan. Daundaun yang hijau melukiskan harapan kebangkitan akan kejayaan, pada zaman dahulu biasanya daun-daun yang dirangkai sedemikian rupa digunakan sebagai mahkota sebagai lambang kemenangan dan kejayaan.
Alkitab menyebutkan bahwa “Dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia.” (Alkitab, Mazmur 104: 15). “Berikanlah minuman keras itu kepada orang yang binasa, dan anggur itu kepada yang susah hati. Biarlah ia minum dan melupakan kemiskinannya, dan tidak lagi mengingat kesusahannya.” (Alkitab, Amsal 31: 7-8). Dari alkitab tersebut jelaslah bahwa anggur sangat berguna untuk menyegarkan, memberi kekuatan dan menyehatkan, memberi rasa sukacita, membuat manusia dapat melupakan kesusahannya. Anggur juga dikenal sebagai cairan kehidupan, kebenaran dan juga sebagai darah dari kematian sebagai bentuk pengorbanan. Dalam upacaraupacara tertentu anggur dituangkan ke dalam cawan dan diminum sebagai penghormatan kepada pengorbanan Yesus Kristus.
42
2.5.1.3
Air, Angin dan Api
Elisabeth Brookshaw dalam bukunya Roh Kudus, Senjata Akhir Zaman mengungkapkan bahwa air atau hujan kedalam enam pengertian, yaitu pertama air memberi kehidupan, dimana air sangat di butuhkan di dunia, karena air memberi kehidupan kepada manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan Tidak ada air, manusia bisa mati. Kedua air menyegarkan dan menenangkan, ketiga air memberikan kepuasan. Keempat, air atau hujan memungkinkan bumi menumbuhkan hasil, dimana bumi adalah hati kita, dan hati kita adalah kehidupan kita. Tumbuh-tumbuhan membutuhkan air untuk dapat berbuah. Kelima, Air membersihkan. Kalau hujan turun, udara menjadi bersih demikian pula saat Roh Kudus bekerja membersihkan hati manusia. Keenam, air membasahi atau memandikan yang berarti membersihkan dan penyucian, yang dikaitkan dengan pembaptisan dimana Kristus terlibat didalam pembasuhan dosa sehingga terlahir kembali di dalam kehidupan baru sebagai persiapan akan kehidupan di akhirat kelak (Apostolos, 1998: 341).
Angin tidak berwujud dan tidak berbentuk, sehingga tidak dapat dipegang tetapi dirasakan; demikian pula dengan Roh Kudus, tidak dapat dilihat oleh mata jasmani, tetapi kita dapat menyaksikan perbuatan-Nya yang dahsyat dan heran. Maka orang yang lahir dari Roh itu juga seperti gerakan angin. Demikian juga Roh Kudus yang tidak dapat diatur oleh siapa pun, bagaimana dan dimana dan apa dan kapan Ia harus bekerja. Biarlah Dia yang mengatur diri kita. Angin mempunyai kekuasaan besar, meskipun tidak kelihatan. Dia bisa bekerja dengan sepoi-sepoi yang menyejukkan dan menyegarkan (Brookshaw, 2006: 54-55).
Api di dalam Alkitab dijelaskan bahwa “Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara pemotongan-pemotongan daging itu.” (Alkitab, Kejadian 15: 17) dan “Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun
43
mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu.” (Alkitab, Keluaran 13: 21-22). Dimana api itu berguna dalam memberi penerangan pada waktu malam atau pada tempat-tempat yang gelap, memanaskan atau menghangatkan yang dingin, membakar sampah (dosa) dan memberi semangat sehingga berapi-api, dan memasak atau melebur (Brookshaw, 2006: 56). Minyak juga diterangkan dalam Alkitab bahwa “dan anggur menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia.” (Alkitab, Mazmur 104: 15).
2.5.1.5
Hewan
Burung merpati memiliki banyak arti merpati secara umum merupakan simbol perdamaian, dimana dalam Alkitab dijelaskan bahwa “menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situ diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi.” (Alkitab, Kejadian 8: 11). Burung merpati juga dilambangkan sebagai kasih dan setia, dimana diketahui burung merpati adalah burung yang setia kepada pasangannya. Burung merpati juga dilambangkan sebagai kekudusan atau suci sehingga layak untuk dipersembahkan, ia juga sering dilambangkan dengan sifat kelemah-lembutan, juga ketulusan. Merpati juga sebagai lambang keindahan dan burung merpati juga mengenal akan waktu dan musim.
Domba disimbolkan sebagai jiwa Kristus bagi umatnya seperti yang dijelaskan dalam Alkitab bahwa “Maka kata Yesus sekali lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barang siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar
44
dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan. Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Alkitab, Yohanes 10: 7-10). Rusa adalah hewan yang melambangkan jiwa yang haus akan kasih Tuhan (Apostolos, 1998: 100). Ikan juga merupakan simbol dari Kristus dalam pembaptisan, dimana ikan tidak dapat hidup tanpa adanya air, demikian juga dengan umat Kristus tidak dapat bertahan hidup tanpa dibaptis (Apostolos, 1998: 132).
2.5.1.5
Obyek-obyek Buatan Manusia
Obyek-obyek buatan manusia yang paling melambangkan sosok sengsara Yesus Kristus adalah salib, dimana “salib memang dimaksudkan untuk mengingatkan umatnya akan kesengsaraan Tuhan yang menyelamatkan” (Suryanugraha, 2004: 45). Pakaian atau busana di dalam liturgi atau tindakan ibadat sangat dihormati oleh para petugas liturgi, seperti yang tercantum dalam Alkitab, yaitu “ Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan. Haruslah engkau mengatakan kepada semua orang yang ahli, yang telah Kupakaikan Harun, untuk menguduskan bagi-Ku.” (Keluaran 28: 2-3).
Tongkat merupakan obyek buatan manusia yang banyak memiliki kegunaan sebagai merupakan perantara dari Tuhan bahwa ia ada dan berkuasa dalam mukzijatnya pada Musa. Seorang uskup agung dalam memimpin Misa meriah dilengkapi oleh tongkat gembala yang menegaskan bahwa ia adalah imam yang tampil sebagai pribadi Kristus.
