BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Kebijakan Dividen Berbagai teori dan penelitian empiris mengenai kebijakan dividen telah dilakukan , akan tetapi sampai saat ini, kebijakan dividen masih teka-teki. Keputusan mengenai kebijakan dividen seringkali tidak lepas dari keputusan investasi dan pembiayaan yang dapat mempengaruhi nilai dan harga saham perusahaan. Berikut merupakan teori-teori kebijakan dividen, diantaranya : 1. Teori Dividen Tidak Relevan Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh pembayaran dividen, melainkan ditentukan oleh kekuatan menghasilkan laba (earning power) dan resiko perusahaan tersebut. Hal ini senada apa yang diungkapkan oleh Sri Dwi Ari Ambarwati (2010:78) “Nilai perusahaan ditentukan oleh basic earning power dan risk class”. Contohnya adalah suatu perusahaan yang memiliki laba tinggi akan selalu dinilai baik oleh investor, walaupun dividennya kecil atau bahkan tidak memberikan dividen. Akan tetapi pernyataan MM ini didasari dengan asumsi yang dapat dinilai lemah (Lukas Setima Atmaja, 2008:286), seperti: 1) Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. 2) Tidak ada biaya emisi saham baru, jika perusahaan menerbitkan saham baru. 3) Tidak ada pajak. 4) Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.
9
10
2. Bird in Hand Theory Gordon dan Lintner (1986) tidak sependapat dengan asumsi MM bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Menurut Gordon dan Lintner (Agnes Sawir, 2004:148) “biaya modal sendiri perusahaan akan naik sebagai akibat penurunan pembayaran dividen”. Investor merasa lebih aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen yang lebih pasti dari pada menunggu capital gains yang lebih berisiko. Pendapat Gordon dan Lintner ini oleh MM diberi istilah “bird-inthe-hadr fallacy”. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara.
3. Teori Dividen Residual Pendanaan eksternal (penerbitan saham baru) lebih mahal daripada pendanaan internal (pemanfaatan laba ditahan), karena adanya biaya-biaya emisi saham. Dengan adanya biaya emisi ini, perusahaan mengutamakan pendanaan internal. Konsekuensinya, perusahaan baru akan membayar dividen setelah dana-dana kebutuhan investasi terpenuhi. Dengan kata lain, hanya jika ada pendapatan terpisah atau pendapatan residual, dividen akan dibagikan. Inilah teori dividen residual (residual theory).
11
4. Teori Perbedaan Pajak Menurut Sri Dwi Ari Ambarwati (2010:87), mengungkapkan pendapatnya mengenai teori ini : Teori ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai perusahaan yang menahan sebagianlabanya karena pendapatan dividen dikenai pajak yang lebih tinggi dibandingkan capital gain dan ini dapat mengakibatkan negative wealth bagi para pemegang saham. Apalagi umumnya pajak atas dividen lebih besar atas capital gains, sehingga investor dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan pajak ini. Karena adanya keuntungan-keuntungan dari perbedaan pajak ini, investor lebih menyukai agar perusahaan menahan sebagian besar labanya. Teori ini diungkapkan oleh Litzenberger dan Ramaswamy.
5. Teori Signaling Ada bukti empiris bahwa kenaikan dividen sering di ikuti kenaikan harga
saham
(Lukas
Setia
Atmaja,
2008:287).
Fenomena
ini
memperhatikan bahwa investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. MM berpendapat bahwa kenaikan dividen ini merupakan suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen di bawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai sinyal bahwa perusahaan akan menghadapi masa sulit di masa mendatang (Agnes Sawir, 2004:147). Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen dibawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai sinyal bahwa perusahaan akan menghadapi masa sulit di waktu mendatang (Lukas Setia Atmaja, 2008:287).
12
6. Teori Clientele Effect Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki prefensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian laba bersihnya. Menurut teori ini dividen tertentu akan tertarik segmen tertentu kemudian tugas perusahaan (manajemen keuangan) adalah melayani segmen tersebut. Kebijakan dividen yang berubah-ubah mengacaukan efek klien tersebut, menyebabkan harga saham berubah.
