BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Analisis Runtun Waktu
Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa definisi yang menyangkut pengertian dan konsep dasar analisis runtun waktu.
Definisi 1
Runtun waktu adalah himpunan observasi terurut dalam waktu atau dalam dimensi lain. (Zanzawi S, 1987 : 2.2) Dalam pembahasan ini runtun waktu dinotasikan dengan ๐๐ก , jika t โ A dengan A
bilangan asli, maka ๐๐ก adalah berupa runtun waktu diskrit sedangkan jika t โ โ
dengan โ bilangan real, maka ๐๐ก adalah runtun waktu kontinu. Jika runtun waktu
didasarkan terhadap sejarah nilai observasi itu diperoleh, maka runtun waktu dapat dibedakan antara runtun waktu deterministik dan stokastik.
Definisi 2
Runtun waktu deterministik adalah runtun waktu dengan nilai observasi yang akan datang dapat diramalkan secara pasti berdasarkan observasi lampau. (Zanzawi S, 1987 : 2.2)
Definisi 3
Runtun waktu stokastik adalah runtun waktu dengan nilai observasi yang akan datang bersifat probabilistik, berdasarkan observasi yang lampau. (Zanzawi S, 1987 : 2.2)
15 Universitas Sumatera Utara
2.1.1.
Stasioner dan Takstasioner
Himpunan observasi dari runtun waktu stokastik yang telah didapat tidak akan diperoleh kembali dengan mengadakan proses stokastik yang lain, sebab runtun waktu stokastik merupakan suatu realisa dari suatu proses statistik (stokastik), sehingga untuk sebarang ๐๐ก dapat dipandang sebagai suatu realisa dari suatu variabel random ๐๐ก
yang mempunyai distribusi dengan fungsi densitas probabilitas (fdp) tertentu, sebut ๐(๐๐ก ). Setiap himpunan ๐๐ก , misalnya {๐๐ก , ๐๐ก ,โฆ, ๐๐ก }mempunyai fungsi densitas
probabilitas (fdp) bersama ๐{๐๐ก , ๐๐ก , โฆ , ๐๐ก } sehingga dari uraian diatas dapat diturunkan definisi proses stasioner dan proses tak stasioner.
Definisi 4 Jika suatu proses stokastik yang mempunyai fungsi kepadatan peluang (fkp) bersama ๐๏ฟฝ๐๐ก+๐1 , ๐๐ก+๐2 , ๐๐ก+๐3 , โฆ , ๐๐ก+๐๐ ๏ฟฝ yang independen terhadap t, sebarang bilangan bulat
k dan sebarang pilihan n1, n2, . . ., nk dengan sifat bahwa struktur probabilistiknya tidak berubah dengan berubahnya waktu, maka proses seperti ini dinamakan stasioner. Jika tidak demikian dinamakan tidak stasioner.(Zanzawi S, 1987: 2.4) Jika hal tersebut berlaku tetapi dengan pembatasan mโค p, dimana p bilangan
bulat positip, maka stasioneritas itu kita namakan stasioneritas tingkat p. Selanjutnya jika runtun waktu ๐๐ก stasioner, maka nilai tengah (mean), variansi, dan covarian
runtun waktu tersebut tidak dipengaruhi oleh berubahnya waktu pengamatan, sehingga: Nilai tengah Variansi Covarians
: ๐๐ง = ๐ธ(๐๐ก ) = ๐ธ(๐๐ก+๐ )
: ๐๐ง2 = ๐ธ (๐๐ก โ ๐๐ง )2 = (๐๐ก+๐ โ ๐๐ง )2
: ๐พ๐ = ๐ธ(๐๐ก โ ๐๐ง )(๐๐ก+๐ โ ๐๐ง )
untuk t, m, k sebarang.
= ๐ธ (๐๐ก+๐ โ ๐๐ง )(๐๐ก+๐+๐ โ ๐๐ง )
Dengan kata lain : jika ๐๐ก stasioner maka distribusi probabilitas pada sebarang waktu ๐ก1 , ๐ก2 , โฆ , ๐ก๐ harus memiliki distribusi yang sama pada waktu ๐ก1+๐ , ๐ก2+๐ , โฆ , ๐ก๐+๐ , 16 Universitas Sumatera Utara
dengan k sebarang pergeseran sepanjang sumbu waktu. Untuk m = 1, maka ๐(๐๐ก ) =
๐(๐๐ก+๐ ), sehingga distribusi marginal tidak bergantung waktu, yang menyebabkan ๐ธ(๐๐ก ) = ๐ dan ๐๐๐(๐๐ก ) = ๐พ0 .
Untuk proses normal (Gaussian) yang didefinisikan dengan sifat bahwa fungsi densitas probabilitas (fdp) yang berkaitan dengan sebarang waktu adalah normal multivariate dimana stasioneritasnya hanya memerlukan stasioner tingkat dua, sehingga biasanya cukup puas dengan stasioner tingkat dua yang disebut dengan stasioner lemah dengan mengharapkan asumsi normal berlaku.
Mengingat definisi 4 diatas, maka runtun waktu dapat dikelompokan menjadi dua yaitu : 1. Runtun waktu stasioner 2. Runtun waktu tak stasioner. Untuk runtun waktu tak stasioner dibedakan menjadi dua yaitu runtun waktu tak stasioner homogen dan runtun waktu tak stasioner (tak homogen). Berdasarkan uraian ini maka dapat diturunkan definisi di bawah ini.
Definisi 5 Runtun waktu tak stasioner yang homogen adalah selisih (perubahan) nilai-nilai yang berurutan stasioner. (Zanzawi S, 1987: 4.2) Berdasarkan definisi 5, maka dapat dikatakan bahwa runtun waktu tak stasioner homogen adalah runtun waktu yang mempunyai selisih derajat tertentunya adalah stasioner. Dalam skripsi ini runtun waktu yang homogen yang akan menjadi objek penelitian.
2.1.2. Fungsi Autokovariansi
Telah diperoleh bahwa dalam proses stasioner lemah mean proses itu menyebabkan ๐ธ[๐๐ก ] = ๐, variansi proses itu ๐(๐๐ก ) = ๐พ0 ๐๐๐ฃ(๐๐ก , ๐๐ก+๐ ) = ๐พ๐ , dengan ฮผ dan ฮณk untuk
semua k adalah konstan. Dalam hal ini ฮผ adalah mean proses itu dan ฮณk adalah 17 Universitas Sumatera Utara
autokovarian pada lag k. Pada proses stasioner lemah variansinya adalah konstan, yaitu : ๐(๐๐ก ) = ๐๐ง2 = ๐พ0
Juga untuk semua bilangan bulat k ๐พโ๐ = ๐พ๐ , dan juga karena : ๐ถ๐๐ฃ (๐๐ก , ๐๐ก+๐ ) = ๐๐๐ฃ(๐๐ก+๐ , ๐๐ก ) = ๐๐๐ฃ(๐๐ก , ๐๐ก+๐ ) = ๐พ๐
(2.1)
Sehingga yang perlu ditentukan adalah kฮณ untuk semua k โฅ 0. Definisi 6 Himpunan { ฮณk :k=0,1,2,3,...} disebut fungsi autokovariansi. (Zanzawi S,1987:2.5)
Definisi 7
Autokorelasi pada lag k ditulis dengan : ๐=
Cov(Zt ,Ztโk )
1 {๐(๐๐ก),๐(๐๐กโ๐ )}2
=
๐พ๐
1 (๐พ0 ,๐พ0 )2
=
ฮณk
(2.3)
ฮณ0
(Zanzawi S, 1987: 2.5)
Definisi 8
(fak).
