BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Analisis Pasar dan Industri Pengertian pasar secara umum adalah keseluruhan permintaan dan penawaran barang, jasa atau faktor produksi tertentu. Biasanya pasar dibedakan pengertian pasar dalam arti sempit dan pengertian pasar dalam arti luas. Pengertian pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana pada umumnya barang atau jasa diperjualbelikan. Sedangkan pengertian pasar dalam arti luas pasar adalah proses dimana pembeli dan penjual saling berinteraksi untuk menentukan dan menetapkan harga jual. Menurut Tjiptono dan Chandra dalam bukunya Pemasaran Strategik (2012: 150), sebuah industri tidak dapat menarik seluruh pembeli dalam sebuah pasar, atau tidak semua pembeli dengan cara yang sama. Hal tersebut dikarenakan pembeli terlalu beragam, banyak, dan bervariasi dalam hal kebutuhan dan pemenuhannya. Oleh karena itu, perusahaan harus mengidentifikasikan bagian dari pasar mana yang dapat mereka layani dengan baik, dibandingkan dengan harus berkompetisi pada keseluruhan pasar. Melalui Jurnal Manajemen Pemasaran dari Petra Christian University (2015: vol. 9 no. 1), dalam proses identifikasi target pasar, terdapat tiga langkah utama sebagai berikut: 1. Segmentasi Pasar (Segmenting) Yaitu tindakan membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda-beda yang mungkin membutuhkan produk-produk atau kombinasi pemasaran yang terpisah.
14
15
2. Penentuan Pasar Sasaran (Targeting)
Yaitu suatu tindakan mengevaluasi keaktifan daya tarik setiap segmen pasar dan memilih salah satu atau lebih dari segmen pasar tersebut untuk dimasuki. 3. Penempatan Produk (Positioning) Yaitu tindakan untuk menempatkan posisi bersaing produk dan bauran pemasaran yang tepat pada setiap pasar sasar.
Pasar hendaknya ditentukan sehingga konsumen dan pesaing dapat dianalisis secara tepat. Menurut Daryanto (2011: 42) syarat adanya pasar adalah harus terdapat orang-orang dengan kebutuhan dan keinginan tertentu dan satu atau lebih produk yang dapat memuaskan kebutuhan ini. Selain itu, para pembeli juga mau dan mampu membeli produk yang memuaskan kebutuhan keinginan mereka. Pasar produk merupakan produk khusus yang dapat memuaskan sejumlah kebutuhan dan keinginan manusia yang mau dan mampu membelinya (Cravens, 2000). Istilah produk menunjukkan produk fisik atau jasa pelayanan. Definisi ini memadukan manusia atau organisasi dengan kebutuhan dan keinginan yang hampir sama terhadap suatu kategori produk yang dapat memuaskan keinginan tersebut. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis pasar:
1. Luas Pasar Luas pasar bagi perusahaan tidak selalu berarti penjumlahan seluruh populasi penduduk. Populasi penduduk tidak selalu berarti populasi pasar. Populasi pasar (Market population) atau sering disebut sebagai potensial pasar adalah keseluruhan permintaan terhadap produk tertentu pada wilayah dan periode waktu yang berbeda pula. Tidak semua potensi permintaan tersebut mampu
16
dicapai (accesable) atau dilayani oleh industri produk tertentu (keseluruhan perusahaan sejenis). Dan juga tidak semua total pasar tersebut sesuai dengan kapasitas total perusahaan maupun tujuan perusahaan, bagi pasar potensial ini merupakan bagian pasar yang tersedia (available market) bagi perusahaan. 2. Analisis Potensi Pasar (Market Share Perusahaan) Bagian pasar yang mampu dikuasai oleh perusahaan apabila dibandingkan dengan penjualan seluruh industrinya (total penjualan perusahaan yang sejenis) dikenal sebagai market share. Tingkat market share ditunjukan dan dinyatakan dalam angka prosentase. Atas dasar angka tersebut dapat diketahui kedudukan perusahaan dan juga kedudukan pesaing-pesaingnya dipasar. Sehingga seringkali tingkat market share dapat dipergunakan dalam pedoman
atau
standart
keberhasilan
pemasaran
perusahaan
dalam
kedudukannya dengan pesaing-pesaingnya. Market share yang merupakan indikator perusahaan yang mampu menjelaskan tentang:
a.
Kemampuan Perusahaan Menguasai Pasar.
Kemampuan penguasaan pasar dapat dipandang sebagai salah satu indikator keberhasilan. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah mempertahankan atau meningkatkan tingkat market share. Sehingga pencapaian perusahaan.
tujuan
berarti
juga
dianggap
sebagai
keberhasilan
17
b.
Kedudukan (Posisi) Perusahaan di Pasar Persaingan.
Berdasarkan
tingkat
market
share,
kedudukan
masing-masing
perusahaan dapat dilakukan urutan atau rangkingnya dalam pasar persaingan. Secara berturut-turut posisi perusahaan dapat dibedakan sebagai: marker leader, challenger, follower, dan market nicher. Suatu usaha perlu memilih dan menentukan perusahaan-perusahaan lain yang dianggap sebagai pesaing perusahaan. Rasio ini, dikenal sebagai relative market share yang lebih realistis.
2.1.1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan suatu proses yang berkaitan erat dengan proses pembelian, pada saat itu konsumen melakukan aktifitas-aktifitas seperti melakukan pencarian, penelitian, dan pengevaluasian produk. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Yang termasuk ke dalam perilaku konsumen selain mengenai kualitas produk, juga meliputi harga produk atau jasa tersebut. Jika harga suatu produk tidak terlalu tinggi, maka konsumen tidak akan terlalu lama membutuhkan waktu untuk memikirkan dan melakukan aktifitas perilaku konsumen. Namun jika harga suatu barang atau jasa tersebut bisa dibilang tinggi, atau mahal, maka konsumen tersebut akan memberikan effort lebih terhadap barang tersebut. Pembeli tersebut akan semakin lama melakukan perilaku
konsumen,
seperti
melihat,
menanyakan,
mengevaluasi,
dan
mempertimbangkan. The American Marketing Association dalam Setiadi (2003) menyatakan dalam perilaku konsumen terdapat tiga hal penting yaitu:
18
1.
Perilaku konsumen bersifat dinamis, selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.
2.
Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara afeksi (perasaan), kognisi (pemikiran), perilaku dan lingkungan sekitar.
3.
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran.
Melalui jurnal perilaku konsumen yang disebutkan oleh R. Sulistyawati dari Universitas Gunadarma (2012) menyatakan bahwa perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Sedangkan Wilkie (1986) menyatakan bahwa perilaku konsumen itu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. 1.
Faktor Internal: Usia, pekerjaan, gaya hidup, kepribadian, motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.
2.
Faktor Eksternal: Budaya, keluarga, kelompok acuan, kondisi lingkungan, kegiatan pemasaran perusahaan, dan situasi lingkungan.
2.1.2. Industri Jasa Dalam ilmu ekonomi, jasa atau layanan adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Menurut Yanti Amelia dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta melalui jurnalnya yang berjudul Industrialisasi Jasa dan Produk (2011), Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri
19
pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Sukses suatu industri jasa tergantung dari sejauh mana perusahaan mampu mengolah ketiga aspek berikut (Rangkuti 2006, hal.26-27): 1.
Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan.
2.
Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji tersebut.
3.
Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada para pelanggan.