7. Teori Hipotesis Kontrak Konsep dasar hipotesis kontrak digambarkan oleh Myers dalam Smith & Watts 1992 (Dini Rosdini, 2009:4) sebagai berikut: IOS perusahaan merupakan call option (hak untuk melakukan pembelian atau investasi dimasa mendatang pada tingkat harga tertentu) yang nilainya bergantung pada kecendrungan bahwa manajemen akan melaksanakan kesempatan tersebut. Jika perusahaan memiliki hutang yang beresiko tinggi dan dengan hutang tersebut perusahaan melaksanakan pilihan untuk menjalankan proyek yang memiliki net present value positif, maka akan terdapat kemungkinan terjadinya penurunan nilai perusahaan. Hubungan
antara
kebijakan
investasi
dan
dividen
dapat
diidentifikasikan melalui arus kas perusahaan, yaitu semakin besar jumlah
13
investasi dalam suatu periode tertentu, akan semakin kecil dividen yang diberikan. Dengan demikian perusahaan bertumbuh (aktif melakukan kegiatan investasi) diidentifikasi sebagai perusahaan yang free cash flow rendah (Jensen, 1986 dalam Smith dan Watts 1992) dengan pembayaran dividen yang rendah pula.
8. Teori Hipotesis Pecking Order Hipotesis Pecking Order yang dikemukakan oleh Myers & Majluf (dalam Rosdini, 2009:4) menyatakan bahwa “perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk membayar dividen relatif lebih rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyekproyek investasinya”. Bahkan bagi perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk karena diduga perusahaan telah mengurangi rencana investasinya. Dari teori-teori yang telah disebutkan diatas, pada umumnya menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap persepsi investor yang dapat dilihat pada pergerakan harga saham. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dividen merupakan isu keuangan perusahaan yang perlu mendapatkan perhatian oleh setiap manajer, karena efek dari kebijakan ini yang akan menaikkan atau menurunkan persepsi investor.
14
B. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas” (Raja, 2012:16). Laporan yang memuat informasi mengenai perolehan laba yang ditujukkan dengan laba bersih pada perhitungan laba rugi perusahaan sangat penting bagi investor, karena laporan tersebut memberikan informasi yang dapat membantu pembacanya dalam menjumlahkan waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan yang berguna untuk untuk menilai ekonomi suatu perusahaan dan menetukan probabilitas dari pembayaran kembali hutang perusahaan kepada kreditur. Informasi laporan keuangan yang tersaji oleh pihak manajemen merupakan dasar dalam menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan yang hasilnya merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan.Secara umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah ”laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam periode tertentu” (Kasmir, 2010). 2. Tujuan Laporan Keuangan Dalam PSAK No.1 (Revisi 2009) dikatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan penguna laporan keuangan juga menunjukan hasil
15
pertangungjawaban manajemen atas pengunaan sumber daya yang dipercaya kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut laporan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: a. Asset b. Liabilitas c. Ekuitas d. Pendapatan dan beban termasuk keuntunga dan kerugian; e. Kontribusi
dari
dan
distribusi
kepada
pemilik
dalam
kapasitasnyasebagai pemilik dan f. Arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam cacatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. 3. Komponen Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 1 Paragraf 8 (Revisi 2009) laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: a. b. c. d. e.
Laporan posisi keuangan pada akhir periode; Laporan laba rugi komprehensif selama periode; Laporan perubahan ekuitas selama periode; Laporan arus kas selama periode; Catatan atas laporan keuanganberisi ringkasan kebijakan akuntansi pentingdaninformasipenjelasanlainnya; dan
16
f.
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secararetrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Adapun penjelasan tentang laporan - laporan keuangan
tersebut sebagai berikut : 1) Laporan Posisi Keuangan Adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajibandan modal padawaktutertentu. 2) LaporanLabaRugiKomprehensif Adalah laporan laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai pendapatan dan biaya-biaya usaha. 3) Laporan Perubahan Ekuitas Adalah laporan keuangan yang menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio atau disagio. 4) Laporan Arus Kas Adalah komponen laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas dan saldo akhir kas pada periode tertentu. 5) Catatan atas Laporan Keuangan Catatan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya. 6) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif Adalah laporan yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos–pos dalam laporan keuangannya.
C. Dividen 1. Pengertian Dividen Dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan. Besarnya dividen tersebut ditentukan dalam Rapat umum Pemegang Saham (RUPS).
