BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar a. Pengertian Belajar Menurut Aunurrahman (2009: 35-39) belajar adalah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai belajar apabila memiliki beberapa ciri umum dari belajar. Ciri umum belajar yaitu belajar menunjukkan suatu aktivitas pada seseorang secara sadar atau disengaja sehingga mampu meningkatkan intensitas keaktifan jasmani dan rohani semakin tinggi. Ciri yang kedua yaitu belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Ciri yang ketiga adalah hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang menyangkut perubahan dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (1995: 3) berpendapat bahwa : “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya”. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar yang dirangkum dari Slameto (1995: 54-70) sebagai berikut: a) Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari individu sendiri. Faktor ini berupa: (1) Faktor Jasmaniah Faktor jasmaniah meliputi dua hal yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. 6
7 (2) Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang meskipun sulit dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. (3) Faktor Psikologis Faktor ini adalah perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, berpikir intelegensi dan lain-lain. b) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ini berupa: (1) Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. (2) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar itu mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, metode belajar dan tugas rumah. (3) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor tersebut berasal dari dalam diri siswa sendiri (faktor internal) dan faktor dari luar (faktor eksternal). Faktor – faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap proses belajar dan prestasi belajar siswa c. Prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar adalah prinsip-prinsip yang berhubungan dengan proses belajar. Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang dirangkum dari Slameto (1995: 27-28) sebagai berikut :
8 1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar a) Dalam belajar setiap peserta didik harus berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan pengajaran. b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada peserta didik untuk mencapai tujuan instruksional. c) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuan bereksplorasi dan belajar dengan efektif. d) Belajar perlu ada interaksi peserta didik dengan lingkungan. 2) Sesuai hakikat belajar a) Belajar itu kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian
yang
diharapkan.
Stimulasi
yang
diberikan
menimbulkan respon yang diharapkan. 3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian
yang sederhana, sehingga peserta didik mudah
menangkap pengertiannya. b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. 4) Syarat keberhasilan belajar a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga peserta didik dapat belajar dengan tenang. b) Repitisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian / keterampilan / sikap itu mendalam pada peserta didik.
9 Berdasarkan uraian di atas, dalam pembelajaran peserta didik dituntut untuk aktif, guru harus bisa memberikan motivasi kepada peserta didik,belajar harus berkelanjutan dan ada interaksi antara peserta didik dengan lingkungan yang didikung dengan sarana dan prasarana yang memadai supaya bisa tercapai tujuan pembelajaran.
2. Hakikat Mengajar a. Pengertian Mengajar Kegiatan belaja-mengajar telah berlangsung sejak dahulu kala, sejak manusia diciptakan dan memulai kehidupannya. Arti mengajar pun tentu saja sangat komplek dan beraneka macam sesuai dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut pandangan William H.Burton mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar (A. Tabrani Rusyan, 1989:26). ”Mengajar adalah usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar berlangsung kegiatan belajar bagi para pesert didik”. Sedangkan pengertian yang lebih luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi
atau
mengatur
lingkungan
sebaik-baiknya
dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar (Sardiman 2001:45-46). Nana sudjana (1996 : 7) mengungkapkan bahwa, “ mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar “. Dari pengertian mengajar tersebut, jelas sekali bahwa kegiatan belajar dan mengajar adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Berdasarkan pendapat–pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah kegiatan membimbing siswa untuk melakukan kegiatan belajar agar terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa tersebut.
