perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Learning Cycle Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget perkembangan kognitif adalah suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Makin bertambah umur seseorang, makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat
pula
kemampuannya.
Perolehan
kecakapan
intelektual
akan
berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan. Untuk memperoleh keseimbangan seseorang harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi siswa mengintegrasikan pengetahuan baru dari luar ke dalam suatu struktur kognitif yang telah ada dalam dirinya. Sedangkan melalui akomodasi siswa memodifikasi struktur kognitif yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang baru. Adaptasi akan terjadi jika telah terdapat keseimbangan di dalam struktur kognitifnya (Budiningsih, 2012: 97) Karplus dan Their mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget, dalam hal ini peserta belajar diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengekplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan dan memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Unsur-unsur teori belajar Piaget mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam siklus belajar. Hubungan teori to user belajar Piaget dan Learning Cyclecommit dapat digambarkan pada diagram berikut.
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Gambar 2.1 Hubungan antara Learning Cycle dan Fungsi Perkembangan Intelektual Piaget (Purnama, 2011: 10) Learning Cycle pada awalnya dikenalkan oleh Karplus dan Their pada tahun 1967 yang kemudian secara formal digunakan di program sains sekolah dasar yaitu Science Curriculum Improvement Study (SCIS). Model pembelajaran ini diajukan sebagai guidal discovery dan digunakan dalam program sains sekolah dasar SCIS. Model Learning Cycle merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada paham konstruktivisme dalam belajar, dengan asumsi dasar bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh peserta belajar lewat keterlibatan proses kegiatan belajar mengajar (Bodner, 1986: 19). Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa (student centered). Pada awalnya model Learning Cycle terdiri dari 3 tahap yakni: fase exploration, fase invention, dan fase discovery. Istilah-istilah tersebut kemudian dimodifikasi menjadi exploration, concept introduction, dan concept application (Nohuglo, 2006: 1). Tahap exploration memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui aksi dan reaksinya dalam suatu situasi baru. Kegiatan utamanya adalah melakukan eksperimen dengan bimbingan guru yang seminimal mungkin. Gejalagejala yang diobservasi dalam tahapan concept introduction diharapkan commit to user memunculkan pertanyaan-pertanyaan bagi siswa yang belum dapat dipecahkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
dengan menggunakan prior knowladge atau prakonsepsi mereka. Pada tahapan concept introduction, para siswa didorong untuk mendiskusikan temuan-temuan dalam tahapan exploration. Melalui tahapan ini, para siswa diharapkan membangun struktur mental baru sebagai modifikasi terhadap prakonsepsinya. Pada tahapan concept application para siswa diberi kesempatan untuk menerapkan konsepsi barunya dalam situasi yang baru. Tahapan aplikasi merupakan wahana untuk memperkaya dan memperkuat struktur kognitifnya (Rodger W Bybee, 2006). Perkembangan model Learning Cycle dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perkembangan Model Pembelajaran Learning Cycle Learning Cycle 3E
Model Learning Cycle Learning Cycle Learning Cycle 5E 3E
Eksploration (Peserta didik bersama kelompok melakukan eksperimen)
Elicit (Menggali pengetahuan awal peserta didik) Engagement (Memotivasi peserta didik) Eksploration (Peserta didik bersama kelompok melakukan eksperimen)
Eksplanation (Diskusi)
Eksplanation (Diskusi)
Elaboration (Mengklarifikasi gagasan peserta didik dan permasalahan awal yang berkaitan dengan kehidupan nyata)
Elaboration (Mengklarifikasi gagasan peserta didik)
Evaluation (Evaluasi terhadap pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya)
Evaluation (Evaluasi terhadap pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya) Extend (Mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan kehidupan nyata)
Engagement (Menggali pengetahuan awal dan memotivasi peserta didik)
Eksploration (Menjelajahi) Invention (Proses penemuan) Discovery (Pembahasan hasil penemuan)
Eksploration (Menjelajahi) Concept Introduction (Pengenalan konsep) Concept Application (Mengaplikasi konsep)
Learning Cycle7E
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Tabel 2.1 Memperlihatkan perkembangan model Learning Cycle dari model Learning Cycle 3E sampai model Learning Cycle 7E. Pada proses perkembangan
selanjutnya,
tiga
tahapan
siklus
tersebut
mengalami
perkembangan. “BSCS (Biological Sciences Curriculum Study) menambahkan tahap engagement di awal fase dan tahap evaluation pada akhir fase” (Rodger W Bybee, 2006), sehingga tiga tahapan Learning Cycle tersebut berkembang menjadi lima tahapan Learning Cycle yang terdiri dari: (a) pembangkitan minat (engagement), (b) eksplorasi (exploration), (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi (elaboration/extention), (e) evaluasi (evaluation). Kelima tahapan tersebut disebut dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Penelitian tentang bagaimana siswa belajar, penelitian tentang rencana belajar dan kurikulum pembelajaran menuntut bahwa model Learning Cycle 5E diperluas menjadi model Learning Cycle 7E. Sehingga kelima tahapan dikembangkan lagi menjadi tujuh tahapan yang disebut dengan model Learning Cycle 7E. Usulan model Learning Cycle 7E menekankan transfer learning dan pentingnya pengetahuan awal pada proses pemahaman (eliciting prior understanding) (Eisenkraft, 2003). Model Learning Cycle 7E dikembangkan untuk memastikan bahwa guru tidak mengabaikan fase penting dalam pembelajaran yang menggunakan model Learning Cycle 5E. Tahap enggagement dan elicit pada model Learning Cycle 7E, menjadi satu dalam tahap engagement pada model Learning Cycle 5E yang menitik beratkan pembelajaran untuk menggali pengetahuan awal dan membangkitkan motivasi peserta didik. Selain itu, tahap elaboration, evaluation, dan extend pada model Learning Cycle 7E, direpresentasi ke dalam tahap elaboration dan evaluation pada model Learning Cycle 5E yang menitik beratkan pembelajaran untuk mengklarifikasi gagasan peserta didik dan permasalahan awal yang berkaitan dengan kehidupan nyata serta evaluasi terhadap pegetahuan yang telah didapatkan peserta didik sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan, model Learning Cycle 5E dan Learning Cycle 7E memiliki tujuan yang sama sebagai model pembelajaran berbasis paham konstruktivisme. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
a. Learning Cycle 5E Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tahap dalam Learning Cycle 5E yang dikembangkan oleh Rodger W. Bybee (2006), dalam Qarareh (2012: 124-125). 1) Engagement Engagement stage is designed to help students understand the learning task and make connections between learning experiences. It should stimulate interest and prompt students to identify their own questions about the topic. Students explore the questions raised after they gain more understanding of the topic and the tools needed to investigate the ideas. Activities in this stage include posing a question, defining problem, or demonstrating a discrepant event, then using small group discussions to stimulate and share ideas. To connect science to students’ lives, we frequently use historical events, such as natural disasters, to stimulate curiosity and motivate learning. Instructors help students connect previous knowledge to the new concepts introduced in the unit. Fase pembangkitan minat (engagement) merupakan fase awal dari siklus belajar 5 fase. Pada fase pembangkitan minat, guru berusaha untuk membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosty) peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Pembangkitan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan faktual yang menghubungkan antara materi yang ingin diajarkan dengan fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari, selain itu guru dapat memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari, membaca, demonstrasi atau aktivitas lain untuk membuka pengetahuan dan rasa ingin tahu peserta didik. Fase engagement juga digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik mengenai konsep yang akan dipelajari. Fase engagement merupakan fase yang mengaitkan antara pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik dengan pengetahuan yang akan dipelajari. Guru pada fase engagement bertugas untuk menggugah minat dan keingintahuan peserta didik terhadap topik yang akan dipelajari dengan cara membuat pertanyaan yang berhubungan dengan pokok bahasan. 2) Exploration In the Exploration stage students have the opportunity to get directly commit to user guided exploration of scientific, involved with the key concepts through