2.1.2.1. Industri Kreatif Melalui jurnalnya yang berjudul Perkembangan Industri Kreatif, Togar M. Simatupang menyebutkan bahwa industri kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal dengan nama lain Industri Budaya (terutama di Eropa) atau juga Ekonomi Kreatif. Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
20
Menurut Howkins (2013: 43), ekonomi kreatif terdiri dari periklanan, arsitektur, seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik, seni pertunjukkan, penerbitan, penelitian dan pengembangan (R&D), perangkat lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Radio, dan Permainan Video. Muncul pula definisi yang berbeda-beda mengenai sektor ini. Namun sejauh ini penjelasan Howkins masih belum diakui secara internasional. Industri
kreatif
dipandang
semakin
penting
dalam
mendukung
kesejahteraan dalam perekonomian, berbagai pihak berpendapat bahwa kreativitas manusia adalah sumber daya ekonomi utama dan bahwa industri abad kedua puluh satu akan tergantung pada produksi pengetahuan melalui kreativitas dan inovasi. Berbagai pihak memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam industri kreatif. Bahkan penamaannya sendiri pun menjadi isu yang diperdebatkan dengan adanya perbedaan yang signifikan sekaligus tumpang tindih antara istilah industri kreatif, industri budaya, dan ekonomi kreatif.
2.1.2.2. Industri Wedding Organizer Menurut Nugroho Setyo Kuswanto dari Universitas Airlangga melalui jurnalnya Studi Tentang Makna Pemakaian Jasa Wedding Organizer Dalam Pernikahan (2011), wedding organizer merupakan suatu jasa khusus yang membantu calon pengantin dan keluarga dalam perencanaan dan supervisi pelaksanaan rangkaian acara pesta pernikahan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Setiap pengantin pada dasarnya memiliki sifat dan sikap yang unik dan berbeda. Di tengah
21
kemajuan zaman, dengan segala kesibukan yang melanda, mengakibatkan para pasangan calon pengantin tak lagi memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan pesta pernikahan sendiri. Begitu banyak hal yang harus diurus, begitu banyak detail yang harus diperhatikan, sementara begitu sedikit waktu yang tersedia. Mengandalkan keluarga pun tak mungkin dilakukan mengingat mereka juga memiliki kesibukan masing-masing. Di kondisi seperti inilah kehadiran wedding organizer sangat dibutuhkan. Peran wedding organizer sebagai partner segaligus teman akan sangat membantu pasangan calon pengantin mempersiapkan pesta pernikahan hingga ke detail yang sekecil-kecilnya. Beberapa alasan para calon pengantin membutuhkan bantuan jasa wedding organizer adalah sebagai berikut:
1. Waktu yang Sangat Berharga
Khususnya bila calon pengantin atau keluarga sibuk terikat dengan
aktifitas
pekerjaan
yang
tinggi
sehingga
sulit
menyisakan waktu yang cukup untuk menyiapkan sendiri segala perencanaan dan perlengkapan acara.
2. Efisiensi Waktu dan Tenaga
Begitu banyak macam kebutuhan sebuah pesta pernikahan dan tersedia beraneka ragam pilihan. Bila belum memiliki sendiri data atau pengalaman menggunakan suatu jasa/produk, sungguh melelahkan bila para calon pengantin harus mencari dan
22
membandingkannya sendiri satu persatu. Dengan memanfaatkan semua informasi mengenai pernikahan yang disediakan oleh seorang wedding organizer, calon pengantin dapat menghemat waktu dan tenaga.
3. Tanggung Jawab Professional atas Kelancaran Acara
Menjelang pesta, ditengah kegembiraan dan kesibukan dalam mempersiapkan penampilan diri secara sempurna, hampir tidak mungkin lagi untuk memeriksa sendiri kesiapan perlengkapan pesta seperti dekorasi, katering, fotografer, dan lain-lain. Para calon pengantin dapat merasa stress sendiri bila melakukan semuanya sendirian. Juga tidak enak rasanya meminta anggota keluarga atau teman untuk bertanggung jawab menangani masalah itu. Dengan kontrak kerja yang profesional, wedding organizer akan bertanggung jawab secara penuh atas kelancaran acara.
4. Penampilan yang Sempurna.
Pesta pernikahan akan menjadi kenangan seumur hidup. Kesiapan fisik dan mental yang sempurna adalah kunci dari segalanya. Kerjasama yang terpadu antara calon pengantin dan sebuah tim yang profesional akan membantu mewujudkannya.
23
2.1.3.Service Marketing
Service marketing (pemasaran jasa) adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Dalam service marketing terutama pelayanan jasa, dikenal marketing mix. Menurut Pine dan Gilmore (1999: 32) bahwa “Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran”. Berdasarkan definisi diatas bahwa bauran pemasaran adalah kombinasi beberapa elemen bauran pemasaran untuk memperoleh pasar, pangsa pasar yang lebih besar, posisi bersaing yang kuat, dan citra positif pada pelanggan sehingga dapat kita artikan bahwa tujuan pemasaran adalah untuk meningkatkan jumlah pelanggan, meningkatkan hasil penjualan, serta dapat memberikan keuntungan untuk perusahaan dan stakeholder. Marketing mix yang dipakai dalam pelayanan jasa usaha adalah sebagai berikut:
1. Product (Produk)
Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk merupakan suatu hasil dari proses yang dipengaruhi oleh kekuatan pasar (supply vs demand) yang diperankan oleh fungsi operasi dalam menciptakan atau pengadaan barang dan jasa pada basis biaya (cost) dan oleh fungsi
24
marketing dalam hal memahami kebutuhan dan keinginan customer (consumer behavior).
2. Price (Harga)
Definisi harga menurut Pine dan Gilmore adalah: “Price is the amount of money charged for a product or service. More broadly, price is the sum of all the value that consumers exchange for the benefits of having or using the product or service”. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas, harga adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa. Sedangkan Stanton (1998: 73) mendefinisikan harga: “Price is the amount of money and or goods needed to acquire some combination of another goods and its companying services”. Pengertian di atas mengandung arti bahwa harga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang yang lain yang disertai dengan pemberian jasa. Harga merupakan elemen dari bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, dimana suatu saat harga akan stabil dalam waktu tertentu tetapi dalam seketika harga dapat juga meningkat atau menurun dan juga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan dari penjualan. Perusahaan menetapkan suatu harga dengan melakukan pendekatan penetapan harga secara umum yang meliputi satu atau lebih diantara tiga perangkat perimbangan berikut ini yakni:
25
a. Cost-Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan biaya) • Cost-Plus-Pricing (Penetapan harga biaya plus)
Metode ini merupakan metode penelitian harga yang paling sederhana, dimana metode ini menambah standar mark-up terhadap biaya produk. • Break Even Analysis and Target Profit Pricing (Analisis Peluang pokok dan penetapan harga laba sasaran). Suatu metode yang digunakan perusahaan untuk menetapkan harga apakah akan break even atau membuat target laba yang akan dicari. b. Value-Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan nilai) Metode ini menggunakan satu persepsi nilai dari pembeli (bukan dari biaya penjualan) untuk menetapkan suatu harga. c. Competition-Based
Pricing (Penetapan
harga
berdasarkan
persaingan) • Going-rate Pricing (Penetapan harga berdasarkan harga yang berlaku) Perusahaan mendasarkan harganya pada harga pesaing dan kurang memperhatikan biaya dan permintaannya. Perusahaan dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih rendah dan pesaing utamanya. • Scaled-Bid Pricing (Penetapan harga penawaran tertutup) Perusahaan
menetapkan
pesaing
dan
bukan
berdasarkan
hubungan yang kaku atas biaya atau permintaan perusahaan.
26
3. Promotion (Promosi)
Definisi menurut Stanton (1998: hal 83) adalah: “Promotion mix is the combination of operasional selling, sales person, public relation. These are the promotional tools that help an organization to achieve its marketing objective”. Sedangkan menurut Kotler yang dimaksud dengan promosi adalah : “Promotion includes all the activities the company undertakes to communicate and promote its product the target market”. Menurut Dr. Abhinanda Gautam melalui jurnalnya yang berjudul The Impact Of Above The Live Promotion Tools (2014: Vol.3, no. 4), promotion tools didefinisikan sebagai berikut :
a. Advertising (Periklanan) Suatu promosi barang atau jasa yang sifatnya non personal dilakukan oleh sponsor yang diketahui. b. Personal selling (Penjualan perorangan) Penjualan perorangan yang dilakukan oleh para wiraniaga yang mencoba dan membujuk untuk melakukan penjualan sekaligus. c. Sales promotion (Promosi penjualan) Suatu kegiatan yang dimaksud untuk membantu mendapatkan konsumen yang bersedia membeli produk atau jasa suatu perusahaan.