10 Pengertian
mengajar
tidak
hanya
sesederhana
proses
satu
arah
memindahkan pengetahuan yang dimiliki pada peserta didik. Mengajar adalah cara guru menciptakan kondisi timbal balik yang memungkinkan siswa melakukan proses belajar. Kondisi ini mencakup semua hal yang relevan dengan kegiatan belajar siswa, antara lain : guru, alat peraga,hubungan antar guru dan siswa, hubungan sesama siswa, lingkungan kelas, metode yang digunakan, dan sebagainya. b. Prinsip Mengajar Menurut De Porter (2000:7-8), ada lima prinsip dalam mengajar yaitu: 1) Segalanya berbicara Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh seorang guru, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirimkan pesan tentang belajar 2) Segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam pembelajaran mempunyai tujuan. 3) Pengalaman sebelum pemberian nama Otak manusia berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. 4) Akui setiap usaha Kegiatan belajar mengan dung resiko, karena belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka layak mendapat pengakuan atas kemampuan dan kepercayaan diri mereka. 5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
11 3. Hakekat Pembelajaran Konstruktivisme Salah satu landasan teoritik pendidikan modern adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat ketertiban aktif proses belajar mengajar. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. (Triyanto, 2007) Dalam
proses
pembelajaran, siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, buakn pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri. Beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
pembelajaran
konstruktivisme adalah (1) peran aktif dalam konstruksi pengetahuan secara bermakna, (2) pentingnya membuat kaitan antara gagasan oleh siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan, (3) mengaitkan antara gagasan siswa dengan informasi baru dikelas. (Nuryani, 2000) Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.(Trianto, 2007) Pembelajaran konstruktivisme memiliki beberapa karakteristik, yaitu: a. Constructed Siswa mengikuti proses pembelajar tidak dengan kepala kosong, mereka telah memiliki konsepsi awal berupa pengetahuan, ide, pemahaman yang sebelumnya telah terbentuk. Melalui konsepsi awal tersebut siswa dapat mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuan baru.
12 b. Active Siswa membentuk pengetahuan dan pemahaman sendiri. Guru hanya membimbing, memantau, dan memberi masukan, selain itu guru juga
memberikan
ruang
gerak
siwa
untuk
menyelidiki
dan
mempertanyakan pengetahuan serta mencoba aktivitas baru, dan bertujuan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. c. Reflective Guru dan siswa berupaya untuk meninjau ulang, mengorganisir, mengklarifikasi dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari. d. Collaborative Dengan bekerja sama, siswa dapat saling bertukar pikiran untuk memudahkan mereka dalam memahami pelajaran maupun memperkaya pengetahuan. e. Inquiry-Based Aktivitas
siswa
yang
mengacu
pada
pembelajaran
konstruktivisme adalah memecahkan masalah, dengan tahapan mencari akar permasalahan, investigasi masalah, dan menggunakan berbagai sumber untuk pemecahan masalah. f. Revolving Guru membantu siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap hal baru atau pelajaran yang sedang dikaji, agar yang dipelajari siswa lebih bermakna pada kehidupan nyata (Educational Broadcasting Corporation). Teori konstruktivisme menekankan bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan, merekalah yang harus aktif menggabungkan pengetahuan mereka, bukannya guru, atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Belajar lebih diarahkan pada experiental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit dilaboratorium, diskusi dengan teman sejawad,
yang
gagasan.Mengajar
kemudian tidak
dikontemplasikan
terfokus
pada
si
dan
dijadikan
pendidik
ide
atau
melainkan
pada
13 pembelajaran. Belajar seperti ini selain berkenaan dengan hasilnya juga memperhatikan prosesnya dalam konteks tertentu.