Himpunan {๐๐ : ๐ = 0, 1, 2, โฆ } dengan ๐0 = 1 disebut fungsi autokorelasi
2.1.3. Autokorelasi Dari suatu runtun waktu yang stasioner ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐ mean ฮผ dan fungsi autokovariansi { ฮณk : k=0,1,2,...}dapat diestimasi dengan menggunakan statistik :
1 ๐ฬ = ๐ฬ
= โ๐๐ก=1 Zt ๐
1 ๐พ๏ฟฝ = ๐ถ๐ = โ๐๐ก=1(๐๐ก โ ๐ฬ
)(๐๐กโ๐ โ ๐ฬ
) untuk k = 0, 1, 2 ๐
18 Universitas Sumatera Utara
Untuk mendapatkan harga estimasi yang cukup baik biasanya diperlukan n > 50 dan harga ๐ถ๐ yang dibutuhkan sekitar k < n/4. Nilai ๐๐ diestimasi dengan
๐๏ฟฝ๐ = ๐๐ =
๐ถ๐ ๐ถ0
(2.2)
Untuk proses normal yang stasioner, rumus Bartlett menyatakan bahwa dengan menganggap ๐๐ = 0 untuk semua k > 0 diperoleh :
๐ถ๐๐ฃ (๐๐ , ๐๐โ1 ) โ
1
๐
โ๐๐=๐+๐ ๐๐ ๐๐โ๐
dengan mengambil s = 0, maka untuk k > K 1
๐(๐๐ ) โ โ๐๐=โ๐ ๐๐2
(2.3)
๐
Untuk N yang sangat besar jika ๐๐ = 0 maka ๐๐ mendekati distribusi normal. Dalam prakteknya ๐๐ dapat diganti dengan ๐๐ sehingga menjadi: 1
๐(๐๐ ) โ โ๐๐=โ๐ ๐๐2 ๐
1
2 2 2 = (๐โ๐ + ๐โ๐+1 + โฏ + ๐โ๐+๐=0 + ๐12 + ๐22 + โฏ + ๐๐2 ) ๐
dengan ๐0 = ๐0 = 1
๐พ0 ๐พ0
= 1, maka diperoleh
= ๏ฟฝ1 + 2 โ๐๐=1 ๐๐2 ๏ฟฝ ๐
1
Jadi ๐(๐๐ ) โ ๏ฟฝ1 + 2 โ๐๐=1 ๐๐2 ๏ฟฝ
(2.4)
๐
Sedangkan akar positif adalah sesuatu standar ๐๐ untuk lag besar, sehingga ๐๐ธ(๐๐ ) โ ๏ฟฝ๐(๐๐ )
2.1.4. Autokorelasi Parsial Fungsi Autokorelasi Parsial (fakp) dinotasikan dengan {๐๐๐ : ๐ = 1, 2, โฆ , }, yakni
himpunan autokorelasi parsial untuk lag k didefenisikan sebagai berikut : ๐๐๐ =
โ ๏ฟฝ๐โ๐ ๏ฟฝ
(2.5)
๐โ๐
dengan ๐โ๐ : matriks autokorelasi k x k dan ๐๐โ : matriks autokorelasi dengan kolom ๐1 โก๐2 โค โข.โฅ terakhir diganti dengan โข . โฅ โข โฅ โข.โฅ โฃ๐3 โฆ 19 Universitas Sumatera Utara
nilai estimasi ๐๏ฟฝ๐๐ diperoleh dengan mengganti ๐๐ dengan ๐๐ .
Untuk lag yang cukup besar dimana fungsi autokorelasi parsial (fakp) menjadi sangat kecil nilainya hingga mendekati nol (๐๐ = 0) dari persamaan (2.3) maka diperoleh persamaan:
๐๐๐ ๏ฟฝ๐๏ฟฝ๐๐ ๏ฟฝ โ
1
๐
Untuk N besar ๐๏ฟฝ๐๐ dianggap mendekati distribusi normal. 2.1.5. Metode Box โ Jenkins Analisis runtun waktu ๐๐ก yang dikembangkan menurut metode Box โ Jenkins
menggunakan dua operator, yaitu operator backshift B dan operator differensi โ.
Operator backshift B didefenisikan sebagai: ๐ต๐๐ก = ๐๐กโ1
Sedangkan operator differensi โ didefenisikan sebagai: โ๐๐ก = ๐๐ก โ ๐๐กโ1
Sehingga kedua operator mempunyai hubungan: โ๐๐ก = ๐๐ก โ ๐๐กโ1 = ๐๐ก โ ๐ต๐๐ก
= (1 โ ๐ต)๐๐ก , jadi โ= (1 โ ๐ต)
Adapun model proses stokastik yang sering digunakan adalah bentuk: ๐(๐ต)๐๐ก = ๐(๐ต)๐๐ก
(2.6)
Dengan ๐(๐ต) dan ๐(๐ต) adalah polinomial dan {๐๐ก : ๐ก = 1, 2, 3, โฆ } adalah barisan variabel random independen dan distribusi normal dan dengan ๐ธ [๐๐ก ] = 0,
๐ฃ๐๐ [๐๐ก ] = ๐ธ, [๐๐ก2 ] = ๐ 2 serta ๐ถ๐๐ฃ (๐๐ก , ๐๐กโ๐ ) = 0; {๐๐ก : ๐ก = 1, 2, 3, โฆ } merupakan
suatu runtun getaran yang dibangkitkan oleh proses white noise (gerakan random). Persamaan (2.6) dapat ditulis dengan bentuk: ๐(๐ต)
๐๐ก = ๐(๐ต) ๐๐ก , atau ๐๐ก = ๐น (๐ต)๐๐ก
๐(๐ต)
Dengan ๐น(๐ต)๐๐ก = ๐(๐ต) ๐๐ก , dengan demikian ๐๐ก dapat dipandang sebagai runtun yang dihasilkan dengan melewatkan proses white noise (gerakan random) {๐๐ก } melalui 20 Universitas Sumatera Utara
kombinasi linier (filter linier) dengan fungsi transfer ๐น (๐ต). Kondisi ini menunjukkan operasi linier filter yang mempresentasikan runtun waktu sebagai hasil dari linier filter jumlah tertimbang dari observasi sebelumnya, yakni: ๐๐ก = ๐ + ๐๐ก + ๐น1 ๐๐กโ1 + ๐น2 ๐๐กโ2 + ๐น3 ๐3 + โฏ ๐๐ก = ๐ + ๐น (๐ต)๐๐ก
(2.7)
Dengan ๐น(๐ต) = 1 + ๐๐ก = ๐น1 (๐ต) + ๐น2 (๐ต) + ๐น3 (๐ต) + โฏ
adalah operator linier yang mentransformasikan ๐๐ก ke ๐๐ก merupakan fungsi transfer atau filter.