Patung orang-orang kudus seperti patung Bunda Maria dan Yesus biasanya melengkapi gereja yang secara liturgis dapat dipahami bahwa keberadaan patung tersebut selayaknya dapat membantu umat dalam menghayati misteri-misteri iman yang dirayakan di dalam gedung gereja tersebut. Keberadaan benda-benda itu
45
ibaratnya kehadiran para kudus yang sedang bersekutu dengan umat, bersama-sama mencicipi perjamuan surgawi di dunia ini (Suryanugraha, 2004: 19).
Lonceng adalah suatu pengumuman akan kehadiran Kristus bagi umatnya, agar dapat beriman kepada-Nya, dan dipercayai juga dapat menghalau roh jahat dan meredakan badai. Lilin sangat penting dalam perayaan liturgis untuk menciptakan suasana khidmat dan untuk menunjukkan kemeriahan perayaan liturgi, terdapat tiga jenis lilin yang khusus tersebut yaitu lilin paskah, lilin adven, dan lilin altar, lilin peranakan, juga lilin yang mendampingi tabernakel. Lilin paskah adalah simbol Kristus sendiri sebagai terang atau cahaya dunia. Lilin adven yang dimengerti dalam kesatuan lingkarannya, diuraikan dari lingkaran adven sendiri yang melambangkan kemenangan dan kemuliaan, simbol kepenuhan waktu, kesatuan antara kelahiran dan kedatangan Kristus kembali. Lilin-lilin dalam lingkaran Adven yang dinyalakan setiap awal pekan mau mengungkapkan harapan dan kerinduan umat akan Sang Penebus, yakni Yesus Kristus. Sedangkan lilin-lilin altar, lilin-lilin peranakan, juga lilin-lilin yang mendampingi tabernakel, merupakan penanda kehadiran Kristusl, mengingatkan umat akan suasana sakral-ilahi, dan menyemarakkan suasana liturgi itu sendiri (Suryanugraha, 2004: 50-51).
2.5.2
Ruang dan Waktu Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
2.5.2.1
Ruang Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
Gedung gereja merupakan simbol jemaat atau umat beriman yang berhimpun untuk beribadat, seperti yang tercantum dalam Alkitab bahwa “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan-persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.” (Alkitab, Petrus 2: 5). “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Alkitab, Matius 18: 20).
46
Dinding atau bentuk fisik gereja secara khusus juga melambangkan umat Allah yang sedang berziarah di bumi ini, sekaligus juga memantulkan umat Allah yang berada di surga. Umat Allah yang terpilih itu sedang berjalan mengarungi kehidupan, dengan bimbingan sabda Allah, dinaungi ketentraman dan kedamaian dalam gereja, hingga akhirnya mereka sampai dengan selamat di rumah abadi mereka. Gereja juga merupakan citra kota surgawi di bumi, dimana di dalamnya Kristus akan hadir di kota ini sepanjang masa, ia kan selalu menjadi terang bagi umat Allah (Suryanugraha, 2004: 11).
Sehingga jelaslah bahwa gedung gereja merupakan tempat dimana para umat Kristiani menjalankan ibadahnya dengan mengagungkan Tuhan atas segala penciptaannya, dan di sanalah spirit Kristus menghadirkan Tuhan kedalamnya.
Mimbar atau ambo yang terdapat dalam gereja adalah tempat khusus yang diperlukan dalam liturgi, dimana kitab suci yang dibacakan di mimbar agar dapat tersimbolisasi Allah yang berbicara itu kelihatan karena dalam tindakan membacakan dan mendengarkan Sabda Allah, jemaat berada dalam situasi berdialog dengan Allah sendiri (Suryanugraha, 2004:27). Sedangkan kursi Pemimpin di dalam gereja merupakan simbol dari tugas pemimpin perayaan dan pemimpin doa di hadapan jemaat, dimana seorang wakil uskup yang duduk tidak hanya sebagai pemimpin tapi juga sebagai “kawanan domba” uskup, sehingga kursi Pemimpin merupakan bagian dari kesatuan jemaat (Suryanugraha, 2004: 33).
2.5.2.2
Waktu Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
Hari yang sangat dihormati bagi umat Kristus adalah hari sabat atau yang lebih dikenal dengan hari minggu, yang biasanya dilakukannya ibadah. Selain itu terdapat tiga rangkaian hari raya utama di dalam umat Kristiani adalah hari Natal sebagai hari kelahiran Yesus kristus, hari Paskah sebagai bentuk pengorbanan Yesus dan hari
47
Kenaikan Isa Almasih, dimana Ia naik ke surga dengan meninggalkan spirit roh kudus-Nya kepada seluruh umat.
2.5.3
Tindakan Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
Berdoa merupakan suatu bentuk penggambaran akan memuja Sang Kristus. Alkitab mengatakan bahwa “TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar di dengar-Nya.” (Alkitab, Amsal 15: 29). Berderma merupakan salah satu perbuatan baik, dalam Alkitab dijelaskan bahwa “Hadiah memberi keluasan kepada orang, membawa dia menghadap orang-orang besar. (Alkitab, Amsal 18:16), “Banyak orang yang mengambil hati orang dermawan, setiap orang bersahabat dengan si pemberi.” (Alkitab, Amsal 19: 6), dan ”siapa yang menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.” (Alkitab, Amsal 19: 17). Berkorban merupakan perbuatan yang diperintahkan oleh Tuhan, sedangkan pembaptisan merupakan tindakan yang suci bagi umat Kristus, dimana di Alkitab dikatakan bahwa “Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Alkitab, Lukas 3: 21-22).
2.5.4
Firman dan Kitab Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
Dalam Alkitab telah ditegaskan bahwa ”Haruslah engkau mengasihi Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang kepada ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya.” (Alkitab, Ulangan 11: 1-2). “Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu.” (Alkitab, Ulangan 11: 18).
48
Sehingga firman merupakan perkataan dari Tuhan yang telah tertuang ke dalam Alkitab untuk dijadikan pedoman hidup bagi umat Kristiani, dengan mengimaninya menjadikan ketentraman didalam hati dan agar dapat menjalankan kehidupan dengan baik.
2.5.5
Figur Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
Malaikat adalah figur suci sebagai utusan Tuhan untuk membawa berita kepada umat yang terpilih. Dalam Katolik Bunda Maria merupakan perempuan suci, dengan keperawanannya ia diberkahi melahirkan seorang Kristus yang kudus yaitu seorang Yesus yang menjadi penyelamat kepada umatnya. Hal tersebut tergambarkan dalam Alkitab, Maria berkata “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah”.” (Alkitab, Lukas 2: 34-35). Kemudian “Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera dibumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” (Lukas 8-15). “Dan Yesus makin bertambah besar
49
dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” (Lukas 2: 52).