4. Hakikat Fisika a. Pengertian Fisika Untuk mengetahui hakikat Fisika, terlebih dahulu harus mengetahui definisi tentang sains. ”Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta–fakta, konsep–konsep saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. (Depdiknas, 2006). IPA atau sains dipandang sebagai faktor yang dapat mengubah sikap dan pandangan manusia terhadap alam semesta dari sudut pandang mitologi menjadi sudut pandang ilmiah. Fisika merupakan salah satu cabang IPA atau sains. Fisika di dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1999: 277) didefinisikan sebagai ”Ilmu tentang zat dan energi”. Pendapat Brockhous yang dikutip oleh Herbert Druxes, Gernort Born, dan Fritz Siemsen(1986: 3), ”Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara sistematis dan berdasarkan peraturan–peraturan umum.” Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah cabang dari IPA yang mempelajari tentang gejala alam, zat, dan energi yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, penyajian secara sistematis dan berdasarkan peraturan–peraturan umum. b. Pembelajaran Fisika Kegiatan belajar-mengajar merupakan kegiatan timbal balik (interaksi) antara guru dan siswa pada saat pelajaran berlangsung dalam rangka mencapai tujuan. Pembelajaran Fisika adalah proses belajarmengajar yang di dalamnya mempelajari alam beserta kejadian - kejadiannya. Dalam pembelajaran Fisika, pendekatan, metode, model maupun strategi yang digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik dari pokok bahasan yang sedang diajarkan. Menurut pendapat Herbert Druxes et al
14 (1989: 87), ” Pelajaran Fisika harus menerapkan metode pelajaran sendiri. Ini sebagai upaya agar pelajar mengenal dan memahami gejala atau fenomena, model, teori, dan cara berfikir dalam Fisika.” Ada beberapa macam model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika. Setiap model memiliki keunggulan dan kelamahan sendiri, artinya suatu model mungkin saja cocok diterapkan pada suatu bahan ajar tertentu tetapi belum tentu cocok diterapkan pada bahan ajar yang lain. Hal ini disebabkan karena setiap bahan ajar memiliki karakteristik yang berbeda–beda yang tercermin dalam tujuan pembelajaran dan isi materi. Untuk itu, seorang guru Fisika dituntut mampu menggunakan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan ajar dengan tetap mempertimbangkan faktor siswa dan lingkungan belajarnya. c. Pembelajaran Fisika di SMP Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selalu dikaitkan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Fisika merupakan bagian dari IPA telah menyumbangkan ilmunya untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berusaha menemukan konsep-konsep, hukum-hukum, dan prinsip-prinsip. Menurut Douglas C. Giancoli ( 1999: 1 ), “Fisika adalah ilmu yang paling mendasar dari semua cabang sains, karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda.” Sebagai salah satu bagian dari IPA, Fisika dipelajari sejak dari sekolah dasar hingga sekolah tinggi dalam jenjang pendidikan. Karena Fisika berhubungan dengan pengamatan terhadap gejala-gejala di alam baik yang nyata maupun gejala yang abstrak serta mempelajarinya, sehingga
15 berpengaruh pada cara dalam menyampaikannya kepada peserta didik. Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perstiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap percaya diri . (Depdiknas, 2003:1).
5. Metode Pengajaran Eksperimen Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 :196), bahwa metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada siwa perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini siswa diharapkan sepenuhnya terlibat perencanaan eksperimen, penemuan fakta, mengumpulkan data dan memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata.
6. Aspek yang diukur dalam penilaian Menurut Depdiknas Dirjend. Pendidikan Dasar dan menengah (2004:6), ada beberapa aspek yang diukur dalam penilaian berbasis kompetensi antara lain: a. Perilaku kognitif Alam taksonomi cognitive bloom (6 tingkat berfikir kognitif Bloom) terdapat beberapa kemampuan : 1) Pengetahuan (knoeledge) yaitu kemampuan mengingat. 2) Pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan memahami. 3) Aplikasi (application) yaitu kemampuan penerapan. 4) Analisis (analysis) yaitu kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil. 5) Sintetis
(synthesis)
yaitu
kemampuan
informasi menjadi suatu kesimpulan.
menggabungkan
beberapa
16 6) Evaluasi (evaluaton) yaitu kemampuan mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk, dan memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu. b. Perilaku afektif Perilaku afektif mencakup penilaian antara lain dengan : merasakan tingkah laku, minat, kesukaan, emosi dan motivasi, kerjasama, koordinasi dari setiap siswa. c. Perilaku psikomotorik Tidak semua mata pelajaran harus dinilai dengan aspek psikomotorik (di sesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa). Sedangkan pada ilmu Fisika khususnya pada teori yang menulis ajukan
yaitu
menyebutkan
tentang bahwa
listrik, sisewa
menurut
standar
mampu
kompetensi
merangkai
alat
Fisika ukur
listrik,menggunakannya secara baik dan benar dalam merangkai listrik (Depdiknas,2003: 27)
7. Kemampuan Psikomotorik Siswa Psikomotor
berhubungan
dengan
kata
”motor,
sensorymotor/
perceptualmotor”. Jadi, ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya (Arikunto, 2007). Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Kegiatan belajar keterampilan berfokus pada pengalaman belajar di dalam dan melalui gerak yang dilakukan peserta didik. Travers dalam Sudjana (2000) mengemukakan bahwa gerak dapat disebutkan dengan berbagai istilah seperti motor learning, motor skills, psychomotor skills, skills, dan skills performance. Maksud dari gerak (motor) di sini ialah gerak, stimulus dan respons. Ketiga unsur itu menumbuhkan pola gerak yang terkoordinasi pada diri peserta didik. Kegiatan belajar terjadi apabila peserta didik menerima stimulus kemudian merespons dengan menggunakan gerak.