Atau dapat ditulis dalam bentuk: ๐๐ก โ ๐ = ๐๐ก + ๐น1 ๐๐กโ1 + ๐น2 ๐๐กโ2 + ๐น3 ๐๐กโ3 + โฏ ๐๐กฬ
= ๐๐ก + โโ ๐=1 ๐น๐ ๐๐กโ๐
(2.8)
dengan ๐๐กฬ
= ๐๐ก โ ๐.
Bentuk ini merupakan devisa proses itu dari titik referensi, atau meannya jika proses itu stasioner. Barisan itu biasanya disebut proses white noise atau random shocks.
Selanjutnya dari persamaan tersebut diperoleh: ๐ธ(๐๐ก ) = ๐
2 ๐พ0 = ๐(๐๐ก ) = ๐ธ(๐๐ก โ ๐ )2 = ๐ 2 โโ ๐=0 ๐น ๐
(2.9)
dengan menggunakan nilai ๐ธ๏ฟฝ๐๐กโ๐ , ๐๐กโ๐ ๏ฟฝ ๐พ๐ = (๐๐ก โ ๐ )(๐๐กโ๐ )
(2.10)
= ๐ธ(๐๐ก + ๐น1 ๐๐กโ1 + ๐น2 ๐๐กโ2 + โฏ + ๐น๐ ๐๐กโ๐ + ๐น๐โ1 ๐๐กโ๐โ1 )(๐๐กโ๐ + ๐น1 ๐๐กโ๐โ1 +. . . ) = ๐ 2 (1. ๐น๐ + ๐น1 ๐น๐+2 + โฏ )
= ๐ 2 โโ ๐=0 ๐น๐ ๐น๐+๐
Sehingga persamaan autokorelasi pada lag k dapat ditulis dalam bentuk: ๐๐
โโ ๐=0 ๐น๐ ๐น๐+๐ 2 โโ ๐=0 ๐น๐
=
๐พ๐
(2.11)
๐พ0
Jika jumlah bobot ๐น๐ tak hingga, maka diasumsikan bahwa bobot itu konvergen secara
absolute atau ๏ฟฝ๐น๐ ๏ฟฝ < โ, sebagai contoh jika ๐น1 = โ๐ ๐๐๐ ๐น๐ = 0 untuk j > 1. Maka proses white noise dapat ditulis menjadi: ๐๐ก โ ๐ = ๐๐ก โ ๐๐๐กโ1
(2.12)
Secara umum untuk ๐น๐ = โ๐๐ maka persamaan white-noise menjadi: 21 Universitas Sumatera Utara
๐๐ก โ ๐ = ๐๐ก + ๐๐๐กโ1 + ๐ 2 ๐๐กโ2 + โฏ
= ๐๐ก + ๐(๐๐กโ1 + ๐๐๐กโ2 + ๐ 2 ๐๐กโ2 + โฏ ) = ๐(๐๐กโ1 โ ๐ ) + ๐๐ก
Model ini dalam runtun waktu dikenal dengan model autoregresif tingkat (orde) satu, selanjutnya untuk memenuhi keadaan stasioner maka |๐| < 1. 2.2. Model Runtun Waktu
Model Runtun waktu dapat dikelompokan menjadi dua yaitu: 1. Kelompk runtun waktu stasioner, 2. Kelompok runtun waktu tak stasioner (nonstasioner). Kelompok runtun waktu pertama meliputi proses autoregresif, untuk orde p ditulis AR (p), moving average untuk orde q ditulis MA (q), dan model campuran autoregresifmoving average, jika masing-masing berorde p dan q maka model ini ditulis ARMA (p, q). Sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok runtun waktu yang banyak dijumpai dalam praktek, dalam hal ini runtun waktu nonstasioner yang mempunyai selisih (derajat tertentu) nilai-nilai yang berurutan dari runtun aslinya ๐๐ก yaitu
๐๐ก โ ๐๐กโ1 = ๐๐ก adalah stasioner. Dalam proses ini ๐๐ก dipandang sebagai integrasi
runtun ๐๐ก , yang dikenal dengan autoregresive integrated moving average proses
(ARIMA), sehingga ketentuan yang berlaku pada model ARMA berlaku pula pada model ARIMA. Suatu runtun waktu nonstasioner setelah diambil selisih ke-d menjadi stasioner yang mempunyai model AR (p) dan model MA (q) ditulis dengan ARIMA (p, d, q).
Kedua kelompok model runtun waktu tersebut, dapat dipandang sebagai model ARIMA, dengan melihat nilai p, q dan tingkat selisih d (nilai untuk d model stasioner adalah 0). Sehingga untuk model stasioner AR (p) dapat ditulis ARIMA (p, 0, 0), model stasioner MA (q) dapat ditulis ARIMA (0, 0, q) dan model stasioner ARMA (p, q) dapat ditulis ARIMA(p, 0, q) uraian untuk masing-masing kelompok model runtun waktu dibahas pada bagian berikut ini.
2.2.1. Model Runtun Waktu Stasioner 22 Universitas Sumatera Utara
2.2.1.1 Proses-proses Autoregresif 2.2.1.1.1 Proses auotoregresif Orde 1[AR(1)]
Model AR(1) telah dikemukakan pada bagian (2.7), oleh karena itu pembahasan pada bagian ini mengacu model (2.12) yang dapat ditulis dalam bentuk ๐๏ฟฝ๐ก โ โ
๏ฟฝ๐๏ฟฝ๐กโ1 ๏ฟฝ = ๐๐ก dengan ๐๏ฟฝ๐ก = ๐๐ก โ ๐
(2.13)
๐๐ก = โ
๐๐กโ1 + ๐๐ก
(2.14)
Jika operator Backshift B diterapkan pada model (2.13) maka dapat ditulis menjadi: = โ
๏ฟฝโ
๐๏ฟฝ๐กโ2 + ๐๐กโ1 ๏ฟฝ + ๐๐ก
= โ
2 ๐๏ฟฝ๐กโ2 + โ
๐๐๐กโ1 + ๐๐ก
๏ฟฝ๐๐กโ3 + ๐๐กโ2 ๏ฟฝ + โ
๐๐กโ1 + ๐๐ก = โ
2 ๏ฟฝโ
= โ
3 ๐๏ฟฝ๐กโ3 + โ
2 ๐๐กโ2 + โ
๐กโ1 + ๐๐ก
Sehingga diperoleh bentuk
๐๏ฟฝ๐ก = ๐๐ก + โ
๐๐กโ1 + โ
2 ๐๐กโ2 + โ
3 ๐๐กโ3 + โ
4 ๐๐กโ4 + โฏ
(2.15)
Jika operator B diterapkan pada persamaan (2.15) maka diperoleh bentuk ๐๏ฟฝ๐ก = (1 + โ
1 ๐ต๐๐กโ1 + โ
2 ๐ต2 ๐๐กโ2 + โ
3 ๐ต3 ๐๐กโ3 + โ
4 ๐ต4 ๐๐กโ4 + โฏ )๐๐ก = (1 โ โ
๐ต)โ1 ๐๐ก
dengan (1 โ โ
๐ต)โ1 = (1 + โ
๐ต + โ
2 ๐ต2 + โ
3 ๐ต3 + โฏ )
dalam pernyataan ini harus dicatat bahwa |โ
| < 1 yang merupakan syarat stasioner.