Dari paparan tersebut maka bunda Maria adalah sosok ibu suci yang melahirkan seorang penyelamat ke dunia dalam keadaannya yang masih perawan sebagai bukti kekuasaan Tuhan. Dan Yesus yang merupakan penyelamat dan bagian dari trinitas dari Tuhan adalah petunjuk jalan kebenaran bagi seluruh umat kristiani.
2.6
Aspek-aspek Suci dalam Budaya dan Agama Islam
2.6.1
Alam dan Kebudayaan dalam Budaya dan Agama Islam
2.6.1.1
Langit
Langit merupakan simbol tempat kekuasaan Ilahi, seperti yang tercantum dalam Al Qur’an bahwa “Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong.)” (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2: 107). Cahaya merupakan bentuk keimanan, di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa “Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).” (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2: 257).
Cahaya dan kegelapan menghasilkan warna-warna, warna hijau selalu dikaitkan dengan surga dan hal-hal positif. Dikatakan dari tulisan-tulisan Persia, bahwa malaikat dan orang-orang suci mengenakan pakain berwarna hijau, di Mesir kaum muslim menutup kain hijau ke seputar batu nisan melambangkan surga, hijau juga disebut sebagai warna nabi, dimana keturunannya mengenakan surban hijau sehingga hijau, dan dalam sistem Simnani melambangkan kebahagiaan abadi, yang terwujud dalam gunung zamrud, terletak di balik warna hitam. Biru tua adalah warna asketis yaitu warna duka cita, warna merah sering dikaitkan dengan kehidupan, kesehatan
50
dan darah, dan dalam perkawinan terkadang mempelai wanita memakai kerudung berwarna merah sebagai jaminan akan kesuburan, Anggur merah, api dan mawar merah, semuanya menunjuk pada Keagungan Ilahi, sebagaimana dikemukakan bahwa rida al-kibriya, yaitu ‘pakaian Keagungan Ilahi’, adalah merah menyala. Warna kuning lebih menunjukkan kelemahan, seperti jerami kuning yang lemah dan kekasih yang pucat yang kekurangan api serta darah pemberi kehidupan; dalam warna madu, kuning digunakan untuk pakaian orang-orang Yahudi Abad Pertengahan (Schimmel, 1996: 53-54). Warna putih merupakan simbol dari kesemua yang artinya positif seperti murni, bersih, suci, dan inosen. Nabi Muhammad menyukai warna putih, dimana para peziarah haji disunahkan mengenakan kain (ihram) putih dan kain kafan yang membungkus muslim yang meninggal juga berwarna putih, yang diasosiasikan dengan kesucian hati pemakainya saat ia dipanggil Allah Yang Maha Kuasa (Deddy Mulyana, 2006: 142-143).
2.6.1.2
Tanah
Bumi merupakan tempat manusia yang diciptakan Allah untuk para umatnya untuk dapat hidup dan beribadah pada-Nya, seperti yang tercantum dalam Al Qur’an bahwa “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2: 29), “Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2: 22).
Gunung di dalam Al Quran dikatakan bahwa “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (Al Qur’an Surah An Naba’, 78: 6-7). Dijelaskan bahwa pasak merupakan paku yang besar, dimana masyarakat Arab (terlebih pada masa lampau) mengenal kemah, karena dalam
51
perjalanan mereka menggunakan kemah untuk bermalam. Untuk memasang kemah diperlukan tali temali dan pematok yang kuat yang ditanam agar kemah tidak diterbangkan angin. Sehingga jelaslah fungsi gunung-gunung adalah sebagai pematok-penamtok bumi (M. Quraish Shihab, 2006: 68). “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) guncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk” (Al Qur’an Surah Al Anbiyaa’, 21: 31). Dari apa yang difirmankan Allah SWT. dalam Al Qur’an, maka gunung merupakan bentuk dari kebesaran ciptaan-Nya.
Batu-batuan yang tampaknya tidak pernah berubah dan dapat dengan mudah dianggap sebagai tanda-tanda kekuasaan dan, barangkali pada masa kemudian, sebagai lambang kekuatan abadi. Mitologi membicarakan tentang sebuah batu yang membentuk landasan bagi kosmos; berwarna hijau, berada jauh di bawah tanah dan merupakan landasan poros vertikal sumbu putar seluruh alam raya yang titik pusatnya di atas bumi adalah Ka’bah. Batu hitam (sebuah meteor) di sudut tenggara Ka’bah di Makkah itu adalah titik ke mana orang-orang beriman berpaling. Mereka berusaha menciumnya ketika menunaikan ibadah haji karena Batu Hitam dikatakan sebagai tangan kanan Tuhan (Schimmel, 1996: 33-34).
Tanah merupakan sumber alam yang menumbuhkan kehidupan bagi tanaman untuk kesejahteraan alam dan manusia, seperti yang tercantum dalam Al Qur’an bahwa, “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur” (Al Qur’an, Surah Al A’Raaf 7: 58).
Pohon kehidupan adalah suatu konsep yang telah dikenal sejak dahulu kala, sebab akar pohon itu tertanam di dalam bumi dan pucuknya menggapai langit. Karenanya
52
pohon mencakup dua dunia dan pohon dapat menjadi simbol dari segala sesuatu yang baik dan berguna. Dalam Al-Quran dinyatakan, bahwa “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit” (Al Qur’an Surah Ibrahim, 14: 24).
Taman-taman merupakan refleksi dari surga, dimana dalam Al Qur’an disebutkan bahwa, “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira” (Al Qur’an Surah Ar Ruum: 30:15). Dalam Islam, bunga mawar mendapati tempat teristimewa dimana Nabi mencium bunga mawar merah adalah bagian dari kemuliaan Tuhan dan legenda lain menyebutkan bahwa bunga mawar tumbuh dari tetes-tetes keringat yang jatuh dari tubuh Nabi selama berada dalam perjalanan mi’raj sehingga membawa bau yang wangi (Schimmel, 1996: 60).
Debu merupakan sarana bersuci selain air seperti yang terdapat dalam Al Qur’an bahwa “lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Al Qur’an Surah Al Maa-idah, 5: 6).