17 Berkaitan dengan psikomotor, Singer dalam Depdiknas (2003) mengatakan bahwa pelajaran yang termasuk kelompok psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksireaksi fisik. Sedangkan Mager dalam Depdiknas (2003) berpendapat bahwa pelajaran yang termasuk dalam kelompok psikomotorik adalah mata pelajaran yang mencakup gerakan fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjuk pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas tertentu atau sekumpulan tugas tertentu. Dave dalam Depdiknas (2003) menjelaskan bahwa hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima peringkat, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihatnya tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tinggi. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dari presisi sehingga produk kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Gagne dalam Depdiknas (2003) berpendapat bahwa kondisi-kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan itu ada dua macam, yaitu kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dapat dilakukan dengan cara mengingatkan kembali sub-sub keterampilan yang sudah dipelajari dan mengingatkan prosedur-prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasainya Sementara itu untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan instruksi verbal, gambar, demonstrasi, praktik, dan umpan balik. Keselamatan kerja dalam proses belajar mengajar keterampilan tidak boleh dikesampingkan, baik bagi siswa, bahan, maupun alat. Leighbody dalam Depdiknas (2003) menjelaskan bahwa keselamatan kerja itu tidak dapat dipisahkan dari proses
18 belajar mengajar keterampilan. Oleh karena itu, guru harus menjelaskan keselamatan kerja ini pada siswa dengan sejelas-jelasnya Oleh karena kompetensi kunci dan keselamatan kerja merupakan dua hal penting dalam pembelajaran keterampilan, maka dalam penilaian kedua hal itu harus mendapat porsi yang tinggi. Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor, dua diantaranya adalah Ryan dan Leighbody. Ryan (dalam Depdiknas, 2003) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan itu dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama proses belajar mengajar praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara Leighbody berpendapat bahwa dalam melakukan penilaian hasil belajar keterampilan sebaiknya penilaian itu mencakup (1) kemampuan siswa menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan, menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, (4) kemampuan siswa dalam membaca gambar dan atau simbol, dan (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar psikomotor harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan melalui 3 alternatif, yaitu (1) pada saat proses berlangsung, (2) sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes siswa atau (3) dapat juga dilakukan sesudah siswa bekerja. Ada dua hal yang perlu dilakukan dalam melakukan pengukuran ranah psikomotorik, yaitu: membuat soal dan membuat instrumen untuk mengamati jawaban siswa. Soal untuk hasil belajar ranah psikomotor dalam penelitian ini adalah lembar eksperimen. Sementara itu, dalam Depdiknas (2002) instrumen untuk mengamati jawaban siswa dapat berupa lembar penilaian dengan rating scale 5,4,3,2,1, dari sangat sempurna sampai sangat kurang sempurna.
19 Instrumen yang berupa lembar penilaian digunakan untuk mengukur kemampuan psikomotorik berupa matriks ke bawah yang menyatakan perperincian aspek yang akan diukur, sedangkan ke kanan menunjukkan besarnya skor (antara 1 sampai 5) yang dapat dicapai oleh siswa. 8. Aspek – aspek yang Psikomotorik Dalam Pembelajaran IPA Menurut Mills pembelajaran keterampilan akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing). Trow bridge dan Bybe menekankan bahwa domain psikomotor mencakup aspek-aspek perkembangan motorik, koordinasi otot dan keterampilanketrampilan fisik. Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yang optimal. Mills menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah (a) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b)
menganalisis
keterampilan
secara
rinci
dan
berurutan,
(c)
mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar, (d) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan, (e) memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik. (Depdiknas, 2008) Psikomotor ke dalam empat kategori, yaitu: a) moving (bergerak), b) manipulating (memanipulasi), c) communicating (berkomunukasi), d) creating (menciptakan). (Elly Herliani, 2007,hal 70) a. Moving (bergerak) Kategori ini merujuk pada sejumlah gerakan tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik. Kategori ini merupakan respon-respon otot terhadap rangsangan sensorik.
