BAB II LANDASAN TEORI
A. Persediaan 1. Pengertian persediaan Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau bahan untuk diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang yang akan digunakan. Stice dan Skousen (2004:654) mengemukakan bahwa “Persediaan (atau persediaan barang dagang) secara umum ditujukan untuk barangbarang yang dimiliki perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir maupun ritel, ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan ada kondisi siap untuk dijual. Kata bahan baku (raw material), barang dalam proses ( work in process), dan barang jadi (finished good) untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan manufaktur”. Persediaan
dapat
diklassifikasikan
dalam
beberapa
bagian,
tergantung dari jenis kegiatan perusahaan itu sendiri. Klassifikasi persediaan terdiri dari persediaan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Persediaan barang dagang adalah persediaan yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali. Sedangkan pada perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari persediaan bahan baku dan bahan penolong, supplies pabrik, barang dalam proses, dan produk selesai. Persediaan barang adalah elemen utama dari modal kerja perusahaan dagang dan industri yang digolongkan ke dalam kelompok aktiva lancar yang selalu dalam keadaan berputar, dimana persediaan barang secara terus 7
menerus mengalami perubahan. Penentuan jumlah persediaan atau besarnya dana yang di alokasikan atau yang diinvestasikan dalam persediaan merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena mempunyai dampak langsung terhadap keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan. Kesalahan dalam menentukan jumlah persediaan dapat menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk meraih keuntungan. Jumlah persediaan yang terlalu besar dibanding dengan kebutuhan, akan menyebabkan beban yang harus ditanggung perusahaan menjadi besar seperti beban bunga, biaya penyimpanan, pemeliharaan gudang, resiko kerusakan, menurunya kwalitas barang dalam penyimpanan, biaya keamanan dsb semua itu adalah factor yang menyebabkan keuntungan perusahaan berkurang. Sebaliknya
persediaan
yang
terlalu
kecil
dapat menghambat
operasional perusahaan berupa tidak tersedianya barang pada saat dibutuhkan sehingga menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk meraih laba. Karena tidak tersediaanya persediaan perusahaan tidak dapat bekerja secara optimal berarti “Capital Asset” dan “Direct Labor” tidak dapat didayagunakan sepenuhnya sehingga biaya operasional atau produksi rara-rata akan menjadi tinggi yang berakibat keuntungan yang dapat diperoleh menjadi menurun. Pada perusahaan dagang terdapat satu jenis persediaan yaitu persediaan barang dagang “Merchandise Inventory” yang mempunyai perputaran yang sama yang selalu di beli dan dijual tanpa mengalami proses lebih lanjut.
8
2. Perputaran Persediaan Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan diganti (dijual) dalam waktu satu tahun. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada perusahaan. Dengan tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti resiko kerugian dan biaya terhadap persediaan dapat diminimalkan. Menurut Warren (2008:419) “Perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan”. Besarnya hasil perhitungan persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atas piutang dagang. Rasio ini dihitung sebagai berikut :
Perputaran persediaan = harga pokok penjualan Persediaan rata-rata
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran persediaan dapat mengukur efisiensi perusahan dalam mengelola dan menjual persediaan. Dengan demikian, rasio ini mengukur likuiditas persediaan perusahaan. Secara umum,semakin besar perputaran persediaan maka semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola persediaannya, perputaran persediaan yang tinggi biasanya merupakan tanda pengelolaan yang efisien serta baiknya likuiditas persediaan di perusahaan tersebut.
B. Piutang 1. Pengertian Piutang Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa atau 9
pemberian kredit terhadap debitur yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo 30 hari (tiga puluh hari) sampai dengan 90 hari (sembilan puluh hari). Dalam arti luas, piutang merupakan tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa yang dijual secara kredit. Piutang bagi kegunaan akuntansi lebih sempit pengertiannya yaitu untuk menunjukkan tuntutan-tuntutan pada pihak luar perusahaan yang diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan jumlah uang tunai. Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan jasa perusahaan, dimana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan dilakukan setelah tanggal transaksi jual beli.