27
d. Public relation (Publisitas)
Suatu kegiatan pengiklanan secara tidak langsung dimana produk atau jasa suatu perusahaan disebarluaskan oleh media komunikasi.
4. Place (Distribusi)
Distribusi adalah : “The various the company undertakes to make the product accessible and available to target customer”. Berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran. Keputusan penentuan lokasi dan saluran yang digunakan untuk memberikan jasa kepada pelanggan melibatkan pemikiran tentang bagaimana cara mengirimkan atau menyampaikan jasa kepada pelanggan dan dimana hal tersebut akan dilakukan. Ini harus dipertimbangkan karena dalam bidang jasa sering kali tidak dapat ditentukan tempat dimana akan diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Saluran distribusi dapat dilihat sebagai kumpulan organisasi yang saling bergantungan satu sama lainnya
yang
terlibat
dalam
proses
penyediaan
sebuah
produk/pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Penyampaian dalam perusahaan jasa harus dapat mencari agen dan lokasi untuk menjangkau populasi yang tersebar luas. Sebagai salah satu variabel marketing mix, place/distribusi mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan memastikan produknya, karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang
28
dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat.
5. Proses
Mutu layanan jasa sangat bergantung pada proses penyampaian jasa kepada konsumen. Mengingat bahwa penggerak perusahaan jasa adalah karyawan itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan (quality assurance), seluruh operasional perusahaan harus dijalankan sesuai dengan sistem dan prosedur yang terstandarisasi oleh karyawan yang berkompetensi, berkomitmen, dan loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja.
6. People
Merupakan aset utama dalam industri jasa, terlebih lagi people yang merupakan karyawan dengan performa tinggi. Kebutuhan konsumen terhadap karyawan berkinerja tinggi akan menyebabkan konsumen puas dan loyal. Kemampuan knowledge (pengetahuan) yang baik, akan menjadi kompetensi dasar dalam internal perusahaan dan pencitraan yang baik di luar. Faktor penting lainnnya dalam people adalah sikap dan motivasi dari karyawan dalam industri jasa. Momen yang menentukan akan terjadi pada saat terjadi kontak antara karyawan dan konsumen. Sikap sangat penting, dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk, seperti penampilan karyawan, suara dalam bicara, body language, ekspresi wajah, dan tutur kata. Sedangkan motivasi karyawan
29
diperlukan untuk mewujudkan penyampaian pesan dan jasa yang ditawarkan pada level yang diekspetasikan.
7. Physical Evidence
Gedung merupakan bagian dari bukti fisik, karakteristik yang menjadi persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen dalai perusahaan jasa yang memiliki karakter. Perhatian terhadap interior, perlengkapan bangunan, termasuk lighting system, dan tata ruang yang lapang menjadi perhatian penting dan dapat mempengaruhi suasana hati pengunjung. Bangunan harus dapat menciptakan perasaan dengan memperhatikan suasana sehingga memberikan pengalaman kepada pengunjung dan dapat membrikan nilai tambah bagi pengunjung, khususnya menjadi syarat utama perusahaan jasa dengan kelas market khusus.
8. Productivity and Quality
Produktivitas adalah sejauh mana efisiensi masukan-masukan layanan ditransformasikan ke dalam hasil-hasil layanan yang dapat menambah nilai bagi pelanggan, sedangkan kualitas adalah derajat suatu layanan yang dapat memuaskan pelanggan karena dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan. Dalam jasa juga ada komponen biaya yang dihitung berdasarkan aktivitas, makanya kita mengenal istilah activity based accounting. Sementara itu kualitas sangat penting pada jasa
30
ketimbang pada produk. Jika produk kualitas rendah masih bisa laku di pasar, tidak demikian halnya dengan jasa.
2.1.4.Konsep Hospitality
Hospitalitas adalah terjemahan dari kata benda Latin hospitium (atau kata sifatnya hospitalis), yang berasal dari hospes, yang artinya “tamu” atau “tuan rumah”. Konsep ini juga dipengaruhi oleh kata Yunani Xenos, yang menunjuk kepada orang asing yang menerima sambutan atau yang melakukan penyambutan terhadap orang lain. Konsep ini sangat dibutuhkan dalam pelayanan jasa kepada masyarakat, karena keramah-tamahan membentuk suatu keuntungan tersendiri yaitu pelanggan atau konsumen merasa diterima dan dapat menjadi bagian dalam perjalanan suatu usaha. Menurut Wan Azmi dari Sekolah Tinggi Perhotelan AMPTA Yogyakarta melalui jurnalnya yang berjudul Konsep Hospitalitas (2007), hospitalitas adalah suatu aktivitas perancangan dan pergerakan atau pandauan oleh sesuatu perusahaan atau organisasi berhubung dengan segala kaedah, peraturan, dan juga tanggung jawab serta tugas-tugas kaki tangannya itu. Hospitality itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Keramah-tamahan
pribadi,
yaitu
keramah-tamahan
tanpa
mengharapkan pembayaran, mungkin harapan sebatas pujian, keramahtamahan pribadi di jumpai di dalam rumah tangga. 2. Keramah-tamahan umum, yaitu keramah-tamahan yang bersumber dari keramah-tamahan pribadi yang bertujuan untuk memperoleh bayaran
31
dari jasa yang diperjualbelikan, contohnya para pengusaha yang mendirikan penginapan komersil, hotel, restoran, dan lain-lain.
2.1.5.Online Marketing Pratik Dholakiya menyebutkan arti online marketing melalui jurnalnya yang berjudul “3 Digital Marketing Channels That Work for Every Advertiser" (2015) bahwa Pemasaran Internet atau pemasaran elektronik secara online (bahasa Inggris: Internet marketing, e-marketing, atau online-marketing) adalah segala upaya yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk atau jasa melalui atau menggunakan media elektronik atau Internet. Huruf 'e' dalam emarketing ini berarti elektronik yang artinya kegiatan pemasaran yang dimaksud dilaksanakan secara elektronik melalui jaringan Internet. Dengan terciptanya teknologi Internet, banyak istilah baru yang menggunakan awalan huruf e, seperti halnya: e-mail, e-business, e-gov, e-society, dan lain-lain. Kegiatan pemasaran Internet umumnya meliputi atau berkisar pada hal-hal yang berhubungan dengan pembuatan produk periklanan, pencarian prospek atau pencarian pembeli dan penulisan kalimat-kalimat pemasaran untuk menjual produk atau jasa. Pemasaran Internet ini secara umum meliputi kegiatan jasa digital, produk digital, dan periklanan dengan menggunakan spanduk digital. Periklanan dengan menggunakan spanduk digital seperti promosi melalui: 1. Mesin Pencari 2. Surat Elektronik 3. Afiliasi
32
Kegiatan pemasaran Internet yang efektif meliputi banyak strategi dari optimisasi mesin pencari, jejaring sosial, dan iklan berbayar per klik. Dengan beragamnya strategi tersebut maka pembelajaran yang berkelanjutan untuk hal ini sangat penting. Terdapat juga beberapa manfaat yang didapatkan dalam pemasaran secara online: 1. Tidak terbatas dengan waktu karena bisa diakses 24 jam. 2. Menjangkau pasar yang lebih luas, bahkan sampai ke manca negara. 3. Mengurangi biaya pemasaran karena tidak perlu membuat outlet secara phisik dan juga tidak perlu brosur, spanduk, dan sebagainya. 4. Memudahkah pelaku usaha untuk menjalin hubungan dengan konsumen melalui komunikasi interaktif dengan memanfaatkan ruang diskusi chatting atau email. 5. Strategi pemasaran lewat internet bisa memberikan nilai lebih dalam menghadapi persaingan.