20 b. Manipulating (memanipulasi) Kategori ini merujuk pada aktivitas yang mencakup pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh, misalnya koordinasi antara mata, telinga, tangan, dan jari. Koordinasi gerakan tubuh melibatkan dua atau lebih bagian-bagian tubuh, misalnya tangan-jari, tangan-mata. c. Communicating (berkomunukasi) Kategori ini merujuk pada pengertian aktivitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui orang lain. d. Creating (menciptakan) Merujuk pada proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasangagasan baru. Kreasi dalam mata pelajaran sains biasanya memerlukan sejumlah kombinasi dari gerakan, manipulasi, dan komunikasi dalam membangkitkan hasil baru yang sifatnya unik. Dalam konteks ini terjadi koordinasi antara aspek kognitif, psikomotor, dan afektif dalam upaya untuk memecahkan masalah dan menciptakan gagasan-gagasan baru tersebut.
Tabel 2.1. Aspek psikomotorik yang di ukur No. Aspek Sub Aspek 1. moving a. Membawa perlengkapan belajar b. Menyiapkan perlengkapan belajar 2. manipulating a. Merangkai alat praktikum b. Meramu bahan-bahan praktikum c. Menggunakan alat praktikum d. Mengamati percobaan e. Membersihkan alat dan bahan percobaan 3. communicating a. Mengajukan pertanyaan b. Menjawab pertanyaan c. Menyimak pendapat orang lain d. Menyampaikan ide/gagasan e. Mendiskripsikan data f. Mendiskusikan masalah g. Mencatat data/informasi 4. Creating a. Merancang langkah kerja b. Menganalisis masalah c. Mensintesis masalah
21 9. Pokok Materi Tekanan a. Pengertian Tekanan Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dimana gaya F dipahami bekerja tegak lurus terhadap permukaan A:
Dimana : P = tekanan (N/m2) F = gaya (N) A = Luas permukaan bidang tekan (m2) (Douglas C. Giancoli,2001) Ingatlah bahwa tekanan merupakan besaran skalar karena sebanding dengan besar gaya piston Jika tekanan pada suatu luas tidak sama, maka kita dapat menghitung gaya dF pada sebuah elemen permukaan dengan luas dA sebagai
Di mana P adalah tekanan pada letak luas dA. Tekanan yang diberikan oleh fluida berubah berdasarkan kedalaman. Oleh sebab itu, untuk menghitung gaya total dari dinding vertikal datar pada wadah, kita harus mengintegrasi dF = PdA terhadap luas permukaan dinding. (Serway, 2009) Untuk gaya yang sama, luas permukaan bidang tekan yang kecil akan memberikan tekanan yang besar. Sebaliknya luas permukaan bidang tekan yang besar akan memberikan tekanan kecil. Itulah sebabnya pisau harus diasah lebih dahulu sehingga mudah digunakan untuk memotong suatu benda. (Budi Prasodjo dkk, 2009) b. Tekanan dalam zat cair Tekanan
hidrostatis adalah tekanan pada zat cair yang diam.
Besarnya tekanan hidrostatis tergantung pada jenis dan kedalaman zat cair, tidak tergantung pada bentuk wadahnya (asalkan wadahnya terbuka).