Mengingat piutang
merupakan harta perusahaan yang sangat likuid maka harus dilakukan prosedur yang wajar dan cara-cara yang memuaskan dengan para debitur sehingga perlu disusun suatu prosedur yang baik demi kemajuan perusahaan. Menurut Kieso (2008 : 346) “ piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak – pihak lainnya”. Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus – menerus dalam rantai perputaran modal kerja yaitu; Kas-InventarisKas. Menurut Warren (2008:356) “istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”. Piutang usaha menunjukkan klaim yang akan dilunasi dengan uang yang tidak didukung dengan janji tertulis yang timbul dari penjualan barangbarang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
10
Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha adalah tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis yang hanya dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda terima lainnya yang telah ditandatangani oleh debitur sehingga pernyataan telah menerima barang ada didalam surat-surat tersebut. Selain itu pengertian piutang yang pada umumnya digolongkan dalam aktiva lancar yang berarti bahwa tagihan-tagihan pada pihak lain yang nantinya akan diminta pembayarannya dalam jangka waktu yang tidak lama (kurang dari satu tahun) yang biasanya digolongkan dalam piutang jangka pendek. Piutang usaha jangka pendek dapat dibagi atas dua yaitu: a. Piutang usaha/piutang terhadap langganan Piutang usaha/piutang terhadap langganan dalam perkiraan piutang usaha dicatat sebagai tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang merupakan usaha perusahaan yang normal/kurang dari 1 tahun, disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar, tetapi apabila telah lebih dari jangka waktu 1 tahun maka akan dilaporkan sebagai aktiva tidak lancar. Jadi tagihan kepada langganan yang biasanya disebut piutang dagang adalah tuntutan keuangan terhadap pihak lain baik perorangan maupun organisasi-organisasi atau debitur-debitur lainnya. b. Piutang yang akan diterima Piutang yang akan diterima merupakan kontrak prestasi yang sebenarnya sudah menjadi hak perusahaan, akan tetapi belum/tidak saatnya untuk
11
diterima, piutang ini timbul pada suatu akhir periode dimana sebenarnya tagihan tersebut akan diterima pada periode yang akan datang. Hal-hal yang termasuk dalam piutang yang akan diterima adalah: 1) Bunga yang masih harus diterima yang timbul dari aktiva yang dimiliki perusahaan, seperti wesel tagih dan bon. 2) Piutang sewa yang masih harus diterima yang timbul dari hasil penyewaan, seperti gedung, mobil dan alat-alat besar lainnya. 3) Pendapatan piutang merupakan pendapatan yang akan diterima sebagai hasil investasi dalam perusahaan. Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu: a. Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1 tahun atau siklus usaha normal b. Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka waktu 1 tahun c. Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih) d. Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang tidak tertagih 2. Perputaran Piutang Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari
12
penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang. Nilai dari perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran piutang tersebut. Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran yang ditetapkan berarti makin lama modal terikat dalam piutang. Pendapat mengenai perputaran piutang: Menurut Munawir (2007:75) mengatakan bahwa: “Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang turn over receivable yaitu, dengan membagi total penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata”. Menurut
Warren Reeve (2008:371) perputaran piutang usaha
(account receivable turnover) “mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun”. Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan piutang akhir periode dibagi dua. Ada kalanya angka penjualan kredit untuk suatu periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang digunakan sebagai penjualan kredit adalah angka total penjualan. Dari uraian di atas maka perputaran piutang usaha dapat dirumuskan sebagai berikut: Perputaran piutang usaha
=
Penjualan kredit bersih Piutang usaha rata-rata
13
Rata-rata piutang =
Piutang awal + piutang akhir 2
Dari definisi dapat diketahui bahwa rasio perputaran yang tinggi mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran
piutang
tergantung
pada
besar
kecilnya
modal
yang
diinvestasikan dalam piutang. Makin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga makin tinggi perputaran piutang berarti makin efisien modal yang digunakan. Penurunan ratio penjualan kredit dengan rata-rata piutang dapat disebabkan oleh faktor sebagai berikut : a. Turunnya penjualan dan naiknya piutang b. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah lebih besar c. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang besar d. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap e. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah
C. Aktiva Usaha 1. Pengertian dan klasifikasi Aktiva Usaha Dalam menjalankan usahanya, perusahaan menggunakan modal yang dimiliki agar tujuan usaha perusahaan dapat dicapai. Aktiva merupakan modal yang ada dalam perusahaan yang sangat menunjang dalam operasi perusahaan. 14
Menurut Sofyan ( 2008 : 107 ), “Aset (aktiva) adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak berwujud, dan lain-lain”. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 :11) menyatakan bahwa “Aset perusahaan berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi dimasa lalu. Perusahaan biasanya memperoleh asset melalui pembelian atau produksi sendiri”. Menurut Munawir ( 2007 : 87 ) yang dimaksud dengan aktiva usaha (operating assets) yaitu “ semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan usaha untuk memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan “. Menurut Atalya Rileni ( 2004 : 232 ) aktiva usaha (operating assets) didefinisikan sebagai aktiva yang terlibat operasi, harta usaha, harta perseroan yang secara langsung digunakan sebagai sarana untuk memperoleh laba dari aktivitas pokok perusahaan yang bersangkutan. Aktiva usaha merupakan penjumlahan dari keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan, yaitu penjumlahan dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar dan aktiva tetap dapat dilihat dari laporan keuangan yaitu di neraca sebelah debit, sedangkan sebelah kredit adalah jumlah kewajiban dan modal. Jadi dapat dikatakan aktiva mempunyai nilai ekonomik apabila aktiva tersebut mempunyai manfaat atau potensi jasa yang dapat digunakan untuk operasi dimasa mendatang atau dapat ditukarkan dengan sumber ekonomik yang lain.