2.6.1.3
Air
Air merupakan kebutuhan yang mendasar bagi manusia yang diberikan Allah SWT., seperti yang tercantum dalam Al Qur’an bahwa “Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2:
53
164). Dalam Al Qur’an juga dikatakan bahwa “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.” (Al Qur’an Surah Al Anbiyaa’, 21: 30)
Air juga digunakan untuk bersuci, seperti yang diperintahkan dalam Al Qur’an bahwa “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (Al Qur’an Surah Al Maa-idah, 5: 6). Air yang dapat digunakan untuk bersuci menurut macamnya adalah air laut, air hujan, air salju, air telaga, air embun, air sungai, dan air dari mata air atau sumur (Sudono Syueb, 2006: 215).
Laut merupakan tanda kebesaran Allah SWT. yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan manusia di dunia seperti yang dikatakan dalan Al Qur’an bahwa “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,” (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2: 164).
Sungai yang biasanya dipenuhi oleh manusia yang tinggal menandakan akan kehidupan, sesuai yang dikatakan di dalam Al Qur’an bahwa, “Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikit pun dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu,” (Al Qur’an Surah Al Kahfi, 18: 33). Ada banyak mata air dan kolam-kolah air keramat di dunia Islam, seperti Zamzam di dekat Ka’bah memancar keluar, sebagaimana diceritakan dalam legenda ketika Hajar yang ditinggal sendirian dengan bayi Isma’il yang kehausan. Sumur itu dalamnya empat puluh meter, dan airnya sedikit asin. Kebanyakan penziarah membawa pulang sedikit air Zamzam dalam botol-botol khusus untuk menyebarkan barakah dari mata air itu ke sahabat-sahabat dan keluarga mereka (Schimmel, 1996: 39).
54
2.6.1.4
Hewan
Hewan-hewan pun memuji Tuhan dengan caranya sendiri-sendiri. Ada hewan-hewan dalam dongeng seperti ikan di kedalaman samudra tanpa batas di mana berdiri kerbau yang membawa bumi, agas kecil yang suka menggigit sebagai sebuah contoh dari perintah Tuhan kepada manusia melalui perumpamaan. Dalam Tales of the Prophets, diketahui bahwa agas kecil itulah yang masuk ke dalam otak Firaun, yang menyebabkan kematiannya yang lambat dan menyakitkan, dimana agas merupakan serangga paling kecil itu mampu menguasai raja lalim yang paling besar. Lebah adalah seekor hewan yang bersemangat melambangkan kebijaksanaan Tuhan. Semut dalam merupakan seekor makhluk lemah yang dihormati oleh Sulayman, dan dongeng bahwa ia membawa ‘sebatang kaki belalang’ adalah hadiah yang remeh namun diberikan dengan niat tulus oleh seorang miskin. Laba-laba, dilain pihak adalah seekor makhluk yang membangun ‘rumah paling lemah’ tetapi laba-laba itulah yang membantu Nabi pada waktu hijrah: ketika dia sedang bermalam bersama Abu Bakar dalam sebuah Gua, laba-laba menjalin jaring-jaringnya dengan demikian terampil menutupi gua itu sehingga orang-orang Makkah yang memburu Nabi tidak berhasil menemukan tempat persembunyiannya.
Hewan-hewan berkaki empat seperti sapi merupakan hewan yang dijadikan simbol pengorbanan, seperti yang tercantum dalam Al Qur’an bahwa “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina” (Quran Player Surah Al Baqarah, 2: 67). Singa merupakan simbol kekuatan, dan kejayaan, tampil dalam peranan yang sama dalam tradisi Muslim. Kucing adalah hewan kesukaan Nabi, karena itu sering dikisahkan dan tanpa memperhatikan apakah dari hadist yang mengatakan bahwa ‘kecintaan pada kucing adalah sebagian dari iman’ itu sahih atau tidak, ia mencerminkan perasaan umum terhadap kucing. Karena kucing adalah hewan yang bersih; kehadirannya tidak membatalkan shalat, dan air bekas minumnya masih boleh digunakan untuk
55
berwudhu (Schimmel, 1996: 63-65). Unta dan kuda merupakan hewan yang diberkahi kekuatan untuk dapat menempuh perjalan jauh dengan membawa beban yang berat. Dimana hewan ini dapat tunduk terhadap perintah manusia.
Burung elang melambangkan kekuatan cinta atau karunia Ilahi yang tak dapat ditolak yang mencengkam hati manusia seperti seekor elang membawa pergi burung merpati. Burung merpati merupakan simbol kesetiaan yang penuh cinta, yang diwujudkan melalui pemakaian kerah dari bulu-bulu hitam diseputar lehernya, yaitu ‘alung si merpati’. Burung bangau yang selalu berpindah-pindah adalah seekor burung saleh yang lebih suka membangun sarangnya di menara-menara. Ia dapat dibandingkan dengan peziarah yang menunaikan ibadah haji sekali setiap tahun ke Makkah, dan laklaknya disuarakan terus-menerus ditafsirkan sebagai kalimat bahasa Arab 'al-mulk lak, al-‘izz lak, al-hamd lak,’ yaitu ‘Milik-Mu’ kerajaan itu, milik-Mu kejayaan itu, milik-Mu pujian itu’ (Schimmel, 1996: 68-69).
2.6.1.5
Obyek-obyek Buatan Manusia
Obyek-obyek buatan manusia seperti senjata mempunyai memiliki makna yang penting sebagai suatu pertahanan diri dari ancaman orang-orang yang merupakan musuhnya. Senjata-senjata tersebut sudah sejak diberikan tulisan ayat-ayat Al Qur’an yang dipercayai akan memberikan kekuatan bagi pemiliknya. Tongkat yang sering digunakan oleh seorang imam dalam memberikan ceramah menandakan akan kepemimpinannya sebagai tanggung jawab membawa kebenaran-kebenaran yang disampaikannya.