17
Menurut Suharli (2008 : 52) yang dimaksud dengan dividen adalah “pembagian
laba
kepemilikan
saham
kepada
pemegang
masing-masing
saham
sejumlah
proporsi
saham.
Menurut
pemegang
Weygandt, Kieso dan Kimmel (2008 : 185) dividen adalah “ pembagian oleh perusahaan kepada pera pemegang sahamnya secara pro rata (proporsional)”. Definisi dividen menurut Rudianto (2009 : 308) adalah sebagai berikut: “Bagian dari laba usaha yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya sebagai imbalan atas kesediannya menanamkan hartanya di dalam perusahaan”. Menurut Kieso dan Weygandt (2002 : 355) ada beberapa alasan utama perusahaan tidak membagikan semua laba sebagai dividen, yaitu: a. Persetujuan dengan kreditor tertentu untuk menahan semua atau sebagai laba dalam bentuk aktiva, guna membentuk proteksi tambahan terhadap kemungkinan kerugian . b. Untuk membiayai pertumbuhan atau ekspansi yang sering disebut sebagai pembiayaan intern, menginfestasikan kembali laba. c. Keinginan untuk meratakan pembagian dividen dari tahun ke tahun. d. Keinginan untuk membangun penyangga terhadap kemungkinan kerugian atau kesalahan dalam perhitungan laba.
18
2. Jenis - Jenis Dividen Berikut ini adalah jenis-jenis dividen menurut Brigham dan Houston (2004 :95) : a.
Cash Dividend (Dividen Tunai) Cash Dividen adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada umumnya Cash Dividend lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih sering dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain.
b.
Stock Dividend (Dividen Saham) Stock Dividend adalah dividen yang dibayarkan pada dalam bentuk saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Pembayaran Stock Dividend juga harus disarankan adanya laba atau surplus yang tersedia, dengan adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan.
c.
Property Dividend ( Dividen Barang) Property Dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang (aktiva selain kas). Property dividend yang dibagikan ini harus merupakan barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-bagian homogeny serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan menganggu kontinuitas perusahaan.
d.
Scrip Dividend Scrip Dividend adalah dividen yng dibayarkan dalam bentuk surat (scrip) janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah tertentu dan pada waktu tertetu, sesuai dengan yang tercantum dalam scrip tersebut. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan akan mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang scrip.
e.
Liquidating Dividend Liquidating Dividend adalah dividen yang dibagikan berdasarkan pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
19
3. Kebijakan Dividen Menurut Sartono (1998: 369) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang. Menurut Riyanto (1995: 265) kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pendapatan (earning) yaitu antara pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dengan yang digunakan dalam perusahaan yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan dalam perusahaan. Brigham dan Houston (2001: 491) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai keputusan apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Menurut Atmaja (1999: 285) kebijakan dividen berkaitan dengan keputusan apakah perusahaan akan membagi dividen kepada para pemegang saham atau menahan laba untuk diinvestasikan kembali pada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan untuk menentukan besarnya laba yang akan dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk dividen.
20
4. Prosedur Pembayaran Dividen Tanggal-tanggal penting yang berhubungan dengan dividen, (Brigham dan Houston, 2001: 84) yaitu : a.
Tanggal Pengumuman Yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen.
b.
Tanggal Pencatatan Pemegang Saham Yaitu jika perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, pemegang saham tersebut berhak menerima dividen.
c.
Tanggal Pemisahaan Dividen Yaitu tanggal saat dividen dipisahkan dari saham.
d.
Tanggal Pembayaran Yaitu tanggal pada saat perusahaan benar benar
5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan dapatlah disebutkan antara lain sebagai berikut (Atmaja, 2008) : a.
Dividen Stabil Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan disebabkan oleh asumsi bahwa investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan memiliki prospek cerah, demikian sebaliknya. Hal ini membuat perusahaan lebih senang mengambil jalan “aman” yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen. Dan investor juga cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi (dividen yang stabil).
21
b.
Perjanjian Hutang Pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya, dividen hanya dapat diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi perusahaan dan atau rasio-rasio keuangan menunjukkan perseroan dalam kondisi sehat.
c.
Pembatasan dari Saham Preferen Tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.
d.
Tersedianya Kas Dividen berupa uang tunai (cash divdend) hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup.Jika likuiditas baik, perusahaan dapat membayar dividen.
e.