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
geographic, economic, and other data sets. They begin identifying patterns in the data and connecting them to Earth processes. This further arouses student curiosity and new questions develop. Frequently, students diverge from the slated activity to explore their own questions, continually building on their knowledge base. Through this process of questioning and exploration, students begin to formulate their understanding of the basic concepts. In this stage, instructors observe and listen to students as they interact with each other and the data sets. Probing questions help students clarify their understanding of major concepts and redirect their investigations when necessary. It is critical to allow adequate time at this point for students to thoroughly investigate the guiding questions in the module, as well as the questions they have generated themselves. Fase eksplorasi memungkinkan peserta didik bekerja dalam kelompok secara mandiri tanpa ada pembelajaran langsung dari guru. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Fase eksplorasi adalah fase dimana peserta didik memperoleh pengetahuan dan pengalaman langsung. Fase eksplorasi dilakukan dengan mengobservasi, bertanya dan menyelidiki konsep. Pada fase eksplorasi peserta didik diberi kesempatan untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui kegiatan misalnya praktikum dan telaan literatur. Fase eksplorasi merupakan fase yang memberi kesempatan peserta didik untuk memanfaatkan panca indera yang dimilikinya untuk berinteraksi dengan lingkungan. Peserta didik diberikan kesempatan oleh guru untuk bekerjasama secara kelompok tanpa instruksi langsung dari guru. 3) Explanation In this stage, students are introduced more formally to the lesson’s science concepts. Through readings and discussions, students gain understanding of the major concepts and can verify answers to questions or problems posed earlier. In addition, more abstract concepts not easily explored in earlier activities are intro- duced and explained. As students formulate new ideas to interpret observations made in the Explore stage, appropriate vocabulary can be introduced. If students have unresolved questions, they may continue to look for solutions in the elaborate stage. Fase penjelasan menuntut guru untuk mendorong peserta didik menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri tentang konsep dan definisi awal yang didapat dari fase eksplorasi, selanjutnya commit to user guru menjelaskan konsep dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
definisi yang lebih formal untuk menghindari perbedaan konsep. Fase penjelasan merupakan fase pengenalan istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep baru yang dipelajari oleh peserta didik. Penjelasan peserta didik kemudian dikembangkan menjadi diskusi yang akan mengarah ke penemuan konsep yang dibangun oleh peserta didik sendiri. 4) Elaboration/ Extend In the Elaborate stage, students expand on what they have learned and apply their new found knowledge to a different situation. They test ideas more thoroughly and explore additional relationships. Providing closure to the lesson and verifying student understanding is critical at this point. Fase elaborasi merupakan fase keempat yang menuntut peserta didik menerapkan konsep dan keterampilan yang sudah dimiliki pada situasi baru yang berbeda. Setelah dapat menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dimilikinya diharapkan peserta didik telah melaksanakan pembelajaran yang bermakna. 5) Evaluation The learning cycle provides opportunities for the instructor to continually observe students’ learning and to monitor their progress using questioning techniques and discussions. More formal evaluation can be conducted at this stage. The assessment should be aligned with the styles and content of the learning experience. We have provided traditional assessments in the form of quizzes and ideas for alternative assessments such as using concept maps or having students create summary projects and reports. The multiple choice quizzes were designed and used primarily for assessing changes in student understanding as part of the evaluation of the materials. Evaluasi merupakan fase terakhir dari Learning Cycle 5E. Pada fase evaluasi guru dapat mengamati pengetahuan dan atau pemahaman peserta didik dalam menerapkan konsep baru. Hasil evaluasi dapat digunakan guru untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Gambar 2.2 Bagan Sintaks Learning Cycle 5E (Lorbach, 2008) According to the Five E’ s Learning Cycle Model – one of the strategies of the constructivist theory – knowledge is built by the learner, where the study subject is presented as a problem to be solved by the student using his/her previous experience. The following are the steps of designing a Five E’s Learning Cycle model: 1) Selecting the concept the students will learn and creating it carefully. 2) Creating the objectives of the concept or the problem. 3) Creating the educational activities used by the students to collect the necessary data in order to find out the concept. 4) Giving the students written instructions to help them collect the necessary data in order to find out the concept. 5) Selecting the educational activities to be used in the application stage. 6) Preparing concept evaluation tools that include the data collected by the students and the questions given to them at the end of the learning cycle or during its various stages, O. Qarareh (2012: 125). Learning Cycle 5E adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivis: pengetahuan dibangun oleh peserta didik, dimana subjek studi disajikan sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan oleh peserta didik menggunakan pengalamannya yang sebelumnya. Berikut adalah langkah-langkah merancang model pembelajaran Learning Cycle 5E : 1) memilih konsep yang akan diajarkan kepada peserta didik 2) merumuskan masalah 3) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui konsep dan memecahkan masalah 4) memberikan petunjuk peserta didik untuk membantu mereka mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengetahui konsep 5) memilih kegiatan yang digunakan dalam tahap aplikasi 6) mempersiapkan alat evaluasi. Penerapan model Learning Cycle 5-E dilihat dari segi guru memberikan keuntungan yaitu memperluas dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi peserta didik, penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5-E memberikan keuntungan diantaranya: 1) meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, 2) lebih berpeluang untuk menyampaikan gagasan dan pendapat, 3) pembelajaran menjadi lebih bermakna. Adapun kekurangan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5-E yang selalu diantisipasi adalah sebagai berikut : 1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, 2) menuntut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, 3) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, 4) emerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran.