Bendera dilambangkan sebagai suatu kemenangan seperti yang tercantum dalam hadist, bahwa “Diriwayatkan daripada Salamah bin al-Akwa' r.a katanya: Di dalam peperangan Khaibar Ali berada di belakang Rasulullah SAW., ketika itu beliau sakit. Beliau berkata: Aku berada di belakang Rasulullah SAW. Setelah itu Ali keluar
56
melintasi Rasulullah SAW. Pada petangnya, yaitu sebelum Allah memberi kemenangan pada keesokan hari, Rasulullah s.a.w bersabda: Sungguhnya aku akan berikan bendera ini kepada seorang lelaki yang dicintai Allah dan Rasul-Nya dan yang mencintai Allah dan RasulNya besok. Semoga Allah memberi kemenangan padanya. Ketika kami bertemu dengan Ali, kami berkata: Inilah Ali, maka Rasulullah SAW. memberi bendera itu dan Allah memberi kemenangan kepadanya” (Hadist 1409). Sedangkan cermin sering dikaitkan dengan hati, dimana hati manusia tercermin melalui sifat dan perbuatannya.
2.6.2
Ruang dan Waktu Suci dalam Budaya dan Agama Islam
2.6.2.1
Ruang Suci dalam Budaya dan Agama Islam
Dalam sejarahnya gua merupakan tempat yang terpilih bagi nabi Muhammad SAW. menerima wahyu pertamanya. Di gua pula nabi Muhammad melakukan perenungan dengan khusyuk. Dan gua adalah tempat yang aman disaat nabi Muhammad membutuhkan tempat untuk berlindung seperti pada saat ia hijrah dari Makkah ke Madinah.
Rumah sebagai tempat tinggal buatan manusia yang berfungsi sekaligus sebagai tempat perlindungan dan juga merupakan salah satu kiasan yang paling sering digunakan untuk hati manusia, sebuah rumah yang harus dibersihkan dengan cara terus-menerus menggunakan sapu ka, yaitu awal dari pengakuan iman, la ilaha illa Allah, yaitu Tidak ada tuhan selain Allah. Hanya jika rumah itu bersih dan tidak lagi menyimpan debu pikiran profan sajalah maka dulcis hospis animae, yaitu ‘tamu jiwa yang manis’ akan masuk dan tinggal di sana (Schimmel, 1996: 93-94).
Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa, “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di
57
dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih” (Al Qur’an, Surah At Taubah 4: 108). Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah dengan tujuan sebenarnya adalah meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi di antara sesama kaum muslim. Di samping itu, jika kita lihat dari sejarah, di masa Rasulullah SAW dan pada masa-masa kejayaan Islam, masjid bukan saja menjadi tempat sholat, tetapi menjadi pusat kegiatan kaum muslim (muslimsources.com). Masjid yang sering dikatakan sebagai rumah Tuhan merupakan tempat atau ruang yang digunakan beribadah ataupun sebagai tempat orang-orang muslim memperdalam keimanan kepada Allah SWT. sehingga menjadikan masjid sebagai tempat yang suci, dimana disana dilakukan pula ceramah-ceramah para ulama, dilakukannya lantunan pengajian-pengajian membaca Al Qur’an dan lain sebagainya.
Makkah dan Madinah dijadikan Allah sebagai dua tanah suci dimana tidak boleh melakukan hal-hal kejahatan bahkan membunuh hewan sekalipun dan menebang pohon-pohon yang ada di sana. Dan keistimewaan-keistimewaan yang ada di dua tanah suci tersebut seperti dilipatgandakannya pahala jika kita shalat di Masjidil Haram di Mekkah.
Konsep mengenai jalan merupakan hal yang dianggap utama dalam pemikiran Islam, seperti yang terdapat dalam Al Qur’an bahwa “ihdina sh-shiratha’l-mustaqim”, yang artinya “Tunjukkilah kami jalan yang lurus” (Al Qur’an Surah Al Fatihah, 1:6). Permohonan dari surat Al Fatihah ini, yang diulang berjuta-juta kali di seluruh dunia telah meminjamkan julukan ‘Islam, jalan yang lurus’ kepada lebih dari satu telaah mengenai kesalehan Islam (Schimmel, 1996: 114).
58
2.6.2.2
Waktu Suci dalam Budaya dan Agama Islam
Waktu suci yang dimaksud adalah waktu dimana memang telah ditetapkannya oleh Allah SWT. seperti pada jam-jam untuk melakukan shalat lima waktu dalam sehari, dimana seorang muslim lebih baik berada di rumah ketika shalat maghrib telah tiba pada waktu senja. Di berikan keistimewaannya hari Jum’at, dimana pada hari tersebut lebih baik melakukan ibadah kepada Allah dan meninggalkan kegiatan keduniawian dan bagi laki-laki muslim berkewajiban untuk melakukan shalat Jum’at. Perayaan hari besar seperti Idul Adha, Idul Fitri, Maulid Nabi Muhammad SAW., dan Isra Mi’raj merupakan hari-hari yang dinanti-nantikan bagi umat muslim di seluruh dunia. Dimana hari-hari tersebut kedekatan terhadap Allah SWT. dirasakan mencapai puncaknya, dan sejumlah keistimewaan-keistimewaan ada pada masing-masing hari besar tersebut menambah rasa kesuciannya.
Angka-angka dalam Islam, seperti semua agama menekankan makna penting dari angka-angka tertentu, dalam banyak kasus mengikuti gagasan Pythagoras, dan dengan demikian tekanan ditempatkan pada angka-angka ganjil. Preferensi kepada angka-angka ganjil (yang dianggap maskulin dan angka-angka genap dianggap feminin) tercermin dalam perkataan Inna Allaha ‘witr yuhibbu’l-witr, yang berarti ‘sesungguhnya Tuhan itu ganjil (yaitu satu) dan menyukai angka-angka ganjil’. Karena alasan ini banyak tindakan dilaksanakan dalam jumlah ganjil seperti tiga atau tujuh kali (Schimmel, 1996: 133-134).
2.6.3
Tindakan Suci dalam Budaya dan Agama Islam
Tindakan suci dalam budaya dan agama Islam seperti bersuci atau berwudhu adalah suatu tindakan membasuh anggota badan tertentu yang biasanya wajib dilakukan sebelum beribadah seperti shalat, menyentuh dan membaca Al Qur’an. Dengan maksud agar saat kita menghadap Allah SWT. dalam shalat kita berada pada keadaan
59
yang bersih dan begitu pula pada saat menyentuh kemudian membaca Al Qur’an yang merupakan kitab suci dimana didalamnya berisi firman-firman dari Allah SWT.