15
Menurut munawir ( 2007:14), pengklasifikasian aktiva usaha terbagi menjadi 2 bagian, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar: a. Aktiva lancar ( Curren Assets) Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya ( paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Yang termasuk dalam kelompok aktiva lancar adalah: 1) Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit. 2) Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau markertable securities) adalah investasi yang sifatnya sementara atau (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. 3) Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang. 4) Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. 5) Persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang / belum laku dijual.
16
6) Piutang penghasilan atau Penghasilan yang masih harus diterima, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa/prestasinya, tapi belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan 7) Persekot atau Biaya yang dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa/prestasi pihak lain yang belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya. b. Aktiva Tidak Lancar ( Non Current Assets ) Yang termasuk Aktiva tidak lancar adalah: 1) Aktiva Tidak Berwujud, menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:19.2) adalah aktiva non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak menghasilkan / menyerahkan barang /jasa, disewakan pihak lainya atau untuk tujuan administratif. 2) Aktiva Sewa Guna Usaha, yaitu property-property yang diperoleh melalui sewa guna usaha (aktiva), apabila mengendalikan masa manfaat yang diharapkan dari aktiva tersebut. 2. Rasio Perputaran Aktiva Usaha Perputaran aktiva usaha dimaksudkan
untuk mengukur efisiensi
relatif dari total aktiva untuk meningkatkan penjualan, yang tentunya akan memberikan
nilai
tambah
dalam
meningkatkan
keuntungan
suatu
perusahaan. Menurut Sofyan ( 2008 : 336 ), aktiva usaha dan perputaran aktiva usaha dapat dihitung dengan rumus :
17
Rasio Perputaran Aktiva (Aset Turnover)
=
Penjualan Total Aktiva
Aktiva Usaha ( Total Aktiva ) = Aktiva Lancar + Aktiva Tetap
Oleh karena itu, tinggi rendahnya Operating Assets Turnover selama periode tertentu ditentukan oleh dua faktor, yaitu penjualan bersih dan aktiva usaha. Dengan jumlah aktiva usaha tertentu dan makin besarnya jumlah penjualan selama periode tertentu mengakibatkan tingginya perputaran. Demikian pula halnya, jumlah penjualan tertentu dengan makin kecilnya aktiva usaha akan mengakibatkan makin tingginya perputarannya. Usaha tersebut dapat dilakukan mengurangi penjualan sampai tingkat tertentu dan diusahakan penurunan atau pengurangan aktiva usaha sebesar-besarnya.
D. Laba Operasional 1. Definisi Laba Operasional Agar perusahaan dapat dikatakan mampu dalam menghadapi segala situasi perekonomian, maka harus diusahakan agar perkembangan selalu selaras dengan perkembangan masyarakat, konsumen, tehnologi dan selaras dengan situasi disekitar usaha. Perkembangan ini menuntut perusahaan untuk ikut berkembang. Dimana perkembangan itu dinilai dengan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba. Pada umumnya tujuan akhir perusahaan adalah memperoleh laba dan
tingkat
laba
yang
berhasil
diraih
sering
dijadikan
keberhasilannya. Oleh karena itu laba harus dikelola dengan baik.
18
ukuran
Menurut Soemarso ( 2005 : 252 ) “ laba operasional adalah selisih antara laba bruto dan beban usaha yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan”. Menurut S. Munawir ( 2007 : 47 ) menyatakan bahwa pengertian laba adalah sebagai berikut : “ Laba adalah selisih antara pendapatan yang telah direalisasi dengan biaya yang terjadi untuk mendapatkan pendapatan tersebut. Apabila pendapatan lebih besar daripada biaya, maka dikatakan perusahaan memperoleh laba. Sebaliknya jika pendapatan lebih kecil daripada biaya, maka perusahaan menderita rugi “. Dalam menghitung angka income atau laba, pendapatan dan beban menjadi unsur yang menentukan. Laba diperoleh dengan mempertemukan antara pendapatan dan beban sebagaimana didefinisikan oleh Kieso (2007: 143) sebagai berikut : “ Pendapatan merupakan arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama tau operasi sentral perubahan”. Sedangkan beban didefinisikan : “ Beban merupakan aliran arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva sebuah entitas atau penambahan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama tau operasi sentral perubahan“.