2.1.6.Supply Chain Menurut Kalakota (2000: 197), Manajemen Rantai Suplai (Supply chain management) adalah sebuah ‘proses payung’ di mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah supply chain (rantai suplai)
merujuk
kepada
jaringan
yang
rumit
dari
hubungan
yang
mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen.). Menurut Chopra (2001: 5), tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan. Rantai suplai yang
33
terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut. Manajemen rantai suplai ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang dalam organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Tujuan dari manajemen rantai suplai ialah meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi di antara rekanan rantai suplai, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori. Dengan demikian, berdasarkan berbagai definisi supply chain management sebagaimana telah disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain management adalah semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain. Lebih jauh cakupan supply chain management akan meliputi hal-hal berikut. Bagian
Cakupan kegiatan antara lain
Pengembangan
Melakukan riset pasar, merancang produk baru,
produk
melibatkan supplier dalam perancangan produk baru
Pengadaan
Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier
Perencanaan & Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan
34
Pengendalian
kapasitas, perancanaan produksi dan persediaan
Operasi/
Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Produksi Pengiriman/
Perencanaan
Distribusi
pengiriman,
jaringan
distribusi,
penjadwalan
mencari dan memelihara hubungan
dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi
Tabel 2.1. Cakupan Supply Chain Management (Sumber: I Nyoman Pujawan, 2005)
Hal penting yang menjadi dasar pemikiran pada konsep ini adalah fokus pada pengurangan kesia siaan dan mengoptimalkan nilai pada rantai pasokan yang berkaitan. Dengan demikian Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management dapat didefinisikan sebagai pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan distributor. Supply Chain Management meliputi penetapan:
1. Pengangkutan. 2. Pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
35
3. Supplier 4. Distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank 5. Hutang maupun piutang 6. Pergudangan 7. Pemenuhan pesanan 8. Informasi
mengenai
ramalan
permintaan,
produksi
maupun
pengendalian persediaan.
Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari tiga komponen utama yaitu: 1. Upstream Supply Chain Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat manufacturers, assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan. 2. Internal Supply Chain Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan ke dalam organisasi. Di dalam internal supply chain, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.
36
3. Downstream supply chain Downstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan transportasi dan after-sale service.
Indrajit dan Djokopranoto (2003) menjelaskan mengenai pelaku utama yang mempunyai kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Pemasok telah dimasukkan untuk menunjukan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersamasama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat antara jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
37
Gambar 2.2. Gambaran Supply Chain Management (Sumber: Indrajit dan Djokopranoto, 2002)
Menurut Lovelock (2010), Banyak orang menganggap bahwa distribusi adalah memindahkan barang melalui saluran fisik ke ditributor dan agen penjual atau ke pengguna akhir. Jasa pada prinsipnya tidak ada yang berpindah dari segi kepemilikan. Pengalamam, kinerja, dan secara fisik tidak dapat dikirim dan disimpan, sementara mengirimkan informasi adalah merupakan transaksi yang banyak dilakukan melalui channel elektronik. Distribusi bekerja dalam satu konteks jasa, dalam suatu tipikal siklus penjualan, distribusi jasa memerlukan tiga unsur yang saling berhubungan antara lain: 1. Aliran informasi dan promosi, mendistribusikan informasi dan bahan promosi yang berkenaan dengan penawaran jasa, secara objektif dapat mencapai pelanggan atau pembeli jasa. 2. Aliran negosiasi, berupa penawaran kontrak perjanjian hak dalam menggunakan jasa. 3. Aliran produk, berupa produk perbankan, internet, distance learning, siaran berita, dan hiburan merupakan produk layanan yang disampaikan melalui media elektronik yang pemanfaatannya terpusat pada satu atau lebih lokasi.
38
Gambar 2.3. Informasi dan Proses Fisik dari berbagai produk jasa yang ditingkatkan
Suplemen pelayanan yang digambarkan oleh Lovelock yang digambarkan mengitari inti (core) sebuah bunga yakni, yang dikenal dengan istilah the eight petals on the flower of service meliputi: 1. Information, yaiitu suatu pelayanan yang berkualitas yang dimulai dari suplemen informasi dari produk dan jasa yang diperlukan oleh pelanggan. Seorang pelanggan akan menanyakan pada penjual tentang apa, bagaimana dan berapa, kepada siapa, dan dimana diperoleh, dan berapa lama memperoleh barang dan jasa yang diinginkannya. Penyediaan saluran informasi yang langsung memberikan kemudahan dalam rangka menjawab keingintahuan pelanggan tersebut adalah penting, tanpa adanya saluran informasi ini akan menyebabkan minat para pembeli/pelanggan akan surut.
39
2. Consultation, setelah memperolah informasi yang diinginkan, biasanya pelanggan akan membuat satu keputusan, yaitu membeli atau tidak membeli. Di dalam proses memutuskan ini, seringkali di perlukan pihak-pihak yang dapat diajak untuk berkonsultasi, baik menyangkut masalah tehnis, administrasi, harga, hingga kualitas barang dan manfaatnya. Untuk mengantisipasi titik kritis yang kedua ini, para penjual harus menyiapkan sarananya, menyangkut materi konsultasi, tempat konsultasi, personal konsultasi, dan waktu untuk berkonsultasi secara cuma-cuma. 3. Order taking, keyakinan yang diperoleh pelanggan melalui konsultasi akan menggiring mereka pada tindakan untuk memesan produk yang diinginkan. Penilaian pembeli pada titik ini ditekankan pada kualitas pelayanan yang mengacu pada kemudahan pengisian. Aplikasi maupun administrasi pemesanan barang yang tidak berbelit-belit, fleksibel, biaya murah, syarat-syarat yang ringan dan kemudahan memesan melalui saluran telephon, fax, dan sebagainya. 4. Hospitality, pada titik ini pelanggan berurusn langsung ke tempat transaksi akan memberikan penilaian terhadap sikap ramah dan sopan santun dari karyawan, ruang tunggu yang nyaman, kafe untuk makanan dan minuman hingga tersedianya WC/toilet yang bersih. 5. Safekeeping, variasi latar belakang pelanggan yang berbeda-beda akan menuntut pelayanan yang berbeda-beda pula. Misalnya saja yang bermobil menginginkan tempat parker mobil yang aman dan leluasa,
40
yang tidak mau keluar rumah menginginkan fasilitas antar. Semua itu harus diperhatikan dan dipedulikan oleh penjual. 6. Exception, pada titik ini perusahaan dituntut bagaimana melayani klaimklaim pelanggan yang datang secara tiba-tiba, garansi terhadap produk yang tidak berfungsi, restitusi akibat produk yang tidak bisa dipakai, layanan unguk orang yang cacat, kecelakaan dan sebagainya. 7. Billing, titik rawan ini berada pada administrasi pembayaran. Niat baik pelanggan unuk menuntaskan pembayaran sering digagalkan pada titik ini. Artinya perusahaan harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pembayaran, apakah itu menyangkut daftar isian formulir transaksi, mekanisme pembayaran, hingga keakuratan penghitungan rekening tagihan. 8. Payment, pada titik iini yang merupakan ujung pelayanan, harus disediakan fasilitas pembayaran berdasarkan keinginan pelanggan. Dapat berupa self service payment seperti penggunaan koin/uang recehan pada telephon umum, kemudahan melalui LLG/transfer bank, kartu kredit, debet langsung pada rekening pelanggan dibank, hingga tagihan kerumah. Banyak organisasi layanan menemukan bahwa mengalihdayakan tugas dapat mengefektifkan biaya. Sering kali, pendelegasian seperti ini berkaitan dengan elemen-elemen layanan tambahan. Bagaimana sebaiknya suatu penyedia layanan bermitra dengan satu atau lebih perantara untuk menghantarkan paket layanan yang lengkap kepada konsumen? Dalam gambar dibawah ini kita menggunakan kerangka krja “flower of service” untuk menunjukkan contoh
41
dimana produk inti dihantarkan oleh penyedia jasa, bersama dengan beebrapa elemen pelengkap tertentu dalam informasi, konsultasi, dan hal-hal yang luar biasa,
tetapi
penghantaran
layanan-layanan
tambahan
lainnya
hanya
didelegasikan ke pihak perantara untuk melengkapi penawaran layanan seperti yang dirasakan oleh konsumen.