Shalat merupakan perintah Allah SWT. yang utama kepada umat-Nya. Shalat adalah perkara yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan syarat dan rukun yang telah ditetapkan. Dalam satu hadist disebutkan bahwa shalat adalah tiang agama Islam, barang siapa yang mengerjakannya, berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkannya, berarti ia meruntuhkannya (Syueb, 2006: 233).
Berpuasa adalah salah satu ibadah umat muslim dimana mengharuskan menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa dari mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Dalam Al Qur’an dikatakan bahwa “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2 : 183). Dengan melaksanakan ibadah puasa maka diharapkan mendapatkan pahala dari Allah SWT. dan agar umat muslim mendapatkan berkah. Berkah yang didapat dari berpuasa antara lain dapat menimbulkan rasa kasih sayang terhadap sesama, karena dengan berpuasa seseorang dapat merasakan penderitaan orang-orang fakir miskin, yatim piatu dan orang yang serba kekurangan. Dengan berpuasa dapat melatih diri untuk bersabar, karena dalam berpuasa seseorang dituntut untuk bersabar, menahan amarah, menahan nafsu dan menahan diri untuk melakukan segala sesuatu yang membatalkan puasa. Berpuasa juga dapat melatih diri untuk mengemban amanat dengan sebaikbaiknya, dapat menghilangkan sifat tamak sehingga tidak terlena dengan kemewahan hidup di dunia. Berpuasa adalah salah satu cara untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.
Berzakat bagi umat muslim merupakan bagian dari ibadah. Zakat adalah menyisihkan harta untuk dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Dan dirikanlah
60
salat dan tunaikanlah zakat. Perintah berzakat ini tercantum dalam Al Qur’an dalam surah Al Baqarah, yang berbunyi “Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2: 110). Manfaat dari berzakat yaitu mendapatkan pahala dari Allah SWT., mempererat hubungan antara si kaya dan si miskin.
Berkurban hewan merupakan salah satu perintah dari Allah SWT. bagi umat muslim, seperti yang tercantum dalam Al Qur’an bahwa “Bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),” (Al Qur’an Surah Al Hajj, 17: 34). Dalam satu hadis disebutkan bahwa dengan berkorban adalah sebagai tanda bersyukur umat muslim kepada Allah SWT. atas apa yang ia dapatkan selama hidup di dunia.
2.6.4
Firman dan Kitab Suci dalam Budaya dan Agama Islam
Firman dalam agama Islam merupakan perkataan dan perintah dari Allah SWT. yang termuat didalam kitab suci Al Qur’an. Dimana firman-firman Allah tersebut merupakan pedoman bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan dengan benar sehingga dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Dalam buku The History The Qur’anic Text oleh Al A’Zami mengatakan bahwa Kitab suci Al Qur’an merupakan tali pengikat dari Allah yang tahan uji, peringatan bijak, jalan lurus dimana dengannya keinginan tak mungkin meleset pada kesesatan, lidah tidak akan jadi galau, dan kaum cendekiawan pun tak akan mampu memahami secara sempurna (Al A’Zami, 2005: 63).
61
Sehingga jelaslah firman Allah SWT. di dalam Al Qur’an mengandung kebenaran yang tak perlu diragukan lagi. Isi dari Al Qur’an mecakup segala aspek kehidupan hubungan manusia dengan Sang Pencipta dan hubungan manusia dengan sesama manusia, dan juga memiliki keistimewaan tersendiri bagi yang mengamalkannya.
2.6.5
Figur Suci dalam Budaya dan Agama Islam
Figur suci yang sangat penting dalam menyebarkan agama Islam adalah figur nabi, yaitu seorang laki-laki yang dipililh oleh Allah SWT. untuk menerima wahyu-Nya dan berkewajiban untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya. Diutusnya seorang nabi ke dunia dalam agama Islam adalah untuk mengiring manusia dari kesesatan sehingga dapat menuju ke jalan yang benar sesuai dengan petunjuk dari Allah SWT. Dimana cara nabi-nabi menyebarkan ajaran Allah SWT. adalah dengan cara berdakwah. Dalam dakwah para nabi bertujuan untuk pembetulan akidah mengenai Allah SWT. dan hubungan antara hamba dan Tuhannya serta mengajak manusia agar secara ikhlas menyembah Allah SWT. semata, dan percaya bahwa Ia yang mendatangkan manfaat dan bahaya sehingga sudah sepantasnyalah manusia berdoa, berlindung dan beribadah kepada Allah SWT.
Setelah para nabi wafat, penyebaran agama Islam dilakukan oleh para wali dan orang-orang sufi. Dikatakan dalam bukunya Rahasia Wajah Ilahi, Annemarie Schimmel mengatakan bahwa wali merupakan sahabat Tuhan, yang pada mulanya dalam beberapa hal dibandingkan dengan pendeta pada agama-agama lain. Dan orang suci atau sufi, dalam hadist dikatakan ia berada di bawah kubah-Ku, artinya bahwa orang suci itu tersembunyi dari dunia, dan karenanya orang yang paling mustahil pun dapat menjadi orang suci, sebab wilayah bahkan dapat berdiri terpisah dari kualitaskualitas moral penerimanya (Schimmel, 1996: 278-279).
62
2.7
Perbandingan Konsep Suci pada Kepercayaan Masyarakat Cina, Agama Kristiani dan Agama Islam
Berikut ini akan dijelaskan perbandingan konsep suci pada kepercayaan masyarakat Cina, Agama Kristiani dan Agama Islam, sehingga akan dapat dipahami konsep suci dari tiap-tiap kepercayaan dan agama-agama tersebut.