to user Tabel 2.2 Kegiatan Gurucommit dan Peserta Didik dalam Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Learning Cycle 5E Fase 5E Engage
Explore
Explain
Kegiatan/ Aktivitas Guru Peserta didik 1) Membangkitkan minat dan 1) Mengembangkan minat dan keingintahuan peserta didik rasa ingin tahu terhadap 2) Mengajukan pertanyaan materi yang akan diajarkan mengenai permasalahan 2) Memberikan respon terhadap yang berhubungan dengan pertanyaan guru materi yang akan diajarkan 3) Berusaha mengingat 3) Mengaitkan topik dengan pengalaman sehari-hari dan pengalaman peserta didik. menghubungkan dengan topik Mendorong peserta didik pembelajaran yang akan mengingat pengalaman dibahas sehari-harinya dan mengaitkan dengan pembelajaran 1) Membentuk kelompok, 1) Membentuk kelompok dan memberi kesempatan untuk berusaha bekerja sama dalam bekerja sama dalam kelompok kelompok secara mandiri 2) Membuktikan hipotesis yang 2) Guru berperan sebagai sudah dibuat pada fase fasilitator sebelumnya, mencoba alternatif pemecahannya dengan pengamatan, mengumpulkan data, diskusi kelompok dan membuat kesimpulan 1) Mendorong peserta didik 1) Mencoba memberi penjelasan untuk menjelaskan konsep terhadap konsep yang dengan kalimat mereka ditemukan sendiri 2) Menggunakan data hasil 2) Meminta bukti dan pengamatan dalam member klarifikasi dari penjelasan penjelasan peserta didik 3) Melakukan pembuktian 3) Mendengar secara kritis terhadap konsep yang penjelasan peserta didik diajukan 4) Memandu diskusi 4) Melakukan diskusi 5) Memberi definisi dan 5) Mendengar dan memahami penjelasan tentang konsep penjelasan guru yang dibahas dengan menggunakan penjelasan peserta didik
Lanjutan …… Fase 5E
commit to user Kegiatan/ Aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Guru Elaborate 1) Mengingatkan peserta didik pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data saat mereka mengeksplorasi situasi baru 2) Mendorong dan memfasilitasi peserta didik untuk menerapkan konsep dalam situasi baru Evaluate 1) Mengamati pengetahuan atau pemahaman peserta didik 2) Mendorong peserta didik melakukan evaluasi diri 3) Mendorong peserta didik memahami kekurangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran
Peserta didik 1) Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label atau definisi formal 2) Memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan percobaan dan pengamatan 1) Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban dari bukti dan penjelasan yang telah diperoleh sebelumnya 2) Mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya 3) Melihat dan menganalisis kekurangan dan kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran (Sumber : Wena 2009: 173-175)
b. Learning Cycle 7E Model pembelajarn Learning Cycle 7E (Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate and Extend) merupakan pengembangan dari model pembelajaran Learning Cycle 5E (Engage, Explore, Explain, Elaborate, and Evaluate) oleh Eisenkraft (2003). Perubahan yang terjadi pada tahapan siklus belajar 5E menjadi 7E terjadi pada fase Engage menjadi 2 fase yaitu Elicit dan Engage, sedangkan pada fase Elaborate dan Evaluate menjadi 3 fase yaitu menjadi Elaborate, Evaluate dan Extend. Menurut Eisenkraft (2003: 58-59) tahapan-tahapan model Learning Cycle 7E dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Elicit Pada fase ini, guru berusaha menimbulkan atau mendatangkan pengetahuan awal peserta didik. Pada fase ini guru dapat mengetahui commit user didik terhadap pelajaran yang sampai dimana pengetahuan awaltopeserta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
akan
dipelajari
dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
yang
merangsang pengetahuan awal peserta didik agar timbul respon dari pemikiran peserta didik serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh yang mudah diketahui peserta didik seperti kejadian dalam kehidupan sehari-hari. 2) Engage Fase digunakan untuk memfokuskan perhatian peserta didik, merangsang kemampuan berpikir serta membangkitkan minat dan motivasi peserta didik terhadap konsep yang akan diajarkan. Fase ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, membaca atau aktivitas lain yang digunakan
untuk
membuka
pengetahuan
peserta
didik
dan
mengembangkan rasa keingintahuan peserta didik. 3) Explore Pada fase ini peserta didik memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan untuk bekerja dalam kelompokkelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru. Pada fase ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengamati data, merekam data, mengisolasi variabel, merancang dan merencanakan eksperimen, membuat grafik, menafsirkan hasil, mengembangkan hipotesis serta mengatur teman mereka. Guru merangkai pertanyaan, memberi masukan dan menilai pemahaman. 4) Explain Pada fase ini peserta didik diperkenalkan pada konsep, hukum dan teori baru. Peserta didik menyimpulkan dan mengemukakan hasil dari temannya pada fase explore. Guru mengenalkan peserta didik pada kosa kata ilmiah dan memberikan pertanyaan untuk merangsang peserta didik agar menggunakan istilah ilmiah untuk menjelaskan hasil eksplorasi.