Gambar 2.4. Pembagian Tanggung Jawab dalam Penghantaran Jasa
2.2. Analisis Strategi 2.2.1. Porter Five Forces Analisa Five Forces Porter merupakan sebuah kerangka kerja untuk analisis industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh Michael E. Porter dari Harvard Bussiness School pada tahun 1979. Menurut International Journal of Hospitality Management, analisa ini menggunakan konsep yang dikembangkan dalam salah satu bidang ekonomi, industrial
42
organization, untuk mendapatkan lima kekuatan, mengantisipasi kelemahan, dan menghindari dalam pengambilan keputusan yang salah. Secara konvensional tool ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu produk baru, layanan atau suatu bisnis dapat menghasilkan suatu keuntungan. Menurut Michael E. Porter, disebutkan ada lima kekuatan bersaing seperti berikut ini: 1. Masuknya persaingan baru 2. Ancaman dari produk pengganti (Substitusi) 3. Kekuatan penawaran pembeli 4. Kekuatan penawaran pemasok 5. Persaingan diantara perusahaan yang ada Jadi jelas dalam suatu persaingan yang ada dalam suatu industri tidak hanya terbatas pada suatu persaingan diantara para pesaing yang ada tetapi gabugan dari kelima kekuatan bersaing itu dan akan menentukan kemampuan perusahaan didalam suatu industri untuk memperoleh keuntungan. Setiap perusahaan yang bersaing dalam suatu industri pasti memiliki strateginya masing-masing. Yang dikembangan baik secara eksplisit (melalui proses perencanaan) maupun secara implisit (melalui berbagai kegiatan fungsional).
43
Gambar 2.5. Skema Five Forces Porter (Sumber: www.google.com, 2016) Pada analisis Five Forces Porter yang pertama kali dilakukan yaitu menentukan siapa saja yang akan menjadi pemain atau yang berperan dalam industri. Dalam kata lain persaingan atau kompetisi dalam industri merupakan sebuah aspek yang penting. Porter menghubungkan kekuatan ini sebagai lingkungan mikro dimana terisi dari kekuatan-kekuatan yang begitu dekat dengan perusahaan dan mempengaruhi kemampuan perusahaan tersebut dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dan menghasilkan keuntungan. Kedua, ancaman dari masuknya pendatang baru akan mempengaruhi daaya tarik pada sebuah industri. Meningkatnya ancaman dari pemanin baru akan terjadi apabila hambatan bagi pemain baru untuk masuk kedalam sebuah
44
industri cukup rendah dan pelaku industri yang ada tidak memiliki kemampuan untuk berkompetisi secara ketat dengan pemain baru. Ketiga, ancaman dari produk substitusi juga mempengaruhi daya tarik suatu industri. Peningkatan anacaman dari produk substitusi pada suatu industri dipegaruhi oleh tersedianya produk substitusi di pasar yang memiliki harga yang menarik, produk substitusi memiliki kualitas yang lebih baik dan konsumen lebih mudah untuk berpindah merek. Keempat, posisi kekuatan pemasok mempengaruhi daya tarik suatu industri. Posisi kekuatan pemasok pada suatu industri akan meningkat apabila produk dari pemasok terdeferensiasi, jumlah pemasok tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan pelanggan dari pemasok tersebut, tidak ada produk dari pemasok lain yang memiliki kualitas yang baik. Terakhir, posisi kekuatan pembeli juga mempengaruhi daya tarik suatu industri. Posisi kekuataan pembeli pada suatu industri akan meningkat apabila produk dari industri tidak tidak terdiferensiasi, jumlah pembeli lebih besar dibandingkan dengan pelaku industri, pembeli memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai produk dari penjual.
2.2.2. SWOT Menurut Freedy Rangkuti (2010), SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weeknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan
45
strategis selalu berkaitan dengan pengambilan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dalam International Journal of Business and Social Science volume 2, No.11 (2011), analisi SWOT merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran eksternal dan internal. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Berikut ini adalah pemaparan secara singkat mengenai strength, weakness, opportunities, dan threats: 1.
Strength (Kekuatan) adalah faktor atau komponen inti, yang akan membantu memanfaatkan peluang yang ada, berkontribusi pada tujuan yang ingin dicapai dan mengurangi dampak dari ancaman atau menghapusnya sama sekali. Faktor yang dianggap sebagai kekuatan dalam perusahaan harus mampu dijalankan lebih baik dari pada pesaing. Dalam bisnis sesuatu dikatakan berguna atau dianggap sebagai kekuatan jika dapat membantu untuk mendapatkan pangsa pasar,
meningkatkan
peluang
dan
keuntungan
serta
dapat
berhubungan dengan faktor-faktor input, proses, dan output. 2.
Weakness (Kelemahan) adalah faktor yang akan mengurangi kemampuan untuk mengejar peluang, mengurangi kemampuan untuk mencapai tujuan atau menginginkan ancaman memiliki dampak atau memungkinkan mereka untuk terjadi. Untuk faktor yang dianggap sebagai kelemahan, perusahaan harus mengontrol lebih baik agar
46
kelemahan ini tidak berdampak didaerah yang penting bagi pelanggan, atau untuk efisiensi menjalankan bisnis. 3.
Opportunities
(Peluang)
adalah
faktor
yang
memungkinkan
perusahaan untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan atau untuk meraih kontrol yang lebih baik terhadap keseluruhan input. Faktor ini juga memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan prosesnya melalui teknologi yang lebih baik atau membantu menambah jumlah pelanggan melalui peluang pasar, juga dapat mengarahkan pada posisi terbaik dalam pengaturan efisiensi biaya. 4.
Threats (Hambatan) adalah faktor yang dapat mendorong perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih banyak atau juga dapat kehilangan kontrol
terhadap
input
perusahaan.
Menyebabkan
penurunan
efektifitas dalam proses kerja perusahaan, sehingga memungkinkan terjadinya penurunan pada jumlah output perusahaan yang akan berdampak negatif bagi kinerja perusahaan sendiri. 2.3. Keuangan 2.3.1. Modal Bisnis Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Listyawan Ardi Nugraha (2011:9) “modal adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan”. Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis. Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang
47
bukanlah segala-galanya dalam sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan. Yang menjadi persoalan di sini bukanlah penting tidaknya modal, karena keberadaannya memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar. Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output. Modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar. Berikut penjabaran berbagai macam-macam modal: 1.
Modal Sendiri Menurut Mardiyatmo (2009) mengatakan bahwa modal sendiri adalah modal yang diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan lain sebagainya. Kelebihan modal sendiri adalah: a.
Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi beban perusahaan.
b.
Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari setoran pemilik modal.
c.
Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang relatif lama.
d.
Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang ditanamkan pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak lain.
48
Kekurangan modal sendiri adalah:
• Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif terbatas. • Perolehan modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon pemilik baru (calon pemegang saham baru) sulit karena mereka
akan
mempertimbangkan
kinerja
dan
prospek
usahanya. • Kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang menggunakan modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan modal asing. 2.
Modal Asing (Pinjaman) Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Di samping itu, dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari: a.
Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta maupun pemerintah atau perbankan asing.
b.
Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal ventura, asuransi leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya.
49
c. 3.
Pinjaman dari perusahaan non keuangan.