22 Besarnya tekanan hidrostatis adalah :
Dimana : P = tekanan (Pa atau N/m2) = massa jenis zat cair (kg/m3) g = perepatan gravitasi bumi (m/s2 atau N/kg) h = kedalaman (m) (Budi Prasodjo dkk, 2009) 1) Hukum Pascal Hukum Pascal: perubahan dalam tekanan yang bekerja pada fluida diteruskan, tanpa berkurang sama sekali, ke semua titik pada fluida dan dinding-dinding wadahnya. (Serway,2009) Banyak peralatan yang menggunakan prinsip Pascal antara lain dongkrak hidrolik, rem hedrolik, mesin pengangkat mobil hidrolik, dan pompa hidrolik. Secara matematis hukum Pascal dapat dirumuskan sebagai berikut ini :
Keterangan F1 = gaya pada tabung 1 F2 = gaya pada tabung 2 A1 = luas area pada tabung 1 A2 = luas area pada tabung 2 2) Hukum Archimedes Suatu benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan mendapat gaya angkat yang sebanding dengan volume zat cair yang dipindahkan benda itu. Sebuah benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnyua akan mendapat gaya angkat oleh zat cair sebesar berat zat cair yang dipindahkan, hal ini merupakan bunyi dari hukum Archimedes. Alat – alat yang prinsip kerjanya berdasarkan hukum Archimedes antara lain pembuatan kapal laut, galangan kapal, kapal
23 selam, balon udara. Secara matematis yang ada hubungan gaya apung dapat dituliskan sebagai berikut ini :
Dimana : FA = gaya apung (N) w = gaya berat benda diudara (N) w = gaya berat benda di dalam air (N) Gaya apung juga dapat dituliskan sebagi berikut ini : (Budi Prasodjo dkk, 2009)
3) Tenggelam, melayang, mengapung a) Tenggelam Ketika sebuah benda sepenuhnya ditenggelamkan ke dalam fluida dengan masa jenis ρfkuida, maka besar gaya apung ke atas adalah B = ρfluida gVbenda, dimana Vbenda adalah volume benda. Jika bendanya bermassa M
dan massa jenisnya ρbenda maka
beratnya sama dengan Fg =Mg = ρbenda gVbenda, dan gaya nettonya adalah B-Fg=( ρfluida - ρbenda) gVbenda,. Oleh karena itu, jika massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis fluida, maka gaya gravitasi yang arahnya ke bawah lebih kecil dari pada gaya apungnya, dan benda ini akan bergerak dipercepat ke atas. Jika massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis fluida, maka gaya apung ke atas menjadi lebih kecil dari pada gaya gravitasi, dan benda ini akan tenggelam. Jika massa jenis benda yang ditenggelamkan sama dengan massa jenis fluida, maka gaya netto pada benda sama dengan nol dan benda tersebut tetap berada dalam keseimbangan. Jadi arah gerak benda yang ditenggelamkan dalam fluida hanya ditentukan oleh massa jenis benda dan massa jenis fluida. (Serway, 2009)
24 b) Melayang Suatu benda dikatakan melayang jika berat benda sama besar dengan gaya apung zat cair. Volune zat cair yang tercelup sama denganvolume benda sehingga gaya apung zat cair yang diterima benda sama dengan berat zat cair yang dipindahkan
Karena Vb = Vt, maka
c) Terapung Sebuah benda dengan volume Vbenda dan massa jenis ρfluida < ρbenda di dalam keseimbangan statis yang mengapung pada permukaan fluida -artinya, benda tersebut hanya tenggelam sebagian. Dalam kasus ini, gaya apung ke atas diseimbangkan oleh gaya gravitasi yang bekerja pada benda. Jika Vfluida adalah volume fluida yang dipindahkan oleh benda (volume ini sama dengan volume bagian benda berada di bawah permukaan fluida), besar gaya apungnya adalah B= ρfluida gVfluida. Oleh karena berat benda adalah Fg =Mg = ρbenda gVbenda,, dan karena Fg = B, kita lihat bahwa ρfluida gVfluida.= ρbenda gVbenda, atau
Persamaan ini menyatakan bahwa fraksi volume dari benda mengapung yang berada di bawah permukaan fluida sama dengan perbandingan dari massa jenis benda dengan massa jenis fluida. (Serway, 2009)
B. Penelitian Yang Relevan Menurut Khusucidah Laikla(2005) “Korelasi antara Pengetahuan Alat Praktikum dengan Kemampuan Psikomotorik Siswa Kelas XI IPA SMAN 11 Semarang Materi Pokok Laju Reaksi Tahun Pelajaran 2005/2006.” Hasil