19
Menurut Hendry Simamora ( 2002 : 22 ) menyatakan laporan laba rugi adalah sebagai berikut : “ Laporan laba rugi dibagi kedalam 2 komponen yaitu pendapat yang merupakan ukuran asset yang dihasilkan dari produk atau yang dijual dan beban suatu ukuran arus keluar asset dan biaya yang berkaitan dengan penjualan produk dan jasa “. Laporan laba rugi memberikan informasi mengenai kenaikan kekayaan entitas karena pendapatan yang diperoleh serta penurunan kekayaan karena biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Biasanya periode ini ditetapkan sebagai satu tahun tutup buku yang biasa dimulai dalam bulan apa saja. 2. Unsur-unsur laba operasional Agar manajemen dapat mengukur dengan lebih baik, maka komponen
atau
unsur-unsur
laba
operasional
(operating
income)
diklasifikasikan sebagai berikut : a. Penjualan ( sales ) Menurut Ridwan S, Sundjaja dan Inge Barlian (2003 : 78) Penjualan kotor / bruto, penjualan dapat terdiri dari penjualan tunai dan penjualan kredit. Penjualan kotor adalah kuantitas barang yang terjual dikali harga jual barang. Penjualan ini merupakan transaksi : ( PSAK 2009 No.23.1 ) 1) Penjualan barang 2) Penjualan jasa, dan 3) Pengguna
aktiva
perusahaan
oleh
menghasilkan bunga, royalty dan deviden.
20
pihak-pihak
lain
yang
b. Harga pokok penjualan ( cost of good sold ) Menurut Soemarso ( 2005 : 252 ) harga pokok penjualan adalah harga beli ( perolehan dari barang yang dijual). Dalam sebuah perusahaan dagang harga pokok penjualan dicari dengan persediaan barang dagang awal periode ditambah pembelian bersih selama periode dikurangi persediaan barang dagang pada akhir periode. c. Laba bruto ( gross profit ) Menurut Soemarso ( 2005 : 252 ), laba bruto atau sering disebut laba kotor adalah penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan.. d. Beban operasional ( operating expense ) Menurut Soemarso ( 2005 : 252 ) beban operasional terdiri dari: 1) Beban penjualan ( salling expense ) Adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan menjual dan memasarkan barang. 2) Beban administrasi dan umum ( general and administratif expense ) Adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan perusahaan secara keseluruhan dan biaya-biaya bersifat umum yang tidak dapat diidentifikasi kedalam kegiatan spesifik seperti misalnya produksi dan penjualan. e. Laba operasional ( operating income ) Menurut Soemarso ( 2005 : 253 ) laba operasional adalah selisih antara laba bruto dan beban usaha yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan.
21
Elemen atau komponen dan urutan penyajian laporan laba rugi menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (per 1 Juli 2009 : PSAK No.2.11) yaitu : Penjualan
xxx
Beban Pokok Penjualan
(xxx)
Laba Bruto
xxx
Penyusutan
(xxx)
Beban Administrasi dan Penjualan
(xxx)
Beban Bunga
(xxx)
Penghasilan Investasi
xxx
Kerugian Selisih Kurs
(xxx)
Laba Bersih Sebelum Pajak dan Pos Luar Biasa
xxx
Pos Luar Biasa
xxx
Laba Bersih Setelah Pos Luar Biasa
xxx
Pajak Penghasilan
(xxx)
Laba Bersih
xxx
Dengan mengetahui laba secara umum untuk menghitung besarnya kenaikan laba dapat ditentukan dari laba operasional (operating income) yaitu laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan. 3. Laba menurut konsep akuntansi ( accounting income ) Menurut Sofyan ( 2007 : 299 ), yang dimaksud dengan laba akuntansi adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaanpada periode tertentu dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu.
22
Sedangkan menurut Belkoui definisi tentang laba ini mengandung lima sifat yaitu: a.
Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
b.
Laba akuntansi didasarkan pada posulat “periodik” laba itu berarti merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
c.
Laba akuntansi didasarkan pada prinsip “revenue” yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang dimaksud hasil.
d.
Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.
e.