Modal Patungan Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan modal usaha dengan cara berbagai kepemilikan usaha dengan orang lain. Caranya dengan menggabungkan antara modal sendiri dengan modal satu orang teman atau beberapa orang (yang berperan sebagai mitra usaha) (Jackie Ambadar, 2010:15).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa modal usaha adalah harta yang dimiliki untuk digunakan dalam menjalankan kegiata usaha dengan tujuan memperoleh laba yang optimal sehingga diharapkan bisa meningkatkan pendapatan.
2.3.2. Financial Projection Proyeksi keuangan merupakan aktivitas manajerial yang umum. Manajer manganalisis catatan perusahan yang lampau uantuk mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengarahui kekayaan pemegang saham. Perencanaan keuangan sendiri merupakan suatu penyusunan tindakan bagi perusahaan bagi perusahaan sebagai pedoman pelaksanaan aktivitas dimasa mendatang. Perusahaanperusahaan yang memiliki kecendrungan pemikiran kedepannya, akan selalu memikirkan apa yang mungkin dilakukan pada masa yang akan datang. Sehingga dalam pelaksanaanya, perusahaan-perusahaan ini tinggal berpegang pada semua rencana yang telah disusun sebelumnya. Proyeksi laporan keuangan hanyanlah sebagaian dari proses perencanaan perusahaan dengan mana perusahaan menempatkan aktivitas perusahaan di masa
50
depan yang berkaitan dengan lingkungan ekonomi, persaingan, teknis dan sosial yang berkaitan. Ketika rencana-rencana bisnis dikembangkan, hal ini biasanya distrukturkan disekitar sasaran dan tujuan spesifik yang ditentukan secara bersama oleh organisasi dan sub kelompoknya. Rencana-rencana ini biasanya menyatakan strategi dan tindakan untuk mencapai hasil-hasil jangka pendek, jangka
menengah,
jangka
panjang.
Proyeksi
laporan
keuangan
akan
memudahkan perusahaan untuk melihat keadaan di tahun akan datang.
2.3.3. Break Even Point Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/impas (penghasilan = total biaya). Sebelum perusahaan memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
51
1.
Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
2.
Struktur biaya tetap dan variabel
3.
Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap
4.
Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi
Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan harga jual persatuan, produksi minimal, pendesainan produk, dan lainnya. Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu: 1.
Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode.
2.
Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan
3.
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variable
Dalam melakukan analisis break event point dapat digunakan dua metode yakni dengan pendekatan matematika dan pendekatan grafik.
52
2.3.4. Kelayakan Bisnis Studi
kelayakan
bisnis
adalah
penelitian
menyangkut
penilaian
keberhasilan suatu proyek dalam satu keseluruhan sehingga semua faktor harus dipertimbangkan dalam suatu analisis terpadu yang meliputi faktor-faktor yang berkenaan dengan aspek teknis, pasar dan pemasaran, keuangan, manajemen, hukum, serta manfaat proyek bagi ekonomi nasional. Secara ringkas penjelasan analisis tiap-tiap aspek tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Analisis aspek teknis meliputi studi proyek untuk menilai apakah proyek secara teknis layak dilaksanakan. Dalam analisis aspek teknis ini diteliti berbagai alternatif yang berkenaan dengan kebutuhan, penyediaan tenaga kerja, kebutuhan fasilitas infrastruktur dan faktorfaktor produksi lainnya.
2.
Analisis aspek pasar meneliti kesempatan pasar yang ada dan prospeknya serta strategi pemasaran yang tepat untuk memasarkan produk atau jasa proyek.
3.
Analisis aspek keuangan menilai kelayakan proyek ditinjau dari profitabilitas komersial dan kemampuan memenuhi kebutuhan dana dan segala konsekuensinya.
4.
Analisis manajemen menilai kualitas dan kemampuan orang-orang yang akan menangani proyek.
5.
Analisis aspek hukum meliputi segala aspek hukum yang relevan bagi kelangsungan proyek.
53
6.
Analisis manfaat proyek bagi perekonomian nasional meneliti seberapa jauh sumbangan atau nilai proyek terhadap perekonomian nasional.
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang menganalisa layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat di operasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru. Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya bagi para investor selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainnya. Investor berkepentigan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi serta jaminan kepentingan atas modal yang akan ditanamkan, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, serta pemerintah lebih menitikberatkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja dan lain-lain. Sedangkan untuk kepentingan pihak internal sendiri bertujuan untuk merealisasikan ide proyek yang bermuara pada peningkatan usaha dalam rangka meningkatkan laba perusahaan.
2.4. Business Model Canvas Theory Bisnis merupakan lingkungan yang kompetitif, namun terkadang para pemimpin bisnis tidak memahami betul model bisnis perusahaannya. Dalam banyak kasus, pemimpin jarang berkomunikasi dengan cara yang jelas dan sederhana (Linder dan
54
Cantrell, 2000). Oleh karena itu, akan menarik apabila ada satu set alat yang memungkinkan pelaku bisnis untuk memahami model bisnis mereka dan unsur-unsur yang ada didalam model bisnis mereka sehingga mereka dengan mudah dapat mengkomunikasikan model bisnis perusahaannya kepada orang lain dan membiarkan mereka untuk mengubah dan bermain-main dengan model bisnis tersebut sekaligus belajar mengenai peluang bisnis (Osterwalder,2004). Dalam Osterwalder
bukunya dan
yang
Pigneur
berjudul membuat
“Business Model Generation” suatu
kerangka
model
bisnis
(2010), yang
berbentuk kanvas dan terdiri dari sembilan kotak yang berisikan elemen-elemen yang saling berkaitan. Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), model bisnis kanvas adalah sebuah model bisnis yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan menciptakan, menyerahkan, dan menangkap nilai.
Gambar 2.6. Business Model Canvas
55
2.4.1. Customer Segment
Pasar terdiri dari berbagai macam pembeli yang membeli suatu produk sesuai dengan keinginan, sumber daya, lokasi, dan kebiasaan membeli. Karena masing-masing memiliki kebutuhan dan keinginan yang unik, masingmasing pembeli merupakan pasar potensial tersendiri. Secara umum, segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama (Kotler, 2005). Untuk memenuhi kepuasan pelanggan, maka macam-macam pembeli dikelompokkan menjadi beberapa segmen yang berbeda. Berikut pembagian tipe dalam segmentasi pasar antara lain: 1.
Pasar terbuka (Mass Market) Pasar terbuka tidak membedakan antara segmen-segmen pelanggan yang berbeda. Perusahaan beranggapan bahwa semua orang adalah pelanggan.
2.
Ceruk Pasar (Niche Market) Pasar khusus (ceruk) menargetkan segmen pelanggan yang spesifik dan terspesialisasi yang biasanya jumlahnya kecil dan belum terlayani dengan baik. Model bisnis ini umumnya ditemukan pada hubungan bisnis antara supplier-buyer.
3.
Pasar tersegmentasi (Segmented) Pasar tersegmentasi membedakan segmen pasar dari kebutuhan dan masalahnya
masing-masing.
Segmentasi
pasar
merupakan
pengelompokkan individu (pelanggan) menjadi beberapa kelompok (segmen) dimana individu yang berada dalam satu segmen memiliki
56
ciri-ciri atau perilaku yang relatif sama (homogen) dibandingkan individu pada kelompok lain (Kotler,2003). Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk melakukan segmentasi pasar, yaitu demografi, geografi, dan psikografi (Airlangga, 2011). 4.
Diversifikasi Pasar (Diversified) Diversifikasi pasar melayani dua segmen pelaggan yang tidak terkait satu sama lain dengan kebutuhan dan masalah yang berbeda. Kedua atau lebih segmen pelanggan ini tampaknya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi beda karakteristiknya. Dengan adanya diversifikasi pasar, volume pasar juga akan semakin meluas. Bahkan, dapat menciptakan pasar-pasar baru.
5.
Multipasar (Multi-sided Platforms) Multipasar melayani dua atau lebih segmen pelanggan yang saling bergantung.