2.7.1
Konsep Suci dalam Aspek Alam
Perbandingan konsep suci dalam aspek alam yang akan diuraikan antara lain adalah aspek suci langit, gunung, cahaya, dan air. Penjabaran konsep aspek suci tersebut adalah sebagai berikut: 1) Langit dalam kepercayaan masyarakat Cina dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Dewata. Bagi agama Kristiani langit adalah bentuk dari kemuliaan Tuhan dan lambang dari surga. Sedangkan bagi agama Islam langit merupakan tempat kekuasaan Ilahi. 2) Gunung dalam kepercayaan masyarakat Cina merupakan tempat yang diberkati oleh sang Dewata untuk dapat melaksanakan hal-hal yang menyangkut pensucian jiwa seperti bersemedi, mencari hikmah kehidupan dan belajar keadidayaan. Bagi agama Kristiani gunung merupakan tempat atau rumah Tuhan, karena disanalah hukum dan perintah di dalam Alkitab diturunkan. Sedangkan bagi agama Islam gunung merupakan suatu bentuk kebesaran ciptaan Allah SWT. dimana ia sebagai pasak agar bumi menjadi kokoh. 3) Cahaya dalam kepercayaan masyarakat Cina dipercaya sebagai berkah dari Dewata. Dalam agama Kristiani cahaya merupakan bentuk dari jiwa sang Kristus. Sedangkan bagi agama Islam cahaya merupakan suatu bentuk pancaran keimanan. 4) Air dalam kepercayaan Cina merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk di dunia untuk dapat bertahan hidup, dan terdapat air suci yang berada ditempat tertentu dengan memercikannya ketubuh dipercayai akan mendapatkan berkah dari sang Dewata. Dalam agama Kristiani air merupakan pemberi kehidupan kepada seluruh makhluk hidup dan juga sebagai sarana untuk penyucian dalam upacara pembaptisan dimana
63
ketika seseorang masuk ke dalam air dan kembali kepermukaan air maka dosa-dosanya akan terhapus dan bangkit menjadi manusia yang baru. Sedangkan pada Islam air selain merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, juga sebagai sarana bersuci dalam berwudhu, dengan maksud air yang membasuh dan membasahi bagian-bagian tubuh tersebut telah suci dari hal-hal yang bersifat kotor sehingga dalam melaksanakan kewajiban shalat untuk menghadap Allah SWT. diri umat Islam telah benar-benar bersih begitu pula dalam menyentuh dan membaca kitab suci Al Qur’an.
2.7.2
Konsep Suci dalam Aspek Ruang dan Waktu
Perbandingan konsep suci dalam aspek ruang adalah aspek suci dari tempat beribadat kepercayaan dan agama-agama tersebut, yaitu kelenteng, gedung gereja, dan masjid. Dan pada aspek waktu adalah konsep suci dari hari-hari besar kepercayaan dan agama-agama tersebut.
2.7.2.1
Konsep Suci dalam Aspek Ruang
Penjabaran konsep suci dari aspek ruang tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kelenteng didalam budaya Cina adalah tempat beribadah dari ketiga kepercayaan dan agama, yaitu kepercayaan Kong Hu Cu, Tao, dan Budha. Karena ketiga ajaran tersebutlah patung Dewa Dewi yang terdapat dalam kelenteng sangat beragam, namun patung-patung tersebut merupakan simbolisasi manusia untuk mencapai Dewata yang tak tergambarkan dan untuk menghormati teladan dari Dewa Dewi. Beribadat di kelenteng biasanya akan dilakukan melarang bagi perempuan yang sedang berhalangan untuk memasukinya karena kelenteng merupakan tempat beribadat yang suci, dan dipercayai dapat menghindarkan perempuan tersebut dari ketidakberuntungan. 2) Gedung gereja merupakan tempat berkumpulnya umat Kristiani untuk menjalankan ibadatnya. Dalam memasuki gedung gereja lebih
64
bertoleransi bagi para jemaatnya untuk dapat mengenakan sepatu dapat masuk ke dalamnya, dan memperbolehkan bagi perempuan yang berhalangan untuk dapat tetap hadir di dalam menjalankan ibadatnya, namun bagi pria tidak boleh mengenakan penutup kepala, dan tidak boleh berbicara untuk menghormati dan demi kekhusyukan dalam beribadat. 3) Masjid merupakan tempat beribadah bagi umat Islam dalam melaksanakan kewajiban shalat, dan hal-hal keagamaan lainnya. Untuk memasuki masjid, hendaknya melepaskan alas kaki karena masjid adalah tempat untuk melaksanakan ibadah sehingga harus bersih dari segala kotor-kotoran dan bagi para perempuan yang sedang berhalangan dilarang untuk memasuki masjid, memasuki masjid hendaknya mengucapkan salam, telah bersuci atau berwudhu, dan disunahkan untuk shalat sunat dua rakaat.
2.7.2.2
Konsep Suci dalam Aspek Waktu
Perbandingan aspek waktu, terkait dengan hari besar dari kepercayaan dan agama tersebut, yaitu sebagai berikut: 1) Dalam kepercayaan Kong Hu Cu, Tao dan agama Budha
Imlek
merupakan
satu-satunya
hari
besar
yang
dirayakan
secara
bersama-sama. Dimana Imlek merupakan hari agung untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan menekankan makna perayaan kepada introspeksi diri, perenungan, sujud syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sujud dan hormat kepada orang tua, dan bersilaturahmi kepada keluarga dan sesama manusia. 2) Dalam agama Kristiani dikenal tiga hari besar, yaitu hari Natal, Paskah dan Kenaikan Isa Almasih. Ketiga hari besar tersebut adalah satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dimana Natal merupakan awal dari perjalanan Kristus, yaitu kelahiran Yesus sebagai sang penyelamat ke dunia, Paskah yang merupakan rangkaian dari perjamuan terakhir sang Yesus yang kemudian akan menebus dosa-dosa manusia dengan pengorbanan jiwa dengan jalan kematian dan kemudian bangkit kembali karena terdapat suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari kematian tersebut. Dan kemudian kebangkitan tersebut akan diakhiri dengan kenaikan spirit yang maha Kudus secara utuh ke surga.
65
3) Dalam agama Islam dikenal empat hari besar, yaitu Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. dan Maulid Nabi Muhammad SAW., keempat hari bersar tersebut memiliki makna dan tujuan yang berbeda-beda. Hari raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi seluruh umat Islam atas terlaksananya ibadah puasa selama sebulan penuh selain untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT., juga dimaksudkan untuk melatih diri untuk bersabar, menahan diri dari perbuatan yang tercela dan bertoleransi kepada sesama yang kekurangan sehingga dapat meningkatkan keimanan diri kepada Allah SWT. Hari raya Idul Adha merupakan hari dimana kerelaan dan keikhlasan manusia untuk berkurban semata-mata hanya kepada Allah SWT. dalam memupuk rasa kerbersamaan dengan berbagi kepada sesama manusia yang kekurangan. Peringatan Maulid nabi Muhammad SAW. adalah peringatan akan kelahiran nabi Muhammad SAW. dengan maksud untuk meneladani sifat-sifat terpuji Rasulullah dengan mengamalkannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Peringatan Isra’ dan Mi’raj adalah peringatan akan perajalanan nabi Muhammad SAW., bahkan melampauinya, serta kembalinya ke Makkah dalam waktu yang sangat singkat untuk mendapatkan petunjuk dan perintah shalat lima waktu. Dimana hal tersebut menunjukkan tak terbatasnya kekuasaan Allah SWT. bagi seluruh umat Islam hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. dengan menjalankan segala kewajibannya sebagai umat-Nya.