Pengendalian Jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, ia cenderung untuk segan menjual saham baru sehingga lebih suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan dana/baru. Akibatnya dividen yang dibayar menjadi kecil. Faktor ini menjadi penting pada perusahaan yang relatif kecil.
f.
Kebutuhan Dana untuk Investasi Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri (equity) dapat berupa penjualan saham baru dan laba ditahan. Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham (flotation cost). Oleh karena itu, semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividend payout ratio.
g.
Fluktuasi Laba Jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi, dividen sebaiknya kecil agar kestabilannya terjaga. Selain itu, perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak banyak menggunakan hutang guna mengurangi risiko kebangkrutan. Konsekuensianya laba ditahan menjadi lebih besar dan dividen mengecil.
22
6. Dividend Payout Ratio (DPR)
Definisi Dividend Payout Ratio (rasio pembayaran dividen) menurut James C. Van Hornedan John M. Wachowicz, JR (2007:270) adalah sebagai berikut : “menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham” Rumusnya : Dividend Per Share (DPS) DPR = Earning Per Share(EPS)
D. Rasio Probabilitas 1. Pengertian Rasio Probabilitas Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya meerupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam menciptakan penciptaan nilai perusahaan yang menunjukan prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Menurut Atmajaya (2004 :415) pengertian rasio profitabilitas adalah “rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba”. Dan menurut Munawir (2004 : 89)
23
profitabilitas
adalah
“mengukur
kemampuan
perusahaan
dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan menggunakan aktivanya secara produktif untuk menghasilkan laba. 2. Net Profit Margin (NPM) Net profit margin adalah suatu rasio keuangan yang mengukur seberapa banyak nilai uang dari suatu penjualan yang diakui sebagai pendapatan (earning).Semakin tinggi nilai profit margin menunjukan semakin baik nilai profitabilitas suatu perusahaan dan kontrol atas biayabiaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut dibandingkan dengan kompetitor-kompetitornya. Perumusannya adalah sebagai berikut: Laba Bersih NPM = Penjualan Bersih 3. Return On Equity (ROE) Return on equity mencerminkan bagian laba yang dapat dialokasikan kepada pemegang saham untuk periode tertentu, setelah hak-hak kreditur dan saham prefered telah dilunasi. ROE memperhitungkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bagi pemegang saham biasa setelah memperhitungkan bunga/biaya hutang dan biaya saham prefered. Rasio ini
24
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Jadi semakin tinggi ROE maka semakin baik produktifitas sendiri dalam meraih laba. Secara umum ROE dapat dinyatakan sebagai berikut: Laba bersih ROE = Total ekuitas 4. Earning Per Share (EPS) Earning per shares merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. Perhitungan EPS ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba bersih EPS = Jumlah saham
E. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Rizky Febriani Utami (2008) meneliti pengaruh Rasio Keuangan terhadap Dividen . Rasio Keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per Share ( EPS ), Current Ratio ( CR ), Net Profit Margin ( NPM ) , Total Asset Turn Over ( TATO ), Return On equity
( ROE ), return On Invesment ( ROI ), Debt
Ratio ( DR ), dan Debt to Equity Ratio ( DER ). Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
25
Efek Indonesia Periode 2003-2007, kriteria pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh Rasio Keuangan terhadap Dividen maka secara serentak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap DPR, sedangkan secara parsial, variabel yang berpengaruh signifikan terhadap DPR hanya EPS dan TATO sedangkan variabel CR, NPM, ROE, ROI, DR dan DER tidak berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio ( DPR ) Anshori (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Divident Payout Ratio” memilih lima variabel indenpenden yang berpengaruh terhadap DPR. Hasil penelitian EPS, NPM, CR, ROE, dan DER secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap DPR. Kemudian, secara parsial yang berpengaruh secara signifikan adalah CR dan DER, sedangkan ketiga variabel EPS, NPM dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Nasharuddin (2002) yang berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Dividen”. Penelitian itu menemukan bahwa dari delapan variabel independen yang diuji hanya variabel growth rate yang berpengaruh secara signifikan terhadap DPR dan memiliki hubungan negatif. Sedangkan, tujuh variabel lainnya yaitu EPS, NPM, ROE, ROA, Debt Ratio, DER, dan CR tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Secara simultan delapan variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap DPR.