25 penelitian diperoleh dari teknik analisis regresi sederhana menghasilkan persamaan Y= 28,934+0,611x. Persamaan regresi tersebut linier, dibuktikan melalui uji kelinieran dengan Fhitung sebesar 1,117, kurang dari Ftabel pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,389. Dari perhitungan koefisien korelasi diperoleh harga sebesar 0,60. Harga ini dapat untuk menyimpulkan bahwa ada korelasi positif dan berarti antara pengetahuan alat praktikum dan kemampuan psikomotorik, sedangkan kontribusi variabel pengetahuan alat praktikum terhadap kemampuan psikomotorik diperoleh dari koefisien determinasi regresi sederhana sebesar 36 %. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini yaitu ada korelasi positif antara pengetahuan alat praktikum dan kemampuan psikomotorik siswa kelas XI IPA SMAN 11 Semarang materi pokok laju reaksi. Tonih Feronika tahun 2008 dalam laporan penelitiannya, “Analisis Kemampuan Siswa Dalam Pembelajaran Hands On Teknik Challenge Exploration Activity”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa aspek-aspek kemampuan psikomotor siswa yang muncul melalui pembelajaran hands on dengan teknik Challenge Exploration Activity yang terdiri dari empat aspek yaitu aspek
moving,
manipulating,
communicating,
dan
creating.
Kegiatan
pembelajaran hands on dengan teknik Challenge Exploration Activity dapat mengungkap seluruh aspek kemampuan psikomotor siswa walaupun aspek-aspek tersebut muncul dengan tingkat persentase yang bervariasi. Menurut Herdiyan (2013) “Analisis Kemampuan Psikomotor SiswaPada Pembelajaran Hands On Teknik Challenge Exploration Activity”. Penelitian yang digunakan adalah instrumen non-tes berupa lembar observasi psikomotor siswa untuk
mengetahui
kemampuan
psikomotor
siswa
selama
pembelajaran
berlangsung. Data instrumen dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan merubah menjadi data persentase kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil studi menunjukkan kemampuan psikomotor siswa pada setiap aspek selama pembelajaran hands on teknik challenge exploration activity adalah: pada aspek moving (71,5 %), aspek manipulating (84 %), aspek communicating (73,6 %), dan aspek creating (64,4 %).
26 C. Kerangka Berfikir Keberhasilan kegiatan belajar di sekolah dapat terlihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa selama proses pembelajaran berlangsung sehingga terjadi perubahan dalam pemikiran maupun tingkah lakunya. Salah satu perubahan tingkah laku tersebut dapat dilihat dari kemampuan psikomotorik siswa dalam melakukan eksperimen. Pada materi pokok tekanan dalam zat cair dalam pembelajaran dapat menerapkan metode eksperimen yang dapat menumbuhkan kreatif siswa. Karena dengan menggunakan metode tersebut siswa akan terlibat langsung dan aktif dalam pengembangan pembelajaran, karena pengalaman yang paling bermakna adalah pengalaman langsung dan bertujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar kemampuan psikomotorik siswa dalam melakukan praktikum pokok bahasan tekanan dalam zat cair pada siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Purwantoro. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk persiapan. Pertemuan ke dua untuk praktikum dan pertemuan ke tiga untuk pembahasan praktikum yang sudah dilakukan. Melakukan analisis penilaian hasil belajar psikomotorik terdiri dari persiapan, proses dan produk (Depdiknas, 2003). Persiapan dilakukan pada awal praktikum yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama praktikum. Selama kegiatan praktikum, siswa dibimbing guru mengetahui cara menggunakan alat dengan tepat dan telitidalam setiap percobaan yang dilakukannya. Ketelitian dalam menggunakan alatakan mempengaruhi hasil akhir yang diperoleh. Dari hasil akhir yang diperoleh kita akan mengetahui kemampuan psikomotorik siswa. Berdasarkan identifikasi terhadap hasil akhir yang diperoleh. Dengan pembelajaran ini diharapkan mampu mengembangkan keterampilan psikomotorik siswa melalui praktikum.