Selanjutnya untuk memudahkan penulis diambil ๐ = 0 sehingga ๐๏ฟฝ๐ก = ๐๐ก dan ๐๏ฟฝ๐กโ1 = ๐๐กโ1 , dengan demikian persamaan (2.14) dapat ditulis menjadi ๐๐ก = โ
๐๐กโ1 + ๐๐ก
(2.16)
2.2.1.1.2 Proses Autoregresif Order 2[AR (2)]
Model AR(2) dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan model AR(1) dari persamaan (2.9), sehingga diperoleh: ๐ = โ
๐๐กโ1 + โ
2 ๐๐กโ2 + ๐๐ก
(2.17)
dengan menggunakan operator backshift B. Bentuk persamaan (2.17) dapat ditulis dalam bentuk: (1 โ โ
๐ก ๐ต โ โ
2 ๐ต2 )๐๐ก = ๐๐ก
(2.18) 23 Universitas Sumatera Utara
2.2.1.1.3 Proses Autoregresif Order p[AR (p)] Bentuk AR(p) diperoleh cara yang sama pada AR(1) dan AR(2), sehingga model autoregresif tingkat p adalah: ๐๐ก = โ
1 ๐๐กโ1 + โ
2 ๐๐กโ2 + โฏ + โ
๐ ๐๐กโ๐ + ๐๐ก
Terlihat bahwa model AR(p) dapat dipandang sebagai data ๐๐ก yang diregresikan pada p nilai ๐๐ก yang lalu, dalam hal ini pengamatan yang lalu yaitu ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐กโ๐.
Jika operator backshift B diterapkan pada proses ini maka model (2.18) dapat ditulis dalam bentuk:
๏ฟฝ1 โ โ
1 ๐ต โ โ
2 ๐ต2 โ โฏ โ โ
๐ ๐ต๐ ๏ฟฝ๐๐ก = ๐๐ก atau โ
(๐ต)๐๐ก = ๐๐ก
dengan โ
(๐ต) = 1 โ โ
1 โ โ
2 ๐ต2 โ โฏ โ โ
๐ ๐ต๐ 2.2.1.2 Autokorelasi Proses-proses Autoregresif 2.2.1.2.1 Autokorelasi Proses-proses AR(1) Dalam penelitian ini akan dibahas dua cara untuk mencari autokorelasi dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Cara pertama adalah cara penggunaan langsung (2.9) dan (2.10) dengan ๐น๐ = ๐ ๐
sehingga diperoleh 2 ๐พ0 = ๐ 2 โโ ๐=0 ๐น๐
2๐ = ๐ 2 โโ ๐=0 ๐
= ๐ 2 (1 + ๐ 2 + ๐ 4 + โฏ )
= ๐2 ๏ฟฝ
=
๐2
1
1โ๐2
1โ๐2
๏ฟฝ
Dengan |๐| < 1
2 ๐พ๐ = ๐ 2 โโ ๐=0 ๐น๐ ๐น๐+๐
๐ ๐+๐ ; k = 0, 1, 2, ... = ๐ 2 โโ ๐=0 ๐ ๐
24 Universitas Sumatera Utara
= ๐ 2 (1 + ๐ 2 + ๐ 4 + โฏ )๐ ๐ ๐ 2 ๐๐
= 1โ๐2
dengan |๐| < 1
Sehingga fungsi autokorelasinya adalah:
๐๐ =
๐พ๐ ๐พ0
=
๐ 2 ๐๐
1โ๐2
.
๏ฟฝ1โ๐2 ๏ฟฝ ๐2
= ๐ ๐ dengan k = 0, 1, 2, ... Cara kedua merupakan cara dengan pendekatan yang dapat digunakan secara
umum untuk proses yang lain. Cara ini diperoleh dari persamaan (2.16) ๐๐ก = ๐๐๐กโ1 +
๐๐ก yaitu dengan mengganti ๐๐กโ๐ pada persamaan (2.16) kemudian mengambil harga harapannya (Box-Jenkins : 1976), maka diperoleh:
๐ธ(๐๐ก , ๐๐กโ๐ ) = ๐๐ธ (๐๐กโ1 , ๐๐กโ๐ ) + ๐ธ(๐๐ก ๐๐กโ๐ )
๐พ๐ = ๐๐พ๐โ1 + ๐ธ(๐๐ก ๐๐กโ๐ )
dengan ๐ธ (๐๐ก ๐๐กโ๐ ) = ๐ธ{๐๐ก (๐๐ก + ๐๐๐กโ1 + ๐ 2 ๐๐กโ2 + โฏ )} karena untuk nilai
k = 0 ๐ธ (๐๐ก ๐๐กโ๐ ) = ๐ธ{๐๐ก (๐๐ก + ๐๐๐กโ1 + ๐ 2 ๐๐กโ2 + โฏ )} = ๐ 2 dan
๐ > 0๐ธ(๐๐ก ๐๐กโ๐ ) = ๐ธ{๐๐ก (๐๐ก + ๐๐๐กโ1 + ๐ 2 ๐๐กโ2 + โฏ )} = 0
Maka diperoleh
๐พ0 = ๐๐พ๐โ1 + ๐ 2 = ๐๐พ1 + ๐ 2
๐พ๐ = ๐๐พ๐โ1 dengan k = 1, 2, 3, ... 2.2.1.2.2 Autokorelasi Proses AR(2)
Autokorelasi pada proses AR(2) diperoleh dengan menggunakan pendekatan cara kedua pada AR(1), yaitu: Persamaan pada (2.17) dikalikan dengan ๐๐กโ๐ kemudian diambil harga harapannya,
sehingga diperoleh:
๐ธ(๐๐ก ๐๐กโ๐ ) = ๐1 ๐ธ(๐๐โ1 ๐๐กโ๐ ) + ๐2 ๐ธ (๐๐กโ2 ๐๐กโ๐ ) + ๐ธ(๐๐ก ๐๐กโ๐ ) Atau ๐พ๐ = ๐1 ๐พ๐โ1 + ๐2 ๐พ๐โ2 + ๐ธ (๐๐ก ๐๐กโ๐ )
dengan ๐๐กโ๐ bergantung terhadap ๐๐กโ๐ , ๐๐กโ๐โ1 , โฆ sehingga diperoleh:
25 Universitas Sumatera Utara
๐ 2 , ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ = 0 ๐ธ(๐๐ก ๐๐กโ๐ ) = ๏ฟฝ 0, ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ = 1, 2
๐พ0 = ๐1 ๐พ๐โ1 + ๐2 ๐พ๐โ2 + ๐ 2
= ๐1 ๐พ1 + ๐2 ๐พ2 + ๐ 2 untuk k = 0
๐พ๐ = ๐1 ๐พ๐โ1 + ๐2 ๐พ๐โ2 untuk k > 0
(2.20)
dan autokorelasinya adalah:
๐๐ =
๐พ๐ ๐พ0
=
๐1 ๐พ๐โ1 +๐2 ๐พ๐โ2 ๐พ0