2.4.2.Value Propositions Value Propositions adalah seluruh bagian dari sebuah produk atau jasa yang bermanfaat untuk spesifik kelompok pelanggan tertentu (customer segment). Value propositions bagi pelanggan terwujud dalam bentuk pemecahan masalah yang dihadapi atau terpenuhinya kebutuhan. Oleh karena itu value propositions merupakan alasan kenapa pelanggan sering mengalihkan perhatian dari satu perusahaan ke perusahaan lain, yang ditawarkan bisa sama dengan perusahaan lain namun beda atribut dan fitur atau bisa juga sebuah penawaran yang baru lebih inovatif atau disruptive.
57
Selain itu value propositions menciptakan nilai bagi pelanggan melalui campuran yang berbeda dari unsur-unsur yang melayani kebutuhan segmen. Beberapa elemen yang berkontribusi pada pembentukan nilai tambah menurut Alexander Osterwalder & Yves Pigneur (2010, p.23) adalah kebaruan (newness), kinerja (performance), kustomisasi (customization), penyelesaian pekerjaan (getting the job done), desain (design), merk/ status (brand/ status), harga (price), pengurangan biaya (cost reduction), pengurangan risiko (risk reduction), akses (accessibility), serta kenyamanan/ kemudahan penggunaan (convenience/ usability).
2.4.3.Channels Value propositions yang telah ditentukan akan diberikan kepada pelanggan melalui beberapa jalur, sehingga pelanggan dapat memahami dengan tepat nilai yang ditawarkan perusahaan. Channels menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan mengkomunikasikan dan mendeliver nilai proposisi tertentu yang ditawarkan ke sebuah kelompok pelanggan. Osterwalder dan Pigneur (2010) membagi channels memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1.
Awareness Channel, meningkatkan kesadaran pelanggan terhadap produk dan jasa dari perusahaan.
2.
Evaluation Channel, membantu pelanggan dalam mengevaluasi value proposition dari perusahaan.
3.
Purchase Channel, memfasilitasi pelanggan untuk membuat produk dan jasa tertentu.
58
4.
Delivery Channel, membantu menyampaikan nilai tambah untuk pelanggan.
5.
After Sales Channel, memberi dukungan kepada pelanggan pasca pembelian.
2.4.4.Customer Relationships Customer Relationships merupakan hubungan yang dibangun antara perusahaan dengan masing-masing segmentasi pasar yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda (Osterwalder, Alexander, dan Pigneur, 2010, p.28). Perusahaan seharusnya memikirkan tipe hubungan yang akan dijalin dengan para pelanggan dari berbagai segmen. Customer relationship dapat dibentuk dari berbagai motivasi, antara lain customer acquisition, customer retention, dan Boosting sales (upselling). Berdasarkan model bisnis, customer relationships sangat mempengaruhi perasaan pelanggan. Ada beberapa kategori dari customer relationships yang dapat dipadukan dengan customer segments (Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, 2010, p.29), antara lain: 1.
Personal Assistant, pola hubungan ini didapatkan berdasarkan interaksi individu. Pelanggan dapat berkomunikasi dengan wakil dari perusahaan secara langsung selama proses pembelian atau pasca pembelian.
2.
Dedicated Personal Assistant, bantuan untuk pelanggan secara khusus atau pribadi.
59
3.
Self Service, perusahaan menyediakan sarana pelayanan, namun tidak melayani pelanggan secara langsung.
4.
Automated Service, penggabungan antara layanan mandiri dengan proses otomatis yang lebih canggih. Ini merupakan jenis hubungan personal assistance dengan self service.
5.
Communities, memfasilitasi komunitas yang berkaitan dengan bisnis yang dijalankan. Perusahaan dapat juga membuat komunitas secara online sehingga pelanggan dapat bertukar pikiran dan saling berbagi satu sama lain.
6.
Co-creation, melibatkan pelanggan dalam menciptakan inovasi dan nilai baru.
2.4.5.Revenue Streams Revenue streams merupakan hasil-hasil apa yang kita peroleh dari value proposition yang dikirim ke customer segment. Osterwalder, Alexander, dan Pigneur (2010, p.28) mengatakan revenue streams menggambarkan bagaimana perusahaan mendapatkan keuntungan dari customer segment melalui aktivitas bisnis yang dijalankan. Revenue streams bukan mempresentasikan keuntungan yang didapat, karena secara umum diketahui bahwa keuntungan merupakan pendapatan bersih setelah dikurangi biaya-biaya usaha (PPM Manajemen, 2012). Ada beberapa cara untuk mendapatkan revenue streams: 1.
Penjualan Aset, pendapatan dari penjualan produk perusahaan yang berupa barang atau jasa.
60
2.
Biaya penggunaan, pendapatan dari penggunaan layanan tertentu. Apabila jasa pelayanan
yang
digunakan
semakin
banyak
maka pelanggan akan membayar lebih mahal. 3.
Biaya Berlangganan, pendapatan dari layanan yang terus-menerus digunakan.
4.
Pinjaman, pendapatan dari peminjaman asset tertentu untuk periode tertentu. Peminjam atau penyewa juga memiliki keuntungan yaitu dapat menikmati suatu produk maupun jasa dalam waktu tertentu tanpa harus memiliki produk itu sepenuhnya.
5.
Lisensi, pendpatan dari pemberian izin penggunaan hak intelektual yang dilindungi secara hukum dengan imbalan biaya lisensi.
6.
Biaya Jasa Perantara, didapatkan dari hasil pelayanan intermediasi antara dua atau lebih pihak. Aliran pendapatan ini umumnya diperoleh dari perusahaan maupun perorangan yang menerapkan model bisnis agen.
7.
Iklan, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk periklanan produk, jasa ataupun brand.
8.
Donasi, didapatkan dari penerimaan sejumlah uang ataupun produk berwujud yang dapat dinilai dengan satuan uang dari individu atau organisasi.
2.4.6.Key Resources Key resources adalah sesuatu yang perusahaan butuhkan untuk menjalankan proses bisnis utama. Tanpa adanya key resources, maka bisnis yang
61
telah direncanakan tidak akan berjalan. Key resources dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1.
Physical, termasuk aset-aset fisik seperti gedung, kendaraan, dan mesin.
2.
Intellectual, berupa hak paten dan hak cipta.
3.
Human, setiap bisnis membutuhkan sumber daya manusia yang turut membangun perusahaan.
4.
Financial, berupa asset keuangan sebagai sumber modal.
5.
Technology, pada perusahaan high-tech teknologi menjadi sumber daya yang sangat menentukan.
6.
Channel, perusahaan consumer good saluran distribusi untuk produk perusahaan menjadi sangat penting.
2.4.7.Key Activities Key activities adalah kegiatan-kegiatan yang dapat kita lakukan untuk meghasilkan value proposition sehingga menghasilkan revenue stream. Setiap model bisnis memiliki aktivitas-aktivitas utama. Hal ini adalah aksi yang paling penting supaya perusahaan dapat mengoperasikan perusahaannya dengan sukses. Key activities dapat dikategorikan sebagai berikut: 1.
Production,
aktivitas
terkait
perancangan,
pembuatan
penyampaian produk. 2.
Problem Solving, aktivitas terkait solusi untuk masalah yang ada.
dan
62
3.
Platform, aktivitas terkait jaringan dalam perancangan, pembangunan, dan pengembangan hardware dan software, termasuk jaringan internet dan website
2.4.8.Key Partners Dalam berbisnis tentunya tidak sendirian dan harus menentukan dengan siapa mitra bisnis dan dengan cara apa. Perusahaan menjalin kerjasama untuk beberapa alasan dan jalinan kerjasama menjadi landasan dari beberapa model bisnis. Kita dapat membedakan tipe-tipe yang berbeda dari partnership: 1.
Aliansi strategis antara perusahaan bukan pesaing.
2.
Coopetition: kemitraan strategis antar pesaing.
3.
Usaha patungan untuk membuat bisnis baru.
4.
Hubungan pembeli-pemasok sehingga dapat menjamin pasokan yang didapatkan adalah pasokan yang baik.