26
Penelitian yang dilakukan oleh Bagus Pandu Wahana (2007) yang berjudul “Pengaruh Earning Per Share (EPS), Current Ratio (CR), Total Asset Turnover (TATO), dan Debt Ratio (DR) Terhadap Kebijakan Dividen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kriteria pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh EPS, CR, TATO dan DR terhadap DPR maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan maupun parsial variabel EPS, CR, TATO, dan DR tidak berpengaruh terhadap DPR. Penelitian yang dilakukan Sri Sudarsi (2002) mengenai pengaruh cash position, profitability, growth potential, size dan debt to equity ratio terhadap dividend payot ratio. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun parsial, variabel cash position, profitability, growth potential, size dan debt to equity ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio. Ampera Warman (2008) dalam penelitiannya mengenai rasio profitabilitas, likuiditas dan leverage terhadap dividend payout ratio. Variabel independen yang diteliti adalah net profit margin, current ratio dan debt to equity ratio. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan secara parsial bahwa variabel NPM, CR dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.
27
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan Tahun Rizky Febriani Utami (2008)
Judul Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Variabel Variabel Independen: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
EPS CR NPM TATO ROA ROI DR DER
Variabel Dependen : 1. DPR
Anshori (2004)
Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Divident Payout Ratio
Variabel Independen: 1. EPS 2. NPM 3. CR 4. ROE 5. DER Variabel Dependen : 1. DPR
Hasil Uji a. Uji Simultan bahwa secara serentak delapan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap DPR. b. Uji Parsial dengan t-test bahwa hanya EPS dan TATO yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan sisanya tidak berpengaruh signifikan. a. Uji Simultan bahwa variabel EPS, NPM, CR, ROE, dan DER berpengaruh signifikan terhadap DPR. b. Uji Parsial bahwa yang berpengaruh signifikan adalah variabel CR dan DER, sedangkan variabel EPS, NPM, dan Roe tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.
28
Nasharuddin (2002)
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Dividen
Variabel Independen: 1. EPS 2. NPM 3. ROE 4. ROA 5. Debt Ratio 6. DER 7. CR 8. Growth Rate Variabel Dependen : 1. DPR
Bagus Pandu Wahana (2007)
Sri Sudarsi (2002)
a. Uji Simultan bahwa dari delapan variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap DPR. b. Uji Parsial bahwa hanya variabel Growth Rate saja yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan ketujuh variabel tidak berpengaruh signifikan.
Pengaruh Earning Per Share, Current Ratio, Total Asset Turnover dan Debt Ratio terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Variabel Independen : 1. EPS 2. CR 3. TATO 4. DR
Pengaruh Cash Position, Profitability, Growth Potential, Size dan Debt to Equity Ratio
Variabel a. Uji Simultan Independen : bahwa dari kelima 1. CP variabel tersebut 2. Profitabi tidak berpengaruh lity terhadap Dividend 3. Growth Payout Ratio.
Variabel Dependen : 1. DPR
a. Uji Simultan bahwa pengaruh variabel EPS, CR, TATO dan DR tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. b. Uji Parsial bahwa pengaruh variabel EPS, CR, TATO dan DR tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.
29
Terhadap Dividend Payout Ratio
Ampera Warman (2008)
Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Potential b. Uji Parsial bahwa 4. Size dari kelima 5. DER variabel tersebut masing tada Variabel berpengaruh Dependen : terhadap Dividend 1. DPR Payout Ratio. Variabel a. Uji Simultan Independen : bahwa variabel 1. NPM independen yaitu 2. CR NPM, CR, dan 3. DER DER tidak berpengaruh Variabel secara signifikan. Dependen : b. Uji Parsial 1. DPR menyatakan masing-masing variabel NPM, CR dan DER tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap DPR.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak dalam hal periode tahun penelitian, metode pemilihan sampel, dan variabel yang digunakan. Walaupun telah diuji dengan variabel yang sama namun memiliki hasil yang bervariasi. Oleh karena itu, peneliti ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang akan diperoleh nantinya dapat mendekati hasil atau berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. F. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintetis dari tinjauan teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan alasan logis. Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu diatas, kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut.
30
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
NPM ROE EPS
DPR