= ๐1 ๐๐โ1 + ๐2 ๐๐โ2
= ๐1
๐พ๐โ1 ๐พ0
+ ๐2
๐พ๐โ2 ๐พ0
(2.21)
Bentuk persamaan diferensinya dari persamaan (2.21) adalah: (1 โ ๐1 ๐ต โ ๐2 ๐ต2 )๐๐ = 0
Untuk k = 1, bentuk (2.21) menjadi: ๐1 = ๐1 ๐0 + ๐2 ๐โ1 = ๐1 + ๐2 ๐1 sehingga ๐1 โ ๐2 ๐โ1 = ๐1
๐1 (1 โ ๐2 ) = ๐1 maka ๐1 =
๐1
1โ๐2
untuk k = 2, persamaan (2.21) menjadi:
๐2 = ๐1 ๐10 + ๐2 ๐โ0 = ๐1 ๐1 + ๐2 = ๐1 ๏ฟฝ =
๐12
๐1
1โ๐2
1โ๐2
๏ฟฝ + ๐2
+ ๐2
Untuk lag k yang lain, digunakan persamaan (2.20) dalam menghitung ๐๐ secara
rekursif (berulang), dengan langkah sebagai berikut: ๐พ0 = ๐1 ๐พ0
๐พ1 ๐พ0
+ ๐2 ๐พ0
๐พ2 ๐พ0
+ ๐2
๐พ0 (1 โ ๐1 ๐1 โ ๐2 ๐พ2 ) = ๐ 2
(2.22)
dengan subsitusi ๐1 dan ๐2 pada persamaan (2.22), maka diperoleh variansi untuk ๐๐ก
sebagai berikut: ๐
๐2
๐พ0 ๏ฟฝ1 โ ๐1 1โ๐1 โ ๐2 ๏ฟฝ1โ๐1 ๏ฟฝ + ๐2 ๏ฟฝ = ๐ 2 ๐2
1
๐ ๐2
2
2 1 ๐พ0 ๏ฟฝ1 โ 1โ๐1 โ 1โ๐ + ๐22 ๏ฟฝ = ๐ 2
๐พ0 ๏ฟฝ
1
2
1โ๐2 โ๐12 โ๐2 ๐12 ๐22 (1โ๐2 ) 1โ๐2
๏ฟฝ1โ๐12 ๏ฟฝ๐ 2
๐๐ง2 = ๐พ0 = ๏ฟฝ(1+๐
๏ฟฝ = ๐2
2 2 1 )(1โ๐2 ) โ๐1
๏ฟฝ
supaya setiap faktor dalam penyebut positif haruslah: โ1 < ๐2 ; ๐1 + ๐2 < 1; โ๐1 + ๐2 < 1
26 Universitas Sumatera Utara
yang memberikan daerah stasioner, ini berarti ๐2 < 1 2.21.2.3 Autokorelasi Proses AR(p)
Autokorelasi untuk AR(p) sejalan dengan proses AR sederhana dengan cara kedua, yaitu dengan mengalikan persamaan (2.18) dengan ๐๐กโ๐ dan selanjutnya harapannya, maka diperoleh:
๐ธ(๐๐ก ๐๐กโ๐ ) = ๐1 ๐ธ (๐๐กโ1 ๐๐กโ๐ ) + ๐2 ๐ธ(๐๐กโ2 ๐๐กโ๐ ) + โฏ + ๐๐ ๐ธ๏ฟฝ๐๐กโ๐ ๐๐กโ๐ ๏ฟฝ +
๐ธ(๐๐ก ๐๐กโ๐ )
๐พ๐ = ๐1 ๐พ๐โ1 + ๐2 ๐พ๐โ2 + โฏ + ๐๐ ๐พ๐โ๐ + ๐ธ (๐๐ก ๐๐กโ๐ )
karena untuk k = 0 nilai ๐ธ(๐๐ก ๐๐กโ๐ ) = ๐ 2 , k > 0 nilai ๐ธ (๐๐ก ๐๐กโ๐ ) = 0, maka diperoleh
๐พ0 = ๐1 ๐พ1 + ๐2 ๐พ2 + โฏ + ๐๐ ๐พ๐ + ๐ 2 ๐พ๐ = ๐1 ๐พ1 + ๐2 ๐พ๐โ2 + โฏ + ๐๐ ๐พ๐โ๐
(2.23)
dari persamaan pertama (2.23) dengan cara yang sama pada proses autoregresif tingkat dua, maka diperoleh: ๐พ0 = 1โ๐
๐2
1 ๐1 โ๐2 ๐2 โโฏโ๐๐ ๐๐
Autokerelasi diperoleh dari kedua persamaan (2.23) yaitu: ๐พ๐ ๐พ0
= ๐๐ = ๐1 ๐๐โ1 + ๐2 ๐๐โ2 + โฏ + ๐๐๐๐โ๐ untuk k > 0
(2.24)
Dengan p persamaan pertama dari persamaan (2.24) dikenal sebagai persamaan Yule Walker yaitu: ๐ = 1: ๐1 = ๐1 + ๐2 ๐2 + โฏ + ๐๐โ1 ๐๐
๐ = 2: ๐2 = ๐1 ๐1 + ๐2 + โฏ + ๐๐โ2 ๐๐
(2.25)
๐ = ๐: ๐๐ = ๐๐โ1 ๐1 + ๐๐โ2 ๐2 + โฏ + ๐๐ Bentuk matriks dari persamaan (2.25) adalah : ๐ = ๐๐ dengan ๐ =
๏ฟฝ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐๏ฟฝ๐ = ๏ฟฝ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐๏ฟฝ 1 ๐1 ๐=๏ฟฝ โฎ ๐๐โ2
๐1 ๐2 ๐ฌ ๐๐โ1 ๐1 ๐๐โ2 1 ๏ฟฝ โฎ โฎ โฎ ๐๐โ2 ๐๐โ3 1 27 Universitas Sumatera Utara
Parameter autoregresif ๐ dapat dinyatakan sebagai fungsi p autokorelasi dengan
menyelesaikan sistem persamaan (2.25) yaitu: ๐ = ๐โ1 ๐
Untuk model AR(1) persamaan Yule Walker diberikan dengan ๐1 = ๐ sedangkan
untuk model AR(2) persamaan Yule Walker diberikan dengan: ๐1 = ๐1 + ๐1 ๐2
๐2 = ๐1 ๐1 + ๐2
yang dapat dinyatakan dalam bentuk matriks sebagai berikut: ๐1 1 ๏ฟฝ๐ ๏ฟฝ = ๏ฟฝ ๐1 2
๐1 ๐1 ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ 1 ๐2
dari bentuk matriks ini diperoleh: ๐1 =
๐1 (1โ๐2 ) 1โ๐1
dan ๐2 =
๐2 โ๐12 1โ๐12
dengan ๐1 = ๐1 dan ๐2 = ๐2 diperoleh harga estimasi awal untuk ๐๏ฟฝ1 dan ๐๏ฟฝ2 ,
sedangkan untuk menentukan jenis model diantara model yang berbeda, diperlukan pembahasan tentang fungsi autokorelasi parsial.
2.2.1.3 Autokorelasi Parsial Proses Autoregresif Autokorelasi parsial pada lag k dapat dipandang sebagai koefisien regresi ๐๐๐ dalam bentuk ๐๐ = ๐๐1 ๐๐กโ1 + ๐๐2 ๐๐กโ2 + โฏ + ๐๐๐ ๐๐กโ๐ + ๐๐ .