2.7.3
Konsep Suci dalam Aspek Tindakan
Perbandingan konsep suci dalam aspek tindakan yang akan diuraikan antara lain adalah bersembahyang, berkurban, dan berderma. Penjabaran konsep aspek suci tersebut adalah sebagai berikut: 1) Sembahyang pada umat Kong Hu Cu, Tao dan Budha merupakan cara untuk berterimakasih atas nikmat yang diberikan oleh Dewata. Berkurban dalam budaya Cina merupakan cara untuk berterima kasih kepada para leluhur dan Dewata, sehingga akan menciptakan kedamaian dan keberuntungan.
66
Berderma merupakan bentuk syukur dan pengharapan akan mendapatkan kenikmatan yang lebih banyak lagi. 2) Berdoa bagi umat Kristiani adalah suatu ibadah untuk mengagungkan Tuhan, berterimakasih, dan meminta pertolongan. Berkurban merupakan bentuk terima kasih kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan. Berderma merupakan bentuk kasih sayang kepada sesama. 3). Shalat dalam agama Islam adalah ibadah yang merupakan kewajiban tarhadap Allah SWT. untuk meningkatkan keimanan kepada-Nya serta untuk mendapatkan pahala. Berkurban adalah bentuk terima kasih kepada Allah SWT. atas rezeki yang telah diberikan, agar dapat diberikan kepada orang-orang yang kekurangan. Berzakat merupakan bagian dari ibadah dengan menyisihkan sebagian harta untuk dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya adalah bentuk dari penyucian harta, mempererat hubungan antara sesama manusia untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT.
2.7.4
Konsep Suci dalam Aspek Firman
Perbandingan konsep suci dalam aspek firman antara lain: 1) Dalam ajaran Kong Hu Cu, firman-firman yang dijadikan sebagai pedoman hidup adalah dalam bentuk pribahasa, puisi, lirik lagu, dan nasehat-nasehat. Firman-firman tersebut biasanya diajarkan dikehidupan sehari-harinya dengan membaca puisi, bernyanyi, saling berbalas pribahasa dan nasehat-nasehat yang bisanya diberikan oleh para orang-orang tua berdasarkan ajaran dari orang-orang suci yang dianggap nabi. Dan firman-firman tersebut juga biasanya dituliskan dengan menggunakan ideogram Cina sebagai bentuk pengharapan akan kebaikan dan keberuntungan. 2) Agama Kristiani Alkitab merupakan pedoman
hidup, dimana dalam melakukannya perlu pemahaman
sehingga memerlukan kotbah-kotbah oleh pendeta ataupun pastor agar lebih jelas dan menghindarkan dari kesalahan. Firman-firman tersebut biasanya ada yang dinyanyikan dan dibaca sebagai bentuk ibadah. 3) Dalam agama Islam Al Qur’an adalah sebagai kitab suci yang wajib menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat Islam. Al Qur’an dituliskan dengan huruf Arab, sehingga diperlukan pemahaman
67
yang lebih dalam. Biasanya sedari kecil anak-anak telah diajarkan untuk belajar mengaji atau membaca Al Qur’an kepada orang-orang yang ahli dan biasanya para ulama akan berceramah untuk mengulas kandungan dari firman-firman yang terdapat di Al Qur’an agar lebih dihayati dan dipahami oleh umat Islam dan dapat dilaksanakan dikehidupan dengna baik. Firman-firman Allah SWT. dalam Al Qur’an biasanya tidak boleh digunakan sembarangan, seperti dituliskan pada lantai adalah bentuk penghinaan terhadap firman-firman suci tersebut dan akan mendapatkan dosa. Firman atau pun kaligrafi sering pula dijadikan sebagai perhiasan yang dapat dipakai oleh perempuan, dimana jika memakainya ia tidak diperbolehkan untuk memasuki kamar kecil atau pun kamar mandi karena tempat tersebut dianggap kotor dan jika dilakukan akan mendapatkan dosa.
2.7.5 Konsep Suci dalam Aspek Figur Perbandingan konsep suci dalam aspek figur yaitu: 1) Dalam kepercayaan Kong Hu Cu, Tao dan agama Budha meletakkan figur suci seperti Dewa-Dewi dan orang-orang suci yang dianggap sebagai nabi ke dalam bentuk patung-patung sebagai bentuk penghormatan dan tauladan dimana figur tersebut merupakan petunjuk jalan kebenaran bagi para pengikutnya. 2) Dalam agama Kristiani, meletakkan figur suci seperti Yesus dan Bunda Maria ke dalam bentuk patung-patung, simbol ataupun gambar-gambar dengan tujuan agar para umat dapat lebih memahami dan menghayati misteri-misteri iman dari figur suci tersebut. 3) Dalam agama Islam meletakkan figur suci dengan tidak menggambarkan figuratifnya karena menghindarkan dari penyembahan-penyembahan selain kepada Allah SWT., sehingga biasanya figur suci seperti nabi Muhammad SAW. tervisualisasikan dengan kaligrafi Arabic dimana merupakan bagian dari ayat suci dalam kitab suci Al Qur’an.
68
2.8
Summary/Ringkasan
Dari penjabaran teori-teori di atas maka dalam penelitian tentang tanda visual dalam kartu ucapan keagamaan, dapat dianalisis dengan menggunakan teori semiotika tentang tanda, makna, dan kode. Dimana pada tanda menggunakan ikon, indeks, simbol sebagai penandanya yang kemudian dimaknai dengan tingkatan pertama pada makna denotasi dan konotasi, dan dengan makna kode budaya pada tingkatan kedua. Pada penjabaran tandanya akan dibatasi kepada lima aspek kesucian, yaitu dalam aspek alam, ruang dan waktu, tindakan, ucapan dan firman, dan aspek figur dari masing-masing kepercayaan dan agama dari kartu Imlek, Natal dan Idul Fitri.
69