5) Elaborate
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Fase yang bertujuan untuk membawa peserta didik menerapkan symbol, definisi, konsep, dan keterampilan pada permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari. 6) Evaluate Fase evaluasi model pembelajaran Learning Cycle 7E terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif tidak boleh dibatasi pada siklus-siklus tertentu saja, sebaiknya guru selalu menilai semua kegiatan peserta didik. 7) Extend Pada tahap ini bertujuan untuk berfikir mencari menemukan dan menjelaskan konsep contoh terapan konsep yang telah dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang peserta didik untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajarai dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari. Ketujuh tahapan tersebut adalah hal-hal yang harus dilakukan guru dan peserta didik untuk menerapkan model Learning Cycle 7E pada pembelajaran di kelas. Guru dan peserta didik mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan tahapan dari siklus belajar. Arah pembelajaran serta aktivitas guru dan peserta didik dalam setiap tahap model Learning Cycle 7E dapat dijabarkan dalam Tabel 2.3.
to user Tabel 2.3 Kegiatan Gurucommit dan Peserta Didik dalam Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Learning Cycle 7E Fase 7E
Kegiatan/ Aktivitas
Guru Peserta didik 1) Memfokuskan peserta didik 1) Memfokuskan diri terhadap Elicit terhadap meteri yang akan apa yang disampaikan oleh dipelajari guru 2) Mengajukan pertanyaan kepada 2) Mengingat kembali materi peserta didik dengan pertanyaan yang telah dipelajari seperti”Apa yang kamu 3) Mengajukan pendapat pikirkan?” atau “Apa yang kamu jawaban berdasarkan ketahui?” yang sesuai dengan pengetahuan sebelumnya atau permasalahan pengalamannya dalam 3) Menampung semua jawaban kehidupan sehari-hari peserta didik 1) Menyajikan demonstrasi atau 1) Memperhatikan guru ketika Engage bercerita tentang fenomena alam sedang menjelaskan atau yang sering terjadi dalam mendemonstrasikan sebuah kehidupan sehari-hari fenomena 2) Memberikan pertanyaan untuk 2) Mencari dan berbagi informasi merangsang motivasi dan yang mendukung konsep yang keingintahuan peserta didik dijelaskan guru 1) Membimbing peserta didik 1) Melakukan presentasi dengan Explore dalam menyiapkan laporan (data cara menjelaskan data yang dan kesimpulan) eksperimen diperoleh dari hasil 2) Menganjurkan peserta didik eksperimen untuk menjelaskan laporan 2) Mendengarkan penjelasan eksperimen dengan kata-kata kelompok lain mereka sendiri 3) Mengajukan pertanyaan 3) Memfasilitasi peserta didik untuk terhadap penjelasan kelompok melakukan presentasi laporan 4) Mendengarkan dan memahami eksperimen penjelasan/ klarifikasi yang 4) Mengarahkan peserta didik pada disampaikan oleh guru (jika data dan petunjuk telah diperoleh ada) dari pengalaman sebelumnya 5) Menyimpulkan hasil atau dari hasil eksperimen untuk eksperimen berdasarkan data mendapatkan kesimpulan yang telah didapat dari 5) Memberikan pertanyaan arahan penjelasan guru kepada peserta didik mengenai 6) Diskusi dalam kelompok eksperimen yang dilakukan untuk menjawab permasalahan ketika diperlukan 7) Membuat kesimpulan awal 6) Memberikan waktu yang cukup berdasarkan data yang kepada peserta didik untuk diperoleh dari hasil menyelesaikan eksperimen eksperimen Lanjutan …… commit to user Fase 7E Kegiatan/ Aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Guru 1) Membandingkan peserta Explain didik dalam menyiapkan laporan(data dan kesimpulan) eksperimen 2) Mengajurkan peserta didik untuk menjelaskan laporan eksperimen dengan kata-kata mereka sendiri 3) Memfasilitasi peserta didik untuk melakukan presentasi laporan ekperimen 4) Mengarahkan peserta didik pada data dan petunjuk yang telah diperoleh dari pengalaman sebelumnya atau dari hasil eksperimen untuk mendapatkan kesimpulan Elaborate 1) Mengajak peserta didik untuk menggunakan istilah umum 2) Memberikan soal atau permasalahan dan mengarahkan peserta didik untuk menyelesaikan 3) Menganjurkan peserta didik untuk menggunakan konsep yang telah mereka dapatkan 1) Memperlihatkan hubungan Extend antara konsep yang dipelajari dengan konsep yang lain 2) Memberikan pertanyaan untuk membantu peserta didik melihat hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep yang lain 3) Mengajukan pertanyaan tambahan yang sesuai dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sebagai aplikasi konsep dari materi yang dipelajari
Lanjutan …… Fase 7E
Peserta didik 1) Melakukan presentasi dengan cara menjelaskan data yang diperoleh dari hasil eksperimen 2) Mendengarkan penjelasan kelompok lain 3) Mengajukan pertanyaan terhadap penjelasan kelompok lain 4) Mendengarkan dan memahami penjelasan/ klarifikasi yang disampaikan oleh guru (jika ada) 5) Menyimpulkan hasil eksperimen berdasarkan data yang telah didapat dari penelasan guru
1) Menggunakan istilah umum untuk pengetahuan baru 2) Menggunakan informasi sebelumnya yang didapat untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan 3) Menerapkan pengetahuan yang baru untuk menyelesaikan soalsoal 1) Melihat hubungan konsep yang dipelajari dengan konsep lain 2) Membuat hubungan antara konsep yang telah dipelajari dengan kehidupan sehari-hari sebagai gambaran aplikasi konsep yang nyata 3) Menggunakan pengetahuan dari hasil eksperimen untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, terkait dengan konsep yang telah dipelajari 4) Berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
commit to user Kegiatan/ Aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Evaluate
Guru Peserta didik 1) Memberikan penguatan 1) Mengerjakan kuis terhadap konsep yang telah 2) Menjawab pertanyaan lisan yang dipelajari diajukan oleh guru (baik berupa 2) Melakukan penilaian kinerja pendapat maupun fakta) melalui observasi 3) Mempunyai kemampuan dan pembelajaran keterampilan untuk menjelaskan 3) Memberikan kuis konsep yang dipelajari (Sumber : Lorsbach, 2006: Einskraft, 2009 dalam Sutrisno, 2012: 15)
Penerapan model Learning Cycle 7-E memberi keuntungan sebagai berikut : 1) merangsang peserta didik untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya, 2) melatih peserta didik belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen, 3) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari, 4) guru dan peserta didik menjalankan fase-fase pembelajaran yang saling mengisi satu sama lainnya. Sementara itu, kelemahan model Learning Cycle 7-E berdasarkan jurnal (Einskraft: 2003) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan Learning Cycle yang tidak efektif dapat menimbulkan tidak sistematisnya pengetahuan yang dibangun pada peserta didik terutama untuk peserta didik yang belum terbiasa dalam melaksanakan kegiatan Learning Cycle. Ketidaksistematisan ini menimbulkan tidak efektifnya dalam penyampaian pengetahuan kepada peserta didik yang akhirnya berdampak kurang pahamnya peserta didik terhadap konsep yang telah diajarkan. Selain itu, diperlukan waktu yang relatif lama dalam menarapkan model Learning Cycle 7-E karena fase elicit sangat ditekankan dalam model ini. Jika perencanaan waktu tidak sesuai maka tahap selanjutnya akan terlaksana dalam waktu yang singkat. 2. Model Pembelajaran Ekspositori Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Sanjaya, 2006: 179). Roy Killen dalamto Suyadi commit user (2013: 145) menyebut model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
pembelajaran
ekspositori
dengan
istilah
pembelajaran
langsung
(direct
instruction). Fokus utama model ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) peserta didik. Model pembelajaran ekspositori merupakan aplikasi dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach), sebab dalam model ini guru mememgang peran yang sangat dominan. Melalui model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai peserta didik dengan baik. Walaupun demikian, kegiatan peserta didik tidak hanya mendengarkan, melainkan juga membuat catatan dan mengerjakan soal-soal latihan. Langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran ekspositori menurut Sanjaya (2006: 185-190), yaitu : 1)
2)
3)
4)
Persiapan (preparation) Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam model pembelajaran ekspositori langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam tahap persiapan adalah : mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang yang pasif, membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa serta menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka. Penyajian (presentation) Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini. Menghubungkan (correlation) Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan tiada lain untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa. Menyimpulkan (generalization) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
5)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian. Penerapan (application) Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa.
Keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran ekspositori menurut Suyadi (2013: 158-159). Keunggulan strategi pembelajaran ekspositori : 1) Strategi pembelajaran ekspositori memudahkan guru atau pendidik untuk mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, sehingga dapat diketahui sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. 2) Strategi pembelajaran ekspositori sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai peserta didik cukup luas, sementara waktu yang dimiliki untuk belajar sangat terbatas. 3) Strategi pembelajaran ekspositori memudahkan peserta didik untuk menyimak pemaparan guru tentang materi pelajaran dan mengaplikasikan atau mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 4) Strategi pembelajaran ekspositori bisa berjalan efektif dan efisien walaupun dalam kelas besar dengan jumlah peserta didik yang banyak. Kelemahan strategi pembelajaran ekspositori : 1) Keunggulan strategi pembelajaran ekspositori hanya akan berjalan optimal terhadap peserta didik yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk peserta didik yang tidak memiliki kemampuan ini perlu pengembangan strategi yang lebih variatif. 2) Keunggulan strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat melayani perbedaan karakteristik peserta didik yang beragam, baik dalam hal kemampuan intelektual, bakat, minat, maupun gaya belajar. 3) Keunggulan strategi pembelajaran ekspositori hanya akan berhasil jika guru memiliki kemampuan komunikasi yang memadai layaknya orator atau juru bicara yang mampu mengomunikasikan pelajaran dengan penuh semangat dan berapi-apai, sehingga “menyihir” perhatian peserta didik. 4) Keunggulan strategi pembelajaran ekspositori lebih bersifat komunikasi satu arah, sehingga mengurangi kesempatan peserta didik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
untuk berinteraksi multi arah (guru-peserta didik; peserta didikpeserta didik). 3. Hasil Belajar Menurut Sudjana (2005: 22) bahwa ”Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya”. Sedangkan hasil belajar geografi sendiri dapat diartikan sebagai kemampuankemampuan dalam bidang geografi yang dimiliki peserta didik setelah mempelajari geografi. Sebagaimana dikemukakan oleh UNESCO ada empat pilar hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh pendidikan, yaitu : learning to know, learning to be, learning to life together dan learning to do. Untuk mengetahui hasil belajar seseorang peserta didik perlu diadakan kegiatan penilaian terhadap suatu bidang pelajaran dengan menggunakan evaluasi atau tes. Tes tersebut dapat berbentuk tes tertulis, tes lisan maupun dalam bentuk yang lain, agar diperoleh hasil tes yang berbentuk nilai. Dari penilaian tersebut dapat dilihat sejauh mana keterlibatan peserta didik apakah dikategorikan mempunyai hasil belajar yang tinggi, sedang atau kurang. Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional pengklasifikasian hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir dan pemecahan masalah. Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berpikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut peserta didik untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari. Untuk ranah kognitif Anderson dalam Suparman (2012: 140) membagi kedalam enam tingkatan terdiri dari : 1) Mengingat (C1) 2) Mengerti (C2) 3) Menerapkan (C3) 4) Menganalisis (C4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
5) Mengevaluasi (C5) 6) Menciptakan (C6) Sehingga dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang berawal dari tingkat “mengingat” sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu “mencipta”. Kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan (mengingat), memahami dan menerapkan hanya membutuhkan proses berfikir tingkat rendah (lower level of thingking process), sedangkan menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan membutuhkan proses berfikir tingkat tinggi (higher level of thingking process). Dalam proses belajar mengajar, aspek kognitif inilah yang paling menonjol dan bisa dilihat langsung dari hasil tes. Dimana disini pendidik dituntut untuk melaksanakan semua tujuan tersebut. Hal ini bisa dilakukan oleh pendidik dengan cara memasukkan unsur tersebut ke dalam pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa harus memenuhi unsur tujuan dari segi kognitif, sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ranah afektif berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, perhatian, penghargaan nilai dan emosi. Menurut Kratwohl, Bloom, dan Masia dalam Dimyati (2006: 205-208) ranah kognitif ini terdiri dari 5 kategori, yaitu : 1) Kemampuan Menerima (Receiving) 2) Sambutan (Responding) 3) Penghargaan (Valving) 4) Pengorganisasian (Organization) 5) Karakteristik nilai (Characterization by value) Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan ketrampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan. Kibler, Barket, dan Miles mengemukakan taksonomi ranah psikomotorik meliputi gerakan tubuh yang mencolok, ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, perangkat komunikasi nonverbal, dan kemampuan berbicara (Dimyati, 2006: 205commit to user 208).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Dalam proses belajar mengajar, tidak hanya aspek kognitif yang harus diperhatikan, melainkan aspek afektif dan psikomotoriknya juga. Untuk melihat keberhasilan kedua aspek ini, pendidik dapat melihatnya dari segi sikap dan ketrampilan yang dilakukan oleh peserta didik setelah melakukan proses belajar mengajar. Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dan hasil tersebut dapat digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan dan hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi .
4. Pembelajaran Geografi Hilgard dalam Sanjaya (2006: 112) mengungkapkan “Learning is the process by wich an activity originates or changed trough training procedures (wether in the laboratory or in the natural environment)as distinguished from changes by factors not attributable to training”. Bagi Hilgrad belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Hal ini mirip dengan apa yang disampaikan oleh Muhaibin dalam Khairani (2013: 4) bahwa “Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan individu secara konstan yang menghasilkan pengetahuan, sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Secara umum pembelajaran geografi adalah geografi yang diajarkan di sekolah baik tingkat menengah maupun atas. Richard Hartshorne (1960: 47) dalam Sumaatmadja (2001: 9) mengemukakan “Geography is that discipline that seeks to describe and interpret the variable character from place to place of the earth as the world of man”. Pada pengertian ini Geografi dipandang sebagai bidang ilmu yang mencari penjelasan dan interpretasi tentang karakter sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
hasil interaksi antara faktor-faktor geografi yang mencirikan tempat-tempat yang ada di permukaan bumi sebagai dunia kehidupan manusia. Panitia Ad Hoc Geografi (Ad Hoc Committee on Geography) (1975: 582) dalam Sumaatmadja (2001: 10) mengemukakan pengertian “Geography seeks to explain how the subsystem of the physical environment are organized on the earth’s surface, and how ma distributes himself over the earth in relation to physical featrures and to other men”. Pada pengertian yang dikemukakan oleh Panitia Ad Hoc Geografi, konsepnya ditekankan pada penjelasan bagaimana lingkungan fisik dipermukaan bumi terorganisasikan dan bagaimana manusia tersebar di permukaan bumi itu dalam hubungannya dengan gejala alam tersebut dan dengan sesama manusia. Pakar-pakar Geografi Indonesia pada Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi yang dilaksanakan di Jurusan Geografi, FKIP, IKIP Semarang kerjasama dengan IGI tahun 1988 telah menghasilkan rumusan definisi “Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perbedaan dan persamaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan” (Sumaatmadja, 2001: 11). Pada pengertian ini, geosfer atau permukaan bumi ditinjau dari dari sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan yang menampakan persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan tersebut tidak terlepas dari adanya relasi keruangan (hubungan keruangan) dari unsurunsur geografi yang membentuknya. Jadi, pembelajaran Geografi adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan manusia dengan variasi kewilayahannya. Dengan kata lain, pembelajaran geografi merupakan pembelajaran tentang hakikat geografi yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing. Tujuan pembelajaran Geografi sesuai dengan kesepakatan IGI adalah bahwa dalam bidang apapun ilmu geografi diamalkan termasuk dalam bidang pembelajaran, harus berangkat dari esensi geografi yang baku. Kajian geografi commitlithosfer, to user hidrosfer, atmosfer, biosfer dan adalah fenomena geosfer yang berupa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
antroposfer. Secara substansi Geografi dapat overlap dengan bidang ilmu lain. Namun, yang membedakan Geografi dengan ilmu lain adalah sudut pandang spasial. Geografi mempelajari seluruh fenomena tersebut menggunakan sudut pandang spasial. Pandanganan spasial inilah yang mengharuskan Geografi untuk menggunakan peta sebagai media pembelajaran. Geografi tanpa peta itu bukan geografi, sehingga penggunaan media peta dalam pembelajaran Geografi merupakan sebuah keharusan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Wawan Sutrisno (2012). Judul Penelitian : Implementasi Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar Siswa Serta Kaitannya Dengan Hasil Belajar Biologi. Tujuan penelitian tersebut adalah : 1) untuk mengetahui pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Banyudono tahun pelajaran 2011/2012, 2) untuk mengetahui pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Banyudono tahun pelajaran 2011/2012, 3) untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Banyudono tahun pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian tersebut merupakan penelitian eksperimen semu. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji kruskal-wallis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Ada pengaruh secara signifikan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap motivasi belajar siswa pada siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Banyudono tahun pelajaran 2011/2012; 2) Ada pengaruh secara signifikan model pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap hasil belajar biologi ranah afektif dan psikomotorik tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif pada siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Banyudono tahun pelajaran 2011/ 2012; 3) Ada pengaruh secara signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik tetapi tidak ada pengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Banyudono tahun pelajaran 2011/commit 2012. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Lya Kurniawati (2012). Judul Penelitian : Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Learning Cycle 7E Menggunakan Lembar Kerja Siswa Ditinjau Dari Motivasi Siswa. Tujuan penelitian tersebut adalah : 1) untuk mengetahui apakah model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan LKS dapat memberikan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan bangun ruang sisi datar, 2) untuk mengetahui manakah yang memiliki hasil belajar matematika lebih baik, siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi, sedang ataukah rendah pada sub pokok bahasan bangun ruang sisi datar, 3) untuk engetahui pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang meimiliki hasil belajar matematika lebih baik, siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi, sedang atau rendah pada sub pokok bahasan bangun ruang sisi datar, 4) untuk mengetahui pada masing-masing kategori motivasi belajar siswa, apakah hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diberi model pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan bangun ruang sisi data. Jenis penelitian tersebut merupakan penelitian eksperimen semu. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis varian dua jalan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Model pembelajaran Learning Cycle 7E memberikan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada materi bangun ruang sisi datar; 2) Siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi dan sedang memiliki hasil belajar matematika yang sama, siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi memiliki hasil belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar rendah dan siswa dengan motivasi belajar matematika sedang dan rendah memiliki hasil belajar matematika sama; 3) Pada model pembelajaran Learning Cycle 7E siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi dan sedang memiliki hasil belajar matematika yang sama, siswa dengan motivasi belajar tinggi memiliki hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar rendah, siswa dengan motivasi belajar matematika sedang dan to user sama. Sedangkan pada model rendah memiliki hasil belajar commit matematika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
pembelajaran konvensional, baik siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang maupun rendah memiliki hasil belajar matematika yang sama; 4) Pada kategori motivasi belajar tinggi, sedang maupun rendah, model pembelajaran Learning Cycle 7E memberikan hasil belajar yang sama dengan model pembelajaran konvensional. Irma Rosa Indriyani (2013). Judul Penelitian : Pengembangan LKS Fisika Berbasisi Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik. Tujuan penelitian tersebut adalah : 1) menghasilkan LKS Fisika berbasis Learning Cycle-7E yang memenuhi kriteria LKS layak secara baik, 2) mengetahui peningkatan hasil belajar dan pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa dari penerapan LKS Fisika berbasis Learning Cycle-7E. Jenis penelitian tersebut merupakan (Research & Development / R & D). Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah one sample t-test. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Kualitas LKS ditinjau dari aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian dan aspek kegrafikan secara keseluruhan “baik” dan layak digunakan dalam pembelajaran fisika; 2) Adanya peningkatan siginifikan hasil belajar pembelajaran yang menggunakan pembelajaran LKS berbasis Learning Cycle 7E dengan sig 0,008 dan penerapan LKS berbasis Learning Cycle 7E dalam pembelajaran fisika dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dikategorikan baik dengan frekuensi sebesar 80 % atau 24 siswa.