Bentuk ini mengukur korelasi antara ๐๐ dan ๐๐กโ๐ sesudah penyesuaian dibuat untuk
variabel tengah ๐๐กโ1 , ๐๐กโ2 , โฆ , ๐๐กโ๐+1 . Autokorelasi parsial pada lag 1 diberikan oleh koefisien regresi parsial dalam bentuk: ๐๐ก = ๐11 ๐๐กโ1 + ๐๐ก Persamaan Yule Walker untuk model AR(1), memberikan ๐11 = ๐1 , hal ini
karena tidak variabel tengah antara ๐๐กโ1 dan ๐๐ก .
Autokorelasi parsial pada lag 2 diberikan oleh koefisien regresi parsial ๐22 dalam bentuk:
๐๐ก = ๐11 ๐๐กโ1 + ๐22 ๐๐กโ2 + ๐๐ก
Dari persamaan Tule Walker untuk model AR(2) diperoleh: 28 Universitas Sumatera Utara
๐1 = ๐11 + ๐1 ๐22
๐2 = ๐1 ๐11 + ๐22
Koefisien ๐22 dapat dinyatakan sebagai: ๐22 =
๏ฟฝ๐2 โ๐12 ๏ฟฝ ๏ฟฝ1โ๐12 ๏ฟฝ
Secara umum, autokorelasi parsial lag k (๐๐๐ ) diperoleh dari persamaan Yule Walker, yang dalam notasi matriks adalah sebagai berikut: 1 ๐1 ๐1 ๐2 ๏ฟฝ ๏ฟฝ=๏ฟฝ โฎ โฎ ๐๐ ๐๐โ1
๐1 ๐2 ๐ฌ ๐๐โ1 ๐1 ๐๐โ2 1 1 ๐ ๏ฟฝ ๏ฟฝ 2๏ฟฝ โฎ โฎ โฎ โฎ ๐๐โ2 ๐๐โ3 ๐๐ 1
Autokorelasi parsial ๐๐๐ sebagai fungsi autokorelasi parsial. Untuk mendapatkan ๐๐๐ , maka:
๐๐๐ =
1 ๐1 ๐ 1 1 ๏ฟฝ โฎ โฎ ๐ ๐๐โ1 ๐โ2 1 ๐1 ๐ 1 1 ๏ฟฝ โฎ โฎ ๐ ๐๐โ1 ๐โ2
๐๐โ2 ๐1 ๐๐โ3 ๐2 ๏ฟฝ โฎ โฎ ๐1 ๐๐ ๐๐โ2 ๐๐โ1 ๐๐โ3 ๐๐โ2 ๏ฟฝ โฎ โฎ ๐1 1
Beberapa bentuk fungsi autokorelasi parsial proses autoregresif adalah sebagai berikut: ๐ด๐
(1): ๐11 = ๐1 ; ๐๐๐ = 0, untuk k > 1 ๐ด๐
(2): ๐11 = ๐1 ; ๐22 =
๏ฟฝ๐2 โ๐12 ๏ฟฝ ๏ฟฝ1โ๐12 ๏ฟฝ
; ๐๐๐ = 0, untuk k > p
Sifat-sifat fungsi autokorelasi dan fungsi autokorelasi parsial dapat digunakan untuk menentukan jenis proses autoregresif.
2.2.1.4 Proses Moving Average Order q[MA(q)] Proses moving average tingkat q dikontruksikan dari model (2.9) dengan ๐น๐ =
๐๐ dan ๐น๐ = 0 untuk ๐ > ๐, sehinggga model MA(q) adalah: ๐๐ก = ๐ + ๐1 ๐๐กโ1 + ๐2 ๐๐กโ2 + โฏ + ๐๐ ๐๐กโ๐ + ๐๐ก
(2.26)
dengan ๐๐ก ~๐(0, ๐22 )
apabila operator Backshift diterapkan pada persamaan (2.26), maka diperoleh: ๐๐ก = ๐ + ๐1 ๐๐กโ1 + ๐2 ๐๐กโ2 + โฏ + ๐๐ ๐๐กโ๐ + ๐๐ก 29 Universitas Sumatera Utara
๐๐ก = ๐ + ๐๐ (๐ต)๐๐ก
dengan ๐(๐ต) = ๏ฟฝ1 + ๐1 ๐ต + ๐2 ๐ต2 + โฏ + ๐๐ ๐ต๐ ๏ฟฝ
Fungsi autokorelasi MA(q) diperoleh dengan menggunakan cara kedua seperti
pada proses autoregresif order p, yaitu dengan mengalikan kedua sisi persamaan (2.26) dengan ๐๐กโ๐ , kemudian mengambil nilai harapannya. Sehingga diperoleh
fungsi autokovariansinya sebagai berikut:
๐พ๐ = ๏ฟฝโ๐๐ + ๐1 ๐๐+1 + ๐2 ๐๐+2 + โฏ + ๐๐โ๐ ๐๐ ๏ฟฝ๐ 2
(2.27)
Untuk k = 0, maka
๐พ0 = ๏ฟฝ1 + ๐12 + ๐22 + โฏ + ๐๐2 ๏ฟฝ๐ 2
๐๐ =
๐พ๐ ๐พ0
โ๐๐ +๐1 ๐๐+1 +๐2 ๐๐+2 +โฏ+๐๐โ๐ ๐๐
=๏ฟฝ
1+๐12 +๐22 +โฏ+๐๐2 0;๐>๐
;1 โค ๐ โค ๐
(2.28)
Estimasi awal dari parameter-parameter diperoleh dengan mensubsitusikan nilai autokorelasi empirik ๐๐ untuk ๐๐ pada persamaan (2.28) dan menyelesaikannya.
Fungsi autokorelasi untuk model MA(1) diperoleh dari persamaan (2.28), dengan q = 1, sehingga diperoleh: ๐
๐1 = ๏ฟฝ 1+๐1 2 ; ๐ = 1
(2.29)
1
0;๐โฅ2
Estimasi awal dari ๐1 diperoleh dengan cara mengganti ๐1 dan ๐1 pada persamaan
(2.29) dan menyelesaikannya, dengan syarat ๏ฟฝ๐๏ฟฝ1 ๏ฟฝ < 1.
Fungsi autokorelasi untuk model MA(2) diperoleh dari persamaan (2.28), dengan q = 2 sehingga diperoleh ๐1 =
โ๐1 (1โ๐2 )
(2.30)
1+๐12 +๐22 โ๐
2 ๐2 = 1+๐2 +๐ 2 1
2
๐๐ = 0; ๐ โฅ 3
Estimasi awal dari ๐1 dan ๐2 diperoleh dengan cara mengganti ๐1 dan ๐2 berturutturut dengan ๐1 dan ๐2 pada persamaan (2.30).
30 Universitas Sumatera Utara
2.3. Model Runtun Waktu Nonstasioner
Pembentukan model yang tepat dalam runtun waktu, pada umumnya menggunakan asumsi kestasioneran, sehingga jika terdapat kasus ketidakstasioneran, maka data tersebut harus distasionerkan terlebih dahulu sebelum melangkah lebih lanjut pada pembentukan model runtun waktu.