Hal
ini
dapat
bermanfaat
untuk
membedakan
ketiga
motivasi
untuk menjalin kemitraan, berikut merupakan key activities yang dapat dilakukan: 1.
Optimis dan Skala Ekonomi, hubungan dengan mitra dirancang untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya dan kegiatan.
2.
Pengurangan Risiko dan Ketidakpastian, hubungan dengan mitra dirancang untuk mengurangi risiko dalam bisnis.
3.
Akuisisi
Sumberdaya
dan
Kegiatan
Tertentu,
perusahaan lain untuk melengkapi sumber daya.
mengandalkan
63
2.4.9.Cost Structures
Cost Structures menurut Osterwalder, Alexander, dan Pigneur (2010) merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan dalam menjalankan bisnis. Beberapa komponen biaya dapat dihitung setelah perusahaan mengetahui key resources, key activities, dan key partnership. Ada beberapa macam model bisnis cost structure yaitu berdasarkan biaya dan nilai tambah, yaitu: 1.
Cost Driven, berfokus pada cost dan meminimalkan biaya yang ada.
2.
Value Driven, berfokus pada value untuk memaksimalkan nilai yang diberikan meskipun dengan biaya yang lebih tinggi.
Cost Structure memiliki beberapa karakteristik, antara lain: 1.
Fixed Cost, biaya tetap yang tidak dipengaruhi volume produksi.
2.
Variable Cost, biaya yang disesuaikan dengan kondisi tertentu. Menurut Hermanto (1989), biaya variabl adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi.
3.
Economic of Scale, turunnya biaya rata-rata per unit saat produksi meningkat.
4.
Economic of Scope, penurunan biaya akibat perluasan area operasi.
2.5. Three Design Dimensions Aspek penting dari sebuah desain produk adalah dimensi produk yang dapat dirasakan pengguna dan dapat memenuhi kebutuhan tertentu. Tampilan visual dari suatu produk dapat mempengaruhi evaluasi produk dan pilihan konsumen. Namun setiap produk dapat memiliki berbagai dimensi yang dapat diklasifikasikan secara skematik.
64
2.5.1. Dimensi Estetika Menurut Lobach (2001), dimensi estetika dapat didefinisikan sebagai aspek psikologis sensorik selama pengunaan. Selain itu konsep ini menegaskan bahwa dimensi estetika meliputi hubungan antara produk dan pengguna mengenai persepsi sensorik karakteristik formal, tanpa harus mengamati maknanya (Burdek, 2006). Schmitt (1999), salah satu akademisi psikolog Jerman yang mempelajari peran estetika memiliki disiplin pemasaran, dia menyatakan bahwa estetika bergerak dalam beberapa bidang utama; berhubungan dengan produk dan bentuk desain grafis, mengacu pada produk kemasan dan warna, simbolisme, serta aspek ruang dalam desain tata ruang. Selain itu, penggunaan desain estetika dapat dilihat sebagai upaya untuk memberikan manfaat tambahan kepada pelanggan dan dengan demikian meningkatkan kesediaan mereka untuk membayar lebih (Brandenburger & Stuart, 1996). Heufler (2004) mengatakan dimensi estetika sebuah produk dapat dianalisis sesuai dengan unsur-unsur sebagai berikut: 1.
Bentuk Ukuran produk (besar atau kecil), arah (horizontal, vertical, atau diagonal), garis lurus atau melengkung, dan proposi.
2.
Bahan Kesan sensorik yang ditimbulkan dari penggunaan bahan tertentu (misalnya: kayu-hangat, logam-dingin).
3.
Permukaan
65
Kesan yang timbul dari jenis finishing, yang dapat dilihat (misalnya: mengkilap, halus, keriput, dan kasar). 4.
Warna Efek penggunaan warna pada produk (misalnya: kegembiraan, ketegangan, kebosanan, dan ketenangan).
2.5.2.Dimensi Fungsional Burdek (2006) menegaskan bahwa dimensi fungsional melibatkan fungsi teknis yang berhubungan dengan penanganan dan manipulasi produk, yang menunjukkan bagaimana harus dimanfaatkan. Dengan demikian, pengguna harus terlibat dalam pengembangannya oleh mengontekstualisasikan fungsi dan berbagi pengalaman mereka. Mempelajari perilaku konsumen adalah langkah yang sangat penting dalam memahami bagaimana orang akan bereaksi terhadap desain dan fungsi dari produk (Crozier, 2014). Sistem klasifikasi yang ditetapkan oleh Facca (2008) menyatakan bahwa dimensi fungsional dapat terbagi menjadi: 1.
Fungsi informasi Visual indentifikasi produk seperti nama, merek, logo, intruksi, ikon, dam simbol.
2.
Fungsi ergonomis Aspek penting untuk produk antarmuka pengguna, yang terkait dengan metode produk penggunaan dan pengoperasian, yang dapat dianalisis dengan cara:
66
a.
Kegunaan: kemudahan dan kenyamanan penggunaan mengenai aksesibilitas, efek estetika, kelayakan, pencegahan dan koreksi kesalahan, saran, konsistensi, penanggulangan, fleksibilitas, pemetaan, kedekatan, kompatibilitas produk.
b.
Penanganan: melibatkan
terjadi studi
antara
tentang
pengguna kekuatan,
dan
produk,
presisi,
yang
karakteristik
penanganan, permukaan akhir, tindakan yang terlibat. c.
Kenyamanan: kondisi kenyamanan, kesejahteraan dan keamanan yang dirasakan oleh pengguna pada fisik, fisiologis dan tingkat psikologis.
d.
Universalitas:
karakteristik
produk
yang
memungkinkan
digunakan oleh kebanyakan orang, dengan prinsip-prinsip penggunaan merata, fleksibilitas, penggunaan sederhana dan intuitif, informasi terlihat, toleransi kesalahan, dan pengurangan pengeluaran energi. e.
Adaptasi antropometri: hubungan dimensi produk pengguna, yang disesuailkan dengan mendefinisikan persyaratan proyek, dimensi penting, serta target audiens.
2.5.3.Dimensi Simbolik Dimensi simbolik produk ditentukan oleh semua aspek spiritual, psikologis dan sosial dari penggunaannya. Bloch (1995) berpendapat bahwa makna simbolik produk penting untuk persepsi citra merek. Asosiasi ekspresif dan simbolik memfasilitasi hubungan emosional antara konsumen dan merek
67
(Fiore, 2010). Makna simbolik dapat diartikan hanya dengan konteks sosial budaya, dan akhirnya bertindak sebagai latar belakang dalam formasi yang mewakili konteks yang berbeda dari produk. Simbolisme diri ekspresif digunakan desainer untuk memaksakan nilai-nilai individu dan unik kepada konsumen (Snyder dan Fromkin, 1980). Arti simbolis dapat digabungkan ke produk atau merek atas berdasarkan iklan (McCracken, 1986), negara asal, atau jenis orang yang menggunakannya (Sirgy, 1982). Namun produk itu sendiri juga dapat mengkomunikasikan nilai simbolik dengan secara langsung, yaitu dengan penampilan. Efek simbolik terbagi menjadi tiga tingkatan (Heufler, 2004) yaitu: 1.
Budaya (relevansi) Pengaruh aspek-aspek budaya seperi konotasi budaya warna, bentuk, fungsi, kebutuhan, dan penandaan.
2.
Sosial (status) Pengaruh dari simulasi status yang ideal, seperti kebutuhan untuk diterima dalam kelompok social dan rasa aman. (status simbolis dan imitasi).
3.
Pribadi (emosional) Perkumpulan individu berdasarkan pengalaman pribadi dan kebiasaan, dengan indentifikasi produk dan personalisasi.
2.6. Teori Warna Teori warna adalah suatu ilmu mengenai warna itu sendiri, yang mempelajari bagaimana warna mempengaruhi orang baik personal, perorangan, maupun