Laba akuntansi didasarkan pada prinsip “matchinh“ artinya hasil dikurangi biaya yang diterima / dikeluarkan dalam periode yang sama.
4. Tujuan Laba Menurut Hendrikson (2002 : 50) tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan tetapi tujuan yang lebih khusus harus dirinci untuk lebih memahami pelaporan laba.
E. Kerangka Pemikiran 1. Perputaran Persediaan dengan laba operasional Periode
perputaran
persediaan
perlu
diperhatikan
untuk
mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghabiskan persediaan. Hal ini dikarenakan semakin lama periode perputaran persediaan, maka semakin banyak biaya yang harus
23
dikeluarkan oleh perusahaan. Dilihat dari segi biaya, apabila perputaran persediaan semakin lama, maka persediaan menumpuk, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan semakin tinggi hal ini akan semakin memperkecil laba. Karena laba merupakan hasil dari pendapatan dikurangi biaya. Sehingga semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan, semakin kecil laba yang akan didapat. 2. Perputaran Piutang dengan laba operasional Kebijakan
penjualan
kredit
diberlakukan
perusahaan
untuk
menambah tingkat penjualannya yang mana dengan bertambahnya penjualan maka diperkirakan akan menambah keuntungan/laba yang akan diperoleh perusahaan. Tetapi
kaidah umum, semakin banyak putaran
piutang, maka semakin banyak sumber daya perusahaan yang terbenam dalam piutang, dan jika
perusahan tidak cepat dalam
melakukan
penagihan piutang maka akan terjadi kerugian pada perusahaan. Karena periode penagihan yang lebih panjang umumnya berarti kemungkinan penagihan yang lebih rendah. Piutang yang ada biasannya dibuatkan tabel piutang dari situ kita dapat melihat sudah berapa lama piutang yang kita punya. Dan kita dapat mengukur berapa besar yang bisa kita dapat . 3. Perputaran Aktiva dengan laba operasional Aktiva perlu didefinisikan karena definisi tersebut akan digunakan untuk mengidentifikasi peristiwa ekonomi yang harus diukur, diakui, dan dilaporkan dalam neraca. Penilaian terhadap aktiva merupakan proses penentuan besarnya potensi jasa (aktiva) yang dapat digunakan pada
24
periode mendatang. Didalam
aktiva juga ada pengeluaran yang di
gunakan oleh aktiva tetap. Pengeluaran pada dasarnya dapat dibedakan antara pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.
Pengeluaran
modal
adalah
pengeluran yang manfaatnya dapat dinikmati dalam waktu lebih dari satu periode akuntansi, biasanya merupakan biaya yang harus menjadi beban periode-periode selama umur manfaatnya, contoh: pengantian, perbaikan, penambahan. Dari kesimpulan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa: jika mengakibatkan penambahan manfaat dari aktiva dan jumlahnya cukup berarti maka akan dianggap sebagai “pengeluaran modal“.
Pengeluaran
ini akan dicatat sebagai berikut: dicatat debit pada perkiraan aktiva tetap dan kredit akumulasi penyusutan. Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran yang manfaatnya dinikmati hanya dalam periode saat terjadinya. Pengeluaran ini biasanya dihubungkan dengan pendapatan, sehingga biaya ini menjadi beban periode saat terjadinya, contoh : beban pemeliharaan, beban reparasi. Pengeluaran ini akan dicatat sebagai berikut : debit pada perkiraan beban yang bersangkutan dan kredit pada perkiraan kas atau hutang. Maka pada pengeluaran pendapatan ini akan mempengaruhi dalam perhitungan laba rugi perusahaan. Berikut disampaikan hasil penelitian sebelumnya: 1. Adi Prasetyawan tahun 2011 dengan judul Pengaruh Perputaran Kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap laba usaha pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, berdasarkan hasil analisis kesesuian model uji F disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
25
signifikan pada perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha perusahaan dagang (trade retail) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan berdasarkan hasil uji parsial atau uji t menunjukkan bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap laba usaha pada perusahaan dagang (trade retail) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Hesti Rahmasari tahun 2011 dengan judul Pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap laba usaha pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil analisis kesesuian model uji F dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha perusahaan dagang (trade retail) yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis pertama teruji kebenarannya. Sedangkan dari hasil Uji parsial atau uji t menunjukkan bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap laba usaha pada perusahaan dagang (trade retail) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam melakukan penelitian penulis membuat model konseptual sebagai berikut:
Perputaran Persediaan Perputaran Piutang
laba operasional
Perputaran Aktiva Sumber : diolah penulis
Gambar 2.1 Model konseptual 26
27