Bentuk visual dari plot runtun waktu seringkali cukup meyakinkan bahwa suatu runtun waktu stasioner atau tidak stasioner, akan tetapi lebih meyakinkan lagi dengan membuat plot nilai-nilai autokorelasi tersebut turun sampai nol dengan cepat, sesudah lag kedua atau ketiga, maka data tersebut dapat dikatakan stasioner. Sedangkan jika nilai-nilai autokorelasinya turun sampai nol dengan lambat atau berbeda secara signifikan dari nol, maka data tersebut tidak stasioner.
Menurut Box-Jenkins (1976), bahwa runtun waktu yang tidak stasioner dapat diubah menjadi runtun waktu yang stasioner dengan melakukan deferensi berturutturut, yaitu dengan melihat barisan โ๐๐ก , โ๐๐ก , ... dengan โ adalah operator diferensi,
yang mempunyai nilai (1 โ B) atau (โ= โ๐ต).
2.3.1. Proses Autoregressive Inteagrated Moving Average (model ARIMA) Berdasarkan uraian didepan telah dikemukakan bahwa runtun waktu ๐๐ก yang takstasioner, dapat diubah manjadi stasioner dengan melakukan diferensi ๐๐ก = โ Zt =
(1 โ B)๐๐ก . Karena ๐๐ก merupakan runtun yang stasioner, maka dapat menggunakan
model ARMA untuk menggambarkan ๐๐ก . Selanjutnya jika didefinisikan :
W =ZโZ t
t
t-1
Maka proses umum model ARMA (p,q) dapat ditulis dalam bentuk: ๐๐ก = โ
1 ๐๐กโ1 + โ
2 ๐๐กโ2 + โฏ + โ
๐ ๐๐กโ๐ + ๐1 ๐๐กโ1 + โฏ + ๐๐ ๐๐กโ๐ + ๐๐ก
Dengan substitusi dua persamaan tersebut, setelah dijabarkan akhirnya diperoleh: ๐๐ก = ๐๐ก + ๐๐กโ1 + ๐๐กโ2 + โฏ 31 Universitas Sumatera Utara
Ini berarti bahwa Z dapat dipandang sebagai integrasi runtun waktu W , t
t
sehingga proses ARMA (p, q) dipandang sebagai integrated autoregressive-moving average proses disingkat ARIMA. Dengan demikian proses ARIMA (p, d, q) untuk {Z} merupakan proses ARIMA (p, q) untuk {W }, maka teori runtun waktu stasioner t
berlaku pula untuk W . t
Selanjutnya proses ARIMA yang tidak mempunyai bagian autoregresif (AR) ditulis sebagai integrated moving average ditulis sebagai ARIMA (0, d, q). Sedangkan proses ARIMA yang tidak mempunyai bagian moving average ditulis ARIMA (p, d, 0) atau autoregresif integrated [ARI(p, d, 0)].
2.3.2. Proses ARIMA (p, d, 0)
Bentuk umum proses ARIMA (p, d, 0) adalah : ะค(๐ต){(1 โ ๐ต)๐ ๐๐ก โ ๐ } = ๐๐ก dengan ๐ โฅ 0
2
dengan a (t = ....., -1, 0, 1, 2......) variabel random independen terhadap N (0, ฯ ), B t
menyatakan
operator
Backshift
sehingga
a
โ
(๐ต) = ๏ฟฝ1 โ โ
1 ๐ต โ โ
2 ๐ต2 โ โฏ โ
โ
๐ ๐ต๐ ๏ฟฝ Pada model ARIMA (p, d, 0) diatas apabila d = 0 maka akan diperoleh suatu
runtun waktu yang stasioner, akan tetapi jika d > 0 maka akan diperoleh suatu runtun waktu yang tak stasioner (nonstasioner). Kedua bentuk ini akan dibahas secara detail pada bagian berikut ini.
2.3.2.1. Model ARIMA (p, d, 0) jika d = 0 Model ARIMA (p, d, 0) untuk d = 0 sebagai berikut: โ
(๐ต){๐๐ก โ ๐ } = ๐๐ก
atau
โ
(๐ต)๐๐ก = ๐๐ก dengan ๐๐ก = ๐๐ก โ ๐ 32 Universitas Sumatera Utara
Seperti pada proses AR (1) pada pembahasan sebelumnya, untuk memudahkan penulisan diambil ฮผ = 0 sehingga diperoleh bentuk : โ
(๐ต)๐๐ก = ๐๐ก atau
๐1 โ โ
1 ๐๐กโ1 โ โ
2 ๐๐กโ2 โ โฏ โ โ
๐ ๐๐กโ๐ = ๐๐ก
๐๐ก = โ
1 ๐๐กโ1 + โ
2 ๐๐กโ2 + โฏ + โ
๐ ๐๐กโ๐ = ๐๐ก
Terlihat bahwa bentuk tersebut merupakan proses autogresif order p [AR (p)].
2.3.2.2. Model ARIMA (p, d, 0) jika d > 0
Bentuk ARIMA (p, d, 0) untuk d > 0 merupakan proses nonstasioner, menurut uraian di depan telah dikemukakan bahwa runtun waktu Z yang nonstasioner dapat dibuat t
d
menjadi runtun waktu yang stasioner dengan jalan melakukan differensi W = ฮ Zt = t
d
(1 - B) Zt dan substitusi W pada model ARIMA (p, d, 0), maka diperoleh bentuk: t
โ
(๐ต){๐๐ก โ ๐ } = ๐๐ก
Menurut Box-Jenkins (1976), untuk d > 0 akan cocok jika diambil ฮผ = 0, sehingga diperoleh bentuk: โ
(๐ต)๐๐ก = ๐๐ก
atau
๐๐ก โ โ
๐ก ๐๐กโ1 โ โ
2 ๐๐กโ2 โ โฏ โ โ
๐ ๐๐กโ๐ = ๐๐ก
Terlihat bahwa W merupakan runtun yang stasioner dan merupakan proses autogresif t
order p [AR (p)], dengan demikian maka dapat menggunakan model ARMA untuk menggambarkan W . Selanjutnya jika didefinisikan : t
W =ZโZ t
t
t-1
Maka proses umum model ARMA (p, q) dapat ditulis sebagai: ๐๐ก = โ
1 ๐๐กโ1 + โ
2 ๐๐กโ2 + โฏ + โ
๐ ๐๐กโ๐ + ๐1 ๐๐กโ1 + ๐2 ๐๐กโ2 + โฏ + ๐๐ ๐๐กโ๐ + ๐๐ก Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: ๐๐ก = ๐๐ก + ๐๐กโ1 + ๐๐กโ2 + ๐๐กโ3 + โฏ
(2. 40)
33 Universitas Sumatera Utara
Bentuk ini menunjukan bahwa Z dapat dipandang sebagai integrasi runtun waktu W , t
t
sehingga proses ARMA (p, q) dipandang sebagai integrated autoregressive-moving average process disingkat ARIMA. Dengan demikian proses ARIMA (p, d, q) untuk {Z } merupakan proses ARMA (p, q) untuk {W }, ini berarti teori runtun waktu t
t
stasioner berlaku pula untuk ๐๐ก . 2.4. Tinjauan Distribusi Normal Multivariate 2.4.1. Fungsi Densitas Normal Multivariate Bersama, distribusi Marginal dan Distribusi Bersyarat Misalkan X varibel random berdistribusi normal (univariate) dengan mean ฮผ dan variansi ๐ 2 biasanya dinyatakan dengan ๐~(๐, ๐ 2 ). Fungsi densitas dari X adalah :
๐ (๐ฅ) =
1
๐โ2๐
dan ๐ > 0
1 ๐ฅโ๐ 2
๐๐ฅ๐ ๏ฟฝโ ๏ฟฝ 2
๐
๏ฟฝ ๏ฟฝ , โ < ๐ฅ < โ, โ < ๐ < โ
(2.41)
jika X ,X ,...,X adalah variabel random berdistribusi independent ๐ (๐, ๐ 2 ), maka 1
2
p
vektor random X = ๏ฟฝ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐๏ฟฝ mempunyai fungsi densitas bersama:
๐๏ฟฝ๐ฅ๏ฟฝ = ๐ (๐ฅ1 )๐ (๐ฅ2 ) โฆ ๐๏ฟฝ๐ฅ๐ ๏ฟฝ =
1
๐ (2๐)2 ๐1 ๐2 โฆ๐๐
1
๐
๐๐ฅ๐ ๏ฟฝโ โ๐=1
dan ๐๐ > 0; ๐=1,2,3,...