commit to user
33 Tabel. 2.4 Penelitian Relevan Wawan Sutrisno (2012)
Lya Kurniawati (2012)
Judul
Implementasi Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar Siswa Serta Kaitannya dengan Hasil Belajar Biologi
Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Learning Cycle 7E Menggunakan Lembar Kerja Siswa Ditinjau Dari Motivasi Siswa
Tujuan
1. Pengaruh model Learning 1. Untuk mengetahui apakah model Cycle 7E terhadap pembelajaran Learning Cycle 7E motivasi belajar siswa. dengan LKS dapat memberikan 2. Pengaruh model Learning hasil belajar matematika yang Cycle 7E terhadap hasil lebih baik daripada model belajar siswa. pembelajaran konvensional. 3. Pengaruh motivasi belajar 2. Untuk mengetahui manakah yang siswa terhadap hasil memiliki hasil belajar matematika belajar siswa kelas XI lebih baik, siswa dengan motivasi IPA SMA Negeri 1 belajar matematika tinggi, sedang Banyudono tahun ataukah rendah. pelajaran 2011/2012 3. Untuk engetahui pada masingmasing model pembelajaran, manakah yang meimiliki hasil belajar matematika lebih baik,
Irma Rosa Indriyani (2013) Pengembangan LKS Fisika Berbasisi Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik 1. Menghasilkan LKS Fisika berbasis Learning Cycle7E yang memenuhi kriteria LKS layak secara baik. 2. Mengetahui peningkatan hasil belajar dan pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa dari penerapan LKS Fisika berbasis Learning Cycle7E.
Ari Whudian (2016) Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E, dan Ekspositori pada kompetensi dasar menjelaskan pengertian fenomena antroposfer. 2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E pada kompetensi dasar menjelaskan pengertian fenomena antroposfer. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar model
34 Lanjutan …… Wawan Sutrisno (2012)
Metode
Eksperimen semu
Teknik Analisis Data Hasil
Uji kruskal-wallis
Lya Kurniawati (2012)
Irma Rosa Indriyani (2013)
4. siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi, sedang atau rendah. 5. Untuk mengetahui pada masingmasing kategori motivasi belajar siswa, apakah hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diberi model pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan bangun ruang sisi data Eksperimen semu Research & Development/ (R&D) Analisis varian dua jalan one sample t-test
1. Ada pengaruh secara 1. Model pembelajaran Learning 1. Kualitas LKS ditinjau signifikan penerapan Cycle 7E memberikan hasil dari aspek kelayakan isi, model pembelajaran belajar matematika yang lebih aspek kebahasaan, aspek Learning Cycle 7E baik daripada model penyajian dan aspek terhadap motivasi belajar pembelajaran konvensional. kegrafikan secara siswa. keseluruhan “baik” dan
Ari Whudian (2016) 4. pembelajaran Learning Cycle 7E dengan model pembelajaran Ekspositori pada kompetensi dasar menjelaskan pengertian fenomena antroposfer. 5. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan model pembelajaran Ekspositori pada kompetensi dasar menjelaskan pengertian fenomena antroposfer.
Eksperimen semu Analisis varian satu jalan
35 Lanjutan …… Wawan Sutrisno (2012)
Lya Kurniawati (2012)
2. Ada pengaruh secara 2. Siswa dengan motivasi belajar signifikan model matematika tinggi dan sedang pembelajaran Learning memiliki hasil belajar matematika Cycle 7E terhadap hasil yang sama, siswa dengan belajar biologi ranah motivasi belajar matematika afektif dan psikomotorik tinggi memiliki hasil belajar tetapi tidak berpengaruh matematika lebih baik daripada secara signifikan terhadap siswa dengan motivasi belajar hasil belajar biologi ranah rendah. kognitif. 3. Pada model pembelajaran 3. Ada pengaruh secara Learning Cycle 7E siswa dengan signifikan motivasi motivasi belajar matematika belajar terhadap hasil tinggi dan sedang memiliki hasil belajar ranah afektif dan belajar matematika yang sama, psikomotorik tetapi tidak siswa dengan motivasi belajar ada pengaruh secara tinggi memiliki hasil belajar signifikan terhadap hasil matematika yang lebih baik belajar biologi ranah daripada siswa dengan motivasi kognitif siswa Kelas XI belajar rendah. IPA SMA N 1 Banyudono 4. Pada kategori motivasi belajar tahun pelajaran 2011/ tinggi, sedang maupun rendah, 2012. model pembelajaran Learning Cycle 7E memberikan hasil belajar yang sama dengan model pembelajaran konvensional.
Irma Rosa Indriyani (2013) layak digunakan dalam pembelajaran fisika. 2. Adanya peningkatan siginifikan hasil belajar pembelajaran yang menggunakan pembelajaran LKS berbasis learning cycle 7E dengan sig 0,008 dan penerapan LKS berbasis learning cycle 7E dalam pembelajaran fisika dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dikategorikan baik dengan frekuensi sebesar 80 % atau 24 siswa.