2
(๐ฅ๐ โ๐๐ )2 ๐๐
๏ฟฝ , โโ < ๐ฅ๐ < โ, โโ < ๐๐ < โ
(2.42)
2.4.2. Fungsi Likelihood dan Estimasi Maksimum Likelihood
Setelah satu atau beberapa model sementara untuk suatu model sementara suatu runtun waktu kita identifikasikan, langkah selanjutnya adalah mencari estimasi terbaik atau paling efisien untuk parameter-parameter dalam model tersebut.
34 Universitas Sumatera Utara
Contoh : Dipunyai data runtun waktu sebagai berikut 15,5 15,7 15,6 16,7 18,0 17,4 17,9 18,8 17,6 17,0 16,1 15,7 15,9 17,9 20,3 20,4 20,2 20,5 10,9 20,9 21,1 21,4 18,2 20,1 21,4 21,3 21,9 21,3 20,4 20,4 20,7 20,7 20,9 23,0 24,9 26,5 25,6 26,1 27,0 27,2 28,1 28,0 29,1 28,3 25,7 24,5 24,4 25,5 27,0 28,7 29,1 29,0 29,6 31,2 30,6 29,8 27,6 27,7 29,0 30,3 31,0 32,1 33,5 33,2 33,2 33,8 35,5 36,6 36,9 39,0 41,0 41,6 43,7 44,4 46,6 48,3 50,2 52,1 54,0 56,0 Dari data asli setelah dilakukan perhitungan komputer diperoleh fak dan fakp sebagai berikut:
k
1
2
3
4
5
6
7
8
9
r
0,93
0,86
0,79
0,73
0,67
0,62
0,58
0,53
0,49
๏ฟฝ ๐๐ โ
0,93
-0,03
-0,02
-0,01
0,02
-0,01
0,02
-0,02
0,01
k
10
11
12
13
14
15
16
17
18
r
0,45
0,41
0,38
0,43
0,31
0,29
0,26
0,24
0,22
-0,03
-0,01
0,02
k
k
๏ฟฝ ๐๐ โ
๏ฟฝ = 0,51 Telah dihitung ๐
๐ฬ
= 27,45
๐๐ง2 = 94,23 ๐๐ค2 = 1,25
35 Universitas Sumatera Utara
๏ฟฝ ) = โ
(๐๐ก โ ๐ ๏ฟฝ ) + ๐๐ก dengan Dari fak dan fakp ditentukan model AR(1) : (๐๐ก โ ๐ ๐๐ก = ๐๐ก โ ๐๐กโ1 .
๏ฟฝ = ๐1 = 0,36 dan Diperoleh estimasi parameter โ
adalah โ
๐๐2 = ๐๐ค2 (1 โ โ
12 ) = 1,25(1 โ 0,362 ) = 1,09 maka model runtun waktu tersebut
adalah:(๐๐ก โ 0,51) = 0,36(๐๐ก โ 0,51) + ๐๐ก dimana nilai ๐๐ก ~๐(0, ๐๐2 ).
Metode untuk mengestimasikan harga parameter dari model suatu runtun waktu dengan menggunakan metode maksimum likelihood. Menurut Bain dan Engelhardt (1992), metode maksimum likelihood menggunakan nilai dalam ruang parameter ฮฉ yang bersesuai dengan harga kemungkinan maksimum dari data observasi sebagai estimasi dari parameter yang tidak diketahui. Dalam aplikasi L(ฮธ) menunjukan fungsi densitas probabilitas bersama dari sample random. Jika ฮฉ ruang parameter yang merupakan interval terbuka dan L(ฮธ) merupakan fungsi yang dapat diturunkan serta diasumsikan maksimum pada ฮฉ maka persamaan maksimum likelihoodnya adalah: ๐
๐(๐)
๐ฟ(๐) = 0 Jika penyelesaian dari persamaan tersebut ada, maka maksimum dari L(ฮธ)
dapat terpenuhi. Apabila tak terpenuhi maka fungsi L(ฮธ) dapat dibuat logaritma naturnya, dengan ketentuan jika ln L(ฮธ) maksimum maka L(ฮธ) juga maksimum, sehingga persamaan logaritma natural likelihoodnya adalah: ๐
๐๐
ln ๐ฟ(๐) = 0
Definisi 9
Fungsi densitas probabilitas bersama dari n variable random ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐
yang observasi pada ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ di notasikan dengan ๐ (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ , ๐). Untuk
menentukan fungsi likelihood dari ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ yang merupakan ๐ dan dinotasikan dengan
๐ฟ(๐),
dengan
๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐
adalah
sampel
random
dari
fungsi
densitasprobabilitas ๐ (๐ฅ; ๐) yang fungsi likelihoodnya adalah: ๐ฟ(๐) = ๐(๐ฅ1 ; ๐)๐ (๐ฅ2 ; ๐) โฆ ๐ (๐ฅ๐ ; ๐) = โ๐๐=1 ๐๏ฟฝ๐ฅ๐ ; ๐๏ฟฝ
(Bain dan Engelhardt, 1992 : 290)
36 Universitas Sumatera Utara
Defenisi 10
Misalkan
๐ฟ(๐) = ๐(๐ฅ1 ; ๐)๐ (๐ฅ2 ; ๐) โฆ ๐ (๐ฅ๐ ; ๐) = โ๐๐=1 ๐๏ฟฝ๐ฅ๐ ; ๐๏ฟฝ, ๐๐ โฆ
yang
merupakan fungsi densitas probabilitas bersama ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐ . Bila diberikan
himpunan dari observasi autoregresif, serta estimasi maksimum likelihood pada autoregresif (ARI) dan estimasi likelihood pada model ARIMA (1, 1, 0) Box-Jenkins
yang homogen.
37 Universitas Sumatera Utara