Ari Whudian (2016)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
C. Kerangka Berpikir Geografi merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada di SMA. Permasalahan pembelajaran Geografi di sekolah secara umum adalah; Geografi dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak menarik, pembelajaran geografi di sekolah dinilai belum mampu mengembangkan daya nalar peserta didik secara optimal, selain itu Geografi dikenal sebagai momok karena sebagian besar materinya bersifat hafalan hanya pada aspek kognitif tingkat rendah. Sedangkan permasalahan yang terjadi di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar ialah pada kegiatan pembelajaran Geografi di Kelas XI terutama sub pokok bahasan "Pengelolaan Sumber Daya Alam berwawasan lingkungan", pada sub pokok bahasan tersebut terdapat banyak konsep yang perlu dijelaskan kepada siswa, akan tetapi pemahaman konsep peserta didik masih sangat rendah, sehingga guru sangat kesulitan untuk menjelaskan materi tersebut dan pada akhirnya berakibat pada hasil belajarnya yang rendah. Terkait permasalahan tersebut guru perlu melakukan pemilihan model yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Penerapan model pembelajaran Learning Cycle diduga dapat menggali pemahaman peserta didik. Asumsi tersebut didasarkan pada penerapan model pembelajaran
Learning Cycle
yang
mencerminkan pengalaman belajar peserta didik dalam mengkonstruksi dan mengembangkan konsep. Selain itu, pada setiap tahap pembelajarannya mengupayakan peserta didik membangun konsep pengetahuannya sendiri dan terdapat proses generalisasi terhadap konsep dan aplikasi konsep, serta menghendaki pola tingkat tinggi seperti korelasional, sebab-akibat, deduktifinduktif, dan perumusan jawaban atau hipotesis. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Learning Cycle 7E sebagai kelas eksperimen 1, model pembelajaran Learning Cycle 5E
sebagai kelas eksperimen 2, serta model pembelajaran
Ekspositori sebagai kelas kontrol. Peneliti ingin mencari tahu model pembelajaran yang terbaik dari ketiga model pembelajaran yang digunakan. Berikut adalah penalaran jawaban sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
1. Terdapat perbedaan hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E, dan Ekspositori. Skor hasil belajar Geografi ketiga kelas tersebut diatas (kelas Learning Cycle 7E, kelas Learning Cycle 5E, dan kelas Ekspositori) akan dibandingkan dan dicari perbedaannya. Karakteristik dari ketiga model tersebut sangatlah berbeda. Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta didiknya untuk belajar mandiri, guru dalam pembelajaran ini hanya menjadi fasilitator dan motivator. Perbedaan utama kedua model pembelajaran tersebut terletak pada penerapan konsep yang telah ditemukan pada permasalah/ kasus lain. Model pembelajaran Learning Cycle 7E menuntut guru agar dapat membimbing peserta didik untuk menerapkan konsep yang telah ditemukan peserta didik pada permasalahan lain, sedangkan model Learning Cycle 5E tidak. Model pembelajaran Learning Cycle 5E hanya sebatas pada penemuan konsep dan pengaplikasian konsep tersebut pada satu permasalahan saja, sehingga peserta didik akan kesulitan memahami jika diberikan tugas untuk memcahkan permasalahan yang lain. Sedangkan, model
pembelajaran
ekspositori
merupakan
model
yang
dalam
pembelajarannya didominasi oleh guru (teacher centered), peserta didik juga kurang dapat menyampaikan ide-ide dan
pendapatnya. Sehingga, ketiga
model pembelajaran tersebut diduga memiliki perbedaan. 2. Hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori. Dalam penalaran jawaban kedua ini, skor hasil belajar Geografi kelas Learning Cycle 7E akan dibandingkan dan dicari perbedaannya dengan kelas Ekspositori. Penalaran jawaban kedua ini bertujuan untuk mencari model pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran Learning Cycle 7E dan model pembelajaran Ekspositori. Diduga model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik daripada model pembelajaran Ekspositori. Karena, pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E to user awal peserta didik, peserta didik guru berusaha untuk menggalicommit pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
dituntut pula untuk belajar mandiri menggali pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna jika dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori yang sifatnya adalah teacher centered. Selain itu dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut pula untuk menghubungkan konsep yang telah ditemukan dan dipelajarinya untuk menghubungkan konsep yang telah mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari. 3. Hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori. Dalam penalaran jawaban ketiga ini, skor hasil belajar Geografi kelas Learning Cycle 5E akan dibandingkan dan dicari perbedaannya dengan kelas Ekspositori. Penalaran jawaban ketiga ini bertujuan untuk mencari model pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran Learning Cycle 5E dan model pembelajaran Ekspositori. Diduga model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih baik daripada model pembelajaran Ekspositori. Karena, pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E peserta didik dituntut untuk belajar mandiri menggali pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna jika dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori yang sifatnya adalah teacher centered. 4. Hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Dalam penalaran jawaban keempat ini, skor hasil belajar Geografi kelas Learning Cycle 7E akan dibandingkan dan dicari perbedaannya dengan kelas Learning Cycle 5E. Penalaran jawaban keempat ini bertujuan untuk mencari model pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran Learning Cycle 7E dan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Penalaran jawaban keempat ini akan digunakan untuk menentukan model pembelajaran commithipotesis. to user Diduga model pembelajaran yang terbaik menurut pengujian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Learning Cycle 7E lebih baik daripada model pembelajaran Learning Cycle 5E. Karena, model pembelajaran Learning Cycle 7E tidak hanya menuntut peserta didiknya untuk belajar mandiri, akan tetapi guru juga berusaha untuk menggali pengetahuan awal peserta didik dan menuntut peserta didik untuk menghubungkan konsep yang telah ditemukan dan dipelajarinya untuk menghubungkan konsep yang telah mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari Kerangka berpikir dalam melaksanakan kagiatan penelitian secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Rendahnya hasil belajar peserta didik Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Model Pembelajaran Espositori
Postest
Postest
Postest
Hasil Belajar Geografi
Hasil Belajar Geografi
Hasil Belajar Geografi
Perbedaan hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E, dan Ekspositori
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
D. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam sebagai berikut : 1. Terdapat
perbedaan
hasil
belajar
Geografi
peserta
didik
yang
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E, dan Ekspositori pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Berwawasan
Lingkungan
peserta
didik
Kelas
XI
SMA
Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016. 2. Hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan peserta didik Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016. 3. Hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan peserta didik Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016. 4. Hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Berwawasan
Lingkungan
peserta
didik
Kelas
Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016.
commit to user
